Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penguasaan Senjata Api Oleh Masyarakat Sipil (Studi Putusan No. 370 Pid.Sus 2016 PN-Mdn) Chapter III V

BAB III
PENGAWASAN PENGUASAAN DAN PENGGUNAAN SENJATA
API OLEH KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDOENSIA

C. Kepolisian Negara Republik Indonesia
Sebagian masyarakat di Indonesia berpendapat bahwa keamanan terhadap
warga sipil masih belum maksimal sebagaimana mestinya, hal ini dapat di lihat
sekarang banyak warga sipil yang memiliki senjata api. Bagi seseorang yang ingin
menjaga keselamatan diri dengan memiliki senjata bukan lah suatu tindakan yang
tidak baik. Sebab, kepemilikan senjata api itu telah diatur oleh Undang - undang
Nomor 12 tahun 1951 dan didukung Undang - undang Nomor 20 Prp tahun 1960
tentang kewenangan perizinan senjata api, tentang Kepolisian Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor: 2 tahun 2002 menjelaskan di dalam Pasal 15 ayat 2
huruf e yakni Kepolisian memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata
api, bahan peledak, dan senjata tajam. Administrasi pada lembaga kepolisian
dalam hal perizinan senjata api itu sendiri adalah bagian dari administrasi negara
dan sistem kepolisian suatu negara sangat terpengaruh dan bergantung dari
bagaimana sistem pemerintahan suatu negara itu sendiri berjalan. Dalam
menjalankan roda pemerintahan tidak lepas dari yang namanya manajemen dan
administrasi.42
Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia, Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan
dengan fungsi dan lembaga. Polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
istilah Kepolisian dalam undang-undang tersebut mengandung dua pengertian,
42

Awaloedin, Djamin. Sistem Administrasi Kepolisian. (YPKIK, Jakarta, 2011), hal 5

Universitas Sumatera Utara

yakni fungsi Polisi dan lembaga Polisi, apabila dicermati dari pengertian fungsi
Polisi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 2 Tahun
2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, fungsi Kepolisian sebagai
salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pelindung, pengayom dan pelayan
kepada masyarakat, sedangkan lembaga Kepolisian adalah organ pemerintah yang
ditetapkan sebagai suatu lembaga dan diberikan kewenangan menjalankan
fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan.43
Pasal 2 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia mengatur bahwa fungsi Kepolisian sebagai salah satu fungsi
pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegakan hukum, pelindung, pengayom dan pelayan kepada
masyarakat. 44
Mengenai tugas dan wewenang polisi diatur dalam Pasal 13 dan Pasal 14
UndangUndang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia, yaitu :
Pasal 13 Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :
b. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
c. menegakan hukum; dan
d. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayannan kepada masyarakat.

43

Doris Manggalang Raja Sagala, Upaya Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam
Menanggulangi Kejahatan Menggunakan Senjata Api, Jurnal. Univ Atma Jaya Yogyakarta FH
2014, hal 8.
44
Ibid

Universitas Sumatera Utara


Pasal 14
(1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :
a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
b. menyelenggarakan

segala

kegiatan

dalam

menjamin

keamanan,

ketertiban,dan kelancaran lalu lintas di jalan;
c. membina


masyarakat

untuk

meningkatkan

partisipasi

masyarakat,kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat
terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentukbentuk
pengamanan swakarsa;
g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana
sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundangundangan
lainnya;
h. menyelenggarakan


identifikasi

kepolisian,

kedokteran

kepolisian,

laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas
kepolisian;
i. melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk

Universitas Sumatera Utara

memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia;
j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum
ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;
k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya

dalam lingkup tugas kepolisian; sertal.
l.

melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundangundangan

(2) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Menurut semboyan Tribrata,
tugas dan wewenang POLRI adalah : “ Kami Polisi Indonesia :
1. Bebakti kepada nusa dan bangsa dengan penuh ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa
2. Menjungjung tinggi kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan dalam
menegakkan hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
3. Senantiasa melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat dengan
keikhlasan untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban.
Kepolisian Republik Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian, memiliki tugas pokok yang diatur dalam Pasal 13 yaitu,
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan
memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
Dalam rangka menyelenggarakan tugas tersebut, maka Kepolisisan Negara

Repubik Indonesia juga diberi kewenangan-kewenangan yang salah satunya ialah
untuk memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak,
dan senjata tajam.

Universitas Sumatera Utara

Laporan tersebut bertujuan melindungi dan memberikan bantuan hukum
selain itu sebagai pertanggungjawaban bagi anggota polisi. Laporan yang
dimaksudkan tersebut berisi:
1. Tanggal dan tempat kejadian
2. Uraian singkat peristiwa tindakan pelaku kejahatan atau tersangka, sehingga
memerlukan tindakan kepolisian;
3. Alasan/pertimbangan penggunaan kakuatan;
4. Evaluasi hasil penggunaan kekuatan;
5. Akibat dan permasalahan yang ditimbulkan oleh penggunaan kekuatan
tersebut.45
Pengawasan dan pengendalian pada pasal di atas tidak hanya pada
penggunaan senjata api namun juga berkenaan dengan tindakan kekerasan yang
lain. Seperti pengamanan pada keramaian masal bahkan tindakan masa yang
anarki. Kepolisian juga memiliki protap dalam penanganan tindakan masa yang

anarki.
Anarki merupakan bentuk pelanggaran hukum yang membahayakan
keamanan dan mengganggu ketertiban umum masyarakat sehingga perlu
dilakukan penindakan secara tepat, dan tegas dengan tetap mengedepankan
prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia (HAM) serta sesuai ketentuan perundang
undangan yang berlaku.46

45

Pasal 14 Peraturan Kapolri Nomor. 1 Tahun 2009 Tentang Penggunaan Kekuatan Dalam
Tindakan Kepolisian
46
Prosedur Tetap Kapolri Nomor: Protap/1/ X / 2010 Tentang Penaggulangan Anarki.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan dari diberlakukannya prosedur tetap (Protap) ini agar anarki dapat
ditangani secara cepat dan tetap untuk mengeliminir dampak yang lebih luas,
perlu disusun Prosedur Tetap untuk dijadikan pedoman seluruh anggota Polri.
Protap memiliki fungsi tercapainya keseragaman pola tindak. Serta tidak

menimbulkan keraguraguan bagi anggota Polri dalam menangani anarki, yaitu
a. Terhadap sasaran Ambang Gangguan
1) Perorangan anggota Polri Apabila melihat, mendengar dan mengetahui
AG, setiap anggota Polri wajib melakukan tindakan agar AG tidak
berkembang menjadi GN dengan upaya antara lain:
a)

Melakukan

pemantauan

dan

himbauan

kepada

pelaku

agar


menaatihukum yang berlaku dan menjaga tata tertib;
b)

Menyampaikan

kepada

pelaku

bahwa

perbuatannya

dapat

membahayakan keteteraman dan keselamatan umum, serta jangan
menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah;
c)


Mencatat identitas pelaku beserta peralatan yang dibawanya;

d)

Apabila pelaku melakukan perlawanan kepada petugas, maka segera
dilakukan himbauan berupa: Saya Selaku Anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia Atas Nama Undang-Undang Saya Perintahkan
Agar Saudara Tidak Melakukan Tindakan Yang Melanggar Hukum.

e)

Melaporkan kepada pimpinan dan/atau satuan kepolisian terdekat
dengan menggunakan alat komunikasi yang ada:

2) Personel ikatan satuan Apabila personel dalam ikatan satuan melihat,
mendengar, mengetahui adanya AG, cara bertindak yang dilakukan adalah:

Universitas Sumatera Utara

a) Pimpinan satuan melakukan pembagian tuags, antara lain: tugas
pemantauan, pemotretan, identifikasi;
b) Pimpinan satuan melakukan himbauan kepada pelaku untuk menaati
hukum yang berlaku dan menjaga tata tertib;
c) Menghimbau agar segera menyerahkan peralatan dan/atau barang-barang
berbahaya lainnya kepada petugas;
d) Apabila pelaku melakukan perlawanan kepada petugas, maka segera
dilakukan himbauan berupa: Saya Selaku Petugas Kepolisian Negara
Republik Indonesia Atas Nama Undang-Undang Saya Perintahkan :
(1) Agar Tidak Melakukan Tindakan Melanggar Hukum;
(2) Agar Segera Menyerahkan Peralatan Dan/Atau BarangBarang
Berbahaya Lainya Kepada Petugas;
(3) Apabila Tidak Mengindahkan Kami Akan Melakukan Tindakan
Tegas.
e) Apabila pelaku tidak mengindahkan perintah petugas, maka dilakukan
penindakan:
(1)

Memerintahkan

Menghentikan

Pergerakan

Pelaku

Dan/Atau

Kendaraan Yang Digunakan;
(2)

Memerintahkan Semua Orang Untuk Berhimpun Atau Turun Dari
Kendaraan; (3) Melakukan Penggeledahan Dan/Atau Penyitaan Atas
Barang-Barang Yang Menyertainya.

f) Apabila pelaku melakukan perlawanan fisik terhadap petugas, maka
dilakukan tindakan melumpuhkan dengan menggunakan:

Universitas Sumatera Utara

(1) Kendali tangan kosong;
(2) Kendali tangan kosong keras;
(3) Kendali senjata tumpul, senjata kimia antara lain gas air mata, atau alat
lain sesuai standar polri; dan
(4) Kendali dengan menggunakan senjata api atau alat lain untuk
menghentikan tindakan atau prilaku pelaku yang dapat menyebabkan
luka atau kematian anggota polri atau anggota masyarakat.
g) Apabila personel dalam ikatan satuan tidak mampu menangani AG anarki,
maka segera meminta bantuan kekuatan dan perkuatan secara berjenjang;
h) Apabila pelaku secara suka rela segera menyerahkan diri, maka dilakukan
tindakan membawa pelaku ke kantor polisi terdekat untuk dilakukan
proses lebih lanjut; dan
i) Terhadap para pelaku yang secara suka rela menyerahkan diri harus
diperlakukan secara manusiawi dan berikan perlindungan terhadap hakhaknya.47
D. Peraturan Tentang Penggunaan Senjata Api oleh Kepolisian Republik
Indonesia
Peraturan yang mengatur mengenai penggunaan senjata api oleh polisi
antara lain diatur dalam perturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2009 tentang
Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia dalam Penyelenggaraan
Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia (Perkapolri 8/2009), serta didalam

47

Protap Kapolri Nomor: Protap/ 1/ X / 2010 Tentang Penaggulangan Anarki.

Universitas Sumatera Utara

Perkapolri No. 1 tahun 2009 tentang penggunaan Kekuatan dalam Tindakan
Kepolisian (Perkapolri 1‟/2009).
Berdasarkan Pasal 47 Perkapolri 8/2009 disebutkan bahwa:
(1)Penggunaan senjata api hanya boleh digunakan bila benar-benar
diperuntukkan untuk melindungi nyawa manusia.
(2)Senjata api bagi petugas hanya boleh digunakan untuk:
a. Dalam hal menghadapi keadaan luar biasa;
b. Membela diri dari ancaman kematian dan /atau luka berat;
c. Mencegah terjadinya kejahatan berat atau yang mengancam jiwa
orang;
d. Menahan, mencegah atau menghentikan seseorang yang sedang atau
akan melakukan tindakan yang sangat membahayakan jiwa; dan
e. Menangani situasi yang membahayakan jiwa, dimana langkah-langkah
yang lebih lunak tidak cukup.
Sedangkan penggunaan senjata api oleh polisi dilakukan apabila (Pasal 8
ayat (1) Perkapolri 1/2009):
a. Tindakan

pelaku

kejahatan

atau

tersangka

dapat

secara

segera

menimbulkan luka parah atau kematian bagi anggota Polri atau
masyarakat;
b. Anggota Polri tidak memiliki alternative lain yang beralasan dan masuk
akal untuk menghentikan tindakan/perbuatan pelaku kejahatan atau
tersangka tersebut;

Universitas Sumatera Utara

c. Anggota Polri sedang mencegah larinya pelaku kejahatan atau tersangka
yang merupakan ancaman segera terhadap jiwa anggota polri atau
masyarakat.
Pada prinsipnya, penggunaan senjata api merupakan upaya terakhir untuk
menghentikan tindakan pelaku kejahatan atau tersaqngka (Pasal 8 ayat (2)
Perkapolri). Jadi, penggunaan senjata api oleh polisi hanya digunakan saat
keadaan adanya ancaman terhadap jiwa manusia. Sebelum menggunakan senjata
api, polisi harus memberikan peringatan yang jelas dengan cara (Pasal 48 huruf b
Perkapolri 8/2009):
1. Menyebutkan dirinya sebagai petugas atau anggota Polri yang sedang
bertugas;
2. Member peringatan dengan ucapan secara jelas dan tegas kepada sasaran
untuk berhenti, angkat tangan, atau meletakkan senjatanya; dan
3. Memberi waktu yang cukup agar p;eringatan dipatuhi
Sebelum melepaskan tembakan, polisi juga harus memberikan tembakan
peringatan ke udara atau ke tanah dengan kehati-hatian tinggi dengan tujuan untuk
menurunkan moril pelaku serta member peringatan sebelum tembakan diarahkan
kepada pelaku (Pasal 15 Perkapolri 1/2009). Pengecualiannya yaitu dalam
keadaan yang sangat mendesak dimana penundaan waktu diperkirakan dapat
mengakibatkan kematian atau luka berat bagi petugas atau orang lain disekitarnya,
peringatan tidak perlu dilakukan (Pasal 48 huruf c Perkapolri 8/2009).
Dalam aturan tersebut juga diatur bahwa polisi bertanggung jawab terhadap
penggunaan senjata api apabila terdapat pihak yang dirugikan atau keberatan

Universitas Sumatera Utara

karena penggunaan senjata api. Petugas polisi yang bersangkutan wajib membuat
penjelasan secara terperinci tentang alas an penggunaan senjata api, tindakan
yajng dilakukan dan akibat tindakan yang telah dilakukan (Pasal 49 ayat (2) huruf
a Perkapolri 8/2009).
Selain itu, setelah menggunakan senjata api, polisi harus membuat laporan
terperinci mengenai evaluasi pemakaian senjata api. Laporan tersebut berisi (Pasal
14 ayat (2) Perkapolri 1/2009):
a. Tangga dan tempat kejadian;
b. Uraian singkat peristiwa tindakan pelaku kejahatan atau tersangka,
sehingga memerlukan tindakan Kepolisian;
c. Alasan/pertimbangan penggunaan kekuatan;
d. Rincian kekuatan yang digunakan;
e. Evaluasi hasil penggunaan kekuatan;
f. Akibat dan permasalahan yang ditimbulkan oleh penggunaan kekuatan
tersebut.

Laporan inilah yang akan digunakan untuk bahan pertanggungjawaban
hokum penerapan penggunaan kekuatan, serta sebagai bahan pembelaan hokum
dalam hal terjadi gugatan pidana/perdata terkait penggunaan kekuatan yang
dilakukan oleh anggota Polri yang bersangkutan (Pasal 14 ayat (5) huruf 3 dan f
Perkapolri 1/2009).
Pada prinsipnya, setiap anggota POLRI wajib bertanggung jawab atas
pelaksanaan penggunaan kekuatan (senjata api)dalam tindakan kepolisian yang
dilakukannya

(Pasal

13

ayat

(1)

Perkapolri

1/2009).

Oleh

karena

pertanggungjawaban secara individu terhadap penggunaan senjata api oleh polisi,
maka penggunaan senjata api yang telah merugikan pihak lain karena tidak
mengikuti prosedur dapat dituntut pertanggungjawabannya secara perdata maupun

Universitas Sumatera Utara

secara pidana. Hal tersebut termasuk kaksus-kasus penyalahgunaan senpi oleh
anggota polisi yang marak terjadi di Indonesia dalam 3 tahun terakhir. Peristiwaperistiwa penyalahgunaan senpi oleh anggota polisi yang marak terjadi di
Indonesia dalam 3 tahun terakhir. Peristiwa-peristiwa penyalahgunaan itu memicu
pengetatan penggunaan senpi di Indonesia yang dilakukan atas instruksi Kepala
Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) terutrama bagi anggota polisi. Kapolri
Jendral Sutarman menginstruksikan agar semua satuan kerja di Mabes Polri dan
polda seluruh Indonesia untuk melakukan uji ulang pemegang senjata api.
Pengetatan penggunaan nsenjata api ini menyusul penembakan Kepala Detasemen
Markas Polda Metro Jaya AKBP Pamudji diruang piket Pelayanan Markas
(Yanna) oleh bawahannya akibat tersinggung. Insiden maut itu terjadi pada 19
Maret 2014. Kapolri memerintahkan semua pemegang senpi harus memenuhi
persyaratan teknis maupun psikologis dan uji ulang serangkaian tes

48

Persoalan

menonjol terangkat dalam pemberitaan beberapa media di Indonesia lebih pada
kekhawatiran atas penegakan hokum penyalahgunaan senpi, mengarah pada
perilaku aparat dan pejabat penegak hukum yang menjadi perhatian tersendiri.
Justru ketertarikan masyarakat tertuju pada banyaknya kasus salah tembak dan
salah sasaran yang dilakukan aparat penegak hokum itu sendiri sebagai lembaga
yang seharusnya mengatur penyalahgunaan senpi tersebut. Aksi-aksi kekerasan
massa dan tindak kriminal yang disertai kekerasan sepertinya telah menjadi tren
warga negeri ini. Berita-berita terdengar silih berganti, dari mulai tawuran
kelompok masyarakat, pelajar, mahasiswa, pemuda sampai masyarakat dan lain
48

Pikiranrakyat.com, 2014; Perketat dan Uji Ulang Polisi Pemegang Senjata Api, diakses
tanggal 1 Juni 2017

Universitas Sumatera Utara

sebagainya. Belum lagi aksi-aksi yang menggunakan senjata api baik yang ilegal
maupun yang legal. Semakin terasa bahwa sebuah rasa aman dan nyaman semakin
lama semakin merambat menjadi barang yang mahal harganya. Di tengah masalah
seperti ini wacana penggunaan senjata api oleh masyarakat sipil kembali
mengemuka. Karena tinggi frekuensi perampokkan atau aksi-aksi melawan
hukum lainnya dengan menggunakan senjata api, sehingga banyak pihak yang
kemudian meminta pemerintah untuk memperketat perizinan kepemilikan senjata
api.49
Dalam bukunya “The Blind Eye of History” Charles Reith, mengartikan
polisi sebagai tiap-tiap usaha untuk memperbaiki atau menertibkan tata susunan
kehidupan masyarakat.50 Lebih lanjut Momo Kelana mengambil terjemahan dari
Polizeirecht mengatakan, bahwa istilah polisi mempunyai dua arti, yakni polisi
dalam arti formal yang mencakup penjelasan tentang organisasi dan kedudukan
suatu instansi kepolisian, dan kedua dalam arti materiil, yakni memberikan
jawaban-jawaban terhadap persoalan-persoalan tugas dan wewenang dalam
rangka menhadapi bahaya atau gangguan keamanan dan ketertiban, baik dalam
rangka kewenangan kepolisian umum melalui ketentuan-ketentuan yang diatur
dalam peraturan peraturan perundang-undangan.51.

49

Irwandy Hendrik, Peran Kepolisian dalam Menanggulangi Penyalahgunaan SenjataApi
oleh Warga Sipil, Universitas Bung Hatta,Padang, 2013, hal. 3
50
Warsito Hadi Utomo, Hukum Kepolisian di Indonesia. (Prestasi Pustaka,Jakarta), 2005,
hal 5
51
Sadjijono, Mengenal Hukum Kepolisian. (Laksbang Mediatama,Surabaya, 2006), hal 4

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PENERAPAN HUKUM PIDANA TERHADAP PIHAK YANG
MENGUASAI DAN MENGGUNAKAN SENJATA API
(Studi Putusan No. 370/PID.SUS/2016/PN-Mdn)

C. Analisis Putusan
1.

Kronologis kasus
Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa dan mengadili perkara pidana

pada pengadilan tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa telah
menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara terdakwa Nama Asnul
Hendry; tempat lahir Medan; umur atau tanggal lahir 44 tahun / 29 November
1971; Jenis kelamin laki-laki; Kebangsaan Indonesia; tempat tinggal Jl. Murai 87
Lk.4 Kel. Simpang Tanjung Kec.Medan Sunggal Kota Medan; Agama Islam;
pekerjaan wiraswasta; Pendidikan S1. Pada hari Jumat tanggal 8 Januari 2016
sekitar pukul 00.30 wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan
Januari di tahun 2016, bertempat di depan Indomaret di Jalan S.Parman Kel.
Petisah Tengah Kec. Medan Petisah Kota Medan, atau setidak-tidaknya pada
suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri
Medan, Terdakwa Asnul Hendry, “Tanpa hak memasukkan ke Indonesia,
membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba
menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau
mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan,
mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, munisi
atau sesuatu bahan peledak”. Perbuatan tersebut dilakukan Terdakwa dengan cara

Universitas Sumatera Utara

sebagai berikut :
Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut di atas ketika saksi
Simanjuntak

SH, Adil Sembiring SH, Joko Afrianto dan Dwi Sakti Darniko

Ajie sedang melakukan patroli mobile dan ketika melintas Jl.KH.Zainul
Arifin Medan, para saksi melihat 1 (satu) unit Mobil Honda freed BK 1595
KU keluar dari arah kampung kubur dan karena merasa curiga kemudian para
saksi mengikuti mobil tersebut dan ketika berhenti di depan Indomaret di Jalan
S.Parman Kel. Petisah Tengah Kec. Medan Petisah Kota Medan para saksi
mendekati mobil tersebut dan melihat mobil tersebut ditumpangi oleh 2 (dua)
orang yaitu Terdakwa dan saksi Winda Sari Ginting, kemudian karena merasa
curiga para saksi memeriksa dan menggeledah isi mobil tersebut dan ketika
digeledah ditemukan 1 (satu) pucuk senjata api Rakitan tanpa Nomor seri dan
merek Cal 22 Colt berisi 6 (enam) butir peluru yang disimpan di bawah karpet
bagian supir, setelah diinterogasi, Terdakwa mengakui bahwa senjata tersebut di
bawa dari rumahnya dan diperoleh Terdakwa dari temannya yang bernama Fitri
Maswira dan diperoleh sekitar 3 (tiga) bulan yang lalu namun Terdakwa tidak
dapat menunjukkan bukti kepemilikan yang sah atas senjata tersebut surat izin
dari pihak yang berwewenang untuk memiliki, menguasai, menyimpan senjata api
tersebut;
2. Dakwaan
Perbuatan Terdakwa Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal
1 ayat (1) UU Darurat No. 12 Tahun 1951; Barangsiapa, yang tanpa hak
memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh,

Universitas Sumatera Utara

menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyaai
persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut,
menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu
senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum dengan hukuman
mati dan/atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara sementara
setinggi-tingginya dua puluh tahun.
3. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum
Setelah mendengar tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum yang diajukan di
persidangan pada hari Selasa tanggal 09 Februari 2016 yang pada pokoknya
mohon kepada Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan ;
a. Menyatakan terdakwa Asnul Hendry telah terbukti secara sah menyakinkan
menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana „‟Tanpa Hak memasukkan
ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau
mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan
padanya atau mempunyai dalam miliknya, meyimpan, mengangkut,
menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu
senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak‟‟dalam dakwaan melanggar
Pasal 1 ayat (1) UU Darurat No.12 Tahun 1951.
b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Asnul Hendry masing dengan pidana
selama 2 (dua) bulan dikurangi selama para terdakwa dalam tahanan;
c. Menetapkan barang bukti berupa :
1) 1 (satu) pucuk senjata api Rakitan tanpa Nomor seri dan merek Call 22
Colt berisi 6(enam) butir peluru,dirampas untuk dimusnahkan;

Universitas Sumatera Utara

2) 1 (satu)unit mobil Honda Freed BK 1595 KU, dikembalikan kepada
yang berhak yaitu Celvia Anggriany;
3) Menetapkan para terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar
Rp.1.000,- (seribu rupiah).
Menimbang, bahwa atas tuntutan pidana dari Penuntut Umum tersebut,
Penasihat Hukum telah mengajukan nota pembelaan pada tanggal 14 April
2016, pada pokoknya memohon kepada Majelis agar menjatuhkan putusan yang
amarnya berbunyi sebagai berikut :
a. Menyatakan terdakwa Asnul Hendry tidak terbukti secara sah dan
menyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan
oleh Jaksa Penuntut Umum.
b. Membebaskan terdakwa dari segala tuntutan hukum;
c. Memulihkan hak terdakwa dalam kedudukan,harkat serta martabatnya;
d. Membebankan biaya perkara kepada negara;
4. Fakta-Fakta Hukum
Menimbang, bahwa di persidangan telah didengar keterangan saksi-saksi
yang menerangkan sebagai berikut :
a. L. Simanjuntak, S.H, disumpah, yang pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut:
1) Bahwa saksi telah diperiksa dihadapan Penyidik;
2) Bahwa keterangan yang diberikan oleh saksi telah benar;
3) Bahwa keterangan yang saksi berikan sehubungan dengan terjadinya
perkara ini ;

Universitas Sumatera Utara

4) Bahwa Saksi melakukan penangkapan terhadap Terdakwa pada hari
Jumat tanggal 08 Januari 2016 sekitar pukul 00.30 wib di Jalan S Parman
Kel Petisah Tengah Kec. Medan Petisah Kota Medan karena telah
membawa 1 (satu) pucuk senjata api Rakitan tanpa nomor seri dan merek
Cal 22 Colt berisi 6 (enam) butir peluru.
5) Bahwa sebelumnya saksi dan rekan sedang melakukan patroli dan
melintas di Jalan KH Zainul Arifin dan melihat mobil terdakwa yang
keluar dari arah kampung kubur dan karena merasa curiga lalu saksi
mengikutinya;
6) Bahwa terdakwa mengendarai 1 (satu) unit Mobil Honda Freed BK
1595 KU bersama dengan Winda Sari Ginting;
7) Bahwa saat mobil terdakwa saksi stop lalu di lakukan pemeriksaan
dan ditemukan senjata api yang di dimpan di bawah karpet bagian supir.
8) Bahwa terdakwa mengaku bahwa senjata api tersebut diperolehnya
dari seorang teman yang bernama Fitri Maswira sejak 3 (tiga) bulan yang
lalu
9) Bahwa terdakwa tidak ada memiliki izin untuk menguasai, menyimpan
sejanta api tersebut.
10) Bahwa terdakwa tidak ada melakukan perlawanan saat dilakukan
penangkapan terhadap dirinya. Menimbang, bahwa atas keterangan saksi
tersebut terdakwa keberatan;
b.

Joko

Aprianto,

disumpah,

yang

pada

pokoknya

menerangkan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Bahwa Saksi melakukan penangkapan terhadap Terdakwa pada hari
Jumat tanggal 08 Januari 2016 sekitar pukul 00.30 wib di Jalan S Parman Kel
Petisah Tengah Kec. Medan Petisah Kota Medan karena telah membawa 1
(satu) pucuk senjata api Rakitan tanpa nomor seri dan merek Cal 22 Colt berisi 6
(enam) butir peluru.
Bahwa Sebelumnya saksi dan rekan sedang melakukan patroli dan melintas
di Jalan KH Zainul Arifin dan melihat mobil terdakwa yang keluar dari arah
kampung kubur dan karena merasa curiga lalu saksi mengikutinya.
Bahwa Terdakwa mengendarai 1 (satu) unit Mobil Honda Freed BK 1595
KU. Bahwa Saat mobil terdakwa saksi stop lalu dilakukan pemeriksaan dan
ditemukan senjata api yang di dimpan di bawah karpet bagian supir. Bahwa
Terdakwa mengaku bahwa senjata api tersebut

diperolehnyadari seorang teman

yang bernama Fitri Maswira sejak 3 (tiga) bulan yang lalu.
Bahwa Terdakwa tidak ada memiliki izin untuk menguasai, menyimpan
sejanta api tersebut. Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa
keberatan;
c. Joko Aprianto, disumpah, yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
1) Bahwa Saksi melakukan penangkapan terhadap Terdakwa pada hari
Jumat tanggal 08 Januari 2016 sekitar pukul 00.30 wib di Jalan S Parman
Kel Petisah Tengah Kec. Medan Petisah Kota Medan karena telah
membawa 1 (satu) pucuk senjata api Rakitan tanpa nomor seri dan merek
Cal 22 Colt berisi 6 (enam) butir peluru.
2) Bahwa Sebelumnya saksi dan rekan sedang melakukan patroli dan

Universitas Sumatera Utara

melintas di Jalan KH Zainul Arifin dan melihat mobil terdakwa yang
keluar dari arah kampung kubur dan karena merasa curiga lalu saksi
mengikutinya.
3) Bahwa Terdakwa mengendarai 1 (satu) unit Mobil Honda Freed BK 1595
KU.
4) Bahwa Saat mobil terdakwa saksi stop lalu di lakukan pemeriksaan dan
ditemukan senjata api yang di dimpan di bawah karpet bagian supir.
BahwaTerdakwa mengaku bahwa senjata api tersebut diperolehnyadari
seorang teman yang bernama Fitri Maswira sejak 3 (tiga) bulan yang lalu.
5) Bahwa Terdakwa tidak ada memiliki izin untuk menguasai, menyimpan
sejanta api tersebut;
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa keberatan;
Menimbang, bahwa dipersidangan didengar pula keterangan Terdakwa
yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
a. Bahwa terdakwa pernah diperiksa dihadapan Penyidik;
b. Bahwa keterangan yang diberikan telah benar;
c. Bahwa terdakwa tidak keberatan dengan semua keterangan yang disampaikan
oleh para saksi;
d. Bahwa keterangan yang terdakwa berikan dihadapan penyidik sehubungan
dengan perkara ini;
e. Bahwa terdakwa ditangkap pada hari Jumat tanggal 08 Januari 2016 sekitar
pukul 00.30 wib di Jalan S Parman Kel Petisah Tengah Kec. Medan Petisah
Kota Medan karena telah membawa 1 (satu) pucuk senjata api Rakitan tanpa

Universitas Sumatera Utara

nomor seri dan merek Cal 22 Colt berisi 6 (enam) butir peluru;
f. Bahwa terdakwa mengendarai 1 (satu) unit Mobil Honda Freed BK 1595 KU .
g. Bahwa saat mobil terdakwa saksi stop lalu di lakukan pemeriksaan dan
ditemukan senjata api yang di dimpan di bawah karpet bagian supir.
h. Bahwa senjata api tersebut saksi peroleh dari seorang teman yang bernama
fitri maswira sejak 3 (tiga) bulan yang lalu.
i. Bahwa terdakwa tidak ada memiliki izin untuk menguasai, menyimpan
sejanta api tersebut.
j. Bahwa terdakwa menyesal atas perbuatan terdakwa tersebut;
Menimbang bahwa selanjutnya dipersidangan Jaksa Penuntut Umum
mengajukan barang bukti sebagai berikut 1(satu) pucuk senjata api Rakitan tanpa
Nomor seri dan merek Call 22 Colt berisi 6(enam) butir peluru;
Menimbang,

bahwa

selanjutnya

Majelis

Hakim

akan

mempertimbangkan apakah berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, Terdakwa
dapat dinyatakan telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya ;
Menimbang, bahwa untuk menyatakan seseorang telah melakukan suatu
tindak pidana, maka perbuatan orang tersebut haruslah memenuhi seluruh unsurunsur dari tindak pidana yang didakwakan kepadanya ;
Menimbang, bahwa Terdakwa

telah

didakwa

oleh

Penuntut

Umum

dengan Dakwaan Tunggal yaitu dakwaan Kesatu melanggar Pasal 1 ayat (1) UU
Darurat No. 12 Tahun 1951;
5. Putusan hakim
Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap diri Terdakwa,

Universitas Sumatera Utara

maka perlu dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan
diri Terdakwa, yaitu:
Hal-Hal Yang Memberatkan :
- Bahwa perbuatan para terdakwa meresahkan masyarakat;
Hal-Hal Yang Meringankan :
-Bahwa terdakwa berlaku sopan dan mengakui terus terang perbuatannya
sehingga tidak menyulitkan persidangan;
-Bahwa

terdakwa

belum

pernah

dipidana

dan

tersangkut

dalam

perbuatan kejahatan.
Memperhatikan Pasal 1 ayat (1) UU Darurat No.12 Tahun 1951 ,UndangUndang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan
perundang- undangan lain yang bersangkutan.
MENGADILI :
a. Menyatakan terdakwa Asnul Hendry telah terbukti secara sah menyakinkan
menurut

hukum

bersalah

melakukan

tindak

pidana„‟

Tanpa

Hak

memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh,
menyerahkan atau

mencoba

menyerahkan,

menguasai,

membawa,

mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, meyimpan,
mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari
Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak;
b. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa Asnul Hendry tersebut oleh karena itu
dengan pidana penjara selama 1 (satu) bulan;
c. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani

Universitas Sumatera Utara

oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
d. Menetapkan Terdakwa- terdakwa tetap dalam tahanan;
e. Menetapkan barang bukti berupa :
1) 1(satu) pucuk senjata api Rakitan tanpa Nomor seri dan merek Call
22 Colt berisi 6(enam) butir peluru, dirampas untuk dimusnahkan;
2) 1(satu)unit mobil Honda freed BK 1595 KU, Dikembalikan kepada
yang berhak yaitu Celvia Anggriany;
3) Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sebesar Rp.1.000,6. Analisis yuridis
Hakim dalam menjatuhkan putusan harus mempertimbangkan hal-hal
yang meringankan maupun yang memberatkan terdakwa. Dalam kasus Asnul
Hendry dimana terdakwa telah terbukti secara sah menyakinkan menurut hukum
bersalah melakukan tindak pidana„‟ Tanpa Hak memasukkan ke Indonesia,
membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau
menyerahkan,
mempunyai

menguasai,
dalam

mencoba

membawa, mempunyai persediaan padanya atau

miliknya, meyimpan,

mengangkut,

menyembunyikan,

mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi
atau sesuatu bahan peledak.
Hakim hanya menjatuhkan kepada terdakwa Asnul Hendry dengan pidana
penjara selama 1 (satu) bulan, penulis tidak setuju dengan putusan hakim tersebut
dimana tuntutan Jaksa Penuntut Umum kepada terdakwa Asnul Hendry masing
dengan pidana selama 2 (dua) bulan dikurangi selama para terdakwa dalam
tahanan. Dalam UU Darurat No12.Tahun 1951 disebutkan hukuman masksimal

Universitas Sumatera Utara

terhadap kepemilikan senjata api tanpa izin adalah maksimal hukuman mati,
hukuman seumur hidup dan 20 tahun penjara.

D. Penerapan Hukum Terhadap Kepemilikan Senjata Api (Putusan No.
370.Sus/2016/PN-Mdn)
Penegakan hukum merupakan usaha untuk penegakan norma-norma
hukum dan sekaligus nilai-nilai yang ada dibelakang norma tersebut. Para
penegak hukum harus memahami benar-benar spirit hukum yang mendasari
peraturan hukum harus ditegakkan. Barangsiapa Berdasarkan Putusan Majelis
Hakim di atas, maka dapat dibuat analisa penerapan hukum pidana terhadap
pemilikan senjata oleh masyarakat sipil secara illegal.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak asasi Manusia tidak
ada diatur tentang ketentuan/sanksi pidana terhadap tindakan pelanggaran Hak
Asasi Manusia. Begitu juga resolusi 34/168 tentang Prinsip Dasar Penggunaan
Kekerasan dan Senjata Api tidak ada diatur tentang ketentuan/sanksi pidana dari
penggunaan senjata api yang tidak sesuai dengan prosedur. Didalam resolusi ini
hanya diatur bahwa pengguna senjata api yang tidak sesuai dengan prosedur
merupakan pelanggaran pidana dan harus diproses di Peradilan Umum.
Secara normatif, Indonesia sebenarnya termasuk negara yang cukup ketat
menerapkan aturan kepemilikan senjata api. Ada sejumlah dasar hukum yang
mengatur mengenai hal ini, mulai dari level undang-undang yakni UU Darurat
No. 12 Tahun 1951,dan Perpu No. 20 Tahun 1960. Selebihnya adalah peraturan
yang diterbitkan oleh Kepolisian, Kapolri No. SK Kepala Polri Nomor 82 Tahun

Universitas Sumatera Utara

2004 tentang Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Senjata Non-Organik.
Hukuman terhadap kepemilikan senjata ap tanpa izin juga cukup berat.
Berdasrkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Darurat no 12 Tahun 1951
ini,maka yang menjadi unsur pidana adalah:
Menimbang, bahwa Majelis Hakim akan mempertimbangkan dakwaan
Tunggal yaitu pasal Pasal 1 ayat (1) UU Darurat No.12 Tahun 1951 yang
unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :

a. Barang Siapa;
b. Tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba
memperoleh,

menyerahkan

atau

mencoba

menyerahkan,

menguasai,

membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya,
meyimpan,

mengangkut,

menyembunyikan,

mempergunakan

atau

mengeluarkan dari Indonesia;
c. Sesuatu senjata api,amunisi,atau sesuatu bahan peledak;
Menimbang,

bahwa

terhadap

unsur-unsur

tersebut,

Majelis

Hakim

mempertimbangkannya sebagai berikut :
Unsur kesatu : “Barang Siapa”
Bahwa yang dimaksud „‟Barang Siapa‟‟ adalah setiap orang atau subjek hukum
yang dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya.Unsur barang siapa disini
menunjukan kepada terdakwa Asnul Hendry yang idetitasnya telah dibenarkan
sebagaimana dalam surat dakwaan kami. Benar bahwa terdakwa adalah orang
yang sehat jasmani dan rohaninya dan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan

Universitas Sumatera Utara

dipersidangan.
Dengan demikian unsur ‟‟Barang Siapa‟‟ ini telah terpenuhi. Unsur kedua :
“Tanpa Hak

memasukkan ke

Indonesia, membuat, menerima, mencoba

memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa,
mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, meyimpan,
mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari
Indonesia” ;
Dari keterangan para saksi serta dikuatkan dan didukung oleh keterangan
terdakwa yang menerangkan ;
Bahwa pada hari Jumat tanggal 8 Januari 2016 sekitar pukul 00.30 wib waktu
ketika saksi L. Simanjuntak SH, Adil Sembiring SH, Joko Afrianto dan Dwi
Sakti Darniko Ajie sedang melakukan patroli mobil dan ketika melintas
Jl.KH.Zainul Arifin Medan, para saksi melihat 1(satu) unit Mobil Honda freed
BK 1595 KU keluar dari arah kampung kubur dan karena merasa curiga
kemudian para saksi mengikuti mobil tersebut dan ketika berhenti di depan
Indomaret di Jalan S.Parman Kel. Petisah Tengah kec.Medan Petisah Kota
Medan para saksi mendekati mobil tersebut dan melihat mobil tersebut
ditumpangi oleh 2(dua) orang yaitu Terdakwa dan saksi Winda Sari Ginting,
kemudian karena merasa curiga para saksi memeriksa dan menggeledah isi mobil
tersebut dan ketika digeledah ditemukan 1 (satu) pucuk senjata api Rakitan
tanpa Nomor seri dan merek Cal 22 Colt berisi 6 (enam) butir peluru yang
disimpan di bawah karpet bagian supir, setelah diinterogasi, Terdakwa mengakui
bahwa senjata tersebut di bawa dari rumahnya dan diperoleh Terdakwa dari

Universitas Sumatera Utara

temannya yang bernama FITRI MASWIRA dan diperoleh sekitar 3 (tiga) bulan
yang lalau namun Terdakwa tidak dapat menunjukkan bukti kepemilikan yang
sah atas senjata tersebut serta surat ijin dari pihak yang berwewenang untuk
memiliki,menguasai,menyimpan,senjata api tersebut;
Bahwa benar terdakwa tidak ada ijin dari pejabat yang berwenang untuk
membawa senjata api,amunisi atau sesuatu bahan peledak dan terdakwa tidak
lazim membawa senjata api tersebut dan disimpan dibawah karpet bagian supir
mobil yang dikendarai oleh terdakwa; Dengan demikian unsur ini telah terpenuhi;
Unsur ketiga : “Sesuatu senjata api,amunisi,atau sesuatu bahan peledak;”
Bahwa bpengertian umum „‟Senjata‟‟ adalah alat yang digunakan untuk
berkelahi atau berperang dan pengertian umum unsure „‟Senjata Api‟‟ adalah
senjata yang menggunakan mesin seperti senapan atau pistol dan pengertian
umum unsur‟‟Amunisi‟‟ adalah bahan pengisi senjata Api seperti mesiu atau
peluru;
Berdasarkan keterangan saksi-saksi yang menerangkan bahwa benar
terdakwa membawa 1 (satu) pucuk senjata api rakitan tanpa nomor seri dan merk
Cal 22 Colt berisi 6 (enam) butir peluru yang disimpan dibawah karpet bagian
supir mobil yang dikendarai oleh terdakwa,padahal terdakwa tidak ada ijin dari
pejabat yang berwenang untuk membawa senjata api,amunisi atau sesuatu bahan
peledak tersebut tidak lazim dibawa oleh terdakwa;
Berdasarkan fakta diatas didukung oleh keterangan terdakwa :
a. Bahwa benar terdakwa membawa 1 (satu) pucuk senjata api rakitan
tanpa nomor seri dan merk Cal 22 Colt berisi 6 (enam) butir peluru yang

Universitas Sumatera Utara

disimpan dibawah karpet bagian supir mobil yang dikendarai oleh
terdakwa,padahal terdakwa tidak ada ijin dari pejabat yang berwenang untuk
membawa senjata api,amunisi atau sesuatu bahan peledak tersebut tidak lazim
dibawa oleh terdakwa;
b. Bahwa terdakwa tidak ada izin dari pejabat yang berwenang untuk
membawa senjata api,amunisi atau sesuatu bahan peledak dan terdakwa tidak
lazim membawa senjata api tersebut dan disimpan dibawah karpet bagian
supir mobil yang dikendarai oleh terdakwa;Dengan demikian unsur ini telah
terpenuhi.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut,
ternyata perbuatan

Terdakwa

telah memenuhi

seluruh

unsur-unsur dari

dakwaan Penuntut Umum, sehingga Majelis Hakim berkesimpulan bahwa para
terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana yang
didakwakan kepadanya yaitu melanggar dakwaan Tunggal yaitu melanggar Pasal
1 ayat (1) UU Darurat No.12 Tahun 1951;
Menimbang, bahwa oleh karena seluruh unsur dari pasal yang didakwakan
dalam dakwaan Tunggal yaitu melanggar Pasal 111 1 ayat (1) UU Darurat
No.12 Tahun 1951 telah terpenuhi, maka terdakwa dapat disalahkan telah
melakukan perbuatan sebagaimana yang didakwakan kepadanya;
Menimbang bahwa atas nota Pembelaan dari Penasehat Hukum
para Terdakwa Majelis Hakim tidak sependapat dari nota Pembelaan atau Pledoi
tersebut,maka dengan demikian atas Nota Pembelaan(Pledoi) dari Penasehat
Hukum para terdakwa harus dikesampingkan;

Universitas Sumatera Utara

Menimbang, bahwa selama pemeriksaan di persidangan terhadap para
Terdakwa tidak ditemukan hal-hal yang dapat melepaskan para terdakwa dari
pertanggung jawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar dan atau alasan
pemaaf, oleh karena itu Majelis Hakim berkesimpulan bahwa perbuatan yang
dilakukan Terdakwa harus dipertanggungjawabkankan kepadanya ;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa mampu bertanggung jawab,
maka Terdakwa harus dinyatakan bersalah atas tindak pidana yang didakwakan
terhadap diri Terdakwa oleh karena itu harus dijatuhi pidana ;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini terdakwa telah dikenakan
penahanan yang sah, maka masa penahanan tersebut harus dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan
terhadap diri terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka ditetapkan agar
terdakwa tetap berada dalam tahanan ;
Menimbang, bahwa barang bukti berupa, 11 (satu) pucuk senjata api
Rakitan tanpa Nomor seri dan merek Call 22 Colt berisi 6 (enam) butir
peluru,1(satu)unit mobil Honda Freed BK 1595 KU,yang akan ditentukan
statusnya dalam amar putusan ini ;
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dijatuhi pidana dan terdakwa
tidak mengajukan permohonan pembebasan dari pembayaran biaya perkara, maka
Terdakwa harus dibebankan untuk membayar biaya perkara yang besarnya
akan ditentukan dalam amar putusan ini. Sanksi yang diancam ke pelaku diatur
dalam pasal Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat no.15 tahun 1951, terdakwa

Universitas Sumatera Utara

Asnul Hendry tersebut oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu)
bulan.
Penulis tidak sepakat dengan putusan yang diberikan oleh majelis hakim,
karena terlalu ringan dimana terdakwa dapat membahayakan dirinya dan orang
lain.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan

pemaparan

di

atas,

maka

dapat disimpulkan hal-

hal sebagai berikut
1. Pengaturan hukum mengenai kepemilikan senjata api oleh masyarakat sipil,
yaitu, Undang-Undang Nomor 8 tahun 1948 tentang pendaftaran dan
pemberian izin pemakaian senjata api, dalam Pasal 9. Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang No. 20 tahun 1960 tentang Kewenangan
Perijinan yang Diberikan Menurut Perundang- Undangan Senjata Api. Surat
Keputusan Kapolri Nomor Polisi : Skep/82/II/2004 tentang Buku
Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api. Peraturan
Kapolri

Nomor

8

tahun

2012

tentang

Pengawasan

dan

Pengendalian Senjata Api Untuk Kepentingan Olahraga.
2. Pihak yang berwenang dalam mengawasi izin penggunaan senjata api yang
dipergunakan masyarakat sipil. Kepolisian Republik Indonesia menurut
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian, memiliki tugas
pokok yang diatur dalam Pasal 13 yaitu, memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan,
pengayoman

dan

pelayanan

kepada

masyarakat.

Dalam

rangka

menyelenggarakan tugas tersebut, maka Kepolisisan Negara Repubik
Indonesia juga diberi kewenangan-kewenangan yang salah satunya ialah

Universitas Sumatera Utara

untuk memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan
peledak, dan senjata tajam.
3. Penerapan hukum pidana terhadap kepemilikan senjata api (Studi Putusan
No. 370/Pid.Sus/2016/PN-Mdn) yakni berupa sanksi yang diancam ke
pelaku diatur dalam pasal Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat no.15
tahun 1951, terdakwa Asnul Hendry tersebut oleh karena itu dengan pidana
penjara selama 1 (satu) bulan. Penulis tidak setuju dengan putusan hakim
tersebut dimana tuntutan Jaksa Penuntut Umum kepada terdakwa Asnul
Hendry masing dengan pidana selama 2 (dua) bulan dikurangi selama
terdakwa dalam tahanan. Dalam UU Darurat No12.Tahun 1951 disebutkan
hukuman masksimal terhadap kepemilikan senjata api tanpa izin adalah
maksimal hukuman mati, hukuman seumur hidup dan 20 tahun penjara.

B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan tersebut, maka penulis merekomendasikan
beberapa hal sebagai berikut:
2. Adanya Undang-undang yang mengatur sipil bersenjata api harus menindak
tegas para pemilik dan pembuat senjata api ilegal sesuai dengan peraturan yang
berlaku sebagai efek jera sehingga keberadaan peraturan senjata api dapat
berlaku secara efektif.
3. Sebaiknya meniadakan hak kepemilikan senjata api masyarakat sipil
dikarenakan pengawasan terhadap kepemilikan senjata api oleh warga sipil
membutuhkan lebih banyak perhatian, mengingat akan meningkatnya

Universitas Sumatera Utara

masyarakat sipil mengajukan surat permohonan izin kepemilikan senjata api
dan meningkatnya kejahatan senjata api yang illegal.
4. Perlu adanya pengawasan intensif yang ketat dari pihak kepolisian dengan
melakukan razia kepemilikan senjata api guna mengurangi aksi kejahatan dan
menindak warga sipil yang memiliki senjata api tanpa izin.

Universitas Sumatera Utara