Macam macam Teori Belajar (1)

Macam-macam Teori Belajar
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori
belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme. Teori
belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif
melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan
konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau
membangun ide-ide baru atau konsep.

1. Teori belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan
dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2. Teori Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori
perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa

para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,
menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga
peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek
pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada
pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta
didik memperoleh informasi dari lingkungan.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea
dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina

pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua
situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama
semua konsep.
Read more: TEORI BELAJAR >> Teori Belajar Menurut Para Ahli

TEORI – TEORI BELAJAR PSIKOLOGI

KATA PENGANTAR
Teori belajar selalu bertolak belakang dari suatu pandangan psikologi
belajar tertentu. Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka
berbarengan dengan itu bermunculan pula berbagai teori tetang balajar. Justru
dapat dikatakan, bahwa dengan tumbuhnya pengetahuan tentang belajar, maka
psikologi dalam pendidikan menjadi berkembang secara pesat. Didalam masa
perkembangan psikologi pendidikan dizaman mutakhir ini muncullah secara
beruntun beberapa aliran psikologi pendidikan, masing – masing yaitu :
1.

Psikologi behavioristik

2.


Psikologi kognitif

3.

Psikologi humanistik.
Ketiga aliran psikologi pendidikan itu tumbuh dan berkembang
secara beruntun, dari periode ke periode barikutnya. Dalam setiap periode
perkembangan aliran psikologi tersebut bermunculan teori – teori tentang belajar.
Bertolak dari kenyataan itu, maka berbagai teori belajar yang ada dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok teori belajar, masing – masing yaitu :

1.

Teori belajar dari Psikologi behavioristik

2.

Teori belajar dari Psikologi kognitif


3.

Teori belajar dari psikologi humanistic
Masing – masing dari kelompok teori belajar tersebut akan diuraikan
secara gari besar pada pembahasan.

BAB I
PENDAHULUAN
A.

ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Dalam menyusun makalah ini penulis memilih judul TEORI – TEORI
BELAJAR PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK, KOGNITIF DAN HUMANISTIK.
Hal memotivasi penulis dalam menyusun makalah ini untuk mengetahui teori teori dalam belajar.

B.

TUJUAN PENULISAN
1.


Memenuhi tugas mata kuliah psikologi pendidikan.

2.

Mengetahui teori – teori dalam belajar.

C.

METODE PENULISAN
Metode yang kami gunakan dalam menulis makalah ini adalah dengan
menggunakan metode pustaka yaitu dengan mengumpulkan data dari buku – buku
yang ada.

D.

RUMUSAN MASALAH
Penulis akan membahas dan menjelaskan tentang teori – teori dalam belajar :
1. Teori – teori belajar psikologi behavioristik
2. Teori – teori belajar psikologi kognitif
3. Teori belajar dari psikologi humanistik


BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI – TEORI BELAJAR PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK
Dikemukakan oleh psikolog behaviristik yang sering

disebut

“contempory behaviorists” atau “S-R psychologists” berpendapat, bahwa
tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reword) atau penguatan
(reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian, tingkah laku belajar terdapat
jalinan yang erat antara reaksi – reaksi behavioral dengan stimulasinya.
1. Teori Yang Mengawali Perkembangan Psikologi Behavioristik
Psikologi ini mulai mengalami perkembangan dengan lahirnya teori tentang
belajar yang dipelopori oleh Thomdike, Paviov, Wabon, dan Ghuthrie. Teori
belajar Thomdike (1874 – 1949) di AS yang disebut “connectionism” atau
“trial-and-error” karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi –
koneksi antara stimulus dan respon. Ciri – ciri belajarnya antara lain :
a. Ada motif pendorong aktivitas.
b. Ada berbagai respon terhadap situasi.


c. Ada eliminasi respon – respon yang gagal/ salah.
d. Ada kemajuan reaksi – reaksi mencapai tujuan.
Dari penelitiannya Thomdike menemukan hukum – hukum :
1.

“Law of readiness” : Jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan

untuk bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan.
2. “Law of exercise” : makin banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan
stimulus respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu disertai dengan
“reward”.
3. “Law of effect” : bilamana terjadi hubungan antara stimulus dan repon dan
dibarengi dengan “state of affairs” yang memuaskan, maka hubungan itu terjadi
lebih kuat. bilamana terjadi hubungan dibarengi dengan “state of affairs” yang
mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkuarang.
Sementara itu di Rusia Ivan Pavlov (1849 – 1936) juga menghasilkan teori
belajar yang disebut “clasical conditioning” atau “stimulus substitution”
berkembang dari percobaan laboratoris terhadap anjing yang diberi stimuli
bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing.

John B. Watson (1878 – 1958) adalah orang AS yang mengembangkan teori belajar
berdasarkan hasil penelitian Pavlov. Watson berpendapat, bahwa belajar
merupakan proses terjadinya refleks – refleks dan reaksi – reaksi emosional
berupa takut, cinta, dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh
hubungan – hubungan stimulus – respon baru melalui “conditioning”.
Operant conditioning adalah suatu situasi belajar dimana suatu respons dibuat lebih
kuat akibat reinforcement.
2.

Skinner’s Operant Conditioning
Skinner’s juga menganggap “reward” atau “reinforcement” sebagai faktor
terpenting dalam proses belajar. Ia berpendapat bahwa tujuan psikologi

pendidikan adalah meramal dan mengontrol tingkah laku
Skinner’s membagi dua jenis respons dalam proses belajar, yakni :
1. Respondents : respons yang terjadi karena stimuli khusus misal Pavlov
2. Operants : respons yang terjadi karena situasi random.
Jenis – jenis stimuli :
1. Positive reinforcement : penyajian stimuli yang meningkatkan probabilitas suatu
2.

3.

respons.
Negative reinforcement : pembatasan stimuli yang tidak menyenangkan
Hukuman : pemberian stimulus yang tidak menyenangkan

4. Primary reinforcement : stimuli pemenuhan kebutuhan – kebutuhan fisiologis
5. Secondary or learned reinforcement
6. Modivikasi tingkah laku guru : perlakuan guru terhadap murid – murid
berdasarkan minat dan kesenangan mereka.
Ada 4 cara penjadwalan reinforcement menguraikan tentang kapan dan
1.

bagaimana sutau respons diperbuat?
“Fixed – ratio schedule” : yang didasarkan pada penyajian bahan pelajaran,
pemberi reinforcement baru memberikan penguatan respons setelah terjadi

2.

jumlah tertentu dari respons.

“Variable ratio schedule” : yang didasarkan pada penyajian bahan pelajaran

dengan penguat setelah sejumlah rata – rata respons.
3. “Fixed – interval schedule” : yang didasarkan atas satuan waktu tetap diantara
“reinforcement”
4. “Variable interval schedule” : pemberian reinforcement menurut respons betul
yang pertama setelah terjadi kesalahan – kesalahan respons.
B. TEORI – TEORI BELAJAR PSIKOLOGI KOGNITIF
Para ahli jiwa aliran kognitif berpendapat, tingkah laku seseorang
senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan
situasi dimana tingkah laku itu terjadi tidak hanya dikontrol oleh reward dan
reinforcement.
1. Teori belajar cognitive field dari lewin
Kurt Lewin (1892 – 1947) mengembangkan suatu teori belajar cognitive field
Lewin memandang masing – masing individu berada didalam suatu medan
kekuatan, yang bersifat psikologis. Medan kekuatan psikologis dimana individu
beraksi disebut life space yang mencakup perwujudan lingkungan dimana
individu bereaksi.
2. Teori belajar cognitive Develop mental dari Piaget
Piaget memandang bahwa proses belajar berfikir sebagai aktivitas gradual dari

fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak.
Piaget memakai istilah Scheme secara interchangeably dengan istilah struktur.
Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang yang berhubungan dengan
refleks – refleks pembawaan dan Scheme mental.
Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu :
a. Struktur disebut juga Scheme.

b.

Isi atau content yaitu pola tingkah laku spesifik tat kala individu menghadapi

suatu masalah.
c. Fungsi atau function yaitu yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai
kemajuan intelektual.
Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap
perkembangan anak yaitu :
1. Kematangan
2. Pengalaman fisik atau lingkungan
3. Transmisi sosial
4. Equalibrium atau self regultion.
3.

Jerome Bruner dengan discovely learning-nya
Yang menjaadi dasar ide Jerome Bruner ialah pendapat dari Piaget didalam
belajar dikelas. Jerome Bruner memakai cara dengan discovery learning, dimana
murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur
ini berbeda dengan reseption learning atau expository teaching dimana guru
menerangkan semua informasi dam murid harus mempelajari semua bahan atau

informasi itu.
The act of discovery dari Bruner
1. Adanya suatu kenikan didalam potensi intelektual.
2. Ganjaran intrinsik lebih ditekankan daripada ekstrinsik.
3. Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai
metode discovery learning.
4. Murid labih senang mengingat – ingat informasi.
C. TEORI BELAJAR DARI PSIKOLOGI HUMANISTIK
1. Orientai
Perhatian psikologi Humanistik yang terutama tertuju pada masalah bagaimana
tiap – tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud – maksud pribadi
yang mereka hubungkan kepada pengalaman – pengalaman merekan sendiri dan
sesuai perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utamanya adalah membantu siswa
untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang unik dan membantunya
dalam mewujudkan potensi – potensi yang ada pada diri mereka (Hamachek,
1977, P.148)
2. Awal timbulnya psikologi Humanistik
Pada akhir tahun 1940-an orang – orang yang terlibat dalam penerapan
psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini. Misalnya : psikologi klinik,

pekerja sosial dan konseler. Gerakan ini berkembang kemudian dikenal dengan
sebagai psikologi Humanistik, eksestensial, perceptual, atau fenomenologikal.
Psikologi ini berusaha untuk memahami perilakuseseorang dari sudut si pelaku
( behaver) bukan dari pngamat (observer).
3.

Behaviorisme versus humanistik
Dalam menyoroti masalah perilaku, ahli – ahli Behaviorisme dan humanistik
mempunyai

pandangan

yang

sangat

berbeda

yang

dikenal

sebagi

freedomdetermination issue. Para behaviorist memandang bahwa orang sebagai
makhluk reaktif yang memberikan responsnya terhadap lingkungannya.
Sebaliknya para Humanistik meemandang bahwa tiap orang itu menentukan
perilaku merekan sendiri.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teori – Teori Belajar Psikologi Behavioristik
Psikolog behaviristik berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu
dikendalikan oleh ganjaran (reword) atau penguatan (reinforcement) dari
lingkungan. Dengan demikian, tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat
antara reaksi – reaksi behavioral dengan stimulasinya.
Psikologi ini dipelopori oleh Thomdike, Paviov, Wabon, dan Ghuthrie.
Teori belajar Thomdike (1874 – 1949) di AS yang disebut “connectionism” atau
a.
b.
c.
d.

“trial-and-error”. Ciri – ciri belajarnya antara lain :
Ada motif pendorong aktivitas.
Ada berbagai respon terhadap situasi.
Ada eliminasi respon – respon yang gagal/ salah.
Ada kemajuan reaksi – reaksi mencapai tujuan.
Dari penelitiannya Thomdike menemukan hukum – hukum :
1. Law of readiness
2. Law of exercise
3. Law of effect

Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi pendidikan adalah
meramal dan mengontrol tingkah laku. Jenis – jenis stimuli :
1. Positive reinforcement
2. Negative reinforcement
3. Hukuman
4. Primary reinforcement
5. Secondary or learned reinforcement
6. Modivikasi tingkah laku guru
Ada 4 cara penjadwalan reinforcement
1. Fixed – ratio schedule.
2. Variable ratio schedule.
3. Fixed – interval schedule
4. Variable interval schedule
2. Teori – Teori Belajar Psikologi Kognitif
Para ahli jiwa aliran kognitif berpendapat, tingkah laku seseorang
senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan
situasi dimana tingkah laku itu terjadi tidak hanya dikontrol oleh reward dan
reinforcement.
Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu : Struktur
disebut juga Scheme, Isi atau content dan Fungsi atau function .
Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi

transisi

tahap

perkembangan anak yaitu :
a. Kematangan
b. Pengalaman fisik atau lingkungan
c. Transmisi sosial
d. Equalibrium atau self regultion.
The act of discovery dari Bruner
1. Adanya suatu kenikan didalam potensi intelektual.
2. Ganjaran intrinsik lebih ditekankan daripada ekstrinsik.
3. Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai
metode discovery learning.
4. Murid labih senang mengingat – ingat informasi.
3. Teori Belajar Dari Psikologi Humanistik
Tujuan utamanya adalah membantu siswa untuk mengembangkan
dirinya sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi
– potensi yang ada pada diri mereka (Hamachek, 1977, P.148)
Tokoh – tokoh humanistik
1. Combs
2. Maslov
3. Rogers



Log In



Sign Up

TEORI-TEORI BELAJAR Psikologi Pendidikan


Uploaded by
Rhafi Jumainul





8,473

2)

Teori Pembiasaan Klasikal

(Classical Connditioning)
Teori ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan
Pavlov (1849-1936), seorang ilmuan berkebangsaan Rusia. Pada dasarnya
classical conditioning merupakan sebuah prosedur penciptaan reflek baru dengan
mendatangkan stimulus sebelum terjadi nya reflek tersebut.
3)

Teori Pembiasaan Prilaku Respons
( Operant Conditioning)
Operant adalah sejumlah perilaku atau rspon yang membawa efek sama terhadap
lingkungan yang dekat (Reber,1988)tidak seperti respondent conditioning yang
responya didatangkan oleh stimulus tertentu,respon dalam operant conditioning
terjadi tanpa didahului oleh stimulus,melainkan oleh reinforcer (stimulus yang
meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respon tertentu)

4)

Teori Pendekatan Kognitif
(Cognitive Theory)
Teori ini merupakan bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberi
konstribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi pendidikan,
termasuk psikologi belajar. Sains kognitif merupakan himpunan disiplin ilmu
yang terdiri atas psikologi kognitif, ilmu-ilmu komputer linguistik, intelegensi
buatan, matematika, epistimologi, dan psikologi saraf.
5) Teori Pembiasaan Asosiasi Dekat

(Contiguous Conditioning)
Menurut teori ini apa yang sesungguhnya dipelajari orang adalah reaksi atau respons
terakhir yang muncul atas sebuah rangsangan atau stimulus.Artinya,setiap
peristiwa belajar hanya mugkin terjadi sekali saja untuk selamanya atau sama
sekali tak terjadi (Reber,1989:153)
6) Teori Belajar Sosial

(Social Learning Theory)

Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral
siswa ditekankan pada perlunya
conditioning
(pembiasaan merespon) dan
imitation
(peniruan).
“ALIRAN YANG MENDASARI TEORI BELAJAR”
Memasuki abad ke-19 beberapa ahli psikologi mengadakan penelitian eksperimantal
tentang teori belajar, walaupun pada waktu itu para ahli menggunakan binatang
sebagai objek penelitiannya. Penggunaan binatang sebagai objek penelitian
didasarkan pada pemikiran bahwa apabila binatang yang kecerdasannya dianggap
rendah dapat melakukan eksperimen teori belajar, maka sudah dapat dipastikan
bahwa eksperiman itupun dapat berlaku bahkan dapat lebih berhasil pada
manusia, karena manusia lebih cerdas dari pada binatang. Dari berbagai tulisan
yang membahas tentang perkembangan teori belajar seperti (Atkinson, dkk.
1997; Gredler Margaret Bell, 1986) memaparkan tentang teori belajar yang
secara umum dapat dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran meliputi
(a) teori belajar Behavioritik (b) teori belajar kognitif (c) teori belajar humanistic
(d) teori belajar psikoanalisis. Keempat aliran belajar tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda, yakni aliran behavioristik

menekankan pada “hasil” dari

pada proses belajar. Aliran kognitif menekankan pada “proses” belajar. Aliran
humanistic menekankan pada “isi” atau apa yang dipelajari. Aliran Psikoanalisis
menekankan pada “kejiwaan”.
Kajian tentang keempat aliran tersebut akan diuraikan satu persatu. A.

Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu
hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek

aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan,
bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar sematamata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu.2[3] Dalam Kamus Psikologi disebutkan juga beberapa
pengertian Behaviorisme: 1.

Pandangan beberapa ahli psikologi pada awal abad 20 yang menentang metode
introspeksi; dan menganjurkan agar psikologi dibatasi pada penelaahan perilaku
yang terlihat

(observable behavior
) untuk dijadikan dasar pertimbangan data ilmiah. 2.

Suatu aliran (dan sistem) psikologi yang dikembangkan oleh John B. Watson; suatu
pandangan umum yang menekankan peranan perilaku yang bias diamati (terbuka
, overt behavior
) serta memperkecil arti dari proses-proses mental. 3.

Pandangan yang menyatakan bahwa perilaku manusia dan hewan bias dimengerti,
bias diramalkan dan dikontrol tanpa bantuan keterangan-keterangan yang
menyangkut keadaan mentalnya. Suatu aliran psikologi, yang menekankan agar
psikologi dibatasi pada studi mengenai perilaku saja.3[4] Behaviorisme adalah
sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun
1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsure subyek tunggal
psokologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh,
serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam.
2
[3]
Akhma

d Sudrajat, “Teori
teori Belajar”,
http://www.scribd.com/cod/15874999/teoriteori-belajar. 3
[4]
Kartini Kartono dan Dali Gulo,
Kamus Psikologi
, (Bandung:CV. Pionir Jaya,2000), hlm.45-46.

Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksi (yang menganalisis jiwa
manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga Psokoanalisis (yang
berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).4[5] Teori belajar
psilologi behavioristik dikemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka
berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran
(reward)
atau penguatan
(reinforcement”)

dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang
erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya. Guru-guru yang
menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku murid-murid
merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa
sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku adalah merupakan hasil belajar. Kita
dapat menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari latar
belakang penguatan
(reinforcement)
terhadap tinkah laku tersebut. Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak
lahirnya teori-teori tentang belajar.5[6] Tokoh-tokohnya antara lain E.L.
Thorndike, Ivan Petrovich Pavlov, B.F. Skinner, dan Bandura. Berdasarkan
pengalaman penelotian masing-masing, yang berbeda satu sama lain, mereka
menciptakan teori belajar yang berbeda, tetapi mempunyai kesamaan dalam
prinsipnya, yaitu bahwa perubahan tingkah laku terjadi karena (semata-mata)
lingkungan. Ciri- ciri aliran Behaviorisme: (1)

Mementingkan pengaruh lingkungan. (2)

Mementingkan bagian-bagian dari pada keseluruhan. (3)

Mementingkan reaksi psikomotor. (4)

Mementingkan sebab-sebab masa lampau. (5)

Mementingkan pembentukan kebiasaan. (6)

Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar. (7)

Mengutamakan “trial and error”.
6[7] Dalam buku lain juga disebutkan bahwa ciri-ciri utama aliran Behaviorisme
antara lain:
4
[5]

Muhammad, “Psikologi Aliran Behaviorisme”,
http://www.psikologi.or.id. 5
[6]
M. Dalyono,
Psikologi Pendidikan

, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2001), Cet.2, hlm. 30. 6
[7]
Mustaqim,
Ilmu JIwa Pendidikan
, Edisi Revisi, (Semarang: CV. Andalan Kita, 2010), hlm. 56.

1)

Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan
hanya mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan.
Pengalaman-pengalaman batin dikesampingkan. Dan hanya perubahan dan
gerak-gerik pada badan sajalah yang dipelajari. Maka sering dikatakan bahwa
Behaviorisme adalah psikologi tanpa jiwa. 2)

Segala macam perbuatan dikembalikan kepada reflex Behaviorisme mencari unsureunsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan kesadarn, yang
dinamakan reflex. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu
perangsang. Manusia dianggap suatu kompleks refleks atau suatu mesin reaksi. 3)

Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua adalah sama.
Menurut Behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa. Manusia hanya makhluk
yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat
mempengaruhi refleks sekehendak hatinya.7[8] B.

Kognitif
Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum dan mencakup
studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental sejauh berkaitan dengan cara
manusia berpikir dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan-kesan yang
masuk melalui indra, pemecahan masalah, menggali ingatan pengetahuan dan
prosedur kerja yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan mental
mencakup gejala kognitif, afektif, konatif sampai pada taraf tertentu, yaitu
psikomatis yang tidak dapat dipisahkan secara tegas satu sama lain. Oleh karena
itu, psikologi kognitif tidak hanya menggali dasar gejala khas kognitif, tetapi juga
dari afektif (penafsiran dan pertimbangan yang menyertai reaksi perasaan),
konatif (keputusan kehendak).8[9] Ada beberapa ahli yang belum merasa puas
terhadap penemuan-penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar sebagai
proses hubungan stimulus-response-reinforcement. Mereka berpendapat, bahwa
tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward dan reinforcement.
Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran kognitifis. Menurut pendapat

mereka,tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu
tindakan mengenal atau
7
[8]
Abu Ahmad dan M. Umar,
Psikologi Umum
, Edisi Revisi, (Semarang: CV. Andalan Kita, 1992), hlm. 27-28. 8
[9]
Djaali,
Psikologi Pendidikan
, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2008), Cet. 3, hlm. 62.

memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang
terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan
masalah. Jadi, kaum kognitifis berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang
lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam
suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih dari bagian- bagiannya. Mereka member
tekanan pada organisasi pengamatan atas stimuli di dalam lingkungan serta pada

faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan.9[10] Tokoh-tokohnya antara lain
Kohler, Max wertheimer, Kurt Lewin, dan Bandura. Teori belajar mereka
diciptakan berdasarkan percobaan-percobaan masing-masing yamng tidak sama,
tetapi dasar belajar mereka sama, yaitu bahwa dalam belajar terdapat kemampuan
mengukur lingkungan, sehingga lingkungan tidak otomatis mempengaruhi
manusia. Cirri-ciri aliran Kognitif adalah: (1)

Meningkatkan apa yang ada dalam diri manusia (2)

Meningkatkan keseluruhan dari pada bagian-bagian (3)

Meningkatkan peranan kognitif (4)

Meningkatkan kondisi waktu sekarang (5)

Meningkatkan pembentukan struktur kognitif (6)

Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia (7)

Mengutamakan “insight” (pengertian).
10[11] C.

Humanisme
Teori jenis ketiga adalah teori humanistic. Humanism adalah aliran kemanusiaan,
humanism adalah suatu pendekatan psikologis, dimana ditonjolkan masalahmasalah, kepentingan-kepentingan manusiawi, nilai-nilai dan martabat
manusiawi.11[12] Menurut kamus psikologi ada beberapa pengertian tentang
psikologi Humanistik antara lain:
9
[10]
Wasty Soemanto,
op.cit
., hlm. 127-128. 10
[11]
Mustaqim,
op.cit.
, hlm. 57. 11

[12]
Kartini Kartono dan Dali Gulo,
op.cit
., hlm. 207.



Job Board



About



Press



Blog



Stories



Terms



Privacy



Copyright



We're Hiring!



Help Center

Academia © 2015