KARYA TULIS ILMIAH Optimalisasi Peran BM

KARYA TULIS ILMIAH
“Optimalisasi Peran BMT dalam Penggembangan UMKM”

DI SUSUN OLEH:

Ilham Ibnu Affan
Nurul 1Aqila
Muhammad Iqbal Al-Ghifari

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016

Optimalisasi Peran BMT dalam Penggembangan
UMKM
Oleh:
Ilham Ibnu Affan
Nurul Aqila
Muhammad Iqbal Al-Ghifari

ABSTRAK
UMKM dalam pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia memiliki
peranan yang sangat penting, hal itu dapat dilihat pada pertumbuhan UMKM
56.534.5921. Dengan melihat data tersebut tak dapat dipungkiri bahwa
pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia banyak dipengaruhi oleh
pertumbuhan UMKM itu sendiri, karena semakin banyak atau semakin besar
suatu UMKM akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak pula. Dalam
lebih menumbuhkan dan mengembangkan UMKM pastinya akan membutuhkan
modal juga, dan disinilah peran BMT sebagai lembaga yang seharusnya dapat
mendukung penggembangan UMKM.
Melihat jumlah BMT 5.500 unit2 yang tersebar di seluruh Indonesia tersebut,
seharusnya BMT dapat berperan secara lebih optimal dalam pengembangan
UMKM di seluruh Indonesia yang akan dapat menyerap lebih banyak lagi tenaga
kerja. BMT dalam siklus perekonomian tersebut seharusnya dapat menjadi
lembaga intermediari antar pelaku ekonomi yaitu dari penabung dan juga
peminjam secara lebih optimal, peminjam di sini adalah UMKM.
Disamping itu seharusnya BMT dan UMKM dapat bersama-sama menjadi mitra
strategis dalam pengembangan perekonomian masyarakat Indonesia, yaitu BMT
dapat menjadikan UMKM sebagai mitra dalam pengaplikasian PLS (Profit and
Loss Sharing) dengan dasar sistem peminjaman modal bersifat FDR (Financial

Deposite of Ratio) yang lebih sesuai dengan kaidah syariah sedangkan UMKM
harus dapat lebih optimal menggunakan modal pinjaman dari BMT tersebut
sehingga usaha yang dibangun akan menjadi lebih berkembang dan bermanfaat
bagi masyarakat umum.
Kata kunci: BMT, UMKM, PLS, FDR

1 www.bps.go.id
2 Ali Sakti,PEMETAAN KONDISI DAN POTENSI BMT: Kemitraan dalam

rangka Memperluas Pasar & Jangkauan Pelayanan Bank Syariah
kepada Usaha Mikro, hal. 3

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Upaya Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi Indonesia di
antaranya yaitu mengadakan sebuah program bagi usaha mikro berupa pemodalan
usaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) telah memberikan kontribusi besar terhadap
perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Perkembangan Baki Kredit UMKM

triwulan I 2016, UMKM mencapai Rp. 828,6 triliun dan mengalami pertumbuhan
sebesar 14,9% dibandingkan tahun sebelumnya3. Data tersebut dapat
mencerminkan minat masyarakat untuk berwirausaha serta kesadaran untuk hidup
terus lebih baik dan mandiri. Hanya saja UMKM masih terkendala dengan jumlah

Sumber: Departemen Pengembangan UMKM-Bank Indonesia
ketersediaan modal yang masih terbatas. Maka dari itu, kehadiran BMT
diharapkan mampu menjadi sebuah lembaga yang soluktif dalam pemodalan
UMKM.
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah sebuah lembaga keuangan mikro berbasis
syariah. Berdasarkan perannya sebagai lembaga keuangan, pada kepenulisan ini
BMT dituntut berperan aktif dalam mendorong perekonomian melalui
memberdayaan masyarakat. Sebagai sebuah lembaga syariah yang memiliki
keunggulan yang tidak dmiliki konvensional karena tidak menggunakan system
3 Departemen Pengembangan UMKM-BANK INDONESIA Laporan
Perkembangan Kredit UMKM Triwulan I 2016. Hal 1

bunga yang dapat merugikan peminjam (UMKM) karena bunga terus bertambah,
BMT diharapkan bisa menjadi lembaga penyedia pelayanan jasa Keuangan berupa
Kredit tanpa bunga serta memiliki akses yang mudah dan cepat khususnya untuk

daerah pedesaan.
Jumlah angkatan kerja yang belum mendapatkan pekerjaan tersebar diseluruh
pelosok Indonesia khususnya di daerah pedesaan. Pada sisi inilah BMT dengan
pengharapan akses yang mudah dan cepat masuk kedalam sendi-sendi masyarakat
sehingga para angkatan kerja yang mencari perkerjaan di desa tidak perlu pergi
ke kota.
Keterlibatan BMT sebagai salah satu lembaga pembiayaan mikro syariah
diharapkan dapat menjaga dan meningkatkan kepercayaan serta keberanian
masyarakat dalam melakukan Kredit usaha yang diikuti dengan meningkatnya
jumlah UMKM sehingga dapat membantu kesejahteraan hidup masyarakat yang
berdampak pada meningkatkan PDB Indonesia, dan akhirnya menciptakan
Indonesia sebagai Negara yang tahan terhadap krisis.
2.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran UMKM dalam penyerapan potensi angkatan kerja di
Indonesia ?
2. Bagaimana peran BMT dalam mendorong pemodalan untuk UMKM di
Indonesia?
3. Tujuan

1. Menganalisis peran BMT dalam pemberdayaan masyarakat melalui
UMKM sebagai salah satu lembaga potensial untuk penyerapan potensi
angkatan kerja di Indonesia.

2. METODOLOGI PENELITIAN
Kepenulisan karya ilmiah ini didasari oleh penelitian dengan menggunakan data
sekunder yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia
(BI).
Metode Analisis data disajikan dalam bentuk grafik dan menggunakan diagram
arus lingkar sebagai base teori untuk menggambarkan pengaplikasian solusi.
Penggunaan metodologo penelitian ini dilakukan secara kualitatif berdasarkan
data-data sekunder yang didapat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kondisi Angkatan Kerja Indonesia
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk hingga
237.641.326 jiwa4. Seharusnya memiliki kemampuan yang memadai untuk dapat
mengembangkan negara dan meninggkatkan pertumbuhan perekonomian negara
lebih optimal lagi. Namun pada kenyataannya jumlah penduduk yang tinggi

tersebut tak selamanya berjalan linier dengan pertumbuhan perekonomian negara.
Hal ini disebabkan karena salah satunya tidak tersediannya lapangan pekerjaan
bagi para angkatan kerja, yang pada akhirnya akan menghasilkan para
penggangguran. Kita dapat menghitung tingkat pengangguran dengan cara:
Tingkat Pengangguran=

Jumlah Penganggur
× 100
Angkatan Kerja

Rumus untuk menghitung tingkat pengangguran5
Dengan perhitungan tersebut kita dapat menghitung seberapa besar tingkat
pengangguran di Indonesia. Diagram di bawah ini memperlihatkan tingkat
pengangguran di Indonesia dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia,
Thailand, dan Vietnam.
7
6

5.9


5
4
2.9

3

2.5

2
0.8

1
0

Indonesia

Malaysia

Thailand


Vietnam

Gambar 1: Perbandingan Tingkat Pengangguran di Indonesia, Malaysia,
Thailand, dan Vietnam pada tahun 2014.6
Pada grafik di atas disajikan tingkat pengangguran di negara-negara
perkembang di kawasan ASEAN dan di atas terlihat bahwa Indonesia memiliki
tingkat pengangguran yang paling tinggi dari pada negara-negara yang lainnya.
4www.bps.go.id, pada sensus penduduk tahun 2010.
5 Mankiw, Makroekonomi (edisi ke-6)., hal. 35.
6www.bps.go.id, data sudah diolah kembali.

Berarti Indonesia memiliki masalahan yang sangat urgent pada hal ini, dan harus
dapat ditemukan formula yang tepat untuk penyelesainnya. Untuk tingkat
pengangguran di Indonesia juga dapat dilihat kontribusi setiap provinsi di
Indonesia terhadap tingkat pengangguran tersebut. Berikut grafik tingkat
pengangguran di Indonesia menurut provinsi.
9
9

8


8
7
6

6
5

5

4

4
3
2

1

1
0


1,90-3,33 3,34-4,77 4,78-6,21 6,22-7,65 7,66-9,09 9,10-10,53
frekuensi

Gambar 2: Tingkat Pengangguran Menurut Provinsi 20147
Kemudian untuk melihat seberapa besar usaha yang dilakukan oleh
angkatan kerja untuk mendapatkan pekerjaan kita dapat menghitungnya dengan
pendekatan tingkat partisipasi angkatan kerja yang berisi angkatan kerja dibagi
populasi dewasa dibagi seratus persen, yang dilambangkan sebagai berikut:
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja=

Angkatan Kerja
×100
Populasi Dewasa

Rumus Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja8
Selanjutnya kita akan melihat tingkat partisipasi angkatan kerja
perprovinsi di Indonesia yang menggambarkan keadaan angkatan kerja Indonesia
yang sudah benar-benar siap untuk memasuki dunia kerja, berikut grafik
partisipasi angkatan kerja Indonesia perprovinsi pada tahun 2014:


7Ibid., data sudah diolah kembali.
8 Mankiw, Makroekonomi (edisi ke-6)., hal. 35.

12
12
10
8

8
6

5

6
4

1

2

1

0

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Gambar 3: Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Indonesia tahun 20149
2. Potensi UMKM sebagai lembaga penyerap tenaga kerja
Indonesia denganpenduduk yang memiiki banyak angkatan kerja
seharusnya dapat lebih meningkatkan pendapatan nasional negara dengan
produktifitas yang dimiliki oleh angkatan kerja kita. Pada laporan BPS untuk
tahun 2016 pada periode hingga bulan Februari tercatat tingkat partisipasi
angkatan kerja di seluruh provinsi berada pada angka 68,06% 10. Hal ini
membuktikan bahwa masih banyak pula angkatan kerja yang belum mendapatkan
pekerjaan yang semestinya, karena terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia.
Maka salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengakomodir
angkatan kerja adalah dengan membuat UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah).
UMKM dianggap dapat menyelesaikan permasalahan tersebut karena
UMKM merupakan sebuah usaha yang dapat dibangun oleh individu maupun
beberapa orang, baik menjadi milik perseorangan maupun lembaga, sehingga
untuk pembentukannya relatif lebih mudah dan secara kultural lebih dekat dengan
masyarakat, sehingga dinilai lebih solutif untuk mengatasi masalah penyerapan
tenaga kerja. Untuk pertumbuhan UMKM di Indonesia yang dimulai dari 2012
hingga 2015 dapat dilihat pada grafik berikut:

9www.bps.go.id., data sudah diolah kembali
10Ibid.

Mikro

Kecil

Menengah
359,008
329,473

303,533
264,947

164,273

1

2

164,869

140,272

118,767

97,177

215,925

201,976

187,729

3

4

Gambar 4:Posisi Kredit Usaha UMKM berdasarkan
skala mikro, kecil dan menengah11
Dengan melihat data tersebut seharusnya seluruh angkatan kerja di
Indonesia dapat terserap secara optimal. Potensi UMKM tersebut memiliki tren
yang positif dari empat tahun terakhir itu seharusnya berimplikasi positif pula
terhadap kondisi perekonomian secara lebih luas. Namun, melihat grafik di atas
dimana posisi kredit usaha mereka juga mengalami peningkatan tiap tahunnya
juga menjadi sebuah permsalahan tersendiri.
3. Kondisi BMT (Baitul Mal Wat Tanwil) di Indonesia
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam tentunya kita
mengharapkan untuk adanya institusi atau lembaga yang bernafaskan Islam pada
setiap sendi kehidupannya. Salah satu jawaban dari harapan besar tersebut adalah
adanya BMT (Baitul Mal Wat Tanwil) yang merupakan salah satu lembaga
keuangan mikro yang menggunakan mekanisme PLS (Profit and Loss Sharing)
atau bagi hasil keuntungan maupun kerugian yang dihasilkan dari pengelolaan
uang yang diberikan oleh nasabah, pada lembaga keuangan mikro ini pada
prinsipnya menggunakan kaidah-kaidah yang telah disyariatkan oleh Al-Qur’an
dan As-Sunnah serta sumber hukum Islam yang lainnya.
Untuk studi kasus kita melihat potensi pada tiga provinsi di pulau jawa
yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, sebagai berikut:

11Ibid.t

Gambar 5: Pertumbuhan BMT tiap tahun12
Melihat tren pertumbuhan yang relatif stabil tersebut seharusnya BMT
dapat juga memberikan dampai yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi
nasional , khususnya melalui UMKM.
Selanjutnya rasio bagi hasil untuk ketiga provinsi tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut:

Gambar 6: Rasio bagi hasil 13
Kemudian kepemilikan rekening BMT pada ketiga provinsi tersebut adalah
sebagai berikut:

12Ali Sakti,PEMETAAN KONDISI DAN POTENSI BMT: Kemitraan dalam rangka
Memperluas Pasar & Jangkauan Pelayanan Bank Syariah kepada Usaha Mikro, hal. 7.
13Ibid. Hal. 9

Gambar 7: Kepemilikan Rekening pada BMT14
Pada data tersebut dapat dilihat bagaimana pada sektor perusahaan bahwa
penggunaan pembiayaan maupun pendanaan masih sangat kurang optimal, maka
selanjutnya pengguanaan pada sektor perusahaan atau korporasi (utamanya
UMKM) haruslah lebih di tingkatkan lagi untuk dapat lebih mengembangkan
UMKM tersebut sehingga dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang
berimplikasi pada kondisi perekonomiaan nasional.
4. BMT sebagai Lembaga Intermediasi
Pembahasan pada sub-bab ini merupakan model solusi yang akan kami
tawarkan untuk mengatasi beberapa permasalahan yang telah dijelaskan di atas.
Kami akan mencoba menggunakan diagram arus lingkar yang menjelaskan
tentang hubungan antara : Perusahaan, Rumah Tangga, Pasar Barang dan Jasa,
serta Pasar Faktor Produksi sebagai base theory (dasar teori) pengembangan
UMKM dan BMT menjadi lembaga pendukung di dalamnya yang
menghubungkan antara Perusahaan (dalam hal ini UMKM) dengan Rumah
Tangga.

14Ibid.

Gambar 8: Diagram Arus Lingkar15
Pada diagram di atas terlihat peran perusahaan sebagai lembaga penyerap
(input) faktor-faktor produksi dan menghasilkan (output) yang dapat berupa
barang dan jasa yang dijual. Selain itu perusahaan juga mendapatkan input berupa
pendapatan dan juga output berupa upah dan biaya produksi yang lainnya.
Selanjutnya pada model yang kami coba untuk rancang ulang ini, kami
menggantikan perusahaan menjadi UMKM sebagai lembaga potensial dalam
mengatasi permasalahan perekonomian, khususnya penyerapan tenaga kerja. Serta
kami mencoba untuk menambahkan BMT di tengah grafik yang akan berfungsi
sebagai lembaga intermediasi antara kedua pelaku ekonomi yaitu UMKM dan
Rumah Tangga.

15Mankiw,Pengantar Ekonomi Makro., hal. 5.

Gambar 9: Diagram Model Intermediasi
Melihat pada diagram diatas dapat kita pahami bahwa selain sikrulasi
perekonomian melewati beberapa pelaku ekonomi seperti rumah tangga yang
menyediakan faktor produksi, kemudian masuk pada perusahaan (dalam hal ini
adalah UMKM) yang akan memproduksi barang dan jasa yang akhirnya kembali
lagi ke sektor rumah tangga.
Atau pun pada siklus sebaliknya yaitu sektor rumah tangga
membelanjakan pendapatannya pada pasar barang dan jasa, pasar barang dan jasa
menghasilkan pendapatan pada sektor perusahaan (UMKM) dan perusahaan
(UMKM) mengeluarkan untuk biaya produksi, baik upah, sewa atau pun lainnya
yang mereka bayarkan pada pasar faktor produksi yang akhirnya dari pembayaran
inilah yang akan menghasilkan pendapatan pada sektor rumah tangga.
Namun pada sektor rumah tangga inilah uang (pendapatan) memiliki
beberapa fungsi yang penting seperti yang biasa di notasikan dengan rumus:
Y=C+S16
Di mana pendapatan merupakan konsumsi ditambah tabungan, pada
diagram di atas digambarkan bahwa S ini yang akan masuk pada BMT untuk
fungsi tabungan,kemudian BMT dapat menyalurkannya pada lembaga lain yang
membutuhkan dan dianggap pantas untuk mendapatkan pinajaman tersebut yaitu
16 Mankiw,Pengantar Ekonomi Mikro., hal. 59.

UMKM, sebagai lembaga strategis untuk dapat melakukan hubungan kemitraan.
Kemudian dari UMKM karena kenaikan modal tersebut dapat menstimulus
perkembangan UMKM itu sendiri yang secara otomatis akan dapat lebih banyak
lagi menyerap lapangan pekerjaan untuk angkatan kerja. Setelah uang tersebut
berputar pada UMKM dan UMKM mendapatkan untung yang maksimal dan lebih
banyak lagi kemudian kemudian dengan sistem bagi hasil (PLS(Profit and Loss
Sharing)) yang akan lebih menguntungkan kedua belah pihak, kemudian BMT
juga melayani nasabah, yaitu mereka yang dari sektor rumah tangga dengan
sistem yang sama.
Dengan model tersebut diharapkan akan tercapai apa yang menjadi tujuan
ekonomi Islam yaitu berupa falakh. Karena pada pembagian kita dapat sama-sama
untung maupun ruginya, dan di sisi lain angkatan kerja dapat terserap secara lebih
optimal lagi dengan sarana UMKM.

SIMPULAN
Peningkatan kondisi perekonomian nasional dapat dilakukan dengan
pembangunan konsidi masyarakat, utamanya pada angkatan kerja. Dengan adanya
pembangunan angkatan kerja maka implikasinya adalah semakin minimalnya
indeks tingkat pengangguran yang ada.
Untuk menstimulus hal itu, salah satu cara yang paling sederhana yang
dapat dilakukan adalah dengan menumbuhkan UMKM, karena UMKM
merupakan lembaga yang relatif lebih dekat dengan masyarakat sehingga lebih
mudah pula untuk melakukan penyerapan tenaga kerja secara optimal.
Untuk meningkatkan kinerja UMKM tersebut haruslah didukung dengan
modal yang memadai. Untuk hal itu, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
menambah pemodalan dari BMT sebagai salah satu lembaga keuangan yang
modalnya juga bersumber dari masyarakat.
Dalam hal ini, antara BMT dan UMKM seharusnya dapat menjadi mitra
strategis antara satu dengan yang lainnya. Yaitu dengan BMT sebagai salah satu
sumber pemodalan bagi UMKM yang hasilnya nanti dapat dikembalikan lagi ke
BMT dengan sistem bagi hasil yang akan kemudian dilanjutkan lagi kenasabah.
Jadi BMT mendapatkan keuntungan dari sisi pengelolaan keuangan di
sektor riil dan UMKM mendapatkan keuntungan dari sektor permodalan.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Mankiw, N. Gregory, 2006. Makroekonomi Edisi 6.,Erlangga, Jakarta
Mankiw, N. Gregory, 2006. Mikroekonomi Edisi 6.,Erlangga, Jakarta
Mankiw, N. Gregory, 2013. Pengantar ekonomi Makro Edisi Asia Volume 2. Salemba
empat, Jakarta

Sumber Jurnal
Sakti, Ali, PEMETAAN KONDISI DAN POTENSI BMT: Kemitraan dalam rangka
Memperluas Pasar & Jangkauan Pelayanan Bank Syariah kepada Usaha Mikro,
dalam Jurnal al-Muzara’ah, Vol. I, 2013.
Sumber Website
www.bi.go.id
www.bps.go.id

BIODATA PENULIS
Nama

: Ilham Ibnu Affan

Lembaga

: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Alamat

: Kembang RT 5, RW 62 Maguwoharjo, Kec. Depok. Kab. Sleman

E-mail

: ilham.ibnu.affan@gmail.com

No Hp

: 058786294096

Nama

: Nurul Aqila

Lembaga

: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Alamat

: Jl. Kartini 1A Sagan Yogyakarta

E-mail

: nurulaqilayahya@gmail.com

No Hp

: 082328315332

Nama

:Muhammad Iqbal Al-Ghifari

Lembaga

: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Alamat

: Jl. Karanlo, Jogoragan, Banguntapan, Bantu, Yogyakarta

E-mail

: iqbalalghifari1409@gmail.com

No Hp

: 085729919849