dokumen 1 pull . docx

[email protected]

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang selanjutnya disingkat KTSP
adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masingmasing satuan pendidikan. Seiring dengan perkembangan pendidikan di Indonesia
dengan lahirnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 Tahun
2014 dan Nomor 161 Tahun 2014 dan Keputusan Menteri Agama Nomor 207
tahun 2014, maka berimplikasi bahwa madrasah harus memprsiapkan diri untuk
melaksanakan kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013, maka diperlukan
suatu pedoman bagi madrasah dalam rangka penyusunan dan pengembangan
dokumen KTSP pada setiap tahun pelajaran.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah disusun oleh satuan
pendidikan dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) dan Kantor Kementerian Agama Provinsi Jawa
Barat, sedangkan Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara
yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Madrasah Tsanawiyah Al Huda Jampangkulon Kabupaten Sukabumi sebagai
satuan pendidikan menengah di lingkungan Kementerian Agama perlu menyusun
dan mengembangkan Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Al Huda Jampangkulon
yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
Yunadi Citalaksana, S.Pd.

[email protected]

penilaian pendidikan).

Penyusunan dan Pengembangan Kurikulum Madrasah


Tsanawiyah Al Huda Jampangkulon dimaksudkan untuk menjamin pencapaian
tujuan pendidikan nasional dan tujuan Madrasah Tsanawiyah Al Huda
Jampangkulon.
Pengembangan Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Al Huda Jampangkulon
melibatkan seluruh warga madrasah (Kepala, Guru, dan Staff) dan pemangku
kepentingan lain (Yayasan, Komite Madrasah/Orang Tua Murid dan Konselor).
Melalui Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Al Huda Jampangkulon ini diharapkan
pelaksanaan program-program pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Al Huda
Jampangkulon sesuai dengan potensi daerah dan lingkungan madrasah,
karakteristik dan kebutuhan peserta didik dalam mewujudkan peserta didik yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Diharapkan juga
bahwa dengan terwujudnya Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Al Huda
Jampangkulon ini dapat mendongkrak peningkatan mutu pendidikan dengan
indikator meningkatnya prestasi akademik maupun non akademik di Madrasah
Tsanawiyah Al Huda Jampangkulon.
Madrasah merupakan pusat pengembangan budaya. Madrasah Tsanawiyah
Al Huda Jampangkulon mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
sebagai satu kesatuan kegiatan pendidikan yang terjadi di madrasah. Nilai-nilai

yang dimaksud di antaranya religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial dan
lingkungan, serta tanggung jawab. Nilai-nilai melingkupi dan terintegrasi dalam
seluruh kegiatan pendidikan sebagai budaya madrasah.
B. LANDASAN HUKUM
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas
peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses
Yunadi Citalaksana, S.Pd.

1

[email protected]

1

pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik
dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.
Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa

Arab di Madrasah dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan
dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia
Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan
secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan
manusia

yang

berkualitas.

Berdasarkan

hal

tersebut,

Kurikulum

2013


dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:
a. Pendidikan madrasah (MI, MTs dan MA) di Jawa Barat memiliki akar
budaya keberagamaan dan kekhasan masyarakat Jawa Barat dalam
menentukan masa depan bangsa. Demikian pula kurikulum yang
dikembangkan di madrasah perlu memberikan kesempatan luas bagi
peserta didik untuk menjadi pewaris budaya bangsa dan dibarengi dengan
penguasaan kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan
masa depan. Oleh karena itu Kurikulum Madrasah harus merupakan
kerangka pembudayaan keberagamaan nasional dan daerah sebagai ciri
khas pendidikan madrasah;
b. Kurikulum sebagai komponen pendidikan yang dapat mewariskan budaya
melalui penguasaan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dalam bentuk
mata pelajaran. Penyusunan KTSP perlu memberikan rambu-rambu
perencanaan dan pengaturan pendidikan di madrasah dalam penguasaan
disiplin ilmu, baik ilmu umum maupun ilmu agama secara integratif;
c. Kurikulum disusun dan dikembangkan untuk pendidikan yang
menyiapkan generasi mendatang yang mampu menyelesaikan masalah
sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat yang
lebih baik. KTSP di madrasah perlu menyiapkan perencanaan dan

pengaturan pendidikan madrasah dalam menyiapkan generasi mendatang
yang berkontribusi terhadap perbaikan situasi dan kondisi kehidupan
social budaya.

Yunadi Citalaksana, S.Pd.

[email protected]

1

d. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan
bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia
yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan
untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa
depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu
menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa
kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan
generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi
muda


bangsa

menjadi

tugas

utama

suatu

kurikulum.

Untuk

mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik,
Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan
kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu
bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris

budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat
dan bangsa masa kini.
e. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut
pandangan filosofi ini, prestasi anak bangsa di berbagai bidang kehidupan
di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum
untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi
dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan
akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar,
dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan
oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis
serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan
berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013
memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan
rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi,

Yunadi Citalaksana, S.Pd.

[email protected]


dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan
berbangsa masa kini.
f. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran
adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan
kurikulum memiliki nama mata pelajaran yang sama dengan nama disiplin
ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan
kecemerlangan akademik.
g. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang
lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi
untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini,
Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik
menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah
sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat
demokratis yang lebih baik.
Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di
atas dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama,

seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang
sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan
umat manusia.
2. Landasan Teoritis Kurikulum
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan
standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi
(competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan
adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara yang dirinci
menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis
Yunadi Citalaksana, S.Pd.

1

[email protected]

1

kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi

peserta

didik

dalam

mengembangkan

kemampuan

untuk

bersikap,

berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught
curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan
pembelajaran di madrasah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar
langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang,
karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung
individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar
seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:
a.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

b.
c.

Nasional;
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Pendidikan Nasionalsebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah

d.

Nomor 19 Tahun 2005;
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

e.

Penyelenggaraan Pendidikan;
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang

f.

Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah;

Yunadi Citalaksana, S.Pd.

[email protected]

1

g.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang

h.

Standar Penilaian;
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang

i.

Standar Proses;
Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 tentang Organisasi

j.

dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama;
Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013

k.

Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah;
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013

l.

tentang Standar Kompetensi Lulusan;
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013

tentang

tentang Standar Isi;
m. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
n.

tentang Standar Proses;
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013

o.

tentang Standar Penilaian;
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 Tahun 2014
tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar

p.

dan Pendidikan Menengah;
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62 Tahun 2014
tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan

q.

Pendidikan Menengah;
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014
tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler

r.

Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2014

s.

tentang Peminatan pada Pendidikan Menengah;
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun
2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan

t.

Menengah;
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun
2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan

u.

Dasar dan Pendidikan Menengah;
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun
2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum
2013;
Yunadi Citalaksana, S.Pd.

[email protected]

v.

1

Peraturan Menteri Agama Nomor

207 Tahun 2014 tentang

Kurikulum Madrasah;
w. Keputusan Menteri Agama Nomor 165 Tahun 2014 tentang Pedoman
Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Bahasa Arab;
C. TUJUAN PENYUSUNAN KURIKULUM
Penyusunan Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Al Huda Jampangkulon
Kabupaten Sukabumi ini bertujuan untuk mewujudkan kurikulum implementatif
sebagai :
1.

Acuan pelaksanaan proses pendidikan untuk mencapai visi Madrasah
Tsanawiyah Al Huda Jampangkulon Kabupaten Sukabumi ;

2.

Acuan pelaksanaan proses pembelajaran untuk menghasilkan mutu lulusan
yang berwawasan lingkungan, cerdas dan santun berbahasa berdasarkan
keimanan, ketaqwaan serta membentuk generasi muslim yang beriman,
bertaqwa,

religius,

terampil,

kreatif,

dan

inovatif

sejalan

dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
3.

Acuan bagi guru dalam mengembangkan silabus dan rencana pembelajaran;

4.

Pedoman pelaksanaan proses

penilaian

peserta didik

di Madrasah

Tsanawiyah Al Huda Jampangkulon Kabupaten Sukabumi;
5.

Dasar pelaksanaann evaluasi dan program tindak lanjut dalam mewujudkan
pendidikan yang lebih berkualitas di Madrasah Tsanawiyah Al Huda
Jampangkulon Kabupaten Sukabumi.

D. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Al Huda Jampangkulon terdiri dari dua
kurikulum yang dikembangkan yaitu Kurikulum 2013 untuk kelas VII dan VIII
dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk kelas IX. Prinsip
pengembangan kurikulum dikembangkan sesuai dengan relevansi setiap
kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi.

Yunadi Citalaksana, S.Pd.

[email protected]

1

Pengembangan Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Al Huda Jampangkulon
mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kelulusan (SKL), serta berpedoman
pada penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, dan petunjuk teknis dari
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, serta memperhatikan
pertimbangan Komite Madrasah.
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya
mencakup:perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan

kurikulum adalah

langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat
keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan
digunakan oleh guru dan peserta didik.Penerapan Kurikulum atau biasa disebut
juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke
dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulummerupakan tahap akhir dari
pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil
pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan,
dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak
hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja,
namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha,
orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa
berkepentingan dengan pendidikan.
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan
kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan
menjiwai suatu kurikulum. Dalampengembangan kurikulum, dapat menggunakan
prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru
menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi
kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan
prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga
pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang
digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsipprinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok :
(1) prinsip – prinsip umum: relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan
Yunadi Citalaksana, S.Pd.

[email protected]

1

efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan
pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan
dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan
media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan
penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima
prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
1. Prinsip relevansi;
Secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponenkomponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi).
Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki
relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi
epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta
tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
2. Prinsip fleksibilitas;
Dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan
memiliki

sifat

luwes,

lentur

dan

fleksibel

dalam

pelaksanaannya,

memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan
kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan
latar bekang peserta didik.
3. Prinsip kontinuitas;
Adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun
secara

horizontal.

Pengalaman-pengalaman

belajar

yang

disediakan

kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat
kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan
jenis pekerjaan.
4. Prinsip efisiensi;
Mengusahakan

agar

dalam

pengembangan

kurikulum

dapat

mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara
optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5. Prinsip efektivitas;

Yunadi Citalaksana, S.Pd.

[email protected]

Mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan
tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat
sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik
disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik serta tuntutan lingkungan.
2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa
membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial
ekonomi dan gender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan
lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan
dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat
dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan
Yunadi Citalaksana, S.Pd.

1

[email protected]

kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan,
dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan
pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik,
dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan.
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat.
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal
dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang
selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional
dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus
saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal
Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Al Huda Jampangkulon untuk kelas 7 dan
kelas 8 (Kurikulum Nasional) sedangkan kelas 9 (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki
posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan
tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,
Yunadi Citalaksana, S.Pd.

1

[email protected]

1

perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan.
b. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa
membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial
ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib
kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta
disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar
substansi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat
dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan
kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan

kemasyarakatan,

dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan
pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik,
dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal
Yunadi Citalaksana, S.Pd.

[email protected]

dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang
selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan global, nasional dan lokal
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan global,
nasional dan lokal untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling
mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Al Huda untuk kelas VII dan VIII
(Kurikulum 2013) memiliki latang belakang yang kemudian dijadikan prinsip
pengembangan kurikulum sebagai berikut:
a. Pengertian Kurikulum
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama
adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran.
Sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran.
b. Rasional Pengembangan
1) Tantangan Pengembangan
Pendidikan Agama Islam sangat dibutuhkan bagi umat Islam, agar
dapat memahami secara benar ajaran Islam sebagai agama yang sempurna
(kamil), kesempurnaan ajaran Islam yang dipelajari secara integral (kaffah)
diharapkan dapat meningkatkan kualitas umat Islam dalam keseluruhan
aspek kehidupanya. Agar ajaran Islam dapat dipelajari secara efektif dan
efisien, maka perlu dikembangkan kurikulum pendidikan agama Islam
sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Demikian pula dengan
mata pelajaran Bahasa Arab yang sangat diperlukan sebagai alat untuk
Yunadi Citalaksana, S.Pd.

1

[email protected]

mempelajari dan mendalami sumber-sumber primer dari Pendidikan
Agama Islam yang menggunakan Bahasa Arab terutama Mata Pelajaran
Al-Qur’an dan Hadis.
Selain adanya ketentuan legal-formal yang mengharuskan adanya
perubahan dan penyempurnaan kurikulum, masyarakat Indonesia dan
masyarakat dunia mengalami perubahan yang sangat cepat dan dalam
dimensi yang beragam terkait dengan kehidupan individual, masyarakat,
bangsa, dan umat manusia. Fenomena globalisasi yang membuka batasbatas fisik (teritorial) negara dan bangsa dipertajam dan dipercepat oleh
kemajuan teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi.
Kemajuan ilmu pengetahuan memperkuat dampak globalisasi dan
kemajuan teknologi tersebut. Perubahan yang terjadi dalam dua dasawarsa
terakhir mengalahkan kecepatan dan dimensi perubahan yang terjadi
dalam kehidupan manusia di abad-abad sebelumnya. Perubahan tersebut
telah menjangkau kehidupan manusia dari tingkat global, nasional, dan
regional serta dari kehidupan sebagai umat manusia, warga negara,
anggota masyarakat dan pribadi.
Perubahan dan penyempurnaan tersebut menjadi penting seiring
dengan kontinuitas segala kemungkinan yang terjadi berkaitan dengan
perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya
pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Jenlink
(1995) mengungkapkan bahwa masa depan akan berbeda secara dramatis
dari masa sekarang, dan itu akan menuntut untuk dipersiapkan antisipasi
terjadinya perubahan penting pada kehidupan. Dengan terjadinya
perubahan tersebut diperlukan usaha untuk mengalihkan pola pikir dalam
menatap tentang dunia yang begitu cepat mengalami perubahan hingga
saat ini dan yang akan datang.
Pendidikan yang dalam hal ini kurikulum madrasah sebagai the heart
of education (Klein, 1992) harus mempersiapkan generasi bangsa yang
mampu hidup dan berperan aktif dalam kehidupan lokal, nasional, dan
lokal yang mengalami perubahan dengan cepat tersebut. Sebagaimana
Yunadi Citalaksana, S.Pd.

1

[email protected]

1

diungkapkan oleh Oliva (1982), kurikulum perlu memperhatikan
perubahan yang terjadi di masyarakat, ilmu pengetahuan, kepemimpinan,
dan politik. Perubahan yang dikemukakan di atas memberikan landasan
kuat bagi perubahan suatu kurikulum di lingkungan madrasah.
Kenyataan adanya amanat legal dan kehidupan manusia yang berubah
cepat yang menyebabkan perubahan dan penyempurnaan kurikulum
madrasah merupakan suatu keniscayaan yang tak dapat dihindari. Atas
dasar itu, rancangan konseptual dan kontekstual penyempurnaan
kurikulum menjadi suatu keniscayaan yang harus disiapkan secara matang.
Dengan adanya dokumen kurikulum Pendidikan Agama Islam dan
Bahasa

Arab

ini,

Kementerian

Agama

telah

berupaya

untuk

mentransformasikan pemikiran yang menjembatani segala sesuatu yang
telah ada saat ini (what it is) dengan segala sesuatu yang seharusnya ada di
masa yang akan datang (what should be next) dalam suatu rancangan
kurikulum yang fungsional dan aktual dalam kehidupan.
Sesuai dengan arah kebijakan dan penugasan secara khusus,
selanjutnya Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menjabarkan aspek yang
berkenaan dengan pengembangan kurikulum dan penguatan pelaksanaan
kurikulum satuan pendidikan dengan melakukan rekonseptualisasi ide
kurikulum, desain kurikulum, implementasi kurikulum, dan evaluasi
kurikulum.
Rekonseptualisasi

ide

kurikulum

merupakan

penataan

ulang

pemikiran teoritik kurikulum berbasis kompetensi. Teori mengenai
kompetensi dan kurikulum berbasis kompetensi diarahkan kepada pikiran
pokok bahwa konten kurikulum adalah kompetensi, dan kompetensi
diartikan sebagai kemampuan melakukan sesuatu (ability to perform)
berdasarkan

sikap,

keterampilan,

dan

pengetahuan.

Hal

tersebut

terumuskan dalam Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Ketetapan yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian
Agama memperlihatkan arah yang jelas bahwa kurikulum baru yang
dikembangkan perlu mempedulikan aspek-aspek potensi manusia yang
Yunadi Citalaksana, S.Pd.

[email protected]

1

terkait dengan domain sikap untuk pengembangan soft-skills yang
seimbang dengan hard-skills, seiring dengan ruh Pendidikan Agama Islam
itu sendiri.
Desain pengembangan kurikulum baru harus didasarkan pada
pengertian bahwa kurikulum adalah suatu pola pendidikan yang utuh
untuk jenjang pendidikan tertentu. Desain ini menempatkan mata pelajaran
sebagai

organisasi

mempengaruhi.

konten

Desain

kurikulum

kurikulum

yang

yang

terbuka

akan

dan

saling

digunakan

untuk

mengembangkan kurikulum baru harus mampu mengaitkan antar konten
kurikulum baik yang bersifat horizontal maupun vertikal.
Selanjutnya dalam pengembangan kurikulum keseluruhan dimensi
kurikulum, yaitu ide, desain, implementasi dan evaluasi kurikulum,
direncanakan dalam satu kesatuan. Hal inilah sebenarnya yang menjadi inti
dari pengembangan kurikulum (curriculum development).
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai
tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan
eksternal. Di samping itu, dalam menghadapi tuntutan perkembangan
zaman, perlu adanya penyempurnaan pola pikir dan penguatan tata kelola
kurikulum serta pendalaman dan perluasan materi. Selain itu yang tidak
kalah pentingnya adalah perlunya penguatan proses pembelajaran dan
penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa
yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.
2) Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan
dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8
(delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan,

standar

sarana

dan

prasarana, standar pengelolaan,

standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Tantangan

internal

lainnya

terkait

dengan

perkembangan

penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
Yunadi Citalaksana, S.Pd.

[email protected]

1

Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15 - 64 tahun)
lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0 - 14 tahun
dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia
produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020 - 2035 pada
saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang
dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia
usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi
sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan
melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.
3) Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan
berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan
teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi
akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan
tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern
seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association
of Southeast

Asian

Nations

(ASEAN)

Community,

Asia-Pacific

Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area
(AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan
ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi,
dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam
studi International Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) dan Program for

International

Student Assessment

(PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak
Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang
dikeluarkan TIMSS

dan

PISA.

Hal

ini

disebabkan

antara

lain

banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak
terdapat dalam kurikulum Indonesia.
4) Penyempurnaan Pola Pikir

Yunadi Citalaksana, S.Pd.

[email protected]

1

Untuk memenuhi pengembangan kerangka berpikir yang sesuai
dengan kebutuhan, maka kurikulum 2013 dikembangkan dengan
penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:
a) pola pembelajaran

yang berpusat pada

guru menjadi

pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus
memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk
memiliki kompetensi yang sama;
b) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik)
menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didikmasyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya);
c) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara
jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan
dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui
internet);
d) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari
(pembelajaran peserta didik aktif mencari semakin diperkuat
dengan model pembelajaran pendekatan sains);
e) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
f)

pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis
alat multimedia;

g) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan
pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi
khusus yang dimiliki setiap peserta didik;
h) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline)
menjadi

pembelajaran

ilmu

pengetahuan

jamak

(multidisciplines); dan
i)

pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

5) Penguatan Tata Kelola
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan
kurikulum sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum
2013 diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh
Yunadi Citalaksana, S.Pd.

[email protected]

1

karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola
sebagai berikut:
a) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata
kerja yang bersifat kolaboratif;
b) penguatan

manajeman

madrasah

melalui

penguatan

kemampuan manajemen kepala madrasah sebagai pimpinan
kependidikan (educational leader); dan
c) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen
dan proses pembelajaran.
6) Penguatan Materi
Penguatan materi sebagai proses tersistem dalam pembelajaran
untuk memberikan bobot penguasaan materi esensial ataupun non
esensial. Penguatan materi dimaksudkan untuk memperdalam dan
memperluas tingkat penguasaan sesuai kompetensi dasar. Secara
operasional penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman
dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.

E. ACUAN OPERASIONAL PENYUSUNAN KURIKULUM
Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Al Huda Jampangkulon disusun dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut;
1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar
pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun
yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan
iman dan takwa serta akhlak mulia.
2.

Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik

Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat
manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif,
psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum
Yunadi Citalaksana, S.Pd.

[email protected]

1

disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat,
kecerdasan intelektual, emosional dan sosial, spritual, dan kinestetik peserta
didik.
3.

Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman

karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan
sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh
karena

itu,

kurikulum

harus

memuat

keragaman

tersebut

untuk

menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan
daerah.
4.

Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan

yang otonom dan demokratis perlu memperhatikan keragaman dan
mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan
nasional. Untuk itu, keduanya harus ditampung secara berimbang dan saling
mengisi.

5.

Tuntutan dunia kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya

pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai
kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup
untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja. Hal ini sangat
penting terutama bagi satuan pendidikan kejuruan dan peserta didik yang
tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
6.

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa

masyarakat berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai
penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan
adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan
dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus
Yunadi Citalaksana, S.Pd.

[email protected]

1

dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan
perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
7.

Agama
Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman

dan taqwa serta akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan
kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua mata
pelajaran harus ikut mendukung

peningkatan iman, taqwa dan akhlak

mulia.
8.

Dinamika perkembangan global
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu

maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar
bebas. Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat memerlukan individu
yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk
hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain.
9.

Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan

kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya
memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh
karena itu, kurikulum harus mendorong berkembangnya wawasan dan sikap
kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa
dalam wilayah NKRI.
10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman
budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat harus terlebih
dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa
lain.
11. Kesetaraan Jender
Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang
berkeadilan dan memperhatikan kesetaraan jender.
12. Karakteristik satuan pendidikan
Yunadi Citalaksana, S.Pd.

[email protected]

1

Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan,
kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.
F.

PROFIL MADRASAH TSANAWIYAH AL HUDA
1. Sejarah Madrasah
Pada tahun 1974 salah satu tokoh masyarakat Jampangkulon mendirikan

sekolah yang terletak di kampung Panglayungan Jampangkulon, pada awal
permulaan berdirinya lembaga pendidikan ini adalah PGA. Pada awal tahun 1997
sekolah mengalami kemajuan yang pesat sehingga memerlukan tempat yang lebih
luas dibandingkan tempat yang sebelumnya, sekolah kemudian dipindahkan ke
kampung Cibarusah.
Awal berdirinya Madrasah Tsanawiyah ini diberi nama Madrasah
Tsanawiyah Al Ma’arif. Madrasah ini berdiri di bawah naungan Yayasan. Pada
tahun 1997 Madrasah berubah nama menjadi Madrasah Tsanawiyah Al Huda
Jampangkulon hal ini tersebut dikarenakan Madrasah tersebut dikelola oleh
Yayasan Pendidikan dan Sosial Islam (YAPSI) Al Huda. YAPSI Al Huda adalah
yayasan yang dimiliki oleh keluarga besar yaitu Mualim Ganda Al Huda (Alm).
2. Identitas Madrasah
a. Nama Madrasah
b NSM
12123202009
.
b

NPSN

.
c. Alamat

: MTs AL HUDA JAMPANGKULON

1
: 20277806
: Jalan
RT/RW
Desa
Kecamatan
Kabupaten
Provonsi
Kode POS
No. Telp
Website
E-mail

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Raya Cibarusah
24/08
Tanjung
Jampangkulon
Sukabumi
Jawa Barat
43178
0266 490246
[email protected]
d

Yunadi Citalaksana, S.Pd.

[email protected]

d

1

Yayasan : YAYASAN AL HUDA JAMPANGKULON

.
Alamat

: Jalan

: Raya

RT/RW
Kelurahan
Kecamatan
Kabupaten
Provonsi
Kode POS
No. Telp
Website
E-mail

:
:
:
:
:
:
:
:
:

Jampangkulon

Kp.

Panglayungan
24/08
Jampangkulon
Jampangkulon
Sukabumi
Jawa Barat
43178
[email protected]

d
3. Kepala Madrasah Setiap Periode
No
.
1.
2.
3.

Nama Kepala Madrasah

Periode

Pan Supaendie
Oom Komariah, S.Pd.
Bilal Abdullah Mukarom, S.Pd.I

1976 – 2007
2007 – 2011
2011 - sekarang

4. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
a.

Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan Madrasah Tsanawiyah Al
Huda

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Nama
Bilal Abd. Mukarom, S.Pd.I
Asep Abd. Aziz, S.Pd.I.
Iis Maesaroh, S.IP.
Dasep TH., S.Ag
Ali Sadikin, S.Stat.
Iksan Kurniawan, S.Pd.
Yunadi Citalaksana, S.Pd.
Laesaria, S.Pd.
Saepudin, A.Md.
Yuli, S.Pd.
Endang Tristiani, S.Pd.I
Sadam Anugrah, S.Pd.
Acep Hamdan BZ., S.Pd.I

L/

Status

P

Pendidikan

L
L
P
L
L
L
L
P
L
P
P
L
L

S1/PAI
S1/PAI
S1/IAN
S1/PAI
S1/STATISTIK
S1/PAI
S1/MIPA
S1/PAI
D3/akuntansi
S1/ekonomi
S1/PAI
S1/PJKR
S1

Yunadi Citalaksana, S.Pd.

Fungsiona
Jabatan

l/

Kamad
GMP
GMP
GMP
GMP
GMP
GMP
GMP
GMP
GMP
GMP
GMP
GMP

Sertifikasi
Sertifikasi
Sertifikasi
Sertifikasi
Sertifikasi
Sertifikasi
Sertifikasi
Sertifikasi
Sertifikasi
Sertifikasi
Sertifikasi
fungsional
-

[email protected]

14.
15.
16.
17.
18
19

Sunandar, S.Pd.I
Muroh Ratnasari, S.Pd.I
Dudi Dacep S., S.Sos
Nasrudin, S.Pd.I
Asep Purnama, S.Pd.I
Neni Kartika, S.Pd.I
b.

1

L
P
L
L
L
P

S1/PAI
S1/PAI
S1/Sospol
S1/PAI
S1/PAI
S1/PAI

GMP
GMP
GMP
GMP
GMP
GMP

-

Tenaga Pendidik Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan
Jumlah

tenaga

pendidik

Madrasah

Tsanawiyah Al

Huda

Jampangkulon Kabupaten Sukabumi dan kualifikasinya pada tahun
pelajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut :
No
1
2
3
4

c.

Tingkat
Pendidikan
S1
S2
D3
SMA
Jumlah

Jumlah dan Status Guru
PNS / GT
GTT
L
P
L
P
12
6
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
13
6
0
0

Jumlah
18
0
1
0
19

Tenaga Kependidikan Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan
Jumlah tenaga kependidikan Madrasah Tsanawiyah Al Huda

Kabupaten Sukabumi dan kualifikasinya pada tahun pelajaran 2016/2017
adalah sebagai berikut :
No

Tingkat
Pendidikan

1
2
3
4
5

S1
D3
D2
D1
SMA/Sederajat
Jumlah

Jumlah Staf Tata Usaha
PNS / GT
GTT
L
P
L
P
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
2
1
0
0

Jumlah
1
0
0
0
2
3

Pada tahun 2016 diharapkan tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan
Madrasah Tsanawiyah Al Huda Jampangkulon Kabupaten Sukabumi memiliki
jumlah dan kualifikasi akademik sebagai berikut :
a.

sebanyak 100 % tenaga pendidik memiliki kualifikasi pendidikan S1;
Yunadi Citalaksana, S.Pd.

[email protected]

b.

1

sebanyak 30 % tenaga kependidikan memiliki kualifikasi pendidikan
S1;

c.

jumlah guru sebanyak 19 orang.

5. Data Peserta Didik
a.

Data Peserta Didik dari Tahun ke Tahun

Data Peserta Didik Madrasah Tsanawiyah Al Huda Jampangkulon
6 Tahun Terakhir
KELAS VII
Tahun
Jml
Jml
Pelajaran Sisw Rombe
a
l
2011/2012 65
2
2012/201 78
3

KELAS VIII
Jml
Jml
Sisw Rombe
a
l
59
2
80
3

KELAS IX
Jml
Jml
Sisw Rombe
a
l
60
2
69
2

JUMLAH
Jml
Jml
Sisw Rombe
a
l
184
6
227
8

3
2013/201

93

3

83

3

76

2

252

8

4
2014/201

95

3

96

3

52

2

243

8

5
2015/201

87

3

98

3

63

3

248

9

6
2016/201

60

2

85

3

75

3

210

9

7
6. Sarana dan Prasarana
a. Profil Ruang Kelas

Ukura
n
7x9
m² (a)

Ukura
n
>63
m² (b)

Ukura
n