this PDF file Penggunaan Drosophila melanogaster Sebagai Organisme Model Dalam Penemuan Obat | Nainu | Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) 1 PB

ABSTRAK

  Uji pra-klinis kandidat obat baru menggunakan organisme model yang sesuai adalah salah satu fase yang wajib dilaksanakan dalam proses penemuan obat. Namun, seiring dengan meningkatnya perhatian masyarakat dunia terhadap etika penggunaan organisme model tradisional seperti mencit dan tikus, keberadaan organisme model alternatif pun sangat diperlukan. Untuk tujuan tersebut, lalat buah Drosophila melanogaster merupakan salah satu model yang patut diperhitungkan. Selain sejarah penggunaannya yang telah cukup lama, organisme model ini merupakan serangga di balik kesuksesan ilmuwan dalam mempelajari patogenesis penyakit mulai dari penyakit neurodegeneratif hingga sindrom metabolik terkait obesitas dan diabetes melitus. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika delapan medali Nobel telah diberikan kepada para peneliti yang menggunakan Drosophila dalam eksperimen mereka. Pemetaan genom yang telah berhasil dilakukan menunjukkan bahwa Drosophila memiliki kemiripan genetik sekitar 75 dengan manusia. Ditunjang dengan ketersediaan berbagai model penyakit baik melalui manipulasi genetik (mutantransgenik) maupun melalui induksi secara kimiawi, Drosophila merupakan organisme model yang sangat menjanjikan untuk digunakan dalam riset biomedik. Dengan tersedianya berbagai model penyakit dan informasi terkait Drosophila melanogaster yang mudah untuk diakses, penggunaan model penyakit berbasis lalat buah dalam proses penemuan obat merupakan salah satu terobosan yang layak untuk dipertimbangkan. Bukan tidak mungkin jika di kemudian hari model mungil ini akan menggantikan penggunaan hewan model tradisional dalam pengujian pra-klinik kandidat obat baru.

  Kata Kunci : Lalat buah, Riset biomedik, Penyakit manusia, Penemuan obat

  PENDAHULUAN

  dan karenanya dapat memberikan informasi yang

  Dalam riset penemuan obat, penggunaan

  cukup akurat mengenai patogenesis penyakit pada

  organisme model sebagai platform in vivo pada

  tingkat seluler maupun molekuler (Vogel Vogel,

  level pra-klinik untuk pengujian kandidat senyawa

  2013). Namun, seiring dengan meningkatnya

  obat masih merupakan metode yang lazim

  kepedulian manusia terhadap kesejahteraan hewan

  digunakan (Breyer et al. , 2015; McGonigle

  uji ( animal welfare ) yang digunakan dan kesadaran

  Ruggeri, 2014; Ruggeri et al. , 2014). Melalui

  akan konsep hak-hak binatang ( animal rights ),

  penggunaan hewan-hewan tersebut dalam riset

  penyelidikan mengenai mekanisme timbulnya

  pra-klinik telah mulai dibatasi (Giacomotto

  suatu penyakit beserta pendekatan yang dapat

  Ségalat, 2010; Pandey Nichols, 2011). Hal ini

  digunakan untuk mengatasinya dapat dilakukan

  memberikan tekanan yang cukup besar kepada

  secara seksama (Breyer et al. , 2015; McGonigle

  para peneliti untuk segera mencari organisme

  Ruggeri, 2014). Selain itu, organisme model juga

  model alternatif yang dapat digunakan dalam riset

  sangat bermanfaat untuk memberikan gambaran

  penemuan obat.

  umum mengenai mekanisme kerja kandidat obat

  Beberapa organisme model alternatif pun mulai

  beserta potensi toksisitas yang mungkin dapat

  diperkenalkan

  untuk

  digunakan dalam

  terjadi sebelum obat diuji secara klinik pada

  penyelidikan patogenesis penyakit. Salah satu yang

  manusia(McGonigle Ruggeri, 2014; Vogel

  buah Drosophila

  Vogel, 2013).

  melanogaster . Organisme ini mulai digunakan

  Beberapa hewan yang umum digunakan dalam

  secara luas dalam riset pemodelan beberapa jenis

  pengujian pra-klinik kandidat obat baru adalah

  penyakit

  dan

  penemuan obat baru

  mencit, tikus, marmut, kelinci, kucing, dan anjing

  (Fernández ‐Hernández et al. , 2016; Pandey

  (Vogel Vogel, 2013; Zuberi Lutz, 2016).

  Nichols, 2011; Strange, 2016; Ugur et al. , 2016).

  Dengan menggunakan organisme model ini,

  memiliki kedekatan kekerabatan dengan manusia

  peneliti dapat melakukan skrining kandidat obat peneliti dapat melakukan skrining kandidat obat

  

  Drosophilidae ini berukuran sekitar 180 MB

  animal ), yang tampaknya masih sulit dilakukan

  (megabasa) yang tersebar pada empat kromosom

  pada hewan-hewan model tradisional seperti

  (Adams et al. , 2000). Dengan jumlah kromosom

  mencit, tikus, dan lainnya (Giacomotto Ségalat,

  yang sedikit,

  D. melanogaster kemudian menjadi

  2010; Pandey Nichols, 2011; Ugur et al. , 2016).

  organisme pilihan untuk mempelajari mekanisme

  Di dalam artikel ini, penggunaan

  D. melanogaster

  penyusunan gen pada kromosom, pengaturan

  sebagai organisme model dalam riset penemuan

  aktivitas dan fungsi gen, serta pola mutasi pada

  obat akan didiskusikan. Tujuan dari penulisan

  organisme eukariotik sederhana (Pandey

  artikel ini adalah untuk memberikan informasi

  Nichols, 2011; Ugur et al. , 2016; Wangler et al. ,

  terkait potensi penggunaan

  D. melanogaster

  2015). Walaupun memiliki genom yang sederhana,

  sebagai organisme model untuk menyelidiki

  lalat buah

  D. melanogaster diperkirakan memiliki

  kemiripan genetik dengan manusia sebesar 75

  (Chien et al. , 2002; Pandey Nichols, 2011;

  kardiovaskular, penyakit infeksi, dan gangguan

  Reiter et al. , 2001). Hal inilah yang mendasari

  sindrom metabolik seperti obesitas dan diabetes

  potensi penggunaan lalat buah Drosophila

  melitus dan aplikasinya dalam penemuan obat

  melanogaster sebagai organisme model dalam riset

  baru. Lebih lanjut, berdasarkan pengalaman

  mekanisme penyakit dan penemuan obat.

  selama dua tahun merintis riset menggunakan lalat

  Secara eksperimental, lalat buah memiliki

  buah Drosophila melanogaster di Fakultas

  beberapa keuntungan. Pertama, lalat buah sangat

  Farmasi Universitas Hasanuddin, organisme model

  mudah dipelihara dan membutuhkan biaya yang

  ini sangat berpotensi untuk digunakan oleh para

  relatif murah jika dibandingkan dengan organisme

  peneliti di Indonesia karena memiliki kemiripan

  model seperti Zebrafish, mencit, dan tikus

  genetik yang cukup besar dengan manusia (sekitar

  (Giacomotto Ségalat, 2010; Pandey Nichols,

  75 ), memberikan hasil yang cepat dan

  2011;

  Strange, 2016).

  Hal ini sangat

  reprodusibel serta secara ekonomi tidak

  menguntungkan bagi para peneliti dengan jumlah

  membebani peneliti.

  dana yang terbatas. Kedua, lalat betina dapat menghasilkan 30-50 telur per hari dan tiap telur

  MENGAPA MENGGUNAKAN LALAT BUAH

  dapat berkembang menjadi lalat dewasa dalam

  Drosophila melanogaster ?

  waktu sekitar 10 hari, sangat berbeda dengan mencit yang hanya menghasilkan sejumlah kecil

  Lalat buah Drosophila melanogaster , yang juga

  keturunan dalam waktu 3-4 bulan (Panchal

  biasa dikenal dengan nama lalat cuka ( vinegar fly ),

  Tiwari, 2017). Dengan demikian, penggunaan D.

  merupakan spesies serangga dalam ordo Diptera

  melanogaster dapat memudahkan peneliti untuk

  dan famili Drosophilidae. Lalat ini menjadi pusat

  memperoleh hasil eksperimen dengan populasi

  perhatian setelah Thomas Hunt Morgan

  pengujian yang besar sesegera mungkin. Ketiga,

  D. melanogaster memiliki masa hidup yang

  organisme model dalam riset genetika pada awal

  singkat (sekitar 2-3 bulan) sehingga sangat cocok tahun 1900-an (Markow, 2015). Hingga kini D. untuk digunakan dalam mempelajari beberapa

  melanogaster telah diaplikasikan secara luas untuk

  proses biologis, seperti misalnya mekanisme

  menjelaskan berbagai fenomena biologis penting

  penuaan ( aging ), yang sekiranya akan cukup sulit

  yang juga terdapat pada manusia,mulai dariperan

  diamati pada hewan-hewan uji yang lain (Brandt

  apoptosis dan fagositosis dalam perkembangan dan

  Vilcinskas, 2013; He Jasper, 2014; Sun et al. ,

  imunitas (Meier et al. , 2000; Nainu et al. , 2017;

  2013). Keempat, penggunaan lalat buah D.

  Nainu et al. , 2015; Nonaka et al. , 2017), pengaruh

  melanogaster dalam penelitian tidak membutuhkan

  nutrisi dalam pengaturan fungsi biologis dan umur

  pengurusan kode etik (Panchal Tiwari, 2017;

  individu (Rajan Perrimon, 2013), hingga makna

  Pandey Nichols, 2011), sehingga sangat

  cacat genetik terhadap gangguan fenotip pada

  mengefisienkan waktu peneliti. Perbandingan lalat

  organisme (Mackay, 2010; Nakanishi et al. , 2011;

  buah dengan hewan model lain seperti nematode

  Pandey Nichols, 2011).

  transparan Caenorhabditis elegans , zebrafish

  Drosophila melanogaster merupakan hewan tidak

  Danio rerio , dan mencit Mus musculus dapat

  bertulang belakang ( invertebrate ) dengan ukuran

  dilihat lebih detil pada Tabel 1 (Panchal Tiwari,

  tubuh sekitar 3 mm. Genom serangga famili

  2017).

  Dengan masa hidup sekitar 2-3 bulan, lalat buah

  25°C), lalat dewasa akan keluar dari cangkang

  Drosophila melanogaster memiliki usia yang

  pupa ( pupal case ) untuk selanjutnya disebut

  relatif singkat jika dibandingkan dengan mencit,

  sebagai lalat dewasa (Reaume Sokolowski,

  tikus, kelinci, bahkan manusia. Walaupun

  2006).Siklus hidup

  D. melanogaster dapat dilihat

  demikian, lalat buah turut merasakan berbagai fase

  pada Gambar 1.

  kehidupan seperti yang lazim ditemukan pada

  Lalat buah merupakan organisme model pionir

  hewan lainnya seperti fase embrio, fase remaja

  dalam penemuan berbagai gen terkait fungsi-

  (larva), dan fase dewasa melalui sebuah proses

  fungsi biologis yang penting bagi organisme

  yang disebut sebagai metamorfosis (Markow,

  eukariotik,

  termasuk

  manusia. Misalnya,

  2015; Reaume Sokolowski, 2006). Tentunya

  penemuan gen homeobox yang berperan penting

  fase-fase tersebut dialami oleh

  D. melanogaster

  dalam kontrol genetik selama perkembangan

  dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama.

  embrio (Carroll, 1995; Pearson et al. , 2005),

  Misalnya, embrio lalat buah dapat berkembang

  penemuan dnc sebagai gen pertama yang

  menjadi larva instar pertama ( st 1 instar la rvae )

  diindikasikan penting dalam proses pembelajaran

  hanya dalam sehari lalu kemudian berkembang

  (Dubnau Tully, 1998), penemuan period sebagai

  menjadi larva instar kedua ( nd 2 instar larvae ) dan

  gen pertama terkait irama sirkadian (Konopka

  ketiga ( rd 3 instar larvae ) berturut-turut dalam

  Benzer, 1971), dan penemuan gen Tl (beserta Toll)

  waktu satu dan dua hari. Pada akhirnya, larva

  sebagai gen (dan jalur sinyal) terkait imunitas

  instar ketiga akan berubah menjadi pupa dan

  alamiah lalat buah (Lemaitre et al. , 1996) yang

  setelah kurang lebih lima hari (pada suhu inkubasi

  juga terdapat pada manusia (Medzhitov et al. ,

  1997). Melalui penggunaan berbagai metode

  melanogaster misalnya, kontruksi berbagai jenis

  genetika, gen-gen yang pertama kali ditemukan

  transgenik sangat

  pada Drosophila kini telah ditemukan pula pada

  dimungkinkan karena gen-gen lalat buah telah

  organisme lain, termasuk manusia. Hingga saat ini

  berhasil dipetakan seluruhnya (Adams et al. , 2000;

  lima Nobel Prize telah diberikan kepada para

  Hales et al. , 2015; Li Garza, 2004; Pandey

  peneliti dalam bidang Physiology or Medicine

  Nichols, 2011; Venken Bellen, 2007). Hingga yang menggunakan organisme model D. kini, berbagai jenis lalat mutan maupun lalat

  melanogaster (Patel Prokop, 2017).

  transgenik telah dihasilkan dan digunakan secara

  luas dalam penelitian (Venken Bellen, 2007;

  Yamamoto et al. , 2014). melanogaster Drosophila melanogaster merupakan salah satu organisme model yang banyak digunakan dalam

  Dalam penelitian, terutama yang berhubungan

  eksperimen skrining genetik menggunakan metode

  dengan penemuan senyawa obat dan penyelidikan

  forward genetics ataupun reverse genetics (Hales

  mekanisme kerja obat baru, penggunaan organisme

  et al. , 2015). Forward genetics merupakan metode

  model dengan genotip mutan maupun transgenik

  yang digunakan untuk mengidentifikasi gen yang

  sangat dibutuhkan (Bolon, 2004; Brad

  bertanggung jawab terhadap munculnya fenotip

  Elizabeth, 2002; Snaith Törnell, 2002). Mutan

  tertentu (Gibson Muse, 2009). Misalnya,

  merupakan istilah yang digunakan untuk

  peneliti menemukan bahwa selain bermata merah

  menggambarkan kondisi genetik hewan uji yang

  (fenotip normal), Drosophila melanogaster dapat

  telah mengalami mutasi sedangkan istilah

  pula memiliki mata putih (fenotip yang ingin

  transgenik digunakan untuk menjelaskan proses

  diteliti). Untuk mengetahui gen apa yang

  penyelipan informasi genetik hewan yang satu ke

  mempengaruhi perubahan warna mata Drosophila, dalam nukleus hewan yang lain. Pada kasus D. peneliti dapat menggunakan metode forwa rd mempengaruhi perubahan warna mata Drosophila, dalam nukleus hewan yang lain. Pada kasus D. peneliti dapat menggunakan metode forwa rd

  

  mendedikasikan dirinya untuk mendistribusikan D.

  untuk menganalisis fenotip dari organisme setelah

  melanogaster kepada para peneliti. Pengiriman D.

  gangguan (dapat berupa mutasi) dilakukan pada

  melanogaster dapat dilakukan ke berbagai belahan

  gen tertentu yang telah diketahui identitasnya

  dunia menggunakan paket pos biasa, paket pos

  (Gibson Muse, 2009).Contoh, seorang peneliti

  tercatat, maupun paket khusus dengan lama

  berhasil mengidentifikasi keberadaan gen X pada

  pengiriman tergantung pada jenis paket yang

  suatu organisme melalui proses sekuensing genom.

  digunakan.

  Untuk mengetahui peran gen X, proses rekayasa

  Untuk menunjang penelitian menggunakan D.

  genetika dilakukan untuk menginduksi mutasi

  melanogaster , saat ini berbagai layanan online

  pada gen tersebut dan fenotip organisme (dengan

  terpadu dan pangkalan data ( database ) yang

  genotip X mutan) yang dihasilkan kemudian

  mudah diakses telah tersedia secara gratis.

  diperiksa.

  Beberapa di antaranya dapat dilihat pada Tabel 3.

  Saat ini, beberapa pusat stok ( stock centers ) telah

  Sejumlah besar artikel telah membahas pangkalan

  menyediakan berbagai genotip

  D. melanogaster

  data internasional dan pusat informasi D.

  (Wangler Bellen, 2017). Untuk memesan

  melanogaster secara detil (Marygold et al. , 2016;

  genotip yang diinginkan, peneliti dapat langsung

  Matthews et al. , 2005; Panchal Tiwari, 2017;

  menghubungi pusat stok yang bersangkutan

  Pandey Nichols, 2011; Wangler Bellen,

  melalui telepon maupun email. Daftar pusat stok

  2017). Bagi para peneliti yang tertarik untuk

  dapat dilihat pada Tabel 2.

  mempelajari prosedur penggunaan layanan-

  Selain pusat stok, ada pula organisasi nirlaba para

  layanan tersebut, dapat langsung merujuk pada

  peneliti, seperti Drososhare di Eropa, yang

  literatur terkait.

  APLIKASI Drosophila melanogaster SEBAGAI

  dalam penemuan dan penelusuran mekanisme

  kerja kandidat obat baru.

  MANUSIA

  1. Drosophila melanogaster sebagai model

  penyakit neurodegeneratif

  patofisiologi penyakit dan usaha pencarian obat baru, para peneliti berupaya mengkonstruksi

  Sejak diperkenalkan pada awal abad ke-20 oleh

  Thomas Hunt Morgan, lalat buah

  D. melanogaster telah menjadi salah satu organisme model pilihan

  organisme model termasuk

  D. melanogaster

  untuk mempelajari anatomi dan fisiologi sistem

  (Pandey Nichols, 2011; Reiter, 2005; Ugur et

  saraf pada eukariotik, termasuk mamalia (Bellen et

  al. , 2016).Walaupun memiliki tubuh yang sangat

  al. , 2010; Hales et al. , 2015; Reiter, 2005).

  kecil dan memiliki fenotip yang tidak serupa

  Misalnya, mutasi pada gen Notch diidentifikasi

  dengan manusia, serangga ini telah banyak

  pada tahun 1915 dan dilaporkan setahun kemudian

  digunakan dalam berbagai jenis penelitian untuk

  sebagai mutasi yang menyebabkan malformasi sayap pada Drosophila (Bellen et al. , 2010)

  mempelajari patogenesis penyakit-penyakit pada

  . Penemuan ini membuka jalan bagi penemuan-

  manusia (Ugur et al. , 2016). Ada banyak contoh

  penemuan berikutnya, termasuk Delta sebagai

  menggunakan D. ligan Notch . Pada akhirnya jalur sinyal Notch

  melanogaster sebagai model. Melalui aplikasi

  ( Notch signaling pathway ) pada

  D. melanogaster

  tersebut, seperti yang akan dijelaskan dengan lebih

  pun terungkap dan jalur serupa ditemukan pada

  detil di bawah ini, pengetahuan penting terkait

  vertebrata, termasuk manusia (Bellen et al. , 2010).

  mekanisme timbulnya berbagai penyakit manusia

  Keuntungan menggunakan lalat buah adalah sel

  pada tingkat seluler maupun molekuler telah

  saraf (neuron) dapat dihilangkan seluruhnya

  berhasil diperoleh (Wangler Bellen, 2017;

  ( complete ablation ) tanpa membunuh lalat yang

  Wangler et al. , 2015). Kumpulan informasi

  bersangkutan.

  Selain

  itu, ketika ingin

  tersebut tentunya sangat berharga untuk digunakan

  menggunakan jenis transgenik, gen-gen manusia

  terkait sistem saraf dapat diekspresikan hanya pada

  termasuk pada sistem saraf (Bellen et al. , 2010;

  jaringan tertentu dengan menggunakan promoter

  Hales et al. , 2015; Wangler et al. , 2015).

  spesifik (Pandey Nichols, 2011; Reiter, 2005).

  Berlandaskan hal tersebut,

  D. melanogaster kini

  Kentungan lain yang dapat dirasakan ketika

  mulai digunakan untuk mempelajari beberapa

  menggunakan

  D. melanogaster pada eksperimen

  penyakit

  neurodegeneratif seperti penyakit

  skrining genetik maupun farmakologi adalah

  Alzheimer, Parkinson, Huntington, epilepsy, dan

  ketika ingin mengekspresikan protein tertentu pada

  amyotrophic lateral sclerosis (ALS) (Pandey

  D. melanogaster. Protein yang diekspresikan pada

  Nichols, 2011; Reiter, 2005; Wangler Bellen,

  model serangga ini dapat diamati dengan lebih

  2017; Yamamoto et al. , 2014). Dengan

  mudah jika dibandingkan dengan hewan mamalia

  menggunakan organisme model, kita telah

  yang lazim digunakan dalam laboratorium seperti

  mengetahui

  bahwa

  kebanyakan penyakit

  mencit dan tikus. Pengamatan ekspresi gen target

  neurodegeneratif yang disebabkan oleh hilangnya

  pada tubuh

  D. melanogaster dapat diamati dengan

  neuron-neuron spesifik secara progressif, misalnya

  menggunakan mikroskop stereo fluoresensi ketika

  penyakit Parkinson dan Alzheimer, berhubungan

  lalat yang bersangkutan mengekspresikan jenis

  erat dengan pembentukan agregat protein toksik

  protein transgenik yang berpendar (berfluoresensi)

  dalam lingkungan intrasel (Pandey Nichols,

  seperti misalnya green fluorescent protein (GFP),

  2011; Reiter, 2005). Selain itu, serupa dengan yang

  red fluorescent protein (RFP), dan jenis lainnya.

  terjadi pada manusia, timbulnya penyakit

  Selain itu, lalat buah Drosophila melanogaster

  neurodegeneratif pada lalat buah umumnya sejalan

  memiliki usia yang relatif singkat jika

  dengan pertambahan umur (Bonner Boulianne,

  dibandingkan dengan mencit, tikus, kelinci,

  bahkan manusia sehingga sangat sesuai digunakan sebagai organisme model dalam mempelajari

  2. Drosophila melanogaster sebagai model

  patogenesis penyakit neurodegeneratif dalam

  penyakit kanker

  waktu yang lebih singkat (Pandey Nichols, 2011).

  Lalat buah

  D. melanogaster telah berkontribusi besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan

  Saat ini, para peneliti menggunakan D. termasuk

  dalam

  mempelajari mekanisme

  melanogaster mutan yang kehilangan fungsi gen

  timbulnya kanker dan cara yang dapat digunakan homolog ( loss of function ) ataupun D. untuk mengatasinya (Gonzalez, 2013; Sonoshita

  melanogaster transgenik yang mengekspresikan

  Cagan, 2017). Sejumlah besar gen dan jalur sinyal

  gen manusia baik secara sistemik maupun secara

  terkait perkembangan tubuh manusia, yang jika

  khusus pada jaringan tertentu sebagai model

  diekspresikan tanpa pengaturan yang ketat dapat penyakit manusia (Pandey Nichols, 2011; Ugur menimbulkan pertumbuhan abnormal yang disebut

  et al. , 2016). Jenis-jenis lalat buah hasil rekayasa

  kanker, pertama kali ditemukan dan dikarakterisasi

  genetika tersebut sangat bermanfaat dalam

  pada

  D. melanoga ster (Gonzalez, 2013; Sonoshita

  penelitian biomedik dewasa ini. Namun, perlu

  Cagan, 2017). Jalur sinyal Hedgehog dan Hippo untuk diketahui bahwa tidak semua mutan D. adalah dua contoh di antaranya. Walaupun

  melanogaster dapat bertahan hidup hingga dewasa

  Drosophila memiliki anatomi dan fisiologi yang

  dan kadang-kadang fenotip yang dihasilkan

  cukup

  berbeda

  dengan manusia, fakta

  melalui mutasi gen homolog pada Drosophila tidak

  menunjukkan

  bahwa proses tumorigenesis

  menyerupai fenotip yang dijumpai pada manusia

  (pembentukan sel tumor) dapat terjadi pada lalat

  ketika gen serupa termutasi (Reiter, 2005). Untuk

  buah maupun manusia ketika jalur-jalur sinyal

  itu, pengetahuan mengenai kekuatan dan

  tersebut mengalami gangguan. Hal ini merupakan

  kelemahan organisme model menjadi sangat

  indikasi kuat bahwa proses perkembangan sel

  penting untuk dimiliki oleh seorang peneliti

  tumor pada Drosophila serta jalur sinyal yang

  sebelum memutuskan arah dan topik penelitian

  berpengaruh dalam proses tersebut memiliki

  yangakan ia kerjakan (Pandey Nichols, 2011;

  kemiripan yang cukup besar dengan manusia

  Reiter, 2005).

  (Brumby Richardson, 2005; Gonzalez, 2013;

  Drosophila mela nogaster telah digunakan secara

  Rieder Larschan, 2014; Wangler et al. , 2015).

  luas untuk mempelajari proses biokimia dan

  Pada umumnya, kanker pada manusia dihasilkan

  genetik yang terjadi pada organisme eukariotik,

  dari pertumbuhan sel epitel yang tidak terkontrol

  (Christofori Semb, 1999). Menggunakan

  dengan genotip yang sesuai dimasukkan ke dalam

  organisme model sederhana seperti Drosophila,

  sumuran pada sebuah 96-well plate dan sel tumor

  para peneliti telah mulai mempelajari kanker yang

  divisualisasikan menggunakan GFP dengan

  timbul dari sel epitel ( epithelial cell-derived

  menggunakan mikroskop fluoresensi. Selanjutnya,

  cancers ) (Brumby Richardson, 2005; Pandey

  Drosophila diberikan perlakuan berupa senyawa

  Nichols, 2011). Selain itu, jalur sinyal Ras yang

  kandidat anti kanker dan diinkubasi pada suhu dan

  ditemukan pertama kalinya pada lalat buah

  kelembaban yang sesuai selama beberapa waktu.

  (Olivier et al. , 1993; Simon et al. , 1991) saat ini

  Efektivitas

  senyawa

  kandidat ditentukan

  telah diketahui berperan penting dalam proses

  berdasarkan dua hal: jumlah larva yang dapat

  perkembangan sel kanker pada manusia (Bier,

  bertahan hidup hingga melewati masa pupa dan

  2005; Shaw Cantley, 2006). Dengan demikian,

  intensitas fluoresensi GFP. Intensitas GFP

  peneliti dapat menggunakan lalat buah untuk

  berbanding lurus dengan laju pertumbuhan sel

  mempelajari jalur-jalur sinyal yang ikut

  tumor. Semakin tinggi intensitas GFP, maka

  berpartisipasi dalam pembentukan sel-sel tumor.

  semakin tinggi pula laju pertumbuhan sel tumor

  Empat penanda utama kanker ( hallmarks of

  dalam tubuh Drosophila (Pandey Nichols, 2011;

  cancer ): pembelahan sel mandiri yang tidak

  Reiter, 2005; Willoughby et al. , 2013).

  terkendali, kurangtidak sensitif terhadap sinyal-

  Drosophila melanogaster merupakan organisme

  sinyal penghambat pertumbuhan sel, inaktivasi

  model yang sangat berpotensi untuk digunakan

  apoptosis, dan metastasis sel tumor melalui

  dalam menganalisis mekanisme timbulnya tumor

  sirkulasi. Keempat penanda tersebut dapat

  sekaligus sebagai model uji yang ekonomis untuk

  dipelajari menggunakan Drosophila (Brumby

  digunakan dalam pencarian senyawa antikanker

  Richardson, 2005; Christofi Apidianakis, 2013;

  yang ampuh. Namun, seperti halnya organisme uji

  Gonzalez, 2013). Mutan homozigot dari supresor

  yang lain, lalat buah

  D. melanogaster pun

  tumor scribble ( scrib ), disc large 1 ( dlg1 ), dan

  memiliki keterbatasan. Tidak semua jenis kanker

  lethal (2) giant larvae ( l(2)gl ) pada lalat buah

  dapat dibuat menggunakan Drosophila. Untuk

  memperlihatkan hampir semua penanda kanker,

  jenis-jenis kanker pada jaringan spesifik, seperti

  termasuk proses metastasis

  (Brumby misalnya prostat dan payudara, Drosophila tidak

  Richardson, 2005).

  dapat digunakan sebagai organisme model karena

  Bagian tubuh yang sering digunakan untuk

  tidak memiliki organ serupa (Pandey Nichols,

  mempelajari perkembangan sel tumorkanker

  adalah mata ( compound eye ) Drosophila (Miles et al. , 2011; Rudrapatna et al. , 2012). Mata

  3. Drosophila melanogaster sebagai model

  Drosophila normal tersusun dari sekitar 800

  penyakit infeksi

  ommatidia heksagon, yang disebut facets, dan tampak seperti struktur “halus” (Kumar, 2012).

  Seperti serangga pada umumnya, Drosophila

  Ketika kanker diekspresikan pada sel mata tersebut

  melanogaster memiliki sistem imunitas alamiah

  maka mata Drosophila akan memperlihatkan

  namun tidak dilengkapi dengan sistem imun

  fenotip mata “kasar”. Fenotip inilah yang banyak

  adaptif (J. A. Hoffmann, 2003). Sistem pertahanan

  digunakan oleh para peneliti untuk mempelajari

  tubuh alamiah ( innate immunity ) Drosophila

  patogenesis kanker dan melihat efektivitas

  memiliki kemiripan yang sangat besar dengan

  pengobatan yang diberikan (Miles et al. , 2011;

  manusia (Buchon et al. , 2014; J. A. Hoffmann,

  Pandey Nichols, 2011; Rudrapatna et al. , 2012).

  2003) sehingga organisme model ini telah

  Selain indikator berupa fenotip mata, beberapa

  digunakan

  untuk

  menyelidiki mekanisme

  peneliti juga menggunakan viabilitas larva dan

  pengaturan sistem imun manusia pada tingkat

  pupa sebagai indikator supresi pertumbuhan tumor

  seluler dan molekuler. Lebih lanjut, penelitian

  (Pandey Nichols, 2011; Willoughby et al. ,

  menggunakan Drosophila telah memberikan

  2013). Pada model ini, pertumbuhan sel tumor

  pengetahuan mengenai kontrol genetik terhadap

  bersifat invasif dan berujung pada kematian pupa.

  aktivitas protein-protein sistem imun atau pada

  Dengan kata lain, Drosophila yang memiliki sel

  saat proses pengenalan antigen dari patogen

  tumor akan mengalami kematian pada fase pupa

  maupun benda asing lainnya (Buchon et al. , 2014;

  dan gagal menjadi lalat dewasa. Pada pengujian

  Imler, 2014).

  dengan metode ini, sejumlah larva Drosophila

  Sistem imun Drosophila terbagi atas sistem imun

  organisme model untuk menguji aktivitas antivirus seluler dan sistem imun humoral (Elrod-Erickson senyawa yang dihasilkan dari tanaman (Ekowati et

  et al. ; Royet et al. , 2003). Pada level seluler,

  al. , 2017). Ke depannya, dengan tersedianya

  Drosophila dilindungi oleh hemosit ( hemocytes )

  beragam mutan Drosophila yang memiliki sistem

  yang dapat berupa plasmatosit ( plasmatocytes ),

  imun yang lemah atau bahkan tidak ada lagi,

  lamellosit ( lamellocytes ), maupun sel-sel kristal

  peluang untuk menguji aktivitas kandidat

  ( crystal cells ) (Lemaitre Hoffmann, 2007;

  antimikroba pada organisme model imunodefisien

  Parsons Foley, 2016). Plasmatosit merupakan

  ( immunodeficient

  model

  organism ) sangat

  sel sferis dengan diameter sekitar 10 µm dengan

  memungkinkan untuk dilakukan secara cepat,

  fungsi serupa dengan makrofag yang bertugas

  mudah, dan ekonomis.

  melakukan fagositosis bakteri (Chung Kocks, 2011; Nonaka et al. , 2013; Shiratsuchi et al. ,

  4. Drosophila melanogaster sebagai model

  2012), virus (Zhu Zhang, 2013) dan sel-sel yang

  penyakit kardiovaskular

  mengalami apoptosis secara normal (Franc et al. , 1999; Nonaka et al. , 2017; Nonaka et al. , 2013)

  Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu

  ataupun akibat terinfeksi oleh virus (Lamiable et

  penyebab kematian tertinggi di dunia (Roth et al. ,

  al. , 2016; Nainu et al. , 2015). Dengan

  2015) sehingga penemuan obat-obat baru yang

  lebih efektif menjadi salah satu daya tarik bagi

  penelitian, ilmuwan telah menemukan mekanisme

  peneliti di universitas dan perusahaan farmasi.

  pengenalan patogen oleh sistem imun alamiah

  Bukti-bukti terkini telah mengindikasikan bahwa

  pada tingkat seluler yang ternyata memiliki

  lalat buah dapat digunakan sebagai model in vitro

  kemiripan yang sangat besar dengan mekanisme

  dan in vivo untuk mempelajari patogenesis

  yang terjadi pada manusia (Buchon et al. , 2014;

  penyakit kardiovaskular (Pandey Nichols,

  Gold Brückner, 2015; Lemaitre Hoffmann,

  2007; Nainu et al. , 2017; Wang et al. , 2013).

  Lalat buah memiliki jantung, sering disebut

  Selanjutnya, penelitian-penelitian terkait lamellosit

  sebagai dorsal vessel, yang terletak pada bagian

  dan sel kristal memberikan informasi terkait

  bawah dari dorsal epidermis (Wolf Rockman,

  pertahanan alamiah terhadap infeksi parasit dan

  2011). Namun, perlu untuk dipahami bahwa

  proses melanisasi (Lemaitre Hoffmann, 2007).

  Drosophila memiliki perbedaan yang cukup

  Pada level imunitas intrinsik, Drosophila

  mencolok dengan manusia ditinjau dari sistem

  melanogaster memiliki beberapa jalur sinyal

  kardiovaskular. Tidak seperti manusia, Drosophila

  sistem imun utama yang homolog dengan manusia

  hanya memiliki satu ruang jantung ( ca rdiac

  seperti Toll dan Imd yang terhubung dengan faktor

  chamber ) dan tidak memiliki arteri koroner

  transkripsi

  nuclear

  factor - κB

  (NF- κB),

  maupun pembuluh darah sehingga diklasifikasikan

  JAKSTAT, apoptosis, autofagi, dan RNA

  sebagai organisme dengan sistem peredaran darah

  interference (RNAi) (Buchon et al. , 2014; De

  terbuka (Choma et al. , 2011; Wolf Rockman,

  Gregorio et al. , 2002; Karlikow et al. , 2014;

  2011). Dengan demikian, sebagian aspek dari

  McPhee Baehrecke, 2009; Merkling van Rij,

  penyakit kardiovaskular tidak dapat dipelajari

  2013; Myllymäki et al. , 2014; Usmar et al. , 2017;

  menggunakan Drosophila. Valanne et al. , 2011; Xu Cherry, 2014; Zeidler Lalu, aspek kardiovaskuler apakah yang dapat

  et al. , 2000). Kesemuanya berhubungan dengan

  dipelajari menggunakan organisme model lalat

  produksi sitokin tertentu untuk menangkal

  buah? Saat ini, peneliti telah menggunakan sel-sel

  serangan patogen utamanya bakteri, jamur, dan

  dorsal vessel untuk mengamati perkembangan sel-

  virus.

  sel jantung selama proses tumbuhkembang serta

  Drosophila melanogaster dapat diinfeksi oleh

  untuk mempelajari mekanisme aritmia dan

  patogen-patogen manusia (Panayidou et al. , 2014)

  kardiomiopati (Choma et al. , 2011; Ocorr et al. ,

  dan telah digunakan untuk menguji efektivitas

  2014; Pandey Nichols, 2011; Taghli-Lamallem

  senyawa antibiotik seperti tetrasiklin, amoksisilin,

  et al. , 2016). Lebih lanjut, pengamatan tentang

  linezolid, dan antibiotik lainnya (Apidianakis

  aspek-aspek fisiologis jantung pada Drosophila

  Rahme, 2009; Ben-Ami et al. , 2013; Needham et

  telah dipermudah dengan adanya publikasi berupa

  al. , 2004). Dengan menggunakan metode yang

  protokol teknik visualisasi, pembedahan, dan

  sama, Drosophila kini telah dimanfaatkan sebagai

  perekaman elektrofisiologi jantung larva yang kini perekaman elektrofisiologi jantung larva yang kini

  Palanker Musselman et al. , 2011; Pandey

  2009). Dengan menggunakan metode-metode

  Nichols, 2011; Rulifson et al. , 2002).

  tersebut, peneliti dapat mengevaluasi khasiat

  Kekurangan

  DILP

  dapat menyebabkan

  kandidat obat yang mempengaruhi fungsi jantung

  pertumbuhan lalat buah menjadi terhambat dan

  (Pandey Nichols, 2011).Walaupun lalat buah

  disertai dengan fenotip berupa ukuran tubuh yang

  memiliki perbedaan yang cukup besar dengan

  lebih kecil baik pada fase larva maupun dewasa

  manusia ditinjau dari anatomi dan fisiologi sistem

  (Kannan Fridell, 2013; Ruaud Thummel,

  kardiovaskular, lalat buah tetap memiliki potensi

  2008; Rulifson et al. , 2002). Penggunaan ukuran

  yang besar untuk mempelajari mekanisme yang

  tubuh sebagai indikator dalam eksperimen skrining

  terlibat dalam sistem kardiovaskular pada tingkat

  kandidat obat terkait penyakit metabolik

  seluler dan molekuler (Choma et al. , 2011).

  merupakan hal yang cukup menarik untuk

  Apalagi saat ini perkembangan teknologi rekayasa

  dilakukan (Pandey Nichols, 2011). Selain itu,

  genetika, termasuk gene editing menggunakan

  lalat buah memiliki reseptor yang homolog dengan

  teknik CRISPR-Cas9, telah memudahkan peneliti

  reseptor sulfonilurea pada manusia. Seperti halnya

  dalam menyiapkan model mutan dan transgenik

  pada manusia, reseptor tersebut berfungsi dalam

  lalat buah (Bassett Liu, 2014). Tidak

  pengaturan keseimbangan glukosa pada lalat.

  mengherankan jika di masa depan, dengan bantuan

  Dengan demikian, lalat buah berpotensi untuk

  teknik-teknik molekuler terbaru, metode high-

  digunakan sebagai model uji dalam high

  throughput screening untuk pencarian senyawa-

  kardiovaskular akan dilakukan menggunakan

  senyawa obat baru dengan mekanisme kerja serupa

  model penyakit kardiovaskular pada lalat buah.

  Glibenklamid dan obat-obat dalam golongan sulfonylurea (Pandey Nichols, 2011).

  5. Drosophila melanogaster sebagai model

  Drosophila melanogaster telah digunakan untuk gangguan sindrom metabolik mempelajari hubungan nutrisi dan obesitas (Musselman Kühnlein, 2018). Untuk membuat

  Obesitas dan gangguan metabolik terkait seperti

  model uji obesitas, serupa dengan manusia dan

  diabetes melitus masih merupakan salah satu

  model uji lainnya, Drosophila diberikan diet

  penyebab kematian tertinggi di dunia (Arroyo-

  dengan kandungan trigliserida yang tinggi.

  Johnson Mincey, 2016; Zheng et al. , 2017).

  Pemberian pakan seperti ini akan membuat bobot

  Melihat tren ini, penemuan obat-obat baru yang

  Drosophila meningkat secara drastis dan

  lebih efektif sangat diperlukan. Penggunaan

  menyebabkan

  penurunan

  pergerakan dan

  Drosophila sebagai organisme model diabetes

  penurunan masa hidup (J. Hoffmann et al. , 2013).

  melitus telah mulai dilakukan (Alfa Kim, 2016;

  Secara eksperimental, pemberian pakan yang

  Graham Pick, 2017). Perlu untuk dipahami

  mengandung asam lemak jenuh (yang berasal dari

  bahwa Drosophila tidak memiliki organ pankreas

  D. melanogaster

  seperti halnya yang dimiliki oleh manusia. Namun,

  menunjukkan fenotip yang menyerupai sindrom

  Drosophila memiliki insulin producing cells

  metabolik. Menariknya, dengan menggunakan

  (IPCs) yang secara fungsional memiliki kemiripan

  Drosophila sebagai model uji, peneliti menemukan

  yang cukup besar dengan pankreas manusia(Alfa

  bahwa status glukosa dipengaruhi oleh durasi

  Kim, 2016). Melalui IPCs, lalat menghasilkan

  pemberian pakan asam lemak jenuh. Pemberian

  molekul yang disebut Drosophila insulin-like

  pakan dalam waktu singkat menunjukkan

  protein (DILP) yang memiliki kerja serupa dengan

  penurunan level glukosa akibat peningkatan level

  insulin yang diproduksi oleh manusia (Alfa

  DILP (melalui aktivasi jalur sinyal insulin yang

  Kim, 2016; Nässel et al. , 2013). Pemberian diet

  lebih tinggi) pada Drosophila. Sebaliknya,

  kaya glukosa maupun pengrusakan sel-sel

  pemberian pakan dalam waktu yang lama akan

  penghasil DILP dapat menyebabkan peningkatan

  menginduksi peningkatan level glukosa dan

  glukosa dan lipid dalam cairan tubuh

  penurunan respons insulin, seperti yang lazim

  ( hemolymph ), mengindikasikan bahwa Drosophila

  ditemukan pada pasien diabetes melitus tipe 2

  dapat mengalami gejala mirip diabetes sehingga

  (DM tipe 2) (Birse et al. , 2010). Hingga saat ini,

  sesuai digunakan untuk mempelajari patofisiologi

  penggunaan model Drosophila dalam upaya

  diabetes dan penyakit terkait (Alfa Kim, 2016;

  penemuan obat baru terkait obesitas dan sindrom metabolik memberikan hasil yang cukup penemuan obat baru terkait obesitas dan sindrom metabolik memberikan hasil yang cukup

  sangat penting untuk

  2011; Smith et al. , 2014).

  dipertimbangkan

  penelitian adalah pemilihan genotip organisme model yang tepat

  dalam

  PROSPEK Drosophila melanogaster SEBAGAI

  untuk eksperimen tertentu. Misalnya, kapan saat

  ORGANISME MODEL DALAM PENEMUAN

  terbaik seorang peneliti di bidang penemuan obat

  OBAT BARU

  harus menggunakan

  D. melanogaster galur murninormal ( wildtype ), mutan, ataupun jenis

  Saat ini, para peneliti di dunia telah menggunakan

  transgenik. Keberhasilan untuk menentukan jenis

  organisme model D. melanogaster sebagai

  genotip lalat yang digunakan akan memberikan

  platform in vivo untuk melakukan skrining

  kesan bahwa penelitian telah dilakukan secara

  kandidat obat secara paripurna pada satu hewan

  ilmiah.

  utuh ( whole animal ) (Pandey Nichols, 2011).

  Sesuai dengan tujuan penulisan, artikel ini

  Dengan menggunakan organisme tersebut sebagai

  menitikberatkan pembahasannya pada potensi D.

  model penyakit pada manusia, informasi mengenai

  melanogaster sebagai organisme model karena

  efek suatu obat dapat diobservasi secara

  kemiripannya yang cukup besar dengan manusia.

  menyeluruh dalam waktu yang lebih singkat dan

  Sejalan dengan pemikiran ini, sebuah publikasi

  menggunakan biaya yang relatif lebih murah.

  yang berisi informasi mengenai daftar obat-obat

  Keampuhan penggunaan Drosophila sebagai

  yang menempati targetreseptor danatau memiliki

  model uji dalam penemuan obat baru telah

  mekanisme aksi yang serupa baik pada Drosophila

  dibuktikan oleh keberhasilan grup Ross Cagan

  maupun manusia

  telah

  diterbitkan oleh

  dalam menemukan Vandetanib (ZD6474). Obat ini

  Fernández ‐Hernández et al. (2016). Literatur ini

  berhasil diidentifikasi menggunakan model uji

  sangat bermanfaat untuk dibaca oleh para peneliti

  lalat buah (Vidal et al. , 2005) dan selanjutnya

  yang tertarik menggunakan Drosophila sebagai

  sejak tahun 2011 memperoleh persetujuan Food

  platform in vivo dalam skrining kandidat obat baru.

  and Drug Administration (FDA) Amerika untuk

  Terlepas dari potensinya yang sangat besar, perlu

  digunakan dalam pengobatan karsinoma tiroid

  untuk dipahami bahwa apapun organisme model

  medular.

  yang digunakan dalam riset penemuan obat, tidak

  Untuk menguji efek farmakologis kandidat obat

  ada satupun yang betul-betul memberikan

  baru, rute pemberian perlu untuk diperhitungkan.

  kemiripan mutlak dengan manusia. Berbagai

  Adapun rute pemberian obat yang dapat digunakan

  proses pada tingkat sel seperti penggunaan glukosa dalam pengujian menggunakan lalat buah D. untuk menghasilkan energi, aktivasi jalur sinyal

  melanogaster sangat bergantung pada jenis fase

  ( signaling pathways ) via reseptor, mekanisme

  hidup Drosophila yang digunakan. Misalnya, pada

  apoptosis, peran autofagi dalam kondisi

  saat menggunakan embrio, peneliti memberikan

  mikronutrisi, aktivasi sistem imunitas alamiah

  senyawa uji menggunakan metode permeabilisasi

  ( innate immunity ), hingga mekanisme timbulnya

  sedangkan ketika menggunakan larva, senyawa

  penyakit terkait genetik, dapat dipelajari

  kandidat obat dapat diberikan melalui pakan

  menggunakan D. melanogaster dan telah

  (terlarut dalam pakan padat untuk pemberian

  dibuktikan secara eksperimental terjadi pula pada

  jangka panjang atau terdispersi pada pasta ragi

  manusia. Tetapi, perbedaan mendasar antara D.

  untuk pemberian jangka pendek). Serupa dengan

  melanogaster dan manusia pada tingkat organ dan

  pengujian pada larva, senyawa uji juga dapat

  organisasi

  tubuh

  membatasi penggunaan

  diberikan kepada lalat dewasa melalui pakan. Tapi,

  organisme model ini dalam proses penemuan obat.

  beberapa metode tambahan dapat pula digunakan

  Misalnya, ketiadaan pembuluh darah pada D.

  pada lalat dewasa. Misalnya kandidat obat yang

  melanogaster

  menyulitkan penelitian untuk

  akan diuji dapat diberikan dalam bentuk uap

  menyelidiki obat-obat baru yang memberikan efek

  ( vapor ), dicampur dengan pakan, atau diinjeksi ke

  hemostasis. Contoh lainnya, hingga saat ini D.

  dalam tubuh

  D. melanogaster . Selain itu, kertas

  melanogaster diketahui tidak memiliki sistem

  penyaring ( filter paper ) yang telah dijenuhkan

  imun adaptif (berupa sel limfosit B dan T)

  dengan obat (yang telah dilarutkan dalam glukosa)

  sehingga obat-obat yang beraksi melalui aktivasi

  dapat pula diberikan selama waktu tertentu

  maupun de-aktivasi jalur sinyal pada kedua sel

  (Pandey Nichols, 2011).

  sistem imun adaptif tersebut tidak dapat dipelajari menggunakan organisme model

  D. melanogaster.

  KESIMPULAN

  Arroyo-Johnson, C., Mincey, K. D. (2016).

  Obesity

  epidemiology worldwide.

  Berbekal pengalaman penggunaan Drosophila

  Gastroenterol Clin North Am., 45 (4), 571-

  melanogaster sebagai organisme model dalam

  doi:

  penelitian genetika selama lebih dari 100 tahun,

  https:doi.org10.1016j.gtc.2016.07.012

  para peneliti mulai melirik

  D. melanogaster Bassett, A. R., Liu, J.-L. (2014). CRISPRCas9

  sebagai organisme model alternatif dalam

  and genome editing in Drosophila. J Genet

  pengujian aktivitas farmakologis kandidat obat

  Genomics,

  41 (1), 7-19. doi:

  secara cepat, murah, dan terukur. Ditunjang

  https:doi.org10.1016j.jgg.2013.12.004

  dengan ketersediaan berbagai teknik genetika dan

  Bellen, H. J., Tong, C., Tsuda, H. (2010). 100

  kemudahan untuk memperoleh Drosophila genotip

  years of Drosophila research and its

  mutan serta transgenik, masa depan penggunaan

  impact on vertebrate neuroscience: a

  lalat buah

  D. melanogaster dalam proses

  history lesson for the future. Nat Rev

  identifikasi, karakterisasi, dan pemetaan fungsi gen

  Neurosci., 11 , 514. doi: 10.1038nrn2839

  beserta jalur sinyal baru yang terkait dengan

  Ben-Ami, R., Watson, C. C., Lewis, R. E., Albert,

  perkembangan penyakit (utamanya yang berkaitan

  N. D., Arias, C. A., Raad, I. I. , et al.

  (2013). Drosophila melanogaster as a

  menjanjikan.Tentunya,

  keberhasilan

  untuk

  model to explore the effects of methicillin-

  resistant Staphylococcus aureus strain type

  melanogaster ke dalam proses pengujian kandidat

  on virulence and response to linezolid

  obat pada tingkat pra-klinik akan memberikan

  treatment. Microb Pathog., 55 , 16-20. doi:

  perspektif baru dalam proses penemuan obat.

  https:doi.org10.1016j.micpath.2012.11. 012

  UCAPAN TERIMAKASIH

  Bier, E. (2005). Drosophila, the golden bug, emerges as a tool for human genetics. Nat

  Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rudi

  Rev Genet., 6 , 9. doi: 10.1038nrg1503

  Birse, R. T., Choi, J., Reardon, K., Rodriguez, J.,

  Hasanuddin) yang telah membantu dalam

  Graham, S., Diop, S. , et al. (2010). High

  penyiapan gambar yang digunakan dalam artikel

  fat diet-induced obesity and heart

  ini. Penelitian yang dilaksanakan oleh grup FN

  dysfunction is regulated by the TOR

  pathway in Drosophila. Cell Metab., 12 (5),

  menggunakan skema biaya Benua Maritim

  533-544. doi: 10.1016j.cmet.2010.09.014

  Indonesia Spesifik (BMIS) dan World Class

  Bolon, B. (2004). Genetically engineered animals

  University (WCU)

  in drug discovery and development: A maturing resource for toxicologic research.

  DAFTAR PUSTAKA

  Basic Clin Pharmacol Toxicol., 95 (4), 154-161.

  doi:

  doi:10.1111j.1742-

  Adams, M. D., Celniker, S. E., Holt, R. A., Evans,

  7843.2004.pto950402.x

  C. A., Gocayne, J. D., Amanatides, P. G. ,

  Bonner, J. M., Boulianne, G. L. (2011).

  et al. (2000). The genome sequence of

  Drosophila as a model to study age-related

  neurodegenerative disorders: Alzheimer's

  disease. Exp Gerontol., 46 (5), 335-339.

  10.1126science.287.5461.2185

  doi:

  Alfa, R. W., Kim, S. K. (2016). Using

  https:doi.org10.1016j.exger.2010.08.00

  Drosophila to discover mechanisms

  underlying type 2 diabetes. Dis Model

  Brad, B., Elizabeth, G. (2002). Use of

  genetically engineered mice in drug

  10.1242dmm.023887

  discovery and development: Wielding

  Apidianakis, Y., Rahme, L. G. (2009).

  Occam's razor to prune the product

  Drosophila melanogaster as a model host

  portfolio. Int J Toxicol., 21 (1), 55-64. doi: for studying Pseudomonas aeruginosa 10.108010915810252826019

  infection. Nat Protoc., 4 (9), 1285-1294.

  Brandt, A., Vilcinskas, A. (2013). The fruit fly

  Drosophila

  melanogaster for

  Drosophila melanogaster as a model for

  physiological studies. J Vis Exp. (33),

  aging research. In A. Vilcinskas (Ed.),

  De Gregorio, E., Spellman, P. T., Tzou, P., Rubin,

  Biotechnologie in Drug Discovery and

  G. M., Lemaitre, B. (2002). The Toll

  Preclinical Research (pp. 63-77). Berlin,

  and Imd pathways are the major regulators

  Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg.

  of the immune response in Drosophila.

  Breyer, M. D., Look, A. T., Cifra, A. (2015).

  EMBO J., 21 (11), 2568-2579. doi:

  From bench to patient: model systems in

  10.1093emboj21.11.2568

  drug discovery. Dis Model Mech., 8 (10),

  Dubnau, J., Tully, T. (1998). Gene discovery in

  1171-1174. doi: 10.1242dmm.023036

  Drosophila: New insights for learning and

  Brumby, A. M., Richardson, H. E. (2005).

  memory. Annu Rev Neurosci., 21 (1), 407-

  Using Drosophila melanogaster to map

  444. doi: 10.1146annurev.neuro.21.1.407

  human cancer pathways. Nat Rev Cancer,

  Ekowati, H., Arai, J., Damana Putri, A. S., Nainu,

  5 , 626. doi: 10.1038nrc1671

  F., Shiratsuchi, A., Nakanishi, Y.

  Buchon, N., Silverman, N., Cherry, S. (2014).

  (2017). Protective effects of Phaseolus

  Immunity in Drosophila melanogaster -

  vulgaris lectin against viral infection in

  from microbial recognition to whole-

  Drosophila. Drug Discov Ther., 11 (6),

  organism physiology. Nat Rev Immunol.,

  329-335. doi: 10.5582ddt.2017.01071

  14 , 796. doi: 10.1038nri3763

  Elrod-Erickson, M., Mishra, S., Schneider, D.

  Carroll, S. B. (1995). Homeotic genes and the

  Interactions between the cellular and

  evolution of arthropods and chordates.

  humoral immune responses in Drosophila.

  Nature, 376 , 479. doi: 10.1038376479a0

  Curr Biol., 10 (13), 781-784. doi:

  Chien, S., Reiter, L. T., Bier, E., Gribskov, M.

  10.1016S0960-9822(00)00569-8

  (2002). Homophila: human disease gene

  Fernández ‐Hernández, I., Scheenaard, E.,

  cognates in Drosophila. Nucleic Acid Res.,

  Pollarolo, G., Gonzalez, C. (2016). The

  30 (1), 149-151.

  translational relevance of Drosophila in

  Choma, M. A., Suter, M. J., Vakoc, B. J., Bouma,

  drug discovery. EMBO rep., 17 (4), 471-

  B. E., Tearney, G. J. (2011).

  472. doi: 10.15252embr.201642080

  Franc, N. C., Heitzler, P., Alan B., R., Ezekowitz,

  Drosophila melanogaster and vertebrate

  White, K. (1999). Requirement for

  cardiovascular systems. Dis Model Mech.,

  Croquemort in phagocytosis of apoptotic

  4 (3), 411-420. doi: 10.1242dmm.005231

  cells in Drosophila. Science, 284 (5422),

  Christofi, T., Apidianakis, Y. (2013).

  1991-1994.

  doi:

  Drosophila and the hallmarks of cancer. In

  10.1126science.284.5422.1991

  A. Vilcinskas (Ed.), Yellow Biotechnology

  Giacomotto, J., Ségalat, L. (2010).

  I:

  Insect Biotechnologie

  in

  Drug

  High ‐throughput screening and small

  Discovery and Preclinical Research (pp.

  animal models, where are we? Br J

  79-110). Berlin, Heidelberg: Springer.

  Pharmacol.,

  160 (2), 204-216. doi:

  Christofori, G., Semb, H. (1999). The role of the

  doi:10.1111j.1476-5381.2010.00725.x

  cell-adhesion molecule E-cadherin as a

  Gibson, G., Muse, S. (2009).

  A primer of

  tumour-suppressor gene. Trend Biochem

  genome science (3rd ed.). New York:

  Sci., 24 (2), 73-76. doi: 10.1016S0968-

  Oxford University Press Inc.

  0004(98)01343-7

  Gold, K. S., Brückner, K. (2015). Macrophages

  Chung, Y.-S. A., Kocks, C. (2011). Recognition

  and cellular immunity in Drosophila

  of pathogenic microbes by the Drosophila

  melanogaster . Sem Immunol., 27 (6), 357-

  phagocytic pattern recognition receptor

  368. doi: 10.1016j.smim.2016.03.010

  Eater. J Biol Chem., 286 (30), 26524-

  Gonzalez, C. (2013). Drosophila melanogaster: a

  26532. doi: 10.1074jbc.M110.214007

  model and a tool to investigate malignancy

  Cooper, A. S., Rymond, K. E., Ward, M. A.,

  and identify new therapeutics. Nat Rev

  Bocook, E. L., Cooper, R. L. (2009).