T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tinjauan Historis Jemaat Memberikan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur T1 Full text

Tinjauan Historis Jemaat Memberikan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur

Oleh
Bagus Setiyawan
712014701

TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Ilmu Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian
dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi
(S.Si Teol)

PROGRAM STUDI ILMU TEOLOGI
FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

1

LEMBAR PENGESAHAN

Tinjauan Historis Jemaat Memberikan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur
Oleh,
Bagus Setiyawan
NIM : 712014701

TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Ilmu Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari
persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi
(S.Si Teol)

Disetujui oleh,

Pembimbing Utama

Pembimbing Pendamping

Dr. David Samiyono

Pdt. Simon Julianto, S.Th., M.Si


Diketahui oleh,

Disahkan oleh,

Kaprogdi Ilmu Teologi

Dekan

Pdt. Izak Y.M Lattu, Ph.D

Pdt. Dr. Retnowati, M.Si

FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

2

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Bagus Setiyawan

NIM

: 712014701

Email

Fakultas

: Teologi

Program Studi : Ilmu Teologi

: bagussetiyawan89@gmail.com

Judul tugas akhir : Tinjauan Historis Jemaat Memberikan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur

Pembimbing

: 1. Dr. David Samiyono
2. Pdt. Simon Julianto, S.Th., M.Si

Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan

gelar kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya Wacana maupun di institusi pendidikan
lainnya.
2. Hasil karya saya ini bukan saduran/terjemahan melainkan merupakan gagasan, rumusan, dan

hasil pelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali
arahan pembimbing akademik dan narasumber penelitian.
3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi terakhir setelah diujikan yang telah diketahui dan

disetujui oleh pembimbing.
4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan

orang lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti ada
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi
akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya saya ini, serta sanksi lain
yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Kristen Satya Wacana.
Salatiga, 26 April 2017

Materai 6000

Bagus Setiyawan

3

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Bagus Setiyawan

NIM


: 712014701

Email

Fakultas

: Teologi

Program Studi : Ilmu Teologi

: bagussetiyawan89@gmail.com

Judul tugas akhir : Tinjauan Historis Jemaat Memberikan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur
Dengan ini saya menyerahkan hak non-eksklusif* kepada Perpustakaan Universitas – Universitas
Kristen Satya Wacana untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan pengelolaan terhadap
karya saya ini dengan mengacu pada ketentuan akses tugas akhir elektronik sebagai berikut (beri
tanda pada kotak yang sesuai):




a. Saya mengijinkan karya tersebut diunggah
PerpustakaanUniversitas, dan/atau portal GARUDA



b. Saya tidak mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori Perpustakaan
Universitas, dan/atau portal GARUDA**

ke

dalam

aplikasi

Repositori

* Hak yang tidak terbatashanya bagi satu pihak saja. Pengajar, peneliti, dan mahasiswa yang
menyerahkan hak non-ekslusif kepada Repositori Perpustakaan Universitas saat
mengumpulkan hasil karya mereka masih memiliki hak copyright atas karya tersebut.

** Hanya akan menampilkan halaman judul dan abstrak. Pilihan ini harus dilampiri dengan
penjelasan/ alasan tertulis dari pembimbing TA dan diketahui oleh pimpinan fakultas
(dekan/kaprodi).
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Salatiga, 26 April 2017

Bagus Setiyawan

Mengetahui,
Dr. David Samiyono

Pdt. Simon Julianto, S.Th., M.Si

Pembimbing I

Pembimbing II

4

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda
tangan di bawah ini;
Nama
NIM
Program Studi
Fakultas
Jenis Karya

:
:
:
:
:

Bagus Setiyawan
712014701
Teoloogi
Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW Hak
bebas royalty non-ekslusif (non-exlusive royalty fee right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
“Tinjauan Historis Jemaat Memberikan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur”
beserta perangkat yang ada (jika perlu).
Dengan hak bebas royalty non-ekslusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih
media/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/
pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Salatiga, 26 April 2017

Bagus Setiyawan

Mengetahui,

Dr. David Samiyono
Pembimbing I


Pdt. Simon Julianto, S.Th., M.Si
Pembimbing II

5

MOTTO

Kesuksesanmu Tak Bisa Dibandingkan
Dengan Orang Lain, Melainkan
Dibandingkan Dengan Dirimu Sebelumnya.

AYAT ALKITAB

engkau rendah karena engkau muda. Jadilah
teladan bagi orang-orang percaya, dalam
perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam
kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam
kesucianmu. ~ 1 Timotius: 4:12

6

Ucapan Terimakasih

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, berkat pertolonganNya
maka Tugas Akhir ini telah selesai sebagaimana mestinya. Maka dari itu
saya mengucupakan banyak terimakasih kepada kedua orang tua
terutama mamah saya yang dengan sepenuh hati memberikan dukungan
doa dan dana.
Terimakasih juga kepada bapak/ibu dosen yang sudah dengan
sepenuh hati membagikan ilmunya kepada saya sebagai mahasiswa.
Terimakasih juga saya berikan kepada para dosen pembimbing Bapak
David dan Bapak Simon selaku yang membimbing saya dari awal
hingga akhir penulisan ini. Terimakasih juga saya haturkan kepada
pembimbing bayangan yang setia membantu dan menyediakan
waktunya.
Terimakasih juga saya ucapkan kepada GKJ Salatiga Timur yang
telah menyediakan waktu untuk bisa saya meneliti di GKJ Salatiga
Timur, terimakasih saya ucapakan kepada Bapak Pendeta Sri Bangun,
serta para jajaran majelis serta jemaat GKJ Salatiga Timur yang telah
menyediakan waktu saya bisa wawancara sehingga bisa menyelesaikan
tugas akhir saya.

7

Daftar Isi

Tinjauan Historis Jemaat Memberikan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur ................................................. 1
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................................... 2
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ............................................................................................................ 3
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ................................................................................................. 4
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS ................................................................................................................................................. 5
MOTTO ........................................................................................................................................................ 6
AYAT ALKITAB ......................................................................................................................................... 6
Ucapan Terimakasih ..................................................................................................................................... 7
Daftar Isi ....................................................................................................................................................... 8
Abstrak .......................................................................................................................................................... 9
Latar Belakang Masalah ........................................................................................................................... 9
Landasan Teori........................................................................................................................................ 15
Sejarah GKJ ............................................................................................................................................ 17
Persembahan ........................................................................................................................................... 18
Latar Belakang Persembahan .................................................................................................................. 18
Sejarah GKJ Salatiga Timur ................................................................................................................... 23
Profil GKJ Salatiga Timur ...................................................................................................................... 24
Sejarah Persembahan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur ...................................................................... 25
Analisa ........................................................................................................................................................ 27
Kesimpulan ............................................................................................................................................. 29
Saran ....................................................................................................................................................... 29
Daftar Pustaka ............................................................................................................................................. 30

8

Tinjauan Historis Jemaat Memberikan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur
Bagus Setiyawan
712014701
Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia
Abstrak
Persembahan persepuluhan merupakan bagian dari persembahan yakni dengan
memberikan bagian sepersepuluh dari hasil dan milik jemaat.Hasil dari panen atau kerja dibagi
menjadi 90% menjadi milik dari seseorang dan 10% menjadi milik Tuhan.
Namun dalam hal ini GKJ sebagai Sinode tidak mempunyai sebuah aturan yang baku
untuk mengatur tentang persembahan perpuluhan di Gereja-Gereja di bawah naungan Sinode
GKJ. Sehingga bagaimana bisa terjadinya persembahan perpuluhan di GKJ Salatiga Timur.
Melihat sebuah sosio history tentang sebuah permasalahan persembahan perpuluhan yang
ada di GKJ Salatiga Timur, Melalui proses penelitian, analisa, dan hasil penelitian sehingga
dapat diketahui bagaimana Sosio History persembahan perpuluhan yang ada di GKJ Salatiga
Timur. Dimana dalam hal ini sejarahnya adalah tentang pendeta pertama yang memberikan
sebuah pengajaran tentang persembahan perpuluhan walaupun dalam Pokok-Pokok Ajaran
Gereja dan Kateskismus Heidelberg sebagai acuan GKJ dalam menetapkan sebuah pengajaran di
gereja, tidak ada dalam acuan itu dan jemaat juga menerima pengajaran tersebut.

Kata Kunci : Sejarah Perpuluhan, Persembahan Perpuluhan, Sinode GKJ, GKJ Salatiga Timur.
Latar Belakang Masalah
Gereja berasal dari kata bahasa Yunani yaitu “ekklesia” (ek= keluar, dan kaleo=
memanggil), yaitu mereka yang dipanggil keluar. Jadi “ekklesia” dapat diartikan sebagai
komunitas yang dipanggil keluar dari kehidupan yang lama dan keluar dari kuasa kegelapan,
dipanggil kepada Allah sendiri ke dalam kerajaan-Nya.1Gereja tidak dapat dipisahkan dengan
jemaat. Jemaat merupakan bagian inti dalam gereja, sehingga tidak dapat dipisahkan antara satu

1

Thomas van Den End, Harta dalam Bejana, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007), 1-2.

9

dengan yang lain.2Kata “Jemaat” berasal dari bahasa Arab “Jamaah”, yang berarti suatu
himpunan, rombongan, atau pertemuan.3Dalam perkembangannya istilah “jemaat” diartikan
sebagai kumpulan atau rombongan orang beribadah atau himpunan penganut agama
Kristen.4Pada dasarnya sifat gereja atau pun jemaat merupakan suatu persekutuan. 5Dalam
persekutuan yang dilakukan di gereja, mereka juga memberikan persembahan, persembahan
yang mereka kumpulkan merupakan wujud ungkapan syukur kepada Allah.Persembahan juga
merupakan sebuah bentuk ibadah kepada Tuhan secara mendasar yang mengandung ungkapan
syukur jemaat untuk saling melengkapi tubuh Kristus.6 Persembahan adalah apa yang disebut
oleh gereja-gereja di Indonesia sebagai kolekte atau korban.7 Sekarang bukan lagi dalam bentuk
korban-korban bakaran melainkan hanya dalam bentuk uang atau dana. Dana merupakan salah
satu faktor penting dalam kehidupan gereja. Gereja memperoleh dana itu dari persembahan
warganya sebagai wujud dari kehidupan iman yang tumbuh dengan sehat. Warga Gereja yang
tidak tahu memberi persembahan merupakan warga yang lemah iman. Sebaliknya, warga yang
sehat imannya akan turut memikul tanggung jawab kehidupan bergereja, termasuk pendanaan
kehidupan Gereja.8
Sehingga dengan adanya persembahan, maka jemaat bisa mengekspresikan ibadah dalam
bentuk persembahan.Bentuk dari pemberian persembahan bermacam-macam.Ada persembahan
mingguan, bulanan dan tahunan. Semuanya diberikan kepada gereja dengan maksud sebagai
pengucapan syukur kepada Allah atas berkat yang telah Ia limpahkan. Dari persembahan ini
membantu penatalayanan gereja dalam melaksanakan visi dan misi Allah dalam dunia, yakni
pelayanan kepada jemaat.9
Di samping persembahan yang sering dilakukan, ada praktek persembahan dalam gereja,
yakni

persembahan

persepuluhan.Persembahan

persepuluhan

merupakan

bagian

dari

persembahan yakni dengan memberikan bagian sepersepuluh dari hasil dan milik jemaat.Hasil
dari panen atau kerja dibagi menjadi 90% menjadi milik dari seseorang dan 10% menjadi milik

2

G. Riemer, Cermin Injil, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995), 59.
G. Riemer, Cermin Injil, ( Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995), 57.
4
Yosef Lalu, Pr “makna hidup dalam terang katholik 4”,(Penerbit Kanisius-Yogyakarta, 2010), 66.
5
Yosef Lalu, Pr “makna hidup dalam terang katholik 4”,(Penerbit Kanisius-Yogyakarta, 2010),67.
6
A. M. Tambunan, Persembahan perpuluhan (Jakarta : BPK, 1952), 16.
7
Dr. J.I. Ch. Abineno Unsur-unsur Liturgia, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007). 98.
8
Nehemiah Mimery, Persembahan dan Pemakaian Uang Tuhan,(Serial Suara Gembala : Mimery
Press,1989), hal 7.
9
A. M. Tambunan, Persembahan perpuluhan (Jakarta : BPK, 1952), 16
3

10

Tuhan10.Pada awalnya, persembahan persepuluhan dilakukan dalam masa Perjanjian Lama.
Persembahan persepuluhan dari perjanjian lama adalah sebagai pemberian umat Israel untuk
memaknai pemberian Allah dengan cara mengucap syukur dan memberi sepersepuluh dari hasil
panen, ternak dan hasil kerjanya kepada Tuhan. Ukuran sepersepuluh dari penghasilan yang
didapatkan menjadi patokan bagi umat Israel dengan memberi dengan ukuran yang ada.
Persembahan persepuluhan disebut dalam Perjanjian Lama yakni Kejadian 14:17-20. Allah
menyertai Abram dalam peperangan melawan bangsa Kedorlaomer, semua harta dari bangsa
tersebut dibawa oleh Abram kemudian Abram mempersembahkan sepersepuluh dari semuanya.11
Berkaitan dengan tersebut dalam Kejadian 28:22Tentang persepuluhan dikatakan bahwa
“dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu ku persembahkan sepersepuluh
kepadaMu.” Rumusan hukum itu ialah hukum bersyarat.Persepuluhan adalah bagian yang
dipersembahkan kepada Tuhan dari segala sesuatu yang telah diberikan Tuhan.Sepersepuluh
yang dimaksudkan dalam rumusan hukum ini adalah sebagian yang diangkat dari seluruh hasil
kerja dan dikhususkan untuk persembahan kepada Tuhan.Hasil-hasil itu berupa hasil pertanian
dan hasil peternakan12.
Dalam perjanjian baru dijelaskan juga tentang apa itu persembahan perpuluhan.
Persembahan perpuluhan merujuk pada Matius 23:23, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari
selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu
abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan,yang satu harus dilakukan dan yang
lain jangan diabaikan.”
Untuk menentukan dasar itu GKJ juga memiliki sebuah dasar yang lain selain Alkitab
yaitu tata gereja dan tata laksana. Tata gereja dan tata laksana juga mengatur tentang
persembahan umum.13Dalam perkembanganya Sinode GKJ pertama kali menggunakan
Katekismus Hiedelburg sebagai sebuah dasar pengajaran di GKJ.Katekismus Heidelberg dalam
pengajaranya tentang persembahan ada di bagian ke 3 yaitu tentang syukur yang wajib
dipersembahkan kepada Allah karena kelepasan itu. Isi didalam bagian Katekismus Heidelburg
10

A. M. Tambunan, Persembahan perpuluhan (Jakarta : BPK, 1952), 16
A. M. Tambunan, Persembahan perpuluhan (Jakarta : BPK, 1952), 16
12
Mayes, The New Century Bible Commentary: Deuteronomy,( London: Wm.B.Eedrmans Publ.,Co., Grand
Rapids, 1991), 244.
13
Y.M Sumardi, Sejarah GKJ “mewujudkan Kemandirian Teologi” (1945 – 1996), (Yogyakarta : TPK,
2007), 17.
11

11

adalah, karena Kristus setelah menebus kita dengan darahnya, juga memperbaharui kita melalui
rohnya yang kudus menjadi serupa dengan gambarnya, supaya kita dengan seluruh kehidupan
kita memberi syukur kepada Allah karena anugerahnya.14Hal persembahan juga diatur dalam
Pokok-Pokok Ajaran Gereja.
Pokok-Pokok Ajaran Gereja berisi tentang pengertian persembahan dan makna
persembahan.Pengertian persembahan dalam Pokok-Pokok Ajaran Gereja adalah merupakan
wujud ungkapan syukur dan penyerahan diri orang-orang percaya atas pemeliharaan
Allah.Persembahan di dalam ibadah jemaat adalah salah satu dari bentuk perembahan orangorang percaya.15Sedangkan makna persembahan itu sendiri, dalam Pokok-Pokok Ajaran Gereja
adalah ungkapan terimakasih orang-orang percaya atas pemeliharaan Allah didalam
kehidupannya.Yang kedua pernyataan sikap mempercayakan diri kepada Allah dengan
pemeliharaanya16.Dengan pengertian dan makna persembahan menurut Pokok-Pokok Ajaran
Gereja sebagai dasar bagaimana persembahan itu diberikan. Dengan begitu sebagai Sinode GKJ
maka Gereja-Gereja yang berada dibawah naungannya akan mengikuti apa yang ditetapkan,
begitu juga yang dilakukan dan diikuti oleh GKJ Salatiga Timur dalam hal persembahan.
GKJ Salatiga Timur setiap hari Minggu mengadakan ibadah sebanyak dua kali. Dalam
ibadah Minggu tersebut juga diedarkan kantong persembahan. Salah satu kantong persembahan
yang disediakan adalah untuk persembahan persepuluhan.Jemaat GKJ Salatiga Timur dalam
memberikan persembahan persepuluhan cukup besar yaitu sekitar 14 kali dalam waktu 9
Minggu.17Sehingga rata-rata setiap Minggu persembahan persepuluhan diberikan oleh warga
jemaat GKJ Salatiga Timur sejumlah 1-2 orang yang memberikan persembahan persepuluhannya
setiap Minggu.Dengan praktek persembahan persepuluhan yang diterapkan, maka sangat
menarik untuk diteliti bagaimana sejarah jemaat GKJ Salatiga Timur memberikan persembahan
persepuluhan tersebut.
Praktek persembahan persepuluhan yang diberlakukan di GKJ Salatiga Timur ini sangat
menarik. Karena didalam Pokok-Pokok Ajaran Gereja dan Katekismus Heidelburgsebagai dasar
pengajaran tentang persembahan di Sinode GKJ tidak mengajarkan tentang adanya persembahan
persepuluhan. Sehingga penulis ingin membahas mengenai sejarah apa yang mempengaruhi
Z. Ursinus dan Caspar Olevianus, Katekismus Heidelburg “Pengajaran Agama Kristen”, (Jakarta :
BPK,2016), 89 – 90.
15
Sinode GKJ, Pokok – Pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa, (Salatiga : Sinode GKJ, 2005), 46.
16
Sinode GKJ, Pokok – Pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa, (Salatiga : Sinode GKJ, 2005), 46.
17
Warta Jemaat GKJ Salatiga Timur 5 Juni – 31 Juli 2016
14

12

banyaknya jumlah persembahan persepuluhan yang dilakukan di GKJ Salatiga Timur. Sehingga
dari latar belakang tersebut penulis memberikan judul :
“Tinjauan Historis Jemaat Memberikan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur”
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka pembahasan masalah lebih
difokuskan pada : Bagaimana Sejarah jemaat memberikan persembahan perpuluhan di GKJ
Salatiga Timur?.
2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah
Mendiskripsikan sejarah jemaat memberikan persembahan perpuluhan di GKJ Salatiga
Timur.
3. Tempat Penelitian
GKJ Salatiga Timur.Informan yang menjadi narasumber adalahjemaat yang memberikan
persembahan perpuluhan dan pendeta beserta majelis GKJ Salatiga Timur.
4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh sebagai berikut :
a. Secara khusus bagi gereja
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang makna
perpuluhan di GKJ Salatiga Timur dan GKJ pada umumnya.
b. Bagi Fakultas Teologi Univerrsitas Kristen Satya Wacana
Hasil Penelitian ini akan bermanfaat bagi mata kuliah yang berhubungan dengan
Liturgika dan mahasiswa dapat memahami tentang persembahan perpuluhan.
c. Bagi penulis, hasil penelitian ini akan menjadi tambahan pengetahuan dan bekal bagi
penulis sebagai calon pemimpin gereja.
5. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu Deskritif, metode deskritif adalah metode
yang meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu keadaan, suatu pemikiran atau

13

kelas peristiwa pada masa sekarang.18 Metode ini bertujuan untuk menggambarkan secara
tepat sifat-sifat suatu individu, keadaaan, gejala, kelompok tertentu, atau untuk
menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala dan gejala lain dalam suatu
masyarakat.19Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif.Penelitian kualitatif adalah
penelitian

tentang

riset

yang

bersifat deskriptif dan

cenderung

menggunakan

analisis.Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai
dengan fakta di lapangan.Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan
gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil
penelitian.Dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori
yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu teori.20

6. Teknik pengumpulan data
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejalagejala yang diteliti.Observai partisipasi adalah pihak yang melaksanakan
observasi (observer) terlibat secara langsung secara aktif dalam obyek yang
diteliti.Peneliti mengamati dengan jarak yang dekat untuk mengamati obyek.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan ini, bermanfaat menyusun landasan teoritis untuk membangun
landasan kerangka berfikir guna menganalisis hasil interpretasi penelitian
lapangan guna menjawab persoalan pada rumusan serta tujuan masalah, dalam
pembuktian hipotesis masalah yang diteliti.

7. Sistematika Penulisan
Agar penulisan ini terarah dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan maka disusunlah
sistematika penulisan yang menjadi rangkaian penulisan dari bagian pertama sampai
keempat yang mempunyai pokok masing-masing, tetapi menjadi satu bagian untuk saling
melengkapi.Bagian pertama, penulis menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan.
18

Mohamad Nazir, metode penelitian (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988), 63.
Koentjaraningrat, Metode-metode penelitian Masyarakat. (Jakarta : Gramedia, 1977), 42.
20
Koentjaraningrat, Metode-metode penelitian Masyarakat. (Jakarta : Gramedia, 1977), 42.
19

14

Bagian kedua penulis akan memaparkan teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan
ini. Bagian ketiga adalah menganalisa dan mengolah data yang merupakan hasil
penelitian, bagian keempat adalah penutup yang berupa kesimpulan dan saran.
Landasan Teori
Pada penelitian ini penulis menggunakan teori analisis sejarahwan GKJ yaitu Y.M Sumardi
dan Santoso,kemudian dilandaskan berdasarkan tata gereja dan tata laksana Sinode GKJ.Sebagai
acuan utama untuk menganalisis masalah yang diteliti khususnya dalam memahami Sosio Histori
Persembahan Perpuluhan yang terjadi di GKJ Salatiga Timur.
Kita ketahui bahwa sejarah tidak bisa di-rekonstruksi.21Kehidupan manusia di masa lampau
tidak bisa ditampilkan kembali.Meskipun begitu, manusia yang hidup di masa lampau bisa
diketahui, walaupun itu tidak sepenuhnya benar, karena hanya dikenali lewat benda-benda yang
ditinggalkannya sebagaimana yang sudah disebutkan dalam obyek penelitian. Kehidupan
manusia di masa lalu akan tampil kembali, jika seseorang sejarahwan (subyek) mampu
mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang berhubungan dengan manusia itu (fakta historis
yang dijadikan obyek penelitian), kemudian berimajinasi atau membayangkan seperti apakah
bentuk kehidupan manusia di masa lalu tersebut (menjelaskan obyek).22
Dari penjelasan singkat diatas, maka dapat disampaikan bahwa model penelitian sejarah yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah suatu proses perjalanan rekreasi peneliti (penulis) yang
sifatnya subyektif, yang berusaha menggambarkan kehidupan manusia di masa lampau (obyek
yang diteliti, yaitu Sosio Histori Persembahan Perpuluhan GKJ Salatiga Timur).
Secara historis praktis gerejawinya dalam pergumulan dogmatis GKJ terdapat struktur tiga
lapisan ortodoksi-aksiomatis berjenjang : dalil-dalil “sola flide, sola gratia, sola scriptura” dan
“ecclesia reformata semper reformanda est” sebagai jenjang atau lapisan dalam pertama;
Pengakuan Iman Rasuli sebagai jenjang atau lapisan dalam kedua; dan Katekismus Heidelberg
sebagai jenjang atau lapisan luar. Pergumulan GKJ menyusun dogma kontekstualnya secara logis
mempunyai konsekuensi berhadapan dengan struktur tiga lapisan ortodoksi-aksiomatisnya
tersebut, sehingga kemudia ia menyusun truktur baru dalam konstruksi dogma gereja definitifnya
(PPA GKJ) tahun 1996. 23
21

GJ. Renier, Metode dan manfaat Sejarah,(Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997), 113.
GJ. Renier, Metode dan manfaat Sejarah,(Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1997), 113.
23
Y.M Sumardi, Sejarah Gereja Kristen Jawa, (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 2007), 10-11.

22

15

Oleh karena itu dogma gereja sendiri secara formal dan fungsional disusun dalam rangka
mengespresikan identitas eksistensial dan mendukung tugas misionernya, maka dogma gereja
pada dasarnya harus kontekstual.Oleh karena itu, pada dasarnya menyusun dogma gereja sendiri
merupakan bentuk “kontekstualisasi” dogma.Namun berkaitan dengan sejarah gereja, maka
kontekstualisasi tidak dalam pengertian sebagai suatu metodologi teologi tertentu, melainkan
sebagai bagian dari konsep sejarah gereja itu sendiri.24
Dalam hal ini diigunakan pendekatan untuk mempertajam kajian ini, maka menggunakan dua
pendekatan, yaitu pendekatan konteks dan pendekatan teks berikut.25
1. Pendekatan Konteks
Pendekatan ini mempunyai asumsi dasar bahwa setiap gagasan atau tindakan tidak terjadi
secara tiba-tiba, melainkan telah dipengaruhi dan dilatarbelakangi oleh konteks peristiwa sejarah
tertentu yang cukup besar, konteks perubahan tertentu yang cukup besar, konteks sosio-kultural
tertentu yang dominan.Dalam hal ini, pendekatan konteks terutama digunakan untuk
menganalisa hubungan kausalitas sejarah pergumulan dogmatis GKJ dengan konteks sejarah
misi, konteks sejarah nasional Indonesia, konteks sejarah ekumenis, dan konteks sejarah
peradaban

manusia.Selanjutnya

pendekatan

konteks

juga

digunakan

untuk

menilai

kontekstualitas dokumen-dokumen dogma GKJ berkaitan dengan kesanggupannya secara
fungsional untuk mengespresikan identitas eksistensial fungsionalnya.26
2. Pendekatan Teks; Dialetika Internal; Kesinambungan Pemikiran; dan Intertekstualitas
Pendekatan ini mempunyai asumsi dasar bahwa suatu konsep pemikiran (tesis) yang terus
dipergumulkan aktualisasinya akan mendorong terjadinya dialetika. Yaitu dinamika gerak
progresif aksi-reaksi pemikiran antara konsep pemikiran (tesis) yang telah ada dengan pemikiran
baru yang berbeda (antithesis) dan atau pemikiran pengembangan, sehingga membentuk suatu
konsep lain (sintesis) sebagai bentuk kontinuitas dan diskontinuitasnya dari tesis-antitesis
sebelumnya. Oleh karena itu, untuk menelusuri fakta kontinuitas dan diskontuitas dalam
dialetika internal, maka harus dilakukan perbandingan antar teks. Pendekatan ini akan digunakan
pada setiap perkembangan sejarah GKJ dan kemudian juga pada bagian akhir untuk menganalisa
dan mendeskripsikan fakta kontinuitas dan diskontuitas pergumulan dogmatis GKJ dalam

24

Y.M Sumardi, Sejarah Gereja Kristen Jawa, (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 2007),10-11.
Dr. Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta:Tiara Wacana, 2003),195-197.
26
Y.M Sumardi, Sejarah Gereja Kristen Jawa, (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 2007),11-12.

25

16

dokumen-dokumen dogma hasil pergumulan dogmatisnya.27Berdasarkan hal tersebut maka
dalam hal ini diberikan sebuah analisa tentang sejarah GKJ.28
Sejarah GKJ
Sejarah GKJ pada mulanya sebuah agama kristen yang berasal dari barat. Agama Kristen
yang berasal dari Barat merupakan seperangkat ajaran, organisasi dan liturgi yang sudah menjadi
bagian integral kehidupan masyarakat Barat.Sementara, masyarakat Jawa sedang berada pada
suasana kehausan terhadap simbol spiritual baru yang mampu memuaskan kebutuhan batin
mereka untuk menyatu dengan segala sesuatu yang diperhitungkan sebagai yang illahi. Ketika
dua hal ini bertemu, antara kaum misionaris dan masyarakat Jawa telah terjadi sebuah titik
perjumpaan atau persilangan antara mereka yang secara intensional mengajarkan agama baru dan
mereka yang mengupayakan pengetahuan kesempurnaan hidup e=\oterik. Karena itu, transfer
pengetahuan keagamaan dapat terjadi secara lancar, yang satu memberi dan yang lain
menerima.29
Kehadiran misi Kristen di Jawa Tengah seperti ―tumbu oleh tutup, sesuatu yang sangat
diharapkan, khususnya di bidang sosial-ekonomis penduduk asli.Pada tingkat ini kita melihat
bahwa kaum misionaris telah menemukan lapangan pekerjaan yang sangat subur dan sesuai
dengan tugas misionaris mereka.Kemiskinan, sakit, dan kebodohan merupakan penyebab utama
penderitaan penduduk, khususnya pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20.Itulah
sebabnya pelayanan medis dan pelayanan misi Kristen yang menekankan pada kesehatan dan
pendidikan memperoleh nilai yang sangat tinggi di kalangan rakyat kebanyakan.Titik pertemuan
misi Kristen dan kebutuhan rakyat terjadi dalam pelayanan ini, dan menjadi dasar yang cukup
kuat bagi kehadiran misi Kristen di tengah masyarakat Jawa.30 Di jawa agama
kristendikembangkan oleh Kiai Sadrach dan misionaris J. Wilhelm, yang merupakan awal
pertama kisah perjumpaan misi dengan masyarakat Jawa. Dengan melihat sejarah tersebut maka
dapat dilihat juga bagaimana latar belakang persembahan secara alkitab sebagai latar belakang
persembahan itu sendiri.Selain itu juga menggunakan teori dari Persembahan menurut PPAG
GKJ dan Tata gereja dan Tata Laksana GKJ.

27

Y.M Sumardi, Sejarah Gereja Kristen Jawa, (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 2007),12-13.
Y.M Sumardi, Sejarah Gereja Kristen Jawa, (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 2007),12-13.
29
Th. Sumartana, Mission at the Crossroad,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 59 -114.
30
Th. Sumartana, Mission at the Crossroad,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 59 -114.

28

17

Persembahan
a. Pengertian persembahan
Persembahan berasal

dari

kata

“sembah”

yang

berarti

pernyataan

hormat

dan

khidmat.Sementara pengertian persembahan adalah suatu pemberian kepada orang yang
terhormat.Kata persembahan juga dapat diartikan dengan pembaktian diri, penyerahan diri,
penghormatan, pengabdian atau minta perlindungan dari seseorang yang dianggap lebih kuat dari
dirinya sendiri.Bahkan jauh sebelum lahirnya gereja, praktek persembahan juga telah dilakukan
pada masa Abraham. Upacara persembahan kurban, merupakan praktek kuno, guna menjalin
hubungan dengan Allah lewat persembahan yang disampaikan melalui Imam, lalu dilembagakan
ke dalam ketentuan Hukum Taurat serta dikaitkan dengan Rumah Tuhan dan jabatan ke-Imaman
(Kel. 29; Bil. 18;Ibr 8:1-4). Pada dasarnya, persembahan kurban merupakan usaha untuk
menjalin kembali hubungan dengan Tuhan sebagai “persembahan yang harum” dan “pengakuan
dosa serta menyenangkan hati Allah” (Kel. 29:25).31
Pada sisi yang lain, persembahan melambangkan jawaban orang percaya terhadap injil
Kristus, yang bergerak dari manusia kepada Allah. Pendapat ini mengandung arti bahwa,
persembahan merupakan sikap atau tindakan sebagai jawaban manusia terhadap pelayanan
Kristus.Persembahan juga mengandung pengertian “ucapan syukur” (Yun Eucharistia) atau
pujian kepada Allah, atas pelayanan Kristus. Turut ambil bagian dalam pengembangan kerajaan
Allah, mengembangkan atau memakai talenta yang ia terima dari Allah. Pemazmur juga
mengajak umat yang menerima berkat Allah benar-benar melaksanakan hal ini. 32
Berkaitan

dengan

persembahan,

GKJ

juga

mempunyai

sebuah

sejarah

tentang

persembahan.Terutama bagaimana tentang ajaran persembahan perpuluhan itu sendiri, dari
berbagai sudut, asalmula persembahan GKJ dan juga persembahan perpuluhan di GKJ Salatiga
Timur.
Latar Belakang Persembahan
 Perjanjian Lama
Persembahan dimulai ketika “Kain dan Habil” mempersembahkan persembahannya kepada
Allah (Kej. 4:1-16). Kedua kakak beradik ini, melakukan pekerjaan yang berbeda, Kain menjadi
petani dimana ia mengerjakan tanah, sedangkan Habil jadi gembala. Pada suatu peristiwa,
31
32

G.C van Niftrik, B.J Boland,Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009),243.
G.C van Niftrik, B.J Boland,Dogmatika Masa Kini, 243.

18

keduanya membawa hasil dari pekerjaannya masing-masing untuk dipersembahkan sebagai
persembahan kepada Allah.Kain membawa hasil pekerjaannya yakni hasil bumi, sedangkan
Habil mempersembahkan anak sulung kambing dombanya. Allah tidak berkenan akan Kain dan
persembahannya, tetapi Habil persembahannya dikenan Allah.33Sebenarnya letak persoalannya
bukan antara hasil tanah dan domba, namun pada keadaan batin mereka

yang

menyerahkannya.Habil mempersembahkan hasil ternaknya dengan penuh iman, sedangkan Kain
tidak.Selanjutnya bila kita membaca Ibrani 11:4 jelas dikatakan” Karena iman Habil telah
mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik daripada persembahan Kain. Adapun
pertanda yang dapat kita fahami bahwa persembahan Habil diterima sedangkan persembahan
Kain tidak adalah korban Habil asapnya membubung ke atas sedangkan persembahan Kain
asapnya tidak naik (Bdk.Ibr 11:4).Karena persembahan Kain tidak berkenan kepada Allah, iapun
menjadi iri dan membenci adiknya Habil sampai-sampai dengan tega membunuh adiknya
itu. Sebagai akibat atau hukuman Allah atas kejahatan Kain, iapun diusir dari hadapan
Tuhan.Diusir dari daerah pertanian dan subur kepada kehidupan sebagai pengembara dan
pelarian di Bumi.34


Perjanjian Baru

Kitab Perjanjian Baru memberi pemahaman bahwa korban-korban yang dipersembahkan
di dalam Perjanjian Lama adalah sebagai lambang yang menunjuk pada karya penebusan Yesus
dari Nazaret sebagai Mesias. Yohanes pembabtis mengenali dan menyatakan bahwa Yesus
sebagai Anak Allah yang menghapus dosa dunia (Yoh.1:29-34). Ketika Yohanes membabtis
Yesus di Sungai Yordan, Yohanes memperkenalkan Dia sebagai Anak Domba yang menghapus
dosa dunia (Bdk.Yoh. 1:29).Demikian juga, ketika Yesus mengatakan bahwa Anak Manusia juga
datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberikan nyawanya bagi banyak
orang (Mark. 10:45). Yesus sendiri memahami peranNya sebagai gembala yang baik yang
mengorbankan nyawa untuk domba-dombaNya (Yoh. 10:10,12).35
Persembahan

adalah

bagian

dari

kehidupan

dan

ibadah

kebanyakan

umat

beragama.Persembahan menyangkut bagaimana sikap manusia terhadap Tuhan yang memberi
kehidupan dengan segala berkatnya.Persembahan menyangkut bagaimana manusia bersikap
terhadap hidup dan harta benda.Persembahan juga terkait dengan komitmen manusia terhadap
33

C.Barth, Teologi PL.I, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988),79.
C.Barth, Teologi PL.I, 79.
35
C. Barth, Teologi PL 2, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988 ),424-425.

34

19

partisipasinya dalam karya Allah. Hal mempersembahkan memang dipandang sebagai sesuatu
yang patut dilakukan. Persoalannya terletak pada motivasi. Artinya, apakah umat memiliki
kesadaran untuk

mempersembahkan, atau tidak memiliki cukup kesadaran untuk mau

melakukannya. Yang biasanya lebih mengundang perbedaan pandangan adalah tentang
bagaimana kita mempersembahkan. Dengan kata lain, tentang persembahan sebagai sebuah
kewajiban agama, secara prinsip umumnya tidak ada banyak perbedaan pandangan. Yang ada
adalah perbedaan kesadaran, yaitu adanya perbedaan tingkat kesadaran umat untuk melakukan. 36


Penggunaan Persembahan Perpuluhan

Ada berbagai bentuk pemberian umat seperti berbagai korban, dan juga dalam bentuk
persepuluhan.Khususnya yang berupa materi seperti barang, hewan, dan uang, dikumpulkan dan
dikelola, dipakai untuk kepentingan tertentu, dan secara praktis juga digunakan oleh dan untuk
orang dan kepentingan tertentu yang telah diatur. Mengenai perpuluhan yang bisa diberikan
dalam bentuk hasil atas tanah atau pertanian, atau binatang ternak, atau dalam beberapa hal juga
diuangkan, dalam masyarakat Perjanjian Lama telah dikelola dan diatur sedemikian sehingga
jelas atas apa dikenakan, bagaimana dikumpulkan, oleh siapa dan bagaimana pemanfaatannya.
Ada beberapa kecenderungan untuk menjadikan persepuluhan menjadi semacam sistem fund
raisingyang dibungkus dengan wibawa rohani alkitabiah. Pendekatan ini mempraktekan apa
yang sering disebut sebagai “ management by fear “ yang sangat efektif tetapi tidak mendidik.
Pendekatan lain juga terjadi yaitu dengan memberi penekanan bahwa jika orang memberikan
persepuluhan, maka Tuhan akan membalas berkat yang membanjir. Pendekatan ini memperoleh
tempat yang cukup kuat dalam masyarakat yang memiliki pola pikir “gambling” 37


Aturan Sinode GKJ tentang Perpuluhan

Akta Sinode XXIII GKJ Artikel 73 ayat 2 yang berbunyi, “Agar gereja – gereja
menekankan dan mengajarkan tentang persembahan perpuluhan yang memiliki dasar
alkitabiah.”38


Ajaran tentang Persembahan Perpuluhan di GKJ
1. Katekismus Heidelberg

36

Sinode GKJ, Perpuluhan,(Salatiga: Sinode GKJ, 2004 ), 19-30.
Sinode GKJ, Perpuluhan, ( Salatiga: Sinode GKJ, 2004 ),19-30.
38
Sinode GKJ, Perpuluhan, ( Salatiga: Sinode GKJ, 2004 ), 2.

37

20

Bagian Ketiga, Syukur yang wajib dipersembahkan kepada Allah, karena kelepasan
itu.Dalam bagian ini dijelaskan bagaimana syukur itu.39 Mengingat bahwa Kristus telah
melepaskan kita dari kesengsaraan kita hanya oleh rahmat, tanpa jasa apapun dari pihak kita,
mengapa kita masih perlu melakukan perbuatan baik?.
Karena Kristus, seletah menebus kita dengan darahNya, juga membaharui kita melalui RohNya
yang kudus menjadi serupa dengan gambarNya, supaya kita dengan seluruh kehidupan kita
memberi syukur kepada Allah dengan anugrahNya dan Dia kita puji. Selanjutnya, supaya
masing-masing dalam hatinya yakin tentang imannya karena buah-buah iman itu, dan supaya
sesama kita manusia, dengan melihat kehidupan kita yang saleh, tertarik kepada Kristus.40
2. Pokok – Pokok Ajaran Gereja GKJ tahun 1997 dan 2005.
Pokok – Pokok Ajaran Gereja GKJ dalam hal ini berisi tentang Persembahan dan
Penyelamatan Allah. Menggunakan Pokok – Pokok Ajaran Gereja GKJ sebagai dasar pengertian
apa sebenarnya persembahan menurut Pokok – Pokok Ajaran Gereja GKJ.


Sebagai sarana pemeliharaan iman, ibadah jemaat mengandung unsur-unsur dasar
apa?.
Yang terjadi di dalam ibadah jemaat adalah pertemuan dialogis antara jemaat dan
Allah. Oleh karena itu unsur-unsur dasarnya adalah :
Dari pihak jemaat : doa, pujian, pengakuan dosa dan permohonan ampun,
persembahan serta pengakuan iman.
Dari pihak Allah : hukum Tuhan, pengampunan dosa, firman dan berkat.41



Apa persembahan itu?.
Persembahan merupakan wujud ungkapan syukur dan penyerahan diri orang-orang
percaya atas pemeliharaan Allah.Persembahan di dalam ibadah jemaat adalah salah
satu dari bentuk persembahan orang-orang percaya. (Kej.28:20-22; Ams.3:9,10).42



Apa makna persembahan itu?.
Makna persembahan adalah :

39

Zakharias Ursinus dan Caspar Olevianus, KATEKISMUS HEIDELBERG Pengajaran Agama Kristen, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia,2016), 89-90.
41

Sinode GKJ, POKOK-POKOK AJARAN Gereja Kristen Jawa, (Salatiga, Sinode GKJ,2005), 45-46.
Sinode GKJ, POKOK-POKOK AJARAN Gereja Kristen Jawa, 46-47.

42

21

1. Ungkapan terimakasih orang-orang percaya atas pemeliharaan Allah didalam
kehidupannya.
2. Pernyataan sikap mempercayakan diri kepada Allah dengan pemeliharaanNya.
(Yun.2:9; Luk.21:1-4).43


Apakah persembahan itu wajib?.
Persembahan bukan sekedar kewajiban, bahkan merupakan suatu kemestiaan oleh
kesadaran iman orang percaya sendiri.Gereja hanya membuat peraturan pelaksanaan
teknisnya, seperti halnya didalam Alkitab juga diberikan peraturan teknisnya.
(Ul.16:16-17).44



Apa yang dapat atau boleh dipersembahkan oleh orang-orang percaya?.
Apa saja yang berfungsi menopang kehidupan gereja untuk melaksanakan fungsinya
di dalam pekerjaan penyelamatan Allah. Semua itu dapat dipersembahkan dengan
rasa takut dan hormat. Persembahan yang demikian itu juga merupakan pernyataan
keterlibatan orang-orang percaya dan tanggung jawab orang-orang percaya di dalam
pekerjaan penyelamatan Allah. (2Raj.12:4; Mat.8:4).45



Apakah itu berarti setiap orang yang terlibat di dalam ibadah jemaat dengan
sendirinya pasti mendapat berkat?.
Ibadah jemaat mendatangkan berkat hanya apabila keseluruhan unsurnya dilakukan
dengan iman dan hati yang sungguh-sungguh. Ibadah jemaat tidak bersifat
magis.[(Ul.10:12,13;Luk.2:27 (dibaca ayat 21-35) ; 2:37 (dibaca ayat 36-39)]



Apa berkat yang diperoleh dari ibadah jemaat?.
Berkat yang diperoleh dari ibadah jemaat adalah :
1. Karena pertolongan Roh Kudus, orang terpelihara dan terbina imannya.
2. Orang terpelihara dan terbina penghayatan persekutuan-nya dengan orang-orang
percaya.
3. Berkat khusus bagi kehidupan masing-masing.46

Keseluruhan rangkaian penjelasan diatas kemudian secara langsung membawa pada suatu
pemahaman bahwa, GKJ dalam pengajaranya tentang persembahan baik didalam Pokok – pokok
43

Sinode GKJ, POKOK-POKOK AJARAN Gereja Kristen Jawa, 47-48.
Sinode GKJ, POKOK-POKOK AJARAN Gereja Kristen Jawa, 48-49.
45
Sinode GKJ, POKOK-POKOK AJARAN Gereja Kristen Jawa, 50-51.
46
Sinode GKJ, POKOK-POKOK AJARAN Gereja Kristen Jawa, (Salatiga, Sinode GKJ,2005), 51-52.

44

22

ajaran, Tata gereja dan Tata Laksana, dan Katekismus Heidelberg, tidakan menekankan atau
membahas mengenai Persembahan Perpuluhan. Kemudian Persembahan perpuluhan dalam
Sejarah terbentuknya GKJ tidak ada sejarah mengenai hal tentang persembahan perpuluhan dan
pengertian persembahan sendiri dalam Pokok – pokok Ajaran Gereja GKJ adalah ungkapan
syukur manusia kepada Tuhan atas keselamatan dan pemeliharaan yang telah diberikanNya.Beberapa hal diatas inilah yang menujukkan bagaimana persembahan perpuluhan didalam
tatanan sinode GKJ secara histori belum dilaksanakan secara sepenuhnya.
Sejarah GKJ Salatiga Timur
GKJ Salatiga Timur bermulai dari sekelompok orang percaya yang bertempat tinggal
disekitar wilayah Nanggulan dan sekitarnya (Gendongan, Kalioso, dan Kalitaman), dengan
jumlah 31 KK, yang merupakan warga GKJ Salatiga. Waktu itu (Tahun 1965) GKJ Salatiga
belum mempunyai gedung gereja sendiri.Kebaktian Minggu masih menumpang di GKI di JI.
Jenderal Sudirman.
Pada awal tahun 1966 di Indonesia terjadi perubahan politik dan pergeseran kekuasaan. Pada
waktu yang sama terjadi peningkatan jumlah warga jemaat GKJ Salatiga. Keberadaan UKSW
yang menerima mahasiswa (khususnya dari luar kota) setiap tahun, menambah jumlah warga dan
kegiatan gerejawinya.
Khususnya di wilayah Nanggulan dan sekitarnya, timbul masalah yang berhubungan
dengan tempat kegiatan gerejawi (sekolah minggu, kegiatan pemuda).Majelis GKJ Salatiga
kemudian meminjam rumah bapak Asmopawiro (Nanggulan) yang daya tampung dan
fasilitasnya dianggap memadai untuk pelaksanaan kegiatan gerejawi tersebut.
Kebaktian atau ibadah Minggu (jam 17.00 WIB) juga diselenggarakan dirumah itu, tempat itu
kemudian dikenal dengan nama “Rumah kebaktian GKJ Salatiga di Nanggulan” dengan daya
tamping sekitar 40 (empat puluh).
Majelis GKJ Salatiga menetapkan sebagai blok Nanggulan, yang meliputi wilayah :
Tengaran, Tugu, Ringinawe, Pendhem, Mrican, Gendongan, Kalioso, Nanggulan, Karangpete,
dan Nalen. Pada tanggal 9 Juli 1973 majelis membentuk panitia pembangunan gedung gereja,
agar kgiatan gerejawi tidak lagi pinjam dirumah warga.Panitia berhasil membeli rumah papan
dengan ukuran 6x14 meter yang terletak di Nanggulan.Setelah dilakukan perbaikan, pada awal

23

Desember 1975, tempat kebaktian dari rumah bapak Asmopawiro pindah ketempat baru yang
berdaya tampung sekitar 200 (dua ratus) orang.
Tempat kebaktian yang baru diresmikan oleh majelis GKJ Salatiga bertepatan dengan
kebaktian perayaan Pentakosta, 16 April 1976, yang dipimpin oleh Pdt. Soesilo Darmowigodo.
Tempat kebaktian ini diberi nama “Gereja Kristen Jawa blok Nanggulan. Penyelenggaraan
kebaktian masih diatur oleh majelis GKJ Salatiga.Rumah kebaktian yang semula dari papan
tersebut kemudian direnovasi menjadi gedung permanen dengan ukuran 11x16 meter. Dengan
didirikannya perumahan UKSW di Karangpete pada bulan Mei 1979, warga blok GKJ
Nanggulan bertambah menjadi 19 KK. Sekalipun masih berstatus menjadi blok, majelis GKJ
Salatiga memberi kepercayaan penuh untuk mengelola tempat kebaktian tersebut secara mandiri.
Pendewasaan jemaat mendorong Majelis Salatiga Timur untuk memanggil seorang
pendeta.Pdt. Daniel Sukirman, S.Th, yang kemudian menjadi pendeta pertama di GKJ Salatiga
Timur. Kemudian Majelis GKJ Salatiga Timur menerima permohonan dari pimpinan UKSW,
disertai rekomendasi

dari deputat Sinode GKJ, untuk menerima Pdt. Drs. Nugroho Adhi

(pendeta GKJ Semarang Barat) untuk menjadi pendeta pelayanan umum GKJ Salatiga Timur
yang bertugas di fakultas Teologi UKSW. Dengan status Emiritusnya Pdt. Daniel Sukirman,
kebutuhan seseorang akan tenaga pendeta menjadi lebih nyata. Bp Sari Frihono, S.Ag lulusan
sekolah tinggi agama kristen Surakarta menjadi pendeta selanjutnya menggantikan Pdt Daniel
Sukirman. Setelah itu Sdr. Sri Bangun Wismono, S.Th, menjadi pendeta di GKJ Salatiga
Timur.47
Profil GKJ Salatiga Timur
GKJ Salatiga Timur berada di Jl. Tanggulayu No.7, RT.02/RW.VII,Nanggulan, Kel.
Kutowinangun Kidul, Kec. Tingkir, Salatiga, Jawa Tengah. GKJ Salatiga Timur mempunyai 4
pepanthan, yang terdiri dari Pep.Nyamat; Pep.Karanggondang; Pep.Glawang; Pep. Gombang
Setro.48 Didalam GKJ Salatiga Timur terdapat badan-badan pelayanan dibagi dalam 4 bagian
yaitu Komisi, Bidang, Persekutuan, Tim, Panitia. Didalam GKJ Salatiga Timur komisi ada
Komisi Peribadatan, Komisi Pemahaman Alkitab, Komisi Katekisasi, Komisi PHBK, Komisi
Kesenian, Tim Multimedia dan Seksi – seksi dalam gereja. Jumlah Anggota 411 KK, terdiri dari
47

GKJ Salatiga Timur, Pentahbisan pendeta dan HUT ke 25 GKJ Salatiga Timur, (Salatiga, 31 Oktober 2008), hal,
15-20.
48
Sinode GKJ, “Sinode GKJ-Klasis Salatiga Bagian Selatan”, diakses 24
Januari,2017,http://gkj.or.id/index.php?pilih=sub_hal&id=90.

24

warga dewasa 1.209 orang dan warga anak 519 orang. Total jumlah warga gereja 1.728 orang (
termasuk warga pepanthan : Nyamat, Karanggondang, Glawan, dan Gombang Setro ). Jumlah
Penatua 27 orang, Pendeta jemaat 1 orang, Diaken 52 orang.49
Pelayanan dalam jemaaat


Kegiatan rutin dalam jemaat.
No Kegiatan

Hari

Waktu

1.

Kebaktian Minggu

Minggu

2.

Kebatian Sekolah
Minggu
Pemahaman
Alkitab
di
5
wilayah
dan
pepanthan
Persekutuan doa
pagi
Konseling Pastoral

Minggu

06.30,
Jemaat
08.30,16.30
07.00
Anak

3.

4.
5.



Peserta

SeninMinggu

17.00

Jemaat

Sabtu

05.00

Jemaat

SeninSabtu

10.0012.00

Jemaat

Ibadah dan kegiatan Khusus di GKJ Salatiga Timur
Ibadah Khusus terdiri 4 bagian yakni;Ibadah syukuran (rumah, kenaikan pangkat,

ulang tahun dan lain-lain),ibadah pemberkatan pernikahan,ibadah pemakaman dan
penghiburan, Ibadah perayaan gerejawi (Natal, Paskah dan Pentakosta).
Sejarah Persembahan Perpuluhan di GKJ Salatiga Timur
Persembahan pada dasarnya adalah persembahan yang didasari dari ucapan syukur secara
pribadi kepada Tuhan, jadi merupakan sebuah upaya ketaatan saya kepada Tuhan sehingga
saya memberikan persembahan kepada Tuhan.Persembahan sendiri berasal dari kata sembah,
sehingga sembah sujud yang di berikan kepada Tuhan.50Selain ucapan syukur juga
merupakan sebuah persembahan yang sengaja di berikan kepada Tuhan setelah dipotong-

49

GKJ Salatiga Timur, Pentahbisan pendeta dan HUT ke 25 GKJ Salatiga Timur, (Salatiga, 31 Oktober 2008), hal,
15-20.
50
SB,Salatiga,wawanca pada tanggal 24 Januari 2017, pukul 12.15 wib.

25

potong kebutuhan keluarga.51 Kemudian pengertian persembahan lain adalah persembahan
yang dibagi sepersepuluh dari sebuah penghasilan setiap bulan.52
Sehingga dalam pelaksanaaanya persembahan perpuluhan secara sadar belum dilakukan
sepenuhnya, hanya beberapa orang yang yang melakukan dalam memberikan persembahan
perpuluhan di gereja Salatiga Timur.Walaupun dalam pelaksanaanya persembahan
perpuluhan digabung dengan persembahan bulanan masih tinggi bulanan.Dalam hal ini yang
memberikan persembahan perpuluhan hanya sekitar 10% dari jemaat GKJ Salatiga Timur,
karena warga sendiri cenderung memberikan persembahan bulanan.53Dalam memberikan
persembahan selaku gereja tidak menutup kemungkinan dalam bentuk yang lain. Tetapi
cenderung jemaat memberikan berupa uang.54 Selain itu juga jemaat juga memberikan dalam
hal ini berdasarkan Roma 12:1 “karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku
menasehatkan kamu supaaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang
hidup, yang kudus dan yang berkenanan kepada Allah: itu merupakan ibadahmu yang
sejati”.55
Persembahan perpuluhan pertama kali dikenalankan oleh pendeta konsulen yaitu pendeta
Sari, setelah GKJ Salatiga Timur mendewasakan diri maka pemahaman perpuluhan sudah
ada.56Bahkan dalam hal ini persemba