KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM PERILAK (1)

KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM, PERILAKU SANITASI IBU,
DAN SARANA SANITASI LINGKUNGAN TERKAIT KEJADIAN DIARE
PADA ANAK BALITA DI KECAMATAN JETIS
KOTA YOGYAKARTA
Ade Rahmat Firdaus,1 Susi Iravati,2 Agus Suwarni3

ABSTRAK
Latar Belakang : Morbiditas dan Mortalitas akibat diare pada anak Balita hingga saat
ini masih tinggi sehingga menjadi permasalahan di negara berkembang termasuk di
Indonesia, sarana sanitasi lingkungan yang tidak sehat serta perilaku yang tidak higienis
merupakan salah satu penyebab masih tingginya kejadian diare. Di Kota Yogyakarta
Tahun 2009 diketahui bahwa Kecamatan Jetis merupakan salah satu kecamatan di Kota
Yogyakarta yang memilki angka kejadian diare cukup tinggi yaitu mencapai 791 kasus
dimana 285 kasus (36 %) diantaranya terjadi pada usia Balita.
Tujuan : Untuk membuktikan bahwa kualitas bakteriologis air minum, perilaku sanitasi
ibu (higiene perorangan, kebiasaan dalam memberi makan anak Balita, pengelolaan air
minum) serta sarana sanitasi lingkungan (sarana pembuangan tinja, sarana pembuangan
air limbah/SPAL, sarana pembuangan sampah) merupakan faktor risiko kejadian diare
pada anak Balita di Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan
rancangan studi kasus kontrol dengan responden sebanyak 60 kasus dan 60 kontrol.

Kelompok kasus adalah ibu yang memiliki anak Balita yang berdasarkan diagnosis medis
dari Puskesmas Jetis menderita diare pada Desember 2011 sampai dengan Februari 2012
sedangkan kontrol adalah ibu yang memiliki anak Balita yang tidak menderita diare
selama tiga bulan terakhir. Analisis data dilakukan secara univariat, analisis bivariat
dengan uji statistik chi square dan analisis multivariat dengan menggunakan regresi
logistik pada α=0,05.
Hasil : Berdasarkan analisis multivariat menunjukkan 5 variabel mempunyai pengaruh
signifikan dengan kejadian diare pada anak Balita yaitu 1) kualitas bakteriologis air
minum p=0,039 OR=10,734; 2) higiene perorangan p=0,002 OR=4,349; 3) kebiasaan
memberi makan anak Balita p=0,001 OR=6,155 ; 4) pengelolaan air minum P=0,002
OR=5,171; 5) sarana pembuangan tinja p=0,004 OR=4,013.
Kesimpulan : Kualitas bakteriologis air minum, perilaku sanitasi ibu (higiene
perorangan, kebiasaan dalam memberi makan anak balita, dan pengelolaan air minum),
serta sarana sanitasi lingkungan berupa sarana pembuangan tinja merupakan faktor risiko
kejadian diare pada anak Balita di Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta. Sarana sanitasi
lingkungan berupa sarana pembuangan air limbah (SPAL) dan sarana pembuangan
sampah bukan merupakan faktor risiko kejadian diare pada anak balita di Kecamatan
Jetis Kota Yogyakarta.
Kata Kunci : Kualitas bakteriologis,air minum, diare, anak Balita.
1


Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Mulawarman, Samarinda
Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjahmada, Yogyakarta
3
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Yogyakarta.
2

2
3

1

BACTERIOLOGICAL QUALITY OF DRINKING WATER,
SANITATION BEHAVIOR OF MOTHERS, AND ENVIRONMENTAL
SANITATION FACILITIES ASSOCIATED WITH DIARRHEA INCIDENCE
IN CHILDREN UNDER FIVE YEARS AT SUB-DISTRICT OF JETIS
YOGYAKARTA CITY
Ade Rahmat Firdaus,1 Susi Iravati,2 Agus Suwarni3
ABSTRACT


Background: Morbidity and Mortality due to diarrhea in children under five is
still high and become a problem in developing countries such as Indonesia,,
unsanitary environmental sanitation facilities and unhygienic behavior are causes
of higher diarrhea incidence rate. In Yogyakarta City, in 2009 it is found that subdistrict of Jetis is one of sub-district in Yogyakarta City which had sufficiently
high diarrhea incidence rate, reaching 791 cases, where 285 of the cases (36%)
occurred in children under five.
Objectives: To investigate that bacteriological quality of drinking water,
sanitation behavior of mothers (personal hygiene, habit to feed children of under
five, drinking water management) and environmental sanitation facilities
(facilities of feces disposal, household water waste disposal /SPAL and trash
disposal) are risk factors of diarrhea incidence in children under five at subdistrict of Jetis, Yogyakarta City.
Methods: This research was an observational analytic using case-control study
design with the respondents were 60 cases and 60 control. Groups of cases were
mothers having children under five and suffering from diarrhea who defined by
medical diagnosis from Public health center of Jetis, in December 2011 to
February 2012 while the control were mothers having children under five in last 3
months did not suffer from diarrhea. Data were analyzed by univariate analysis,
bivariate analysis with chi square test and multivariate analysis using logistic
regression at α=0,05.
Results: Results of multivariate analysis showed 5 variables had significant effect

on diarrhea incidence in children under five, namely: 1) Bacteriological quality of
drinking water p=0.039 and OR=10,734; 2) Personal hygiene p=0.002 and
OR=4,349; 3) Mothers habit to feed children under five p=0.001 and OR=6,155;
4) Drinking water management p=0,002 and OR=5,171; 5) Facilities of feces
disposal p=0,004 and OR=4,013.
Conclusion: Bacteriological quality of drinking water, sanitation behavior of
mothers (personal hygiene, mothers habit to feed children of under five, drinking
water management), and environmental sanitation facilities such as feces disposal
were risk factors of diarrhea incidence in children under five at subdistrict of Jetis,
Yogyakarta City. Water waste disposal (SPAL) and trash disposal facilities were
not risk factors of diarrhea incidence in children under five at subdistrict of Jetis,
Yogyakarta City.
Keywords: bacteriological quality, drinking water, diarrhea, children under five.

2

PENDAHULUAN

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi.

Survei morbiditas yang pernah dilakukan oleh Departemen Kesehatan dari tahun
2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidensi yang menibgkat. Pada tahun 2000
IR penyakit diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000
penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi
411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi,
dengan Case Fatality Rate (CFR) yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi
KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang
(CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus
5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010
terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan
kematian 73 orang (CFR 1,74 %.)1.
Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development
Goals (MDG’s) khususnya sasaran ke 4 adalah menurunkan kematian anak
menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar
dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama
kematian anak anak Balita di Indonesia.1
Salah satu penyebab diare adalah kebiasaan atau perilaku masyarakat yang
tidak higienis seperti kebiasaan buang air besar (BAB) yang tidak memperhatikan
aspek kesehatan. Berdasarkan hasil studi Indonesian Sanitation Sector

Development Program (ISSDP) pada tahun 2006 menunjukkan bahwa 47 %
masyarakat masih berperilaku buang air besar (BAB) di sungai, kolam, kebun dan
tempat terbuka. Perilaku ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
rendahnya kualitas air minum secara biologis.2
Faktor perilaku yang tidak sehat bila didukung dengan kondisi sarana
sanitasi lingkungan yang tidak sehat pula, akan meningkatkan risiko terjadinya
penularan penyakit diare. Kondisi jamban yang sehat mutlak diperlukan karena
dalam tinja manusia terkandung berbagai macam mikroorganisme yang berbahaya
3

bagi kesehatan. Demikian halnya dengan Saluran Pembuangan Air Limbah
(SPAL) yang merupakan limbah cair rumah tangga yang banyak mengandung
bahan organik sehingga memungkinkan berkembangbiaknya organisme penyebab
penyakit dan dapat mencemari sumber air bersih.3
Kondisi tempat sampah yang tidak sehat khususnya sampah yang berasal
dari dapur yang mudah membusuk merupakan makanan bagi vektor penyakit
seperti tikus dan lalat. Lalat merupakan salah satu vektor penyakit saluran
pencernaan seperti typhus abdominalis, diare dan dysentri.4
Kecamatan Jetis merupakan salah satu kecamatan di Kota Yogyakarta yang
memilki kejadian diare cukup tinggi selama Tahun 2009 yaitu mencapai 791 kasus

dimana 285 kasus (36%) terjadi pada usia Balita. 5 Selama tahun 2011 kasus diare
di Kecamatan Jetis tercatat mencapai 607 kasus dan 134 kasus (22%) diantaranya
terjadi pada usia Balita. 6
Tujuan penelitian ini untuk membuktikan kualitas bakteriologis air
minum, perilaku sanitasi

ibu (higiene perorangan,kebiasaan dalam memberi

makan anak Balita, pengelolaan air minum) dan sarana sanitasi lingkungan
(sarana pembuangan tinja, saluran pembuangan air limbah, sarana pembuangan
sampah) sebagai faktor risiko kejadian diare pada anak Balita di Kecamatan Jetis
Kota Yogyakarta.
CARA PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan kasus
kontrol.7 Kasus adalah ibu yang memiliki anak balita berusia 12-