Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penguasaan Senjata Api Oleh Masyarakat Sipil (Studi Putusan No. 370 Pid.Sus 2016 PN-Mdn)

BAB II
PENGATURAN HUKUM MENGENAI KEPEMILIKAN
SENJATA API OLEH MASYARAKAT SIPIL

A.1. Pengertian Masyarakat Sipil
Terminologi masyarakat madani di Indonesia sesungguhnya bermula dari
gagasan Dato Anwar Ibrahim, yang ketika itu tengah menjabat sebagai Menteri
Keuangan dan Asisten Perdana Menteri Malaysia. Dalam kunjungannnya ke
Indonesia, ia membawa oleh-oleh terminologi masyarakat madani sebagai
terjemahan dari civil society. Terminologi tersebut mula-mula ia perkenalkan
dalam sebuah ceramah pada acara simpsium nasional dalam rangka Festival
Istiqlal, 26 September 1995.21
Masyarakat sipil merupakan sebuah konsep yang sangat luas. Cohen dan
Arato mendefinisikan masyarakat sipil sebagai wilayah interaksi sosial yang di
dalamnya mencakup semua kelompok sosial paling akrab (khususnya keluarga),
asosiasi (terutama yang bersifat sukarela), gerakan kemasyarakatan, dan berbagai
wadah komunikasi publik lainnya yang diciptakan melalui bentuk-bentuk
pengaturan dan mobilisasi diri secara independen baik dalam hal kelembagaan
maupun kegiatan.
Dari pengertian di dapat disimpulkan bahwa masyarakat sipil sebuah
bentuk masyarakat dimana orang-orang di dalamnya dapat memilih hidup apa saja

yang mereka suka dan memenuhi keinginan mereka sejauh mereka mampu.
Negara tidak memaksakan jenis kehidupan tertentu kepada anggota Civil Society

21

Aswab Mahasin (eds.), Ruh Islam dalam Budaya Bangsa: Wacana Antar Agama dan
Bangsa (Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal, 1996), hlm 212

Universitas Sumatera Utara

seperti yang terjadi dalam masyarakat feodal karena negara dan civil society
terpisahkan.
Masyarakat sipil terdiri atas lembaga swadaya masyarakat, serikat-serikat
pekerja, lembaga-lembaga profesi, lembaga-lembaga perdagangan, badan-badan
keagamaan,

kelompok

mahasiswa,


kelompok

kebudayaan,

perkumpulan-

perkumpulan olahraga, dan lembaga-lembaga lainnya. Sebagian tugas penting
mereka adalah mengawasi, meneliti, menilai, dan menjelaskan kebijakan
pemerintah, dan mendesak pemerintah untuk melakukan perubahan kebijakan, atau
menjalankan

kebijakan-kebijakan

untuk

kepentingan

kelompok-kelompok

kepentingan tertentu, kelompok-kelompok penekan, ataupun rakyat


pada

umumnya.22
A.2. Peraturan-Peraturan Tentang Kepemilikan Senjata Api
Ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi terkait dengan penggunaan
senjata api dan bahan peledak oleh militer maupun sipil. Pertauran tersebut antara
lain yaitu:
1.

Ordonansi Bahan Peledak (Lembaran Negara tahun 1893 No. 234) Diubah
Terakhir Menjadi Lembaran Negara Tahun 1931 No. 168 Tentang
Pemasukan, Pengeluaran, Pemilikan, Pembuatan, Pengangkutan Dan
Pemakaian Bahan Peledak (tetap digunakan berdasarkan Pasal II Aturan
Peralihan UUD 1945).

2.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 Tentang Pendaftaran Dan Pemberian
Izin Pemakaian Senjata Api.

22

Syed Farid Alatas. Islam, Ilmu-Ilmu Sosial, dan Masyarakat Sipil. Jurnal Antropologi
Indonesia ke-2: „Globalisasi dan Kebudayaan Lokal: Suatu Dialektika Menuju Indonesia Baru‟,
Kampus Universitas Andalas, Padang, 18-21 Juli 2001, hal 14

Universitas Sumatera Utara

3.

Undang-Undang

Nomor

12

Tahun

1951


tentang

Mengubah

"Ordonnantietijdelijke Bijzondere Strafbepalingen" (Stbl. 1948 Nomor 17)
Dan Undang-Undang Republik Indonesia Dahulu Nomor 8 Tahun 1948
(Lembaran Negara No. 78 Tahun 1951 Jo. Pasal 1 Ayat D Undang-undang
No. 8 Tahun 1948) Tentang Pendaftaran Dan Pemberian Izin Pemakaian
Senjata Api.
4.

Undang-Undang Nomor 20 PRP Tahun 1960 Tentang Kewenangan
Perizinan Yang Diberikan Menurut Perundang-Undangan Mengenai Senjata
Api, Amunisi Dan Mesiu.

5.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.


6.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1996 Tanggal 23
Agustus 1996 Tentang Senjata Api Dinas Direktorat Jenderal Bea Dan
Cukai.

7.

Keppres Republik Indonesia Nomor 125 Tahun 1999 Tanggal 11 Oktober
1999 Tentang Bahan Peledak.

8.

Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Republik Indonesia
Nomor: 418/MPP/Kep/6/2003 tanggal 17 Juni 2003 Tentang Ketentuan
Impor Nitro Cellulose (Nc).

9.

Peraturan Menteri Pertahanan Nomor: Per/22/M/XII/2006 Tanggal 19

Desember

2006

Tentang

Pedoman

Pengaturan,

Pembinaan

Dan

Pengembangan BadanUsaha Bahan Peledak Komersial.
10. Surat Keputusan Kapolri No. Pol: Skep/244/II/1999. 11) Surat Keputusan

Universitas Sumatera Utara

Kapolri No Pol: Skep/1198/IX/2000 Tanggal 18 September 2000 tentang

Rekomendasi Ijin Pemilikan Dan Penggunaan Senjata Api
11. Surat Keputusan Kapolri No. Pol. Skep/82/II/2004 Tanggal 16 Pebruari 2004
Perihal Buku Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Dan Pengendalian Senjata
Api Non Organik TNI/ Polri.
12. Peraturan Kapolri No. Pol. 13/X/2006 Tanggal 3 Oktober 2006 Perihal
Pengawasan Dan Pengendalian Senjata Api Non Organik TNI Polri Untuk
Kepentingan Olehraga
13. Peraturan Kapolri No. 2 Tahun 2008 Tanggal 29 April 2008 Tentang
Pengawasan, Pengendalian Dan Pengamanan Bahan Peledak Komersial.
14. Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan
dalam Tindakan Kepolisian23
B.1. Pengertian Senjata Api
Penyalahgunaan senjata api sebagai alat untuk melakukan kejahatan.
Fokusnya tertumpu pada pelaku kejahatan dan pelaku kenakalan yang
memanfaatkan senjata api sebagai alat untuk melakukan tindakan kejahatan.
Sampai saat ini sulit untuk mengidentifikasi dan memisahkan jenis pelanggaran
ataupun kejahatan terkait dengan penyalahgunaan senjata api. Kebanyakan kasus
kejahatan tersebut tumpang-tindih dengan pelanggaran lainnya. Kasus seperti
pembunuhan dengan menggunakan senjata api, penganiayaan menggunakan senjata
api, perampokan dengan menggunakan senjata api dan bentuk kejahatan yang

menggunakan senjata api lainnya sulit disatukan. Langkah alternatif yang dapat
23

Dwi Bintoro Nugroho, Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Penggunaan Senjata
Api Di Indonesia, dikutip dari Skripsi Fakultas Hukum Universtas Wijaya Putra Surabaya 201
Fakultas Hukum Universtas Wijaya Putra Surabaya 2015, hal 17-18

Universitas Sumatera Utara

dilakukan ialah dengan mengumpulkan data record dari masing-masing kasus,
sehingga pada akhirnya dapat diakumulasikan total kasusnya terkait kekerasan
dengan menggunakan senjata api dan jumlah senjata api ilegal yang beredar
didalam masyarakat.24
Istilah senjata api atau pistol digunakan secara bergantian seiring dengan
tren penggunaan istilah kata yang signifikan pada waktu dan kondisi tertentu.
Istilah pistol lebih sering digunakan oleh kalangan jurnalis dan umum, sementara
istilah senjata api cenderung digunakan oleh kelompok akademisi. Senjata api ini,
seperti yang disampaikan oleh Tom A. Warlow, merupakjan senjata yang dapat
dibawa kemana-mana. Hal ini kemudian menunjukkan senjata api sendiri
merupakan jenis senjata yang mudah untuk digunakan pemiliknya tanpa harus

memberikan beban seperti senjata berbeban berat yang biasa digunakan untuk
perang.25
Dapat disampaikan bahwa pengertian senjata api tidak memiliki perbedaan
yang signifikan antara text book yang satu dengan yang lainnya. Perbedaannya
hanya berada pada konteks pembahsan tentang senjata api itu sendiri, apakah dari
sisi bentuk fisik senjata maupun fungsi serta efek yang ditimbulkan dan
penggunaannya. Charles Springwood dalam Josias Simon Runturambik Atin Sri
Pujiastuti menyatakan senjata api merupakan jenis senjata yang secara proyektif
menghasilkan tembakan dari pengapian propelan seperti mesiu misalnya. 26
Pengertian senjata api sendiri menurut undang-undang darurat nomor 12
tahun 1951 Pasal 1 ayat (2) : yang dimaksud dengan pengertian senjata api dan
24

Josias Simon Runturambik Atin Sri Pujiastuti, Op.Cit, hal 24
Tom A. Warlow. Loc.Cit
26
Josias Simon Runturambik Atin Sri Pujiastuti Op.Cit, hal 1

25


Universitas Sumatera Utara

amunisi termasuk juga segala barang sebagaimana diterangkan dalam Pasal 1 ayat
(1) dari pengaturan senjata api yang telah diubah dengan ordonnantie tanggal 30
mei 1939, tetapi tidak termasuk dalam pengertian itu senjata-senjata yang nyatanyata mempunyai tujuan sebagai barang kuno atau barang yang ajaib dan bukan
pula sesuatu senjata yang tetap tidak dapat terpakai atau dibikin sedemikian rupa
sehingga tidak dapat dipergunakan.27
Pengertian lain mengenai senjata api diartikan “sebagai setiap alat, baik
yang sudah terpasang ataupun yang belum, yang dapat dioperasikan atau yang tidak
lengkap, yang dirancang atau diubah, atau yang dapat diubah dengan mudah agar
mengeluarkan proyektil akibat perkembangan gas-gas yang dihasilkan dari
penyalaan bahan yang mudah terbakar didalam alat tersebut, dan termasuk
perlengkapan tambahan yang dirancang atau dimaksudkan untuk dipasang pada alat
demikian”. 28
Menurut ordonansi Senjata Api tahun 1939 jo UU Darurat No.12 Tahun
1951, senjata api termasuk juga :
a. Meriam-meriam dan vylamen werpers (penyembur api) termasuk bagiannya,
b. Senjata-senjata tekanan udara dan tekanan per dengan tanpa mengindahkan
kalibernya Slachtpistolen (pistol penyembeli/pemotong)
c. Sein pistolen (pistol isyarat), Senjata api imitasi seperti alarm pistolen (pistol
tanda bahaya)
d. start revolvers (revolver perlombaan)

27

Yokseni Pangulili, Penerapan Sanksi Terhadap Penyalahgunaan Senjata Api Oleh Aparat
Kepolisian, Jurnal Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016, hal 2
28
Mei Rini. Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polri Terhadap Penggunaan Senjata
Api Tanpa Prosedur. Artikel Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan., 2009, hal 41

Universitas Sumatera Utara

e. shijndood pistolen (pistol suar)
f. schijndood revolvers (revolver suar) dan benda-benda lainnya yang sejenis itu,
yang dapat dipergunakan untuk mengancam atau menakuti, begitu pula bagianbagiannya.29
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang senjata api (L.N. 1937. No. 170
diubah dengan L. N. 1939 No. 278) tentang Undang-undang senjata api
(pemasukan, pengeluaran dan pembongkaran) 1936, yang dimaksud senjata
api adalah :
b. Bagian-bagian senjata api;
c. Meriam-meriam

dan

penyembur-penyembur

api

dan

bagian-

bagiannya.
d. Senjata-senjata tekanan udara dan senjata-senjata tekanan per, dan
pistol-pistol pemberi isyarat, dan selanjutnya senjata-senjata api tiruan
seperti pistol-pistol tanda bahaya, pistol-pistol perlombaan, revolverrevolver tanda bahaya dan revolver-revolver perlombaan, pistol-pistol
mati suri, dan revolver-revolver mati suri dan benda-benda lain yang
serupa itu yang dapat dipergunakan untuk mengancam atau
mengejutkan, demikian juga bagian-bagian senjata itu, dengan
pengertian, bahwa senjata-senjata tekanan udara, senjata-senjata
tekanan per dan senjata-senjata tiruan serta bagian-bagian senjata itu
hanya dapat dipandang sebagai senjata api, apabila dengan nyata tidak
dipergunakan sebagai permainan anak-anak.
29

http://www.sspustaka.blogspot.com./2008/12/senjata-api.html?.m=1diakses pada tanggal
22 Maret 2017

Universitas Sumatera Utara

Penguasaan senjata api selain untuk melaksanakan tugas pokok
pengamanan bagi anggota TNI/POLRI, bagi kalangan sipil senjata api
diperuntukkan untuk membela diri. Syarat dan ketentuan serta prosedur pengurusan
izin kepemilikan senjata api bagi masyarakat sipil. Namun, perlu diketahui, selain
peredaran senjata api legal, ternyata peredaran senjata api illegal juga semakin
meresahkan

masyarakat.

Bahkan

kecamanan

dari

masyarakat

terkait

penyalahgunaan senjata api semakin meningkat setiap hari.30

B.2. Prosedur Kepemilikan Senjata Api oleh Masyarakat Sipil
Warga sipil boleh memiliki senjata api sebagai alat pertahanan diri, tapi
harus sesuai dengan ketentuan dan syarat yang tidak mudah. Senjata api dapat
digunakan untuk perlindungan diri dari aksi kejahatan karena semakin maraknya
kejahatan dengan senjata api, namun, ada aturan menggunakan senjata api.
Meskipun dibolehkan, warga sipil tidak boleh menggunakannya jika tidak
dibutuhkan. Sebab telah banyak fakta terjadi penyalahgunaan senjata api oleh
warga sipil yang berakibat melayangnya nyawa tak berdosa. Aturan pertama yaitu
senpi yang dimiliki tidak boleh dipertontonkan di depan umum apalagi untuk
menakut-nakuti orang lain.31 Meski demikian, jika ingin tetap memiliki senjata api
maka harus melalui proses ketat dari pihak kepolisian.
Warga sipil dapat memiliki senjata api sebagai alat pertahanan diri, tapi
harus sesuai dengan ketentuan dan syarat yang tidak mudah. Senjata api dapat

30

Togi Marhara Sihite, Kesalahan Prosedur Pemakaian Senjata Api Yang Mengakibatkan
Matinya Orang Oleh Aparat Polri (Studi Kasus No. 2.090/Pid.B/2011/PN Medan), Jurnal FH.
Universitas Sumatera Utara Medan 2013, hal 8
31
http://batamnews.co.id/berita-14331-inilah-syarat-memiliki-senjata-api-bagi-warga-sipildi-indonesia.html, diakses tanggal 21 April 2017

Universitas Sumatera Utara

digunakan untuk perlindungan diri dari aksi kejahatan karena semakin maraknya
kejahatan dengan senjata api.32 Namun, ada aturan menggunakan senjata api.
Meskipun dibolehkan, warga sipil tidak boleh menggunakannya jika tidak
dibutuhkan. Sebab telah banyak fakta terjadi penyalahgunaan senjata api oleh
warga sipil yang berakibat melayangnya nyawa tak berdosa. Aturan pertama yaitu
senpi yang dimiliki tidak boleh dipertontonkan di depan umum apalagi untuk
menakut-nakuti orang lain.
Beberapa hal berikut ini harus terpenuhi jika menginginkan senjata api
secara resmi. Tentu saja sebelumnya sudah harus masuk kriteria orang yang boleh
memiliki senjata api.
1. Pemohon harus memenuhi syarat medis
Jika ingin membeli senjata api resmi pertama harus memenuhi syarat medis
yang berarti sehat jasmani dan rohani. Selain itu juga tidak ada cacat fisik yang
bisa mengurangi keterampilan menggunakan senjata api. Dan yang penting masih
mempunyai penglihatan normal.
2. Pemohon harus lolos seleksi psikotes
Apabila termasuk orang yang cepat gugup dan panik menghadapi sesuatu
maka kemungkinan besar tidak bisa memiliki senjata api resmi dari kepolisian.
Sebab syarat kepemilikan senjata api bagi warga sipil harus bisa menjaga emosi
dan tidak cepat marah. Dibuktikan melalui hasil psikotes dari Dinas Psikologi
Mabes Polri.

32

http://batamnews.co.id/berita-14331-inilah-syarat-memiliki-senjata-api-bagi-warga-sipildi-indonesia.html, diakses tanggal 21 Maret 2017.

Universitas Sumatera Utara

3. Pemohon tidak pernah terlibat tindak pidana
Harus berkelakuan baik sebelum mengajukan kepemilikan senjata api.
Artinya tidak pernah terlibat kasus pidana dan hukum yang dibuktikan dari SKKB
(Surat Keterangan Kelakuan Baik) dari kepolisian. Selain itu, pemohon juga harus
lolos screening dari Kadit IPP dan Subdit Pamwassendak.
4. Usia pemohon harus terpenuhi
Usia seseorang yang dibolehkan memiliki senjata api minimal 21 tahun
hingga 65 tahun. Jika Usia Anda tidak masuk kriteria maka sebaiknya tak perlu
melakukan permohon memiliki senjata api karena hasilnya sudah kita ketahui.
5. Pemohon harus memenuhi syarat administratif
Syarat administratif yang harus dipenuhi ketika Anda ingin mengajukan
kepemilikan senjata api diantaranya sebagai berikut:
a. Fotocopy KTP sebanyak 5 lembar
b. Fotocopy KK sebanyak 5 lembar
c. Fotocopy SKCK, Rekomendasi Kapolda Setempat
d. Surat Permohonan bermaterai
e. Foto berwarna 2x3 sebanyak 5 lembar
f. Foto berwarna 3x4 sebanyak 5 lembar
g. Foto berwarna 4x6 sebanyak 5 lembar
h. Mengisi formulir permohonan dari Mabes Polri
6. Jenis senjata api yang boleh dimiliki
Jenis senjata api diberikan kepada orang yang memenuhi persyaratan
dengan diberikan jenis senjata sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

a. Senjata api genggam jenis revolver kaliber 32, kaliber 25, atau kaliber 2
b. Senjata api bahu jenis shotgun kaliber 12 mm
c. Senjata api bahu kaliber 12 GA dan kaliber 22
Semua persyaratan untuk memiliki senjata api bagi warga sipil wajib
dipenuhi agar bisa dapat memiliki senjata api. Setelah memiliki izin kepemilikan
senjata, Anda harus memperpanjangnya setiap tahun sekali. Pihak kepolisian tidak
serta merta melepas senjata api begitu saja, da harus mentaati semua prosedur
yang ada.33
Prosedur izin kepemilikan senjata api bagi masyarakat sipil ini diatur pada
Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pengawasan dan Pengendalian
Senjata Api Untuk Kepentingan Olahraga dan Buku Petunjuk Pelaksanaan
Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api pada Surat Keputusan kapolri Nomor
Polisi : Skep/82/II/2004.34
Tidak semua orang yang mengajukan permohonan kepemilikan senjata api
akan dilegalisasi permohonannya. Ada kriteria khusus bagi pemohon yang ingin
mengajukan perizinan kepemilikan senjata api. Pemohon harus mengikuti aturan
yang telah ditetapkan Kepolisian Republik Indonesia atau Polri.Adapun Prosedur
untuk Kepemilikan senjata api diantaranya sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan Izin Senjata api untuk Satuan Pengamanan (Satpam):
a) Instansi Pemerintah, Proyek Vital dan Perusahaan Swasta Nasional serta
Kantor Kedubes RI tertentu yang dapat memiliki dan menggunakan
senjata api dan amunisi untuk kepentingan Satpam adalah yang
mempunyai sifat dan lingkup tugas serta risiko dari gangguan keamanan di
lingkungan/kawasan kerjanya yang vital/penting.35Skep Kapolri No
33

Ibid
Anak Agung Ngurah Bayu Ariadi, Op.Cit, hal 4
35
Risna, Faktor Penyalahgunaan Senjata Api oleh Masyarakat Sipil, Artikel Univ
Singaperbangsa Karawang, 2014, hal 10
34

Universitas Sumatera Utara

82/II/2004 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Dan
Pengendaliaan Senjata Api Non Organik TNI/POLRI.
b) Satpam yang dapat menggunakan senjata api dan amunisi yaitu :
1) Sehat rohani dan jasmani.
2) Syarat umur minimal 21 tahun, maksimal 65 tahun.
3) Memiliki keterampilan dalam menggunakan senjata api, dinyatakan
telah mengikuti latihan kemahiran oleh Lemdik Polri.
4) Menguasai peraturan perundang-undangan tentang Senjata Api.
5) Ditunjuk oleh Pimpinan Instansi/Proyek atau Badan Usaha yang
bersangkutan.
6) Yang telah mendapatkan izin Penguasaan Pinjam Pakai Senjata api
(Kartu Kuning) yang diterbitkan oleh Kapolda setempat.
7) Memiliki SIUP berskala besar, bagi yang berskala menengah dengan
pertimbangan penilaian tingkat ancaman dan risiko dari tugas yang
dihadapi.36
c) Macam, jenis dan kaliber senjata api yang dapat dimiliki/digunakan oleh
Instansi Pemerintah, Proyek Vital dan Perusahaan Swasta Nasional serta
Kantor Kedubes Republik Indonesia tertentu untuk kepentingan Satpam,
yaitu :
1) Senjata Api Bahu jenis Senapan kaliber 12 GA.
2) Senjata Api Genggam jenis Pistol/Revolver Kal. .32, .25 dan.22.
3) Senjata peluru karet.
4) Senjata Gas Airmata.
5) Senjata Kejutan Listrik
d) Jumlah senjata api dan amunisi yang dapat dimiliki/digunakan untuk
kepentingan Satpam, yaitu :
1) Senjata api yang dapat dimiliki/digunakan oleh Instansi Pemerintah,
Proyek Vital dan Perusahaan Swasta serta Kantor Kedubes RI tertentu
untuk keperluan Satpam, dibatasi jumlahnya yaitu sepertiga dari
kekuatan Satpam yang sedang menjalankan tugas pengamanan dengan
ketentuan bahwa jumlah tersebut tidak boleh lebih dari 15 (lima belas)
pucuk senjata api pada tiap-tiap unit.
2) Jumlah amunisi sebanyak 3 (tiga) magazen/silinder untuk tiap-tiap
pucuk senjata api termasuk untuk cadangan.
e) Senjata api tersebut hanya dapat digunakan/ditembakkan pada saat
menjalankan tugas Satpam dalam lingkungan tugas pekerjaannya yaitu
guna :
1) Menghadapi gangguan situasi yang mengancam keamanan dan
kelangsungan pekerjaan Instansi, Proyek Vital dan Perusahaan Swasta
Nasional serta Kantor Kedubes RI tertentu yang dijaga olehnya.

36

Ibid, hal 11

Universitas Sumatera Utara

2) Melindungi diri dan jiwanya dari ancaman fisik yang tak dapat
dihindari lagi saat melaksanakan tugas/pengawalan diluar kawasan
kerja dengan menggunakan surat izin penggunaan dan membawa
senjata api.
3) Latihan menembak di lapangan/tempat latihan menembak.
2. Pejabat yang dizinkan untuk memiliki dan menggunakan senjata api untuk
bela diri, harus :
a) Memiliki kemampuan/keterampilan menembak minimal klas III yang
dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Institusi Pelatihan
menembak yang sudah mendapat izin dari Polri. Sertifikat tersebut
disahkan oleh Polri (Pejabat Polri yang ditunjuk) Mabes Polri/Polda.
b) Memiliki keterampilan dalam merawat, menyimpan, dan mengamankannya
sehingga terhindar dari penyalahgunaan.
c) Memenuhi persyaratan medis, psikologis dan persyaratan lain meliputi :
1) Syarat Medis : Sehat jasmani, tidak cacat fisik yang dapat mengurangi
keterampilan membawa dan menggunakan senjata api, penglihatan
normal dan syarat-syarat lain yang ditetapkan Dokter RS Polri/Polda.
2) Syarat psikologis : Tidak cepat gugup dan panik, tidak emosional/tidak
cepat marah, tidak psichopat dan syarat-syarat psikologis lainnya yang
dibuktikan dengan hasil psikotes yang dilaksanakan oleh Tim yang
ditunjuk Biro Psikologi Polri/Polda;
3) Syarat Umur : minimal 24 tahun, maksimal 65 tahun.
4) Syarat Menembak : mempunyai kecakapan menembak dan telah lulus
test menembak yan dilakukan oleh Polri.
5) SIUP besar/Akta Pendirian Perusahaan PT, CV, PD (CV dan PD
sebagai Pemilik Perusahaan/Ketua Organisasi).
6) Surat Keterangan Jabatan/Surat Keputusan Pimpinan.
7) Berkelakuan Baik (tidak/belum pernah terlibat dalam suatu kasus
pidana) atau tidak memiliki Crime Record yang dibuktikan dengan
SKCK.
8) Lulus screening yang dilaksanakan oleh Dr Intelkan Polda.
9) Daftar riwayat hidup secara lengkap.
10) Pas Photo berwarna berlatar belakang merah ukuran 2x3, 4x6 = 5
lembar.
d) Senjata api yang diizinkan sebelum diserahkan kepada pemilik harus
dilakukan identifikasi dan penelitian spesifikasi data teknis senjata
dimaksud oleh Labforensik Polri, dan dinyatakan dengan surat keterangan
hasil uji balikstik.
e) Jumlah Senjata api dan amunisi, yang dapat dimiliki dan digunakan yaitu :
1) Senjata api yang dizinkan maksimal 2 (dua) pucuk.
2) Amunisi yang dapat diberikan maksimal sebanyak 50 (Lima puluh)
butir untuk setiap pucuk Senjata api.
f) Senjata api yang diizinkan untuk bela diri tersebut hanya boleh
ditembakkan :

Universitas Sumatera Utara

1) Pada saat keadaan sangat terpaksa yang mengancam keselamatan
jiwa/diri dari ancaman fisik oleh pihak lain yang melawan hukum.
2) Pada saat pengujian, latihan menembak dan pertandingan resmi yang
diselenggarakan oleh Instansi Kepolisian dengan izin Kapolri Cq.
Kabaintelkam dan Direktur Intelkam Polda.
Senjata api yang diizinkan adalah :
1) Senjata api Genggam :
a) Jenis : Pistol/Revolver
b) Kaliber : 32/25/22 Inc
2) Senjata api bahu, jenis :
a)Shotgun kal 12 GA
3. Senjata Api perorangan untuk olah raga menembak sasaran/target menembak
reaksi dan olah raga berburu.
a. Penyelenggaraan Izin
1) Ketentuan
a) Senjata untuk peruntukan olah raga menembak
1) Setiap olahragawan atlet penembak, yang akan diberikan izin
senjata api dan amunisi diwajibkan menjadi anggota Perbakin.
2) Anggota Perbakin yang dapat menggunakan senjata api dan
amunisi, yaitu :
a) Sehat jasmani dan rohani.
b) Syarat umur : minimal 18 tahun, maksimal 65 tahun
c) Memiliki kemampuan/kemahiran dalam menguasai dan
menggunakan senjata api serta mengetahui perundangundangan senjata api, termasuk juga dalam hal merawat,
penyimpanan dan pengamanannya.
d) Olahragawan atau atlet penembak yang telah melebihi batas
usia maksimal, apabila masih aktif melakukan kegiatan
olahraga pada waktu mengajukan permohonan pembaharuan
agar melengkapi persyaratan Rekom PB Perbakin/Pengda,
Keterangan Kesehatan dan Psikologi.
3) Macam, jenis, kaliber dna jumlah senjata api yang dapat
dimiliki/gunakan, yaitu :
a) Senjata yang macam, jenis dan ukuran kalibernya
ditentukan
khusus
dalam
kejuaraan
menembak
sasaran/reaksi.
b) Jumlah senjata api yang dapat diberikan kepada setiap
olahragawan menembak sasaran/reaksi, dibatasi maksimal 3
(tiga) pucuk untuk setiap eventi (jenis) yang
dipertandingkan dalam olahraga menembak sasaran/reaksi.
4) Jumlah amunisi yang dapat diberikan sesuai kebutuhan untuk
latihan dan pertandingan target/sasaran.
a) Senjata api untuk olah raga berburu.

Universitas Sumatera Utara

1) Setiap olahragawan berburu, yang akan diberikan izin senjata
api dan amunisi diwajibkan menjadi anggota Perbakin.
2) Macam, jenis, kaliber dan jumlah senjata api yang dapat
dimiliki/digunakan, yaitu :
a) Senjata api yang boleh dimiliki dan digunakan untuk
kepentingan olahraga berburu, yaitu senjata api bahu yang
diperuntukkan khusus untuk berburu.
b) Jumlah senjata api yang dapat dimiliki dan digunakan
olahragawan berburu, dibatasi maksimal 8 (delapan) pucuk
senjata api dari berbagai kaliber.
c) Senjata api yang dapat dimiliki dan digunakan oleh setiap
olahragawan berburu, yaitu:
c.1. Senapan kecil dari kaliber .22 s.d. 270. c.2. Senapan sedang
dari kaliber .30 s.d .375.
3) Macam, jenis, kaliber dna jumlah senjata api yang dapat
dimiliki/gunakan, yaitu :
a) Peluru kaliber kecil dari kaliber .22 s.d kaliber .270,
jumlah masing-masing kaliber 30 butir.
b) Peluru kaliber sedang dari kaliber .30 s.d kaliber .375,
jumlah masing-masing kaliber 30 butir.
c) Peluru kaliber besar dari kaliber .40 ke atas, jumlah
masing-masing kaliber 30 butir.
d) Peluru untuk laras licin dari kal 12 GA s/d 20 GA.
4) Senjata api dan amunisi untuk olahraga berburu hanya
dibenarkan untuk ditembakkan di lokasi berburu yang telah
ditentukan, yaitu berdasarkan ketentuan dari Instansi Pemerintah
yang berkompeten dan berwenang untuk hal tersebut serta izin
penggunaan senjata api dari Polda dan Baintelkam Polri.
Pada saat mambawa senjata api ditempat umum, pemilik harus
mentaati ketentuan dalam membawa dan menggunakan senjata
api,yakni :
1. Senjata api harus dilengkapi dengan izin dari Kapolri
2. Dalam membawa senjata api harus selalu melekat di badan
3. Senjata api hanya dibenarkan dipakai atau ditembakkan pada
saat keadaan terpaksa yang mengancam jiwanya
4. Senjata api tidak boleh dipinjamkan kepada orang lain
5. Dilarang menggunakan senpi untuk tindak kejahatan, menakutnakuti, mengancam dan melakukan pemukulan dengan
menggunakan gagang atau popor senjata. Tindak kejahatan
yang dimaksud adalah segala macam tindakan yang melanggar
hukum pidana.Pemukulan dengan menggunakan popor senjata
juga tidak diperbolehkan.
6. Memiliki kemampuan merawat dan menyimpan senapan.
Kemampuan merawat yakni pemohon harus mengetahui
bagaimana memberikan pelumas untuk laras senapan,
membongkar dan memasang kembali senapan. Sedangkan

Universitas Sumatera Utara

dalam penyimpanan senjata api, pemilik harus mengetahui tata
cara penyimpanan yang baik untuk senapan .dikarenakan
bagian lain dari senjata api yang dapat melukai adalah popor
senjata, jadi penggunaan popor senjata sebagai alat pemukul
dapat dikategorikan sebagai penyalahgunaan senjata api.37

Tidak semua orang yang mengajukan permohonan kepemilikan senjata
api akan dilegalisasi permohonannya. Ada kriteria khusus bagi pemohon yang
ingin mengajukan perizinan kepemilikan senjata api. Pemohon harus mengikuti
aturan yang telah ditetapkan Kepolisian Republik Indonesia atau Polri .Adapun
Prosedur untuk Kepemilikan senjata api diantaranya sebagai berikut:
a. Senjata Api untuk Satuan Pengamanan
1. Penyelenggaraan izin
a. Instansi pemerintah, proyek vital dan perusahaan swasta nasional serta
Kantor Kedubes Republim Indonesia tertentu yang dapat memiliki dan
menggunakan senjata api dan amunisi untuk kepentingan Satpam adalah
yang mempunyai sifat dan lingkup tugas serta risiko dari gangguan
keamanan di lingkungan/kawasan kerjanya yang vital/penting.
b. Satpam yang dapat menggunakan senjata api dan amunisi yaitu :
1) Sehat rohani dan jasmani.
2) Syarat umur minimal 21 tahun, maksimal 65 tahun.
3) Memiliki keterampilan dalam menggunakan senjata api dinyatakan
telah mengikuti latihan kemahiran oleh Lemdik Polri.
4) Menguasai peraturan perundang-undangan tentang Senjata Api.
5) Ditunjuk oleh Pimpinan Instansi/Proyek atau Badan Usaha yang
37

Ibid, hal 13

Universitas Sumatera Utara

bersangkutan.
6) Yang telah mendapatkan izin Penguasaan Pinjam Pakai Senjata api
(Kartu Kuning) yang diterbitkan oleh Kapolda setempat.
7) Memiliki SIUP berskala besar, bagi yang berskala menengah
dengan pertimbangan penilaian tingkat ancaman dan risiko dari tugas
yang dihadapi.
2. Macam, jenis dan kaliber senjata api yang dapat dimiliki/digunakan oleh
Instansi Pemerintah, Proyek Vital dan Perusahaan Swasta Nasional serta
Kantor Kedubes Republik Indonesia tertentu untuk kepentingan Satpam,
yaitu:
a. Senjata Api Bahu jenis Senapan kaliber 12 GA.
b. Senjata Api Genggam jenis Pistol/Revolver Kal. .32, .25 dan.22.
c. Senjata peluru karet.
d. Senjata Gas Airmata.
e. Senjata Kejutan Listrik.
7. Jumlah senjata api dan amunisi yang dapat dimiliki/digunakan untuk
kepentingan Satpam, yaitu :
a) Senjata api yang dapat dimiliki/digunakan oleh instansi pemerintah,
proyek vital dan perusahaan swasta serta Kantor Kedubes RI tertentu
untuk keperluan Satpam, dibatasi jumlahnya yaitu sepertiga dari kekuatan
Satpam yang sedang menjalankan tugas pengamanan dengan ketentuan
bahwa jumlah tersebut tidak boleh lebih dari 15 (lima belas) pucuk
senjata api pada tiap-tiap unit.

Universitas Sumatera Utara

b) Jumlah amunisi sebanyak 3 (tiga) magazen/silinder untuk tiap-tiap
pucuk senjata api termasuk untuk cadangan.
4. Senjata api tersebut hanya dapat digunakan/ditembakkan pada saat
menjalankan tugas satpam dalam lingkungan tugas pekerjaannya yaitu guna:
a) Menghadapi

gangguan

situasi

yang

mengancam

keamanan

dan

kelangsungan pekerjaan Instansi, Proyek Vital dan Perusahaan Swasta
Nasional serta Kantor Kedubes RI tertentu yang dijaga olehnya.
b) Melindungi diri dan jiwanya dari ancaman fisik yang tak dapat
dihindari lagi saat melaksanakan tugas/pengawalan diluar kawasan kerja
dengan menggunakan surat izin penggunaan dan membawa senjata api.
c) Latihan menembak di lapangan/tempat latihan menembak.
b. Senjata Api untuk Bela Diri
1. Pejabat yang dizinkan untuk memiliki dan menggunakan senjata api untuk
bela diri, harus :
a) Memiliki kemampuan/keterampilan menembak minimal klas III yang
dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Institusi Pelatihan
menembak yang sudah mendapat izin dari Polri. Sertifikat tersebut
disahkan oleh Polri (Pejabat Polri yang ditunjuk) Mabes Polri/Polda.
b) Memiliki

keterampilan

dalam

merawat

menyimpan

dan

mengamankannya sehingga terhindar dari penyalahgunaan.
c) Memenuhi persyararan medis, psikologis dan persyaratan lain meliputi:
1) Syarat Medis: Sehat jasmani, tidak cacat fisik yang dapat mengurangi
keterampilan membawa dan menggunakan senjata api, penglihatan

Universitas Sumatera Utara

normal dan syarat-syarat lain yang ditetapkan Dokter RS Polri/Polda.
2) Syarat psikologis : Tidak cepat gugup dan panik, tidak emosional/tidak
cepat marah, tidak psichopat dan syarat-syarat psikologis lainnya yang
dibuktikan dengan hasil psikotes yang dilaksanakan oleh Tim yang
ditunjuk Biro Psikologi Polri/Polda
3) Syarat Umur : minimal 24 tahun, maksimal 65 tahun.
4) Syarat Menembak : mempunyai kecakapan menembak dan telah lulus
test menembak yan dilakukan oleh Polri.
5) SIUP besar/Akte Pendirian Perusahaan PT, CV, PD (CV dan PD
sebagai Pemilik Perusahaan/Ketua Organisasi).
6) Surat Keterangan Jabatan/Surat Keputusan Pimpinan.
7) Berkelakuan Baik (tidak/belum pernah terlibat dalam suatu kasus
pidana) atau tidak memiliki Crime Record yang dibuktikan dengan
SKCK.
8) Lulus screening yang dilaksanakan oleh Dr Intelkan Polda.
9) Daftar riwayat hidup secara lengkap.
10) Pas Photo berwarna berlatar belakang merah ukuran 2x3, 4x6 = 5
lembar. a. Senjata api yang diizinkan adalah:
1. Senjata api Genggam :
a. Jenis : Pistol/Revolver
b. Kaliber : 32/25/22 Inc
2. Senjata api bahu, jenis : Shotgun kal 12 GA
b.

Senjata api yang diizinkan sebelum diserahkan kepada pemilik harus

Universitas Sumatera Utara

dilakukan identifikasi dan penelitian spesifikasi data teknis senajta
dimaksud oleh Labforensik Polri, dan dinyatakan dengan surat keterangan
hasil uji balikstik.
c. Jumlah Senjata api dan amunisi, yang dapat dimiliki dan digunakan yaitu:
1) Senjata api yang dizinkan maksimal 2 (dua) pucuk.
2) Amunisi yang dapat diberikan maksimal sebanyak 50 (lima puluh)
butir untuk setiap pucuk Senjata api.
d. Senjata api yang diizinkan untuk bela diri tersebut hanya boleh
ditembakkan:
1) Pada saat keadaan sangat terpaksa yang mengancam keselamatan
jiwa/diri dari ancaman fisik oleh pihak lain yang melawan hukum.
2) Pada saat pengujian, latihan menembak dan pertandingan resmi yang
diselenggarakan oleh Instansi Kepolisian dengan izin Kapolri Cq.
Kabaintelkam dan Direktur Intelkam Polda.
Kasus kriminalitas makin meningkat, korbanpun makin bertambah.
Kondisi ini tentu sangat meresahkan masyarakat. Sering terjadi tindak kejahatan
tersebut dilakukan dengan menggunakan senjata api dan pihak aparat keamanan
tidak dapat berbuat banyak karena volume kejahatan juga meningkat maka
banyak kasus tidak dapat terselesaikan secara maksimal. Untuk memerangi
kejahatan di lapangan banyak mengalami tantangan cukup berat jumlah
personil kepolisian belum seimbang dengan luas cakupan tugasnya serta
sarana dan prasarana yang kurang memadai. Meningkatnya senjata api akan
menimbulkan pertanyaan sebagian masyarakat mengenai aturan kepemilikan

Universitas Sumatera Utara

senjata api bagi masyarakat pelaksanaannya selama ini.
Instruksi presiden RI No. 9 tahun 1976 senjata api adalah salah satu alat
untuk melaksanakan tugas pokok Angkatan Bersenjata dibidang pertahanan dan
keamanan, sedangkan bagi instansi pemerintah di luar Angkatan Bersenjata,
senjata api merupakan alat khusus yang penggunannya diatur melalui ketentuan
Inpres No. 9 Tahun 1976. Yang menginstruksikan agar para Menteri/Pimpinan
lembaga pemerintahan dan non pemerintahan membantu Menteri Pertahanan dan
Keamanan agar dapat mencapai sasaran tugasnya. Untuk melaksanakan hal
tersebut Menteri Pertahanan dan Keamanan telah membuat kebijakan dalam
rangka meningkatkan pengawasan dan pengendalian senjata api dengan Surat
Keputusan MenHankam No. KEP-27/XII/1977 tanggal 26 Desember 1977.
Dalam keputusan tersebut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai termasuk salah
satu Instansi Pemerintah yang menurut ketentuan perundang-undangan diberi
wewenang menjalankan tugas dibidang keamanan, ketentraman dan ketertiban.
Warga sipil dapat memiliki senjata api kepemilikannya telah diatur dalam
undang-undang No. 8 Tahun 1948, tentang pendaftaran dan pemberian izin
pemakaian senjata api. Undang-undang ini diberlakukan kembali pada bulan
Februari 1999 tepatnya secara garis besar, di Indonesia perizinan kepemilikan
senjata api diatur dalam Surat Keputusan KAPOLRI No. POL Nomor
SKEP/82/II/2004 tanggal 16 Februari 2004.
B.3. Syarat-syarat Perizinan Kepemilikan Senjata Api
Kalangan sipil diperbolehkan memiliki senjata api dengan jenis senjata
api non organik TNI/POLRI, berupa senjata genggam Kaliber 22 sampai 32,

Universitas Sumatera Utara

serta senjata bahu golongan non standard TNI Kaliber 12 GA dan ka

Secara

garis besar, di Indonesia perizinan kepemilikan senjata api diatur dalam Surat
Keputusan Kapolri No. Pol. 82/II/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang
petunjuk pelaksanaan pengamanan pengawasan dan pengendalian senajata api
non organik TNI/POLRI. Di dalamnya ditentukan, pemohon harus mengajukan
melalui Polda setempat, kemudian diteruskan ke Mabes Polri. Yang dicek
pertama kali adalah syarat formal, antara lain kriteria calon yang boleh
memiliki senjata api, yaitu

pejabat pemerintah, minimal setingkat Kepala

Dinas ditingkat pusat dan setingkat Bupati dan Anggora DPRD di daerah;
Pejabat TNI/POLRI, minimal Perwira Menengah atau Perwira Pertama yang
tugas

operasional:

pejabat

bank/swasta,

minimal

Direktur

Keuangan;

Pengusaha/Pemilik Toko Mas; Satpam atau Polisi khusus yang terlatih.
Jenis senjata api tajam diperbolehkan untuk kalangan pejabat pemerintah
yang diberi izin antara lain Menteri, Ketua DPR/MPR-RI, Sekjen, Irjen, Dirjen,
Sekretaris Kabinet, Gubernur, Wagub, Sekda/Wil Prop, DPRD Propinsi,
Walikota dan Bupati, Pejabat TNI/POLRI dan Purnawirawan, harus golongan
Perwira Tinggi dan Pamen berpangkat paling rendah Kompo. Sedangkan untuk
jenis senjata api karet, yang diberi izin adalah anggota DPRD Kota /Kabupaten,
Camat ditingkat Kotamadya, Instalasi pemerintah paling rendah Gol III anggota
TNI/POLRI minimal berpangkat Ipda, pengacara dengan skep menteri
kehakiman/pengadilan, dan dokter praktek dengan skep menteri kesehatgan.
Kalangan swasta antara lain presiden komisaris, komisaris, dirut, direktur
keuangan, direktur bank, PT, CV, PD, Pimpinan perusahaan/organisasi,

Universitas Sumatera Utara

pedagang mas (pemilik) dan manajer dengan SIUP tbk/Akte pendirian
perusahaan (PT, CV, dan PD).38
Kalangan swasta yang boleh memiliki senjata api tajam, masing-masing
komisaris, presiden komisaris, komisaris, presiden direktur, direktur utama,
direktur dan direktur keuangan. Golongan profesi, antara lain pengacara senior
dengan skep menteri kehakiman/pengadilan, dokter dengan skep menteri
kesehatan atau Departemen Kesehatan.
Kepemilikan senjata

api

perorangan untuk

olahraga

menembak

sasaran/target, menembak reaksi dan olahraga berburu harus mengikuti
persyaratan yang telah ditentukan. Untuk menembak sasaran atau target (reaksi)
tiap atlet penembak/yang diberikan izin senjata api dan amunisi wajib menjadi
anggota perbakin. Mereka harus sehat jasmani dan rohani, umur minimal 18
tahun (maks. 65), punya kemampuan menguasai dan menggunakan senjata api.
Dalam hal izin pembelian senjata api, juga harus mendapat rekomendasi
Perbakin, surat keterangan catatan permohonan ke Kapolri Up. KabagIntelkam
Polri dengan tembusan Kapolda setempat untuk mendapat rekomendasi.
Selain warga negara indonesia warga negara asing juga bisa memiliki senjata api,
selama berada di indonesia diantaranya:
a.

Sesuai Surat Edaran Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor D184/83/97 tanggal 5 September 1983 yang ditujukan kepada Kepala
Perwakilan Diplomatik, Konsuler, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
Organisasi-Organisasi Internasional bahwa Warga Negara Asing yang

38

A. Josias Simon Runturambi, Atin Sri Pujiastuti. Op.Cit, hlm 85

Universitas Sumatera Utara

tinggal di Indonesia tidak diizinkan memiliki dan memegang senjata api.
b.

Warga Negara Asing yang diizinkan memiliki dan memegang senjata api di
Indonesia adalah Pengunjung Jangka Pendek, terdiri dari :
1. Wisatawan yang memperoleh izin berburu.
2. Tenaga ahli yang memperoleh izin riset dengan menggunakan senjata api.
3. Peserta pertandingan olahraga menembak sasaran.
4. Petugas security tamu negara.
5. Awak kapal laut pesawat udara.

5. Orang asing lainnya yang memperoleh izin transit berdasarkan
ketentuan peraturan kemigrasian.
Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum (Rechstaat) tidak
berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtstaat), maka segala kekuasaan negara
harus diatur oleh hukum. Begitu juga masyarakat tidak lepas dari aturan
permainan hukum itu (rule of law).
Segala sesuatu memiliki aturan hukum yang tersendiri, adapun yang
menjadi Tujuan Pengaturan Kepemilikan senjata api yaitu:
1. Memberikan Batasan Kepada Siapa senjata api dapat diberikan

Pada

dasarnya senjata api diberikan kepada aparat keamanan yaitu TNI/POLRI.
Tetapi senjata api dapat diberikan kepada masyarakat sipil tertentu seperti;
Pengusaha dan Pejabat Pemerintah.
2. Sebagai Perangkat Hukum dalam Menindak Kepemilikan senjata api tanpa
prosedur. Dengan adanya pengaturan Tentang senjata api, bagi masyarakat
yang memiliki senjata api tanpa prosedur dapat dikenai sanksi sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara

UU Darurat No 12 Tahun 1951.
3.

Menambah Pemasukan Bagi Pendapatan Negara Dalam pengurusan Izin
senjata api akan dikenakan biaya sebagai penerimaan negara bukan pajak
sesuai dengan PP No 31 Tahun 2004 Tentang tarif atas jenis Penerimaan
negara bukan pajak yang berlaku pada Kepolisan Negara Republik
Indonesia.
Undang-undang menyebutkan bahwa izin kepemilikan senjata api hanya

diberikan kepada pejabat tertentu, yaitu
1. Pejabat swasta atau perbankan, yakni presiden direktur, presiden komisaris,
komisaris, diretur utama, dan direktur keuangan;
2. Pejabat pemerintah, yakni Menteri, Ketua MPR/DPR, Sekjen, Irjen, Dirjen,
dan Sekretaris Kabinet, demikian juga Gubernur, Wakil Gubernur, Sekwilda,
Irwilprop, Ketua DPRD-I dan Anggota DPR/MPR;
3. TNI/Polri dan purnawirawan.39
Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum (rechstaat) tidak
berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtstaat), maka segala kekuasaan negara
harus diatur oleh hukum. Begitu juga masyarakat tidak lepas dari aturan
permainan hukum itu (rule of law). Segala sesuatu memiliki aturan hukum yang
tersendiri, adapun yang menjadi tujuan pengaturan kepemilikan senjata api yaitu
1. Memberikan batasan kepada siapa senjata api dapat diberikan pada dasarnya
senjata api diberikan kepada aparat keamanan yaitu TNI/POLRI .Tetapi
senjata api dapat diberikan kepada masyarakat sipil tertentu seperti;Pengusaha
dan Pejabat Pemerintah.
2. Sebagai Perangkat Hukum dalam Menindak Kepemilikan senjata api Tanpa
prosedur. Dengan adanya pengaturan Tentang senjata api, bagi masyarakat
39

Y.Sri Pudyatmoko, Perizinan , (Garsindo, Jakarta, 2009), hal 302

Universitas Sumatera Utara

yang memiliki senjata api tanpa prosedur dapat dikenai sanksi sesuai dengan
UU Darurat No 12 Tahun 1951.
3. Menambah Pemasukan Bagi Pendapatan Negara. Dalam pengurusan Izin
senjata api akan dikenakan biaya sebagai penerimaan negara bukan pajak
sesuai dengan PP No 31 Tahun 2004 Tentang tarif atas jenis Penerimaan
negara bukan pajak yang berlaku pada Kepolisan Negara Republik
Indonesia.40

Bahaya akan penggunaan senjata api ditangan masayarakat sipil sangatlah
penting ditanggapi dengan serius karena senjata api hanya dapat dipengang oleh
orang yang betul-betul telah teruji dengan baik antara lain dengan syarat:
1. Syarat medis, yaitu calon pengguna harus sehat jasmani, tidak cacat fisik,
penglihatan normal, dan syarat-syarat lain berdasarkan pemeriksaan dokter.
2. Syarat psikologis, misalnya tidak mudah gugup, panik, emosional, marah,
tidak psikopat, dan syarat lain berdasarkan tes yang dilakukan tim psikologis
Polri.
3. Berusia 24-65 tahun, memiliki surat keterangan atau keputusan dari suatu
instansi, dan berkelakukan baik.
4. Memiliki kecakapan menembak, jadi pemohon harus lulus tes menembak
yang dilakukan Mabes Polri dan mendapat sertifikasi.41

40

www.jurnalsrigunting.com, diakses pada tanggal 03 April 2017
http://www.kodam17cenderawasih.mil.id/tulisan/artikel/hukuman-bagi-penggunasenjataapi-ilegal/, diakses tanggal 21 April 2017.
41

Universitas Sumatera Utara