Analisis Komparatif Pendapatan Peternak Domba Secara Intensif dan Semi Intensif di Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

TINJAUAN PUSTAKA

Geografi Desa Celawan
a. Letak dan Geografis
Terletak 30677 LU dan 989477 LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan
Pantai Cermin dengan ketinggian tempat 11 mDPL, dengan luas wilayah Desa
Celawan sebesar 19.65 km2 atau 24.48 persen dari luas kecamatan Pantai Cermin.
Dengan kepadatan penduduk 339 jiwa/km2. Batas-batas wilayah Desa Celawan
adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kota Pari
Sebelah Selatan : Ujung Rambung
Sebelah Barat

: Sungai Ular

Sebelah Timur : Desa air Terjun
(Data Statistik Serdang Bedagai, 2016).
b. Iklim
Desa Celawan terletak di sebelah Barat Kecamatan Pantai Cermin terletak di
dataran rendah dengan ketinggian 0 s/d 6 meter di atas permukaan laut dan beriklim
sedang. Musim di daerah ini ada dua yaitu musim hujan dan musim kemarau. Kedua

musim ini dipengaruhi oleh dua arah angin yaitu angin gunung yang membawa hujan
dan angin laut yang membawa udara panas dan lembab. Biasanya curah hujan cukup
tinggi terjadi pada bulan November sampai dengan Juni. Luas wilayah Desa Celawan
sebesar 19.65 km2 atau 24.48 persen dari luas kecamatan Pantai Cermin. (Badan
Pusat Statistik Serdang Bedagai, 2016).

Universitas Sumatera Utara

Usaha Peternakan Rakyat
Usaha peternakan di Indonesia 90% merupakan peternakan rakyat. Ciri usaha
peternakan rakyat ini antara lain : skala usaha kecil, motif produksi rumah tangga,
dilakukan sebagai usaha sampingan, menggunakan teknologi sederhana sehingga
produktivitasnya rendah dan mutu produk bervariasi (Soehadji, 1991).

Demikian

juga menurut Cyrilla dan Ismail (1988), yang menyatakan bahwa usaha peternakan
rakyat yang mempunyai ciri-ciri antara lain : skala usaha kecil dengan cabang usaha,
teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produk kurang terjamin, belum
sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka terhadap perubahan-perubahan.

Usaha tani dapat berupa bercocok tanam atau memelihara ternak. pada
umumnya ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia berlahan sempit, pemodalan
terbatas, tingkat pengetahuan petani terbatas dan kuarang dinamis, serta pendapatan
petani yang rendah ( Soekartawi et al., 1986).
Peternakan yang berlangsung dewasa ini tidak dapat dikatakan sebagai bagian
integral dari pola usahatani. Maksudnya tidak merupakan cabang usaha yang
mendapatkan alokasi tersendiri dalam penggunaan bagian lahan, sehingga sumber
hijauan pakan ternak tidak dihasilkan khusus dalam pola usahatani tersebut (Widodo,
1984).
Tujuan pokok dari sebuah usahatani keluarga adalah untuk memperoleh hasil
setinggi mungkin guna mencukupi kebutuhan bagi pelaksanaan usahataninya dan
pembentukan modal. Maka selain berusahatani peternak juga memiliki usaha tani lain
untuk mendukung usahanya ( Tohir, 1991).
Menurut Kay dan Edward (1994), dalam usahatani dan usaha peternakan,
pembagian kerja dan tugas manajemen jarang dilakukan, kecuali usaha besar. Petani

Universitas Sumatera Utara

dalam usahatani tidak hanya menyumbangkan tenaga saja, tetapi lebih dari itu. Petani
adalah pemimpin (manager) usahatani yang mengatur organisasi produksi secara

keseluruhan (Mubyarto, 1991).
Beberapa

karakteristik

peternak

yang

diduga

berpengaruh

terhadap

pendapatan peternak yaitu:
a. Skala usaha
Pendapatan usaha ternak sangat di pengaruhi oleh banyaknya ternak yang
dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak maka
semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh (Soekartawi, 1995).

Pendapatan yang tinggi dapat diperoleh dengan skala usaha yang besar dan
didukung oleh pengoperasian usaha yang efisien. Masalah yang berhubungan dengan
minimalisasi biaya salah satunya adalah skala usaha ternak, dimana peternak harus
memutuskan tentang besar dan volume usaha ternaknya. Peternakan perlu
mempertimbangkan besar dan volume usaha untuk memperoleh skala usaha yang
ekonomis (Noegroho et al,. 1991).
Pengalaman beternak
Bahwa semakin tinggi kualitas sumber daya manusia, yang pada gilirannya
akan semakin tinggi pula produktifitas kerja yang dilakukannya. Oleh karena itu,
dengan semakin tingginya pendidikan peternak maka diharapkan kinerja usaha
peternakan akan semakin berkembang(Syafaat et al, 1995) dalam Siregar (2009)
Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang
kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya.
Keterbatasan keterampilan/pendidikan yang dimilikinya menyebabkan keterbatasan
kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja. (Ahmadi,2003) dalam Siregar (2009)

Universitas Sumatera Utara

Usia non produktif berada pada rentan umur 0-14 tahun, usia produktif 15-56
tahun dan usia lanjut 57 keatas. Semakin tinggi umur seseorang maka lebih

cenderung untuk berpikir lebih matang dan bertindak lebih bijaksana. Secara fisik
akan mempengaruhi produktifitas usaha ternak, dimana semakin tinggi umur
peternak maka kemampuan kerjanya relatif menurun. Pada umumnya, peternak yang
berusia muda dan sehat mempunyai kemempuan fisik yang lebih kuat dari pada
peternak yang lebih tua serta peternak yang lebih muda juga lebih cepat menerima
hal-hal yang baru dianjurkan,(Kasim dan Sirajuddin,2008),
Pedidikakan merupakan faktor yang dapat mempercepat pembangunan usaha
pertanian dan peternakan, dengan pendidikan yang baik, seorang peternak akan
mudah mengadopsi teknologi baru, mengembangkan keterampilan dan memecahkan
permasalahan yang dihadapi (Mosher, 1983).
Sistem Pemeliharaan
Menurut Tomaszeweska et al., (1993) ternak domba mempunyai beberapa
keuntungan dilihat dari segi pemeliharaannya, yakni : Cepat berkembang biak, dapat
beranak lebih dari satu ekor dan dapat beranak dua kali dalam satu tahun, selalu
bergerombol bila sedang merumput atau berjalan, kurang memilih dalam hal pakan
sehingga memudahkan dalam pemeliharaan, memberikan pupuk kandang untuk
keperluan pertanian, serta sebagai sumber keuangan untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga yang mendadak.
Pemeliharaan ternak yang dilakukan oleh petani di pedesaan pada umumnya
dalam skala yang relatif kecil dengan rataan jumlah pemilikan sebanyak 3-5 ekor per

keluarga petani. Sistem pemeliharaan pun dilakukan secara tradisional dengan ciriciri: perkandangan sederhana, penyediaan pakan terbatas dengan mengandalkan alam

Universitas Sumatera Utara

sekitar atau setengah digembalakan, dan tanpa ada pemilihan bibit secara terarah.
Melalui sistem pemeliharaan secara sederhana tersebut, ternak ini hanya memberikan
pertambahan berat badan harian sebesar 20-30 gram, lebih kecil dari potensi
produktivitas yang dapat dicapai oleh ternak domba apabila dipelihara secara intensif
dengan pemberian makanan yang cukup
jumlah dan baik mutunya (Merkel dan Subandriyo, 1997).
Sistem pemeliharaan yang dilakukan dalam penggemukan dewasa ini yaitu
secara intensif. Sistem pemeliharaan secara intensif merupakan pemeliharaan ternak
dalam tempat yang terkurung dan makanan dibawa ke ternak(Parakkasi, 1999).
Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan bobot
badan harian karena pemberian pakan yang cukup sesuai dengan kebutuhan domba.
Menurut Mathius (1998), pemeliharaan secara intensif dengan cara ternak domba
dikandangkan penuh, sehingga dapat menghemat energi dan dapat dimanfaatkan
penuh untuk produksi daging.
Penerapan sistem intensif dalam peternakan domba menuntut perhatian penuh
peternak karena domba sepenuhnya terkurung di dalam kadang. Di dalam kandang

domba dipisahkan menurut jenis kelaminnya. Dengan kata lain, domba jantan dan
domba betina dipisahkan. domba yang masih kecil dan domba dewasa juga
dipisahkan. Dalam hal ini peternak harus melakukan kegiatan rutin dan kegiatan
insidental. Kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari meliputi: 1) pembersihan
kandang, 2) pengumpulan tahi dan kencing domba, dan 3) penyediaan pakan hijauan,
pakan tambahan, dan air minum. Kegiatan insidental meliputi: 1) pemotongan kuku
domba, 2) kastrasi atau pengebirian, 3) pemeriksaan kesehatan dan pemberian obat,

Universitas Sumatera Utara

4) pemberian tanda pengenal, 5) pemotongan tanduk, dan 6) vaksinasi.
(Hadisapoetra, 1973).
Peternakan Sistem Semi Intensif adalah Peternakan dengan mengadopsi
sistem modern yang menggabungkan sistem intensif (ternak dikandangkan) dan
sistem ekstensif (ternak di umbar) dimana ketika siang dan sore hari ternak di
gembalakan di lapangan pengembalaan yang di pagar di sekelilingnya sehingga
ternak bisa leluasa bergerak dan makan sebanyak - banyaknya dan ketika petang
ternak dimasukan kedalam kandang untuk beristirahat. Selain di berikan pakan
rumput ternak juga di berikan pakan berupa konsentrat pada pagi hari sebelum di
gembalakan bertujuan untuk memberikan nutrisi tambahan dan di harapkan akan

mempercepat pertumbuhan ternak (Williamson dan Payne, 1993).
Biaya Produksi
Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan, yang
tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat di ukur untuk menghasilkan
suatu produk. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang dinilai dengan uang atau dengan pengertian lain biaya
produksi adalah besarnya nilai pengeluaran (Cyrilla dan Ismail, 1988)
Bibit merupakan salah satu faktor produksi yang sangat menetukan
keberhasilan usaha tani. Biaya bibit yang dikeluarkan tentu akan mempengaruhi nilai
ternak pada akhir tahun, jika ternak tidak dijual maka nilai dari ternak akan dihitung
sebagai penerimaan bagi peternak (Saleh et al,2006).
Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besar – kecilnya
dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, misalnya biaya untuk sarana produksi
(ransum, obat dan upah). Pendapatan yang diterima dalam usahatani antara lain

Universitas Sumatera Utara

pendapatan bersih dan pendapatan keluarga. Pendapatan usahatani adalah selisih
antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan (Soekartawi, 1995).
Penerimaan dan Pendapatan

Penerimaan dalam usaha tani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan
selama periode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah penerimaan
dikurangi dengan biaya produksi (Kay dan Edward, 1994).
Hernanto (1991) menyatakan bahwa penerimaan usaha tani (farm receipts)
sebagai penerimaan dari semua sumber usahatani yang meliputi jumlah penambahan
investasi dan nilai penjualan hasil serta nilai penggunaan yang dikonsumsi rumah
tangga.
Menurut Noegroho, et al (1991), menyatakan bahwa pendapatan usaha ternak
menggambarkan imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktorfaktor produksi kerja, pengelolaan dan modal yang diinvestasikan kedalam usaha
tersebut. Pendapatan bersih usaha tani merupakan selisih antara pendapatan kantor
dan pengeluaran total tanpa memperhitungkan tenaga kerja keluarga petani, bunga
modal sendiri dan pinjaman. Analisis pendapatan dapat memberikan bantuan untuk
mengukur keberhasilan usaha dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kegiatan
usahatani dalam satu tahun.
Analisis Usaha
Analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu
usaha ternak komersil. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah pemecahan
berbagai kendala yang di hadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik
tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil analisis ini dapat
digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha atau


Universitas Sumatera Utara

memperbesar skala usaha. Hernanto (1996), menyatakan bahwa analisis usaha
dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh. Ada tiga laporan
utama yang berkaitan dengan analisis usaha yaitu :
(1) Arus biaya dan penerimaan (cash flow), yaitu berupa biaya operasional
(2) Neraca (balance sheet), yaitu berupa harta, utang dan modal
(3) Pertelaan pendapatan (income statement), yaitu menyangkut laporan laba-rugi
berupa pendapatan dikurangi dengan beban (biaya).
Winartha (2006) menyebutkan bahwa dalam analisis pedapatan diperlukan
dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka
waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan analisis pendapatan
adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan keadaan yang akan datang dari
kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis pendapatan bertujuan untuk mengukur
keberhasilan suatu usaha.

Universitas Sumatera Utara


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor yang Memengaruhi Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

1 50 142

Konflik Pemekaran Wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus:Konflik Horisontal yang Bersifat Laten di Desa Pagar Manik, Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai)

8 84 101

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Peternak Sapi Potong Intensif dan Tradisional di Kecamatan Pantai Cermin dan Kecamatan Serba Jadi Kabupaten Serdang Bedagai

8 103 103

Analisis Komparatif Pendapatan Peternak Domba Secara Intensif dan Semi Intensif di Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 9

Analisis Komparatif Pendapatan Peternak Domba Secara Intensif dan Semi Intensif di Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 2

Analisis Komparatif Pendapatan Peternak Domba Secara Intensif dan Semi Intensif di Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 4

Analisis Komparatif Pendapatan Peternak Domba Secara Intensif dan Semi Intensif di Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Chapter III VI

0 0 21

Analisis Komparatif Pendapatan Peternak Domba Secara Intensif dan Semi Intensif di Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

0 1 2

Analisis Komparatif Pendapatan Peternak Domba Secara Intensif dan Semi Intensif di Desa Celawan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 11

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI DESA CELAWAN KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2014

0 2 22