T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Orientasi Gender dengan Perilaku Asertif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana T1 BAB V
BAB V
PENUTUP
5.1
Simpulan
Hasil penelitian ini memperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,551 (p>0,05) yang
menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara feminin dengan perilaku asertif
mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana.
Selain itu hasil penelitian ini juga memperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,05 (p>0,05)
yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin dengan perilaku
asertif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya
Wacana.
Feminine dan maskulin tidak berhubungan dengan tinggi atau rendahnya perilaku
asertif seseorang. Artinya tinggi dan rendahnya skor feminine dan maskulin tidak diikuti
tinggi atau rendahnya skor perilaku asertif. Keputusan untuk memiliki perilaku asertif
lebih tergantung pada keadaan situasional bukan berdasarkan orientasi gender seseorang.
Jika individu ingin memiliki perilaku asertif dapat melatihnya sendiri dengan latihan
asertif maupun memperluas hubungan interpersonal dengan orang banyak.
5.2
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan peneliti yaitu :
1.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Campbell, Olson dan Kleim
(1990), hasil penelitian Lohr, Nix, and Stauffer (1980), dan hasil penelitian Tolor, Kelly
dan Stebbins (1976). Sehingga penelitian ini memberikan informasi bahwa maskulin
dan feminin tidak ada hubungan yang signifikan dengan perilaku asertif. Oleh sebab itu
51
peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian dengan variable yang berbeda dan
sample yang lebih besar.
2.
Berdasarkan hasil penelitian, Mahasiswa feminine dan maskulin disarankan untuk
meningkatkan perilaku asertif dengan latihan asertif maupun memperluas hubungan
interpersonal dengan orang banyak.
52
PENUTUP
5.1
Simpulan
Hasil penelitian ini memperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,551 (p>0,05) yang
menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara feminin dengan perilaku asertif
mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana.
Selain itu hasil penelitian ini juga memperoleh nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,05 (p>0,05)
yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin dengan perilaku
asertif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya
Wacana.
Feminine dan maskulin tidak berhubungan dengan tinggi atau rendahnya perilaku
asertif seseorang. Artinya tinggi dan rendahnya skor feminine dan maskulin tidak diikuti
tinggi atau rendahnya skor perilaku asertif. Keputusan untuk memiliki perilaku asertif
lebih tergantung pada keadaan situasional bukan berdasarkan orientasi gender seseorang.
Jika individu ingin memiliki perilaku asertif dapat melatihnya sendiri dengan latihan
asertif maupun memperluas hubungan interpersonal dengan orang banyak.
5.2
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan peneliti yaitu :
1.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Campbell, Olson dan Kleim
(1990), hasil penelitian Lohr, Nix, and Stauffer (1980), dan hasil penelitian Tolor, Kelly
dan Stebbins (1976). Sehingga penelitian ini memberikan informasi bahwa maskulin
dan feminin tidak ada hubungan yang signifikan dengan perilaku asertif. Oleh sebab itu
51
peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian dengan variable yang berbeda dan
sample yang lebih besar.
2.
Berdasarkan hasil penelitian, Mahasiswa feminine dan maskulin disarankan untuk
meningkatkan perilaku asertif dengan latihan asertif maupun memperluas hubungan
interpersonal dengan orang banyak.
52