Hubungan Antara Simetrisitas Kondilus Dan Pola Pertumbuhan Vertikal Wajah Pada Pasien Ortodonsia Di RSGMP FKG USU Chapter III VI

23

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan crosssectional dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara simetrisitas kondilus dan
pola pertumbuhan vertikal wajah pada pasien ortodonsia di RSGMP FKG USU.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari 2017 hingga bulan April 2017,
bertempat di Departemen Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Jalan Alumni No.2 Kampus USU, Medan.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah rekam medik pasien yang sedang mencari
perawatan ortodonsia di RSGMP FKG USU. Pada penelitian ini sampel dipilih dengan
metode purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Besar jumlah
sampel untuk memperoleh proporsi simetrisitas kondilus pada kelompok kasus dan
kontrol adalah:40

Universitas Sumatera Utara

24


Keterangan;
P1 = Proporsi asimetri mandibula skeletal di Jakarta (14.1%)34
P2 = Proporsi asimetri mandibula di North Carolina, Amerika Serikat (74.1%)13
Besar sampel minimal pada tiap kelompok adalah 21 orang. Besar sampel ini
ditambah sebesar 10 % menjadi 25 orang sampel pada tiap kelompok.
3.3.1 Kriteria inklusi
1. Foto panoramik dan sefalometri lateral masih berkualitas baik, terutama pada
regio yang akan diteliti.
2. Gigi permanen masih lengkap sampai M2 berdasarkan analisis radiografi.
3.3.2 Kriteria Eksklusi
1. Memiliki riwayat perawatan ortodonsia
2. Memiliki karies yang besar ataupun radiks
3. Riwayat trauma pada wajah
4. Ada kelainan kongenital seperti celah bibir dan palatal
5. Pasien sindrom yang membutuhkan perawatan interdisiplin
3.4 Variabel dan Defenisi Operasional
3.4.1 Variabel Penelitian
Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas: Simetrisitas kondilus berdasarkan kajian panoramik (metode

Habets dkk., dimodifikasi oleh Kjellberg dkk.,)
2. Variabel Terikat: Sudut MP: SN
3. Variabel Terkendali: Usia
4. Variabel Tidak Terkendali: Jenis kelamin, ras, tipe maloklusi

Universitas Sumatera Utara

3.4.2 Definisi Operasional
No
1

Variabel
Kesimetrisan tinggi
kondilus mandibula
dalam arah vertikal

Defenisi Operasional
Keadaan
yang
berkaitan

dengan
perbedaan
ukuran
tinggi kondilus sisi
kanan dan kiri.

Cara Pengukuran
Mengukur tinggi kondilus sisi
kanan dan kiri berdasarkan
metode
Habets
dkk.,
dimodifikasi oleh Kjellberg
dkk., pada OPG dengan
rumus (R-L)/(R+L) X 100%.

Hasil Pengukuran
0 = Simetri < 6%
1 = Asimetri > 6%


2

Sudut MP: SN

Menurut
analisis Mengukur sudut MP: SN pada 0= Normal 32°±5°
Nominal
Steiner, sudut yang SL.
1= Abnormal 37o
pertemuan garis Sella
ke Nasion dan bidang
mandibula (GonionGnathion). Nilai ratarata dari sudut ini
adalah 32o+ 5o.

3

Usia

Satuan waktu yang Rekam medik
mengukur

waktu
keberadaan
suatu
makhluk, diukur sejak
dia lahir hingga waktu
umur itu dihitung.

> 18 tahun

Skala ukur
Nominal

Rasio

25

Universitas Sumatera Utara

26


3.5 Alat dan Bahan
3.5.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah:
a.

Pensil 2B, penghapus dan penggaris

b.

Rol segitiga

c.

Busur derajat

d.

Tracing box

e.


Gunting dan selotip

f.

Kalkulator

3.5.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan selama penelitian ini adalah:
a. Roentgen foto sefalometri lateral dan panoramik
b. Kertas asetat tracing (tebal 0.003 inchi)

A

B

C

D


Gambar 10. Alat- alat yang digunakan. (A) Pensil, pulpen, penghapus,
penggaris, busur dan kalkulator, (B) Rol segitiga, (C) Tracing box
(D) Gunting dan selotip

Universitas Sumatera Utara

27

B

A

C
Gambar 11. Bahan yang digunakan. (A) Foto panoramik, (B)
Sefalogram lateral, (C) Kertas asetat (0.003 inchi)
3.6 Prosedur Penelitian
1. Peneliti mengurus surat izin dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara, surat persetujuan penelitian dari Komisi Etik Penelitian Bidang
Kesehatan, dan surat izin dari RSGMP Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara.

2. Setelah surat izin penelitian diperoleh, peneliti mengumpulkan OPG dan SL
pasien sebelum perawatan ortodonsia di RSGMP FKG USU.
3. Dilakukan tracing OPG pada tracing box dan dilakukan pengukuran secara
manual dengan metode intra-observer.
4. Peneliti membuat outline kondilus dan ramus ascendens dari kedua sisi
mandibula di atas kertas asetat. Garis ramus line (RL) dibentuk dari titik pada
permukaan kondilus yang paling lateral ke titik di permukaan paling lateral dari
ramus ascenden. Garis pada batas bawah mandibula disebut mandibular line (ML).
Selanjutnya, garis tegak lurus ditarik dari permukaan yang paling superior paada
kondilus mandibula (co). Kondilus mandibula (co) merupakan garis tegak lurus

Universitas Sumatera Utara

28

terhadap RL yang ditarik dari permukaan paling superior dari kondilus dan disebut
co’, sedangkan insisura mandibula (inc’) merupakan titik yang berasal dari
perpotongan tegak lurus angular notch dan ramus line yang membentuk sudut 90o.
Perpotongan antara garis RL dan ML disebut titik gonion (go). Refleksi dari go
terhadap RL secara tegak lurus disebut go’. Tinggi kondilus mandibula dihitung dari

co’ ke inc’. Semua pengukuran dibuat dalam satuan milimeter (mm) (Gambar 12).

Gamabr 12. Pengukuran tinggi kondilus dan ramus berdasarkan metode Habets dkk.,
dimodifikasi oleh Kjellberg dkk., dengan menggunakan foto panoramik25
5. Untuk menentukan kesimetrisan antara kondilus mandibula pada OPG,
digunakan formula (R-L)/(R+L) X 100%.
6. Tracing SL dilakukan di atas tracing box. Penentuan titik-titik referensi pada
SL, antara lain nasion (N), sella (S), gonion (Go) dan gnathion (Gn). Titik S-N dan
Gn-Go dihubungkan, kemudian garis S-N diproyeksikan tegak lurus sehingga garis
tersebut berpotongan dengan bidang mandibula (gonion-gnathion). Sudut MP:SN
terbentuk. Sudut MP:SN diukur dengan menggunakan busur derajat.
7. Hasil pengukuran yang diperolehi kemudian ditabulasi dan dianalisis.

Universitas Sumatera Utara

29

3.7 Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan metode komputerisasi dan disajikan dalam

bentuk tabel.
3.7.2 Analisis Data
Hasil data penelitian hubungan antara simetrisitas kondilus dan pola
pertumbuhan vertikal wajah pada pasien ortodonsia dilakukan dengan menggunakan
uji chi-square untuk mendapatkan hasil hubungan antara dua kelompok.
3.8 EtikaPenelitian
Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup:
1. Ethical Clearance
Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi
Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etik yang bersifat internasional dan
nasional.

Universitas Sumatera Utara

30

BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara simetrisitas
kondilus dan pola pertumbuhan vertikal wajah pada pasien ortodonsia di RSGMP
FKG USU. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa OPG dan SL dari 79
pasien yang telah memenuhi kriteria sampel. Tabel 2 menunjukkan rerata usia sampel
penelitian ini yaitu 21.09 + 1.77 tahun dengan distribusi sampel laki-laki sebanyak
22.8% (n=18) dan perempuan sebanyak 77.2% (n=61).
Tabel 2. Distribusi jumlah sampel berdasarkan jenis kelamin dan usia.
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
18
22.8
61
77.2

Usia (tahun)
Rerata

Sd

21.09

1.77

Tabel 3 menunjukkan rerata IAK pada pasien ortodonsia di RSGMP FKG USU
dengan uji-t. Untuk menghindari kesalahan pengukuran, 20 OPG diuji secara intraobserver dengan menggunakan prosedur yang sama dan dibandingkan dengan hasil
pengukuran observer 1. Berdasarkan hasil uji-t tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antara observer 1 dan 2 dengan nilai p= 0.347 (p > 0.05).
Tabel 3. Rerata IAK pada pasien ortodonsia di RSGMP FKG USU dengan uji-t.
IAK

N

Rerata

Sd

Observer 1

20

4.707

4.726

Observer 2

20

5.295

4.399

p
0.347

*Perbedaan bermakna= p < 0.05

Universitas Sumatera Utara

31

Tabel 4 menunjukkan rerata tinggi kondilus kanan dan kiri serta IAK pada
pasien ortodonsia di RSGMP FKG USU. Rerata tinggi kondilus kanan sebesar 23.45
+ 4.50 mm, tinggi kondilus kiri sebesar 24.03 + 4.51 mm dan IAK sebesar 5.31 +
4.87%.
Tabel 4. Rerata tinggi kondilus kanan dan kiri serta IAK pada pasien ortodonsia di
RSGMP FKG USU.
Variabel
Tinggi kondilus kanan
Tinggi kondilus kiri

Rerata + Sd
Tinggi kondilus (mm)
23.45 + 4.50
24.03 + 4.51

IAK (%)
5.31 + 4.87

Tabel 5 menunjukkan rerata dan standard deviasi pola pertumbuhan vertikal
wajah antara kelompok normal dan abnormal pada pasien ortodonsia di RSGMP
FKG USU. Rerata pola pertumbuhan vertikal wajah yang normal sebesar 32.76 +
2.93o dan di luar batas normal sebesar 29.09 + 9.640.
Tabel 5. Rerata pola pertumbuhan vertikal wajah pada pasien ortodonsia di RSGMP
FKG USU.
MP:SN

Rerata + Sd (o)

Normal

32.76 + 2.93

Abnormal

29.09 + 9.64

Tabel 6 menunjukkan sebanyak 57.0%

(n= 45) sampel memiliki kondilus

simetri sedangkan sebanyak 43.0% (n= 34) sampel memiliki kondilus asimetri. Hasil
uji chi-square menunjukkan nilai p = 0.379. Nilai tersebut lebih besar dari derajat
kepercayaan 95% (p=0.05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara simetrisitas kondilus dan pola pertumbuhan vertikal wajah pada
pasien ortodonsia di RSGMP FKG USU.

Universitas Sumatera Utara

32

Tabel 6. Hubungan antara simetrisitas kondilus dan pola pertumbuhan vertikal wajah
pada pasien ortodonsia di RSGMP FKG USU.
MP:SN

Kondilus

Simetri
n
%
Normal
27
34.2
Abnormal
18
22.8
Jumlah
45
57.0
*Perbedaan bermakna = p < 0.05

Asimetri
n
%
17
21.5
17
21.5
34
43.0

Jumlah
n
44
35
79

%
55.7
44.3
100.0

p
0.379

Universitas Sumatera Utara

33

BAB 5
PEMBAHASAN
Tujuan dari perawatan ortodonsia adalah untuk menciptakan penampilan wajah
yang seimbang dan harmonis, salah satunya adalah memperhatikan konsep
kesimetrisan.26 Prinsip kesimetrisan adalah menjaga keseimbangan ukuran, bentuk
dan susunan struktur pada sisi yang berlawanan.1,3 Asimetri wajah bisa terjadi pada
berbagai lokasi wajah dan kepala, paling sering terjadi di regio mandibula. Asimetri
mandibula merupakan asimetri yang terjadi pada sepertiga bagian wajah bawah.
Pergeseran mandibula mudah terlihat secara visual sehingga menyebabkan masalah
estetika dan fungsional karena mandibula berperan penting dalam sistem
stomatognasi.2,6,34
Pada penelitian ini semua sampel berusia minimal 18 tahun karena untuk
memastikan pertumbuhan mandibula mencapai usia maturasi.18 Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Celik dkk., (2016), yang meneliti asimetri kondilus dan ramus
dalam arah vertikal pada 101 pasien dewasa yang berusia 18-34 tahun dengan pola
pertumbuhan vertikal yang berbeda dan pola skeletal sagital normal menggunakan
CBCT.19 Penelitian Al Taki dkk., (2015), juga menggunakan sampel dengan usia 1928 tahun untuk meneliti pengaruh perbedaan tipe maloklusi terhadap asimetri
mandibula dalam arah vertikal.18
Asimetri mandibula dapat didiagnosis melalui pemeriksaan klinis, fotografi,
pemeriksaan radiografi seperti OPG, PA, SL, CT dan CBCT. Studi-studi sebelumnya
menyelidiki hubungan antara asimetri kondilus dengan berbagai maloklusi dengan
menggunakan OPG.19,26 OPG adalah radiografi yang lazim digunakan oleh dokter
gigi dan ortodontik untuk mendiagnosis serta menegakkan rencana perawatan.26 OPG
paling sering digunakan karena dapat menggambarkan dan memberi informasi
tentang sendi, gigi dan bagian lain dari tulang rahang dalam satu pengambilan. Selain
itu, OPG juga dapat digunakan untuk mengevaluasi asimetri mandibula dalam arah
vertikal, mengukur tinggi kondilus, ramus dan sudut gonial.2,21,22

Universitas Sumatera Utara

34

Pengukuran IAK dilakukan oleh dua orang observer dengan menggunakan
prosedur yang sama untuk mencegah kesalahan intra-observer. Observer pertama
merupakan observer yang berpengalaman dalam pengukuran IAK pada OPG dan
observer kedua merupakan observer utama. Tabel 3 menunjukkan perhitungan IAK
antara observer 1 dan 2 tidak berbeda secara bermakna. Hal ini dapat dilihat dari hasil
uji-t yang membandingkan rerata perhitungan IAK antara observer 1 dan 2 pada
pasien ortodonsia di RSGMP FKG USU sebesar 0.347 (p>0.05).
Pada tabel 4 dapat dilihat rerata tinggi kondilus kanan dan kiri serta IAK pada
pasien ortodonsia. Rerata tinggi kondilus kanan sebesar 23.45 + 4.50 mm, tinggi
kondilus kiri sebesar 24.03 + 4.51 mm dan IAK sebesar 5.31 + 4.87%. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan rerata tinggi kondilus kiri lebih besar dari kondilus kanan.
Hasil ini didukung oleh penelitian Maheswari dkk., (2015), yang menyatakan sisi kiri
wajah lebih besar dari sisi kanan.5 Sebagian besar penelitian tentang asimetri wajah
melaporkan bahwa sisi kanan biasanya lebih besar dari sisi kiri.3,6,7,14 Hal ini dapat
dijelaskan oleh potensi pertumbuhan yang paling dominan pada sisi kanan wajah
karena dimensi tengkorak dan otak individu di sisi kanan lebih besar.6,7 Asimetri
dapat bervariasi antara sisi kanan dan kiri wajah karena variasi distribusi asimetri
pada berbagai regio kraniofasial.5
Pertumbuhan mandibula yang berpusat pada kondilus2,15,23 dapat terjadi dalam
tiga arah yaitu sagital, transversal dan vertikal serta memengaruhi rotasi mandibula.15
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran tinggi kondilus dalam arah vertikal dan
dihubungkan dengan pola pertumbuhan vertikal wajah pada pasien ortodonsia.
Penelitian ini menitikberatkan pada simetrisitas kondilus dengan mengukur IAK
menggunakan metode Habets dkk., dimodifikasi oleh Kjellberg dkk., dengan formula:
(R-L)/(R+L) X 100 pada OPG. Elslande dkk., (2007), melakukan suatu penelitian
studi dengan menggabungkan data dari beberapa studi tentang OPG. Berdasarkan
kriteria inklusi, 11 jurnal dipilih untuk dianalisis dari 127 jurnal, dimana salah satu
penelitiannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kjellberg dkk., (1994).24
Tabel 5 menunjukkan rerata pola pertumbuhan vertikal wajah pada kelompok
normal sebesar 32.76 + 2.93o dan pada kelompok di luar batas normal sebesar 29.09 +

Universitas Sumatera Utara

35

9.64o. Pada penelitan Celik dkk., (2016), rerata pola pertumbuhan vertikal wajah pada
kelompok hiperdivergen, normal dan hipodivergen masing-masing sebesar 41.30 +
3.51o, 31.10 + 1.77o dan 22.49 + 2.39o.19
Pengukuran pola pertumbuhan vertikal wajah dilakukan dengan SL
berdasarkan sudut yang dibentuk bidang mandibula terhadap basis kranial, yaitu
analisis Steiner. Steiner menggunakan sudut MP:SN dalam menentukan pertumbuhan
vertikal wajah. Sudut MP:SN dibentuk oleh pertemuan garis MP (Gonion-Gnathion)
dan SN (Sella-Nasion).28-30
Tabel 6 menunjukkan hubungan kesimetrisan kondilus mandibula dengan pola
pertumbuhan vertikal wajah. Dari 79 sampel, sebanyak 34.2% (n=27) sampel
memiliki kondilus simetri dengan pola pertumbuhan vertikal wajah normal
sedangkan sebanyak 22.8% (n=18) menunjukkan pola pertumbuhan vertikal wajah di
luar batas nilai normal. Sebaliknya, pada kelompok asimetri menunjukkan sebanyak
21.5% (n=17) memiliki pola pertumbuhan vertikal wajah normal dan 21.5% (n=17)
pola pertumbuhan vertikal wajah di luar batas nilai normal. Terlihat nilai signifikan
yang diperoleh dari hasil ini adalah p = 0.379. Nilai tersebut lebih besar dari derajat
kepercayaan 95% (p=0.05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara simetrisitas kondilus dan pola pertumbuhan vertikal wajah pada
pasien ortodonsia di RSGMP FKG USU. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Celik dkk., (2016), yang meneliti asimetri kondilus dan ramus dalam arah
vertikal pada pasien dewasa dengan pola pertumbuhan vertikal yang berbeda dan pola
skeletal sagital normal menggunakan CBCT. Hasil uji Anova one way menunjukkan
tidak ada hubungan yang signifikan antara IAK dengan pola pertumbuhan vertikal
wajah (p=0.265). Nilai IAK pada kelompok hiperdivergen (11.54%+6.95%) dan
hipodivergen (10.09%+7.96%) lebih besar dari kelompok normal (8.57%+7.32%)
dan tidak signifikan (p > 0.05). Hal ini kemungkinan karena peneliti tidak
membedakan tipe maloklusi dental.19 Pola pertumbuhan vertikal wajah dapat
dipengaruhi oleh kondilus.15 Kondilus bertumbuh secara superior dan ke posterior
atau ke anterior, tergantung pada orientasi dan pola pertumbuhan setiap individu.41
Rotasi mandibula penting untuk memahami perubahan pola pertumbuhan mandibula

Universitas Sumatera Utara

36

seseorang. Hal ini terkait dengan arah dan jumlah pertumbuhan kondilus, dengan
adanya rotasi mandibula ke depan maka pertumbuhan kondilus lebih ke anterior
manakala rotasi mandibula ke belakang menunjukkan pertumbuhan kondilus lebih ke
posterior.19,41,42 Pada mandibula yang berotasi ke depan dapat terjadi penurunan sudut
gonial, dagu kelihatan lebih horizontal, peningkatan ketinggian wajah posterior,
berkurangnya ketinggian wajah anterior, penurunan nilai ANB dan sudut bidang
mandibula serta menyebabkan maloklusi gigitan dalam. Mandibula yang berotasi ke
depan dapat dikaitkan dengan modeling tulang, antaranya deposisi pada posterior
ramus, resorpsi pada batas bawah posterior ramus dan deposisi pada batas bawah
anterior.41,42
Dengan demikian, praktisi kedokteran gigi dapat mempertimbangkan OPG
untuk menentukan simetrisitas kondilus dalam arah vertikal. Selain itu, jumlah radiasi
yang dibutuh untuk OPG sangat kecil sehingga dosis radiasi yang diabsorpsi pasien
lebih rendah dan biaya yang lebih murah.2,19,21,22 Variasi maloklusi termasuk
maloklusi dental sebaiknya dipertimbangkan karena maloklusi dapat mempengaruhi
perkembangan rahang dan otot.

Universitas Sumatera Utara

37

BAB 6
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Sampel yang memiliki kondilus simetri sebanyak 57.0% (n= 45) sedangkan
sampel yang memiliki kondilus asimetri sebanyak 43.0% (n= 34).
2. Sebanyak 21.5% (n=17) sampel kondilus asimetri mempunyai pola
pertumbuhan vertikal wajah abnormal dan sebanyak 22.8% (n=18) sampel kondilus
simetri mempunyai pola pertumbuhan vertikal wajah abnormal.
3. Tidak ada hubungan antara simetrisitas kondilus dan pola pertumbuhan
vertikal wajah pada pasien ortodonsia di RSGMP FKG USU.
6.2 Saran
1. Perlu melakukan penelitian lebih lanjut, dengan mempertimbangkan variabel
lain, misalnya: maloklusi dental dan tipe oklusi.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, dengan mempertimbangkan regio lain,
misalnya: korpus atau ramus mandibula karena variasi anatomi.

Universitas Sumatera Utara