Pengaruh Pemberian NAA (Naphtalene-3-Acetic-Acid) dan Nutrisi Untuk Pemulihan Kering Alur Sadap (KAS) pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Quick Starter dan Slow Starter

46

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) termasuk dalam famili
Euphorbiaceae, disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun
hapea. Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai
sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah.
Upaya peningkatan produktivitas tanaman tersebut terus dilakukan terutama
dalam bidang teknologi budidaya dan pasca panen (Iskandar, 1984).
Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Barang yang
dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil,
traktor, hingga pesawat terbang) sepatu karet, sabuk, penggerak mesin besar dan
mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam
(Verheye, 2010).
Karet alam yang berwujud cair disebut lateks. Lateks atau getah karet
terdapat di dalam pembuluh-pembuluh lateks (sel-sel latisifer) yang letaknya
menyebar secara melingkar di bagian luar lapisan kambium pada jaringan floem.
Lateks diperoleh dengan membuka atau menyayat lapisan korteks. Penyayatan
lapisan korteks tanaman karet dikenal sebagai proses penyadapan, yaitu suatu
tindakan membuka pembuluh lateks agar lateks yang terdapat di dalam tanaman

dapat keluar (Syamsulbahri, 1996).
Seperti pada tanaman lain, berbagai kondisi fisiologis tanaman dan
penyakit patogen mempengaruhi produksi karet alam. Kering Alur Sadap (KAS)
atau tapping panel dryness (TPD) merupakan kejadian tanaman karet yang tidak
menghasilkan atau mengalirkan lateks. Karena pengurasan yang begitu intensif,

Universitas Sumatera Utara

46

maka kemampuan tanaman meregenerasi lateks termasuk di dalamnya bahanbahan organik menjadi tidak seimbang. Kondisi tanaman yang demikian disebut
kelelahan fisiologis (physiological fatigue), dimana merupakan awal dari kejadian
Kering Alur Sadap (KAS) (Tistama, 2013).
Kering Alur Sadap (KAS) adalah salah satu ancaman paling serius
terhadap produksi karet alam yang diperkirakan memberikan kontribusi 15%-20%
hilangnya produksi. Sementara pada tanaman produktif, kehilangan mencapai
20%-25%, di hampir semua wilayah perkebunan karet. KAS merupakan isu yang
sangat spesifik pada pohon karet, yang dicirikan berhentinya aliran lateks (kulit
kering) dan pengurangan bidang penyadapan (Jacob and Krishnakumar, 2006).
Bahan-bahan organik utama yang ikut keluar dalam lateks adalah protein,

gula, dan karoten, sedangkan unsur makro dan mikro yang ikut keluar dalam
lateks yaitu N, P, K, Mg, Mn, Zn, dan lain-lain. Kemampuan jaringan pembuluh
lateks untuk meregenerasi bahan organik yang keluar tersebut membutuhkan
waktu 24-72 jam (d’Auzac and Jacob, 1989). Tanaman yang mengalami
pengurasan secara intensif atau penyadapan yang terlalu sering mengakibatkan
terganggunya jaringan pembuluh lateks pada kulit untuk meregenerasi bahan
organik sehingga berkurangnya asupan protein, gula, karoten danhara makro
maupun mikro yang berdampak pada penurunan produktivitas lateks dimana
keadaan ini merupakan penyebab dari kejadian Kering Alur Sadap (KAS), oleh
karena itu pemberian nutrisi sangat diperlukan untuk pemenuhan asupan bahan
organik serta pemulihan kulit dari kejadian Kering Alur Sadap (KAS).
Pada tanaman terdapat senyawa-senyawa organik yang mempengaruhi
proses-proses fisiologis tubuhnya yang disebut dengan hormon. Salah satuhormon

Universitas Sumatera Utara

46

utama adalah auksin. Auksin berperan untuk menstimulasi perpanjangan sel
dalam pertumbuhan primer, juga mempengaruhi pertumbuhan sekunder, termasuk

pembelahan sel di dalam kambium pembuluh, dan dengan mempengaruhi
differensiasi xilem dan floem (Dewi, 2008). Dengan kata lain tanaman karet yang
mengalami kejadian Kering Alur Sadap (KAS), jaringan pembuluh lateks yang
menyebar di bagian luar lapisan kambium pada jaringan floem tidak mampu
memproduksi lateksdengan stabil. Dengan adanya pemberian hormon auksin
secara teratur dapat memacu differensiasi dan pembelahan sel pada jaringan floem
sehingga dapat mempengaruhi terbentuknya jaringan pembuluh lateks yang baru.
Adanya jaringan pembuluh lateks yang baru dapat menstabilkan kembali
produktivitas lateks pada tanaman karet.
Penelitian tentang pemakaian hormon untuk merangsang aktivitas
kambium tanaman karet sehingga pemulihan kulit lebih cepat tercapai sudah
pernah dilakukan. Menurut Brown (1971) dan Webster dan Radin (1972) hormon
memiliki peran yang sangat penting dalam stimulasi aktivitas kambium. Jenis
hormon apa yang berperan dan berapa konsentrasi yang efektif untuk merangsang
aktivitas kambium tergantung pada jenis tanaman dan fase pertumbuhannya
(Waering dan Philips, 1981). Adanya meristem apikal, maka auksin menekan
pertumbuhan tunas aksilar (Nurhawaty et al., 1985).
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian guna mengetahui pengaruh pemberian hormon NAA (Naphtalen Acetic
Acid)dan nutrisi untuk pemulihan Kering Alur Sadap (KAS) pada tanaman

karetquick starter dan slow starter.

Universitas Sumatera Utara

46

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian NAA (Naphtalene-3-Acetic-Acid)
dan nutrisi untuk pemulihan Kering Alur Sadap (KAS) pada tanaman karet quick
starter dan slow starter.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh yang nyata antara metabolisme tanaman karet, pemberian
hormon NAA, pemberian nutrisi, dan interaksi antara ketiganya terhadap
pemulihan tanaman karet dari KAS.
Kegunaan Penulisan
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi
pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara


Dokumen yang terkait

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Media Ms Dengan Pemberian Benzil Amino Purin (Bap) Dan Naftalen Asam Asetat (Naa)

9 88 81

Induksi Tunas Mikro TanamanKaret (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Medium WPM dengan Pemberian Benzil Amino Purin (BAP) Dan Naftalen Asam Asetat (NAA)

0 44 74

Respons Morfologi Benih Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Tanpa Cangkang terhadap Pemberian PEG 6000 dalam Penyimpanan pada Dua Masa Pengeringan

2 90 58

Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Pupuk Organik Cair.

15 91 108

Pengaruh Pemberian NAA (Naphtalene-3-Acetic-Acid) dan Nutrisi Untuk Pemulihan Kering Alur Sadap (KAS) pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Quick Starter dan Slow Starter

0 7 108

Pengaruh Pemberian NAA (Naphtalene-3-Acetic-Acid) dan Nutrisi Untuk Pemulihan Kering Alur Sadap (KAS) pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Quick Starter dan Slow Starter

0 4 11

Pengaruh Pemberian NAA (Naphtalene-3-Acetic-Acid) dan Nutrisi Untuk Pemulihan Kering Alur Sadap (KAS) pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Quick Starter dan Slow Starter

0 0 2

Pengaruh Pemberian NAA (Naphtalene-3-Acetic-Acid) dan Nutrisi Untuk Pemulihan Kering Alur Sadap (KAS) pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Quick Starter dan Slow Starter

0 0 17

Pengaruh Pemberian NAA (Naphtalene-3-Acetic-Acid) dan Nutrisi Untuk Pemulihan Kering Alur Sadap (KAS) pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Quick Starter dan Slow Starter

0 0 4

Pengaruh Pemberian NAA (Naphtalene-3-Acetic-Acid) dan Nutrisi Untuk Pemulihan Kering Alur Sadap (KAS) pada Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Quick Starter dan Slow Starter

0 0 50