Pengaruh Desinfeksi Gigitiruan dengan Energi Microwave dan Larutan Kumur Klorheksidin terhadap Jumlah Candida albicans pada Pemakai Gigitiruan Penuh Resin Akrilik Polimerisasi Panas
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kondisi rongga mulut yang sehat adalah kondisi normal rongga mulut yang
tetap terpelihara dengan baik, yaitu bebas dari penyakit periodontal, karies, sisa akar,
serta tambalan. Gigi merupakan organ manusia yang terpenting, karena tanpa gigi
geligi manusia tidak dapat mengunyah makanan dengan tekstur dan nilai gizi yang
berbeda-beda (Zarco dkk. 2011). Dalam rongga mulut manusia juga terdapat banyak
mikroflora normal yang berperan aktif dalam pemeliharaan rongga mulut agar tetap
sehat dan mencegah terjadinya kolonisasi oleh mikroorganisme eksogen. Mikroflora
normal dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit, namun bila terjadi
gangguan sistem imun maupun perubahan keseimbangan mikroflora normal mulut,
maka mikroflora normal tersebut dapat menjadi patogen. Mikroflora normal yang
dapat dijumpai dalam rongga mulut yaitu golongan gram positif (Actinomyces,
Lactobacillus,
Streptococcus),
golongan
gram
negatif
(Porphyromonas,
Fusobacterium, Prevotella, Actinobacillus), dan golongan yeast (Candida albicans,
Candida tropicalis, Candida glabrata, Candida krusei, Candida parapsilosis,
Candida guilliermondii, dan Candida dubliniensis). Golongan yeast paling dominan
adalah Candida albicans yang merupakan organisme komensal normal dalam rongga
mulut dan ditemukan sebesar 17,7% dalam rongga mulut yang sehat. Candida
albicans biasanya disebut sebagai agen infeksius oportunistik yang jika ada
kesempatan dapat berkembang biak dengan cepat sehingga dapat menyebabkan
kerusakan jaringan (Afrina 2007).
Kehilangan seluruh gigi pada rongga mulut akan mengakibatkan perubahanperubahan anatomis maupun fungsional, bahkan dapat menyebabkan trauma
fisiologis. Kehilangan seluruh gigi yang terjadi dapat ditanggulangi dengan
pembuatan gigitiruan penuh (Khindria 2009). Dewasa ini, resin akrilik polimerisasi
panas digunakan secara luas dalam pembuatan basis gigitiruan penuh lepasan karena
mempunyai keuntungan yaitu penyerapan air rendah, permukaan halus, kekerasan
permukaan tinggi, sudut kontak permukaan dengan air cukup besar, stabilitas warna
baik, mudah dalam pembuatan dan perbaikan (McCabe 2007). Salah satu sifat
gigitiruan berbasis resin adalah sifat kemis dan biologis, yaitu pembentukan koloni
bakteri. Kemampuan organisme tertentu untuk berkembang pada permukaan
gigitiruan resin akrilik berkaitan dengan penyerapan air, energi bebas permukaan,
kekerasan permukaan, dan kekasaran permukaan (Roessler 2003).
Perawatan dengan pembuatan gigitiruan bertujuan untuk mempertahankan
kesehatan
rongga
mulut,
memperbaiki
fonetik,
oklusi
dan
estetis,
serta
mengembalikan atau mempertahankan efisiensi pengunyahan (Campos 2009).
Setelah pemasangan gigitiruan kepada pasien, dokter gigi memberikan instruksi agar
gigitiruan dibersihkan setelah makan, sebelum tidur, dan pada pagi hari, cara
membersihkan gigitiruan, melepaskan gigitiruan pada malam hari dan merendamnya
dalam air untuk mencegah kekeringan, serta memelihara kesehatan rongga mulut,
sehingga pasien terhindar dari inflamasi berupa denture stomatitis pada rongga mulut
yang diakibatkan gigitiruan jarang dibuka dan dibersihkan, serta kebersihan rongga
mulut yang tidak adekuat (Pattanaik 2010). Denture stomatitis disebabkan oleh
mikroorganisme Candida yang ada di bawah permukaan gigitiruan dan golongan
yang paling umum adalah Candida albicans. Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan Candida albicans di rongga mulut yaitu pH, temperatur, kebersihan
rongga mulut serta pemakaian gigitiruan dengan kebersihan yang tidak adekuat
(Cenci 2008; Banting 2001).
Terdapat banyak cara desinfeksi gigitiruan, antara lain kemis yaitu dengan
natrium hipoklorit, asam, effervescent, klorheksidin, dan energi microwave, mekanis
yaitu penyikatan dengan sikat gigi biasa atau sikat gigi khusus, dan ultrasonik, serta
kombinasi kemis dan mekanis (Campos dkk. 2009). Salah satu cara desinfeksi
gigitiruan yang baru adalah dengan merendam gigitiruan dalam suatu gelas berisi air
destilata dan dimasukkan ke dalam microwave selama beberapa menit. Metode
desinfeksi dengan energi microwave merupakan cara yang baik karena dapat
membunuh mikroorganisme seperti Stafilococcus aureus, Stafilococcus epidermis,
Klebsiella pneumonia, Streptococcus gordonii dan Candida albicans, tidak
meningkatkan resisten Candida albicans, tidak mengubah bau dan warna, dan tidak
menimbulkan reaksi alergi. Microwave merupakan alat untuk memanaskan makanan
yang biasa digunakan di rumah tangga. Sekarang ini, hampir semua rumah tangga
telah memiliki microwave (Pattanaik dkk. 2010).
Banting dkk. (2001) menyatakan bahwa iradiasi microwave selama 1 menit
pada 850 Watt dalam keadaan kering adalah metode yang efektif untuk desinfeksi
gigitiruan penuh rahang atas sebagai pendukung medikasi antifungal dan perawatan
denture stomatitis (Banting dkk. 2001). Neppelenbroek dkk. (2008) menyatakan
bahwa desinfeksi dengan energi microwave menggunakan daya 650 watt selama 6
menit dimana gigitiruan direndam dalam air selama pemaparan dan diulang sebanyak
3 kali seminggu selama jangka waktu 30 hari efektif menanggulangi denture
stomatitis daripada pengobatan dengan topikal antifungal. Neppelenbroek dkk. (2008)
menyatakan bahwa efek yang dapat membunuh mikroorganisme tersebut merupakan
efek termal yang dihasilkan oleh energi microwave. Di dalam microwave, energi
microwave dihasilkan oleh satu tabung elektron, yang dinamakan magnetron. Energi
microwave yang dihasilkan tersebut akan dipantulkan oleh lapisan logam dalam
microwave dan diserap oleh bahan-bahan yang mengandung air dan lemak, sehingga
molekul-molekul bahan tersebut bergetar dan menghasilkan gesekan yang
menimbulkan panas. Sel-sel hidup mempunyai molekul air di dalamnya, maka dapat
disimpulkan bahwa sel-sel hidup rentan terhadap energi microwave (Neppelenbroek
dkk. 2008). Attwa dkk. (2012) menyatakan bahwa desinfeksi dengan energi
microwave menggunakan daya 350 watt selama 5 menit, dan 500 watt selama 3
menit, adalah efektif dalam menurunkan jumlah koloni mikroorganisme pada
gigitiruan penuh dengan soft resilient liner , tetapi desinfeksi dengan daya 650 watt
selama 2 menit adalah yang paling efektif. Attwa dkk. (2012) menyatakan bahwa
daya microwave, waktu pemaparan, tipe mikroorganisme yang berkolonisasi pada
gigitiruan, dan intensitas desinfeksi dengan energi microwave berhubungan dengan
penurunan jumlah koloni mikroorganisme (Attwa dkk. 2012). Silva dkk. (2012)
menyatakan bahwa desinfeksi dengan energi microwave menggunakan daya 650 watt
selama 3 menit yang diulang sebanyak 3 kali seminggu selama jangka waktu 14 hari
efektif menanggulangi denture stomatitis daripada topikal antifungal, karena energi
microwave dapat mengurangi jumlah Candida albicans dalam bentuk yang invasif
(pseduhyphae) dari permukaan gigitiruan dan mukosa palatum (Silva dkk. 2012).
Ritonga (2013) menyatakan bahwa desinfeksi dengan energi microwave dengan daya
800 watt selama 3 menit adalah efektif membunuh Candida albicans dan perubahan
dimensi yang terjadi pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas masih
termasuk dalam batas toleransi. Penelitian ini merupakan lanjutan penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Ritonga (2013), menggunakan desinfeksi microwave
dengan daya 800 watt selama 3 menit. Dewasa ini, microwave bukanlah menjadi satu
barang mewah lagi karena hampir setiap rumah tangga memilikinya, khususnya di
Kota Medan, distribusi microwave yang paling banyak adalah berdaya tinggi (800900 watt), hal tersebut menjadi salah satu dasar penelitian Ritonga (2013) dan
penelitian ini menggunakan microwave daya tinggi 800 watt (Ritonga 2013).
Klorheksidin adalah bahan kimia antiseptik dengan aktivitas spektrum luas
yang dapat membunuh beberapa jenis mikroorganisme, termasuk Candida albicans.
Klorheksidin banyak digunakan sebagai desinfeksi gigitiruan, larutan kumur,
perawatan gingivitis, halitosis, larutan antiseptik setelah pembedahan mulut minor,
perawatan candidiasis oral, serta inflamasi yang disebabkan karena iritasi gigitiruan.
Klorheksidin memiliki efek fungisidal dan fungistatik yang akan menyebabkan
terjadinya koagulasi nukleoprotein dan mempengaruhi dinding sel serta menyebabkan
komponen sitoplasma lepas melalui sel membran plasma. Klorheksidin pada
konsentrasi rendah (
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kondisi rongga mulut yang sehat adalah kondisi normal rongga mulut yang
tetap terpelihara dengan baik, yaitu bebas dari penyakit periodontal, karies, sisa akar,
serta tambalan. Gigi merupakan organ manusia yang terpenting, karena tanpa gigi
geligi manusia tidak dapat mengunyah makanan dengan tekstur dan nilai gizi yang
berbeda-beda (Zarco dkk. 2011). Dalam rongga mulut manusia juga terdapat banyak
mikroflora normal yang berperan aktif dalam pemeliharaan rongga mulut agar tetap
sehat dan mencegah terjadinya kolonisasi oleh mikroorganisme eksogen. Mikroflora
normal dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit, namun bila terjadi
gangguan sistem imun maupun perubahan keseimbangan mikroflora normal mulut,
maka mikroflora normal tersebut dapat menjadi patogen. Mikroflora normal yang
dapat dijumpai dalam rongga mulut yaitu golongan gram positif (Actinomyces,
Lactobacillus,
Streptococcus),
golongan
gram
negatif
(Porphyromonas,
Fusobacterium, Prevotella, Actinobacillus), dan golongan yeast (Candida albicans,
Candida tropicalis, Candida glabrata, Candida krusei, Candida parapsilosis,
Candida guilliermondii, dan Candida dubliniensis). Golongan yeast paling dominan
adalah Candida albicans yang merupakan organisme komensal normal dalam rongga
mulut dan ditemukan sebesar 17,7% dalam rongga mulut yang sehat. Candida
albicans biasanya disebut sebagai agen infeksius oportunistik yang jika ada
kesempatan dapat berkembang biak dengan cepat sehingga dapat menyebabkan
kerusakan jaringan (Afrina 2007).
Kehilangan seluruh gigi pada rongga mulut akan mengakibatkan perubahanperubahan anatomis maupun fungsional, bahkan dapat menyebabkan trauma
fisiologis. Kehilangan seluruh gigi yang terjadi dapat ditanggulangi dengan
pembuatan gigitiruan penuh (Khindria 2009). Dewasa ini, resin akrilik polimerisasi
panas digunakan secara luas dalam pembuatan basis gigitiruan penuh lepasan karena
mempunyai keuntungan yaitu penyerapan air rendah, permukaan halus, kekerasan
permukaan tinggi, sudut kontak permukaan dengan air cukup besar, stabilitas warna
baik, mudah dalam pembuatan dan perbaikan (McCabe 2007). Salah satu sifat
gigitiruan berbasis resin adalah sifat kemis dan biologis, yaitu pembentukan koloni
bakteri. Kemampuan organisme tertentu untuk berkembang pada permukaan
gigitiruan resin akrilik berkaitan dengan penyerapan air, energi bebas permukaan,
kekerasan permukaan, dan kekasaran permukaan (Roessler 2003).
Perawatan dengan pembuatan gigitiruan bertujuan untuk mempertahankan
kesehatan
rongga
mulut,
memperbaiki
fonetik,
oklusi
dan
estetis,
serta
mengembalikan atau mempertahankan efisiensi pengunyahan (Campos 2009).
Setelah pemasangan gigitiruan kepada pasien, dokter gigi memberikan instruksi agar
gigitiruan dibersihkan setelah makan, sebelum tidur, dan pada pagi hari, cara
membersihkan gigitiruan, melepaskan gigitiruan pada malam hari dan merendamnya
dalam air untuk mencegah kekeringan, serta memelihara kesehatan rongga mulut,
sehingga pasien terhindar dari inflamasi berupa denture stomatitis pada rongga mulut
yang diakibatkan gigitiruan jarang dibuka dan dibersihkan, serta kebersihan rongga
mulut yang tidak adekuat (Pattanaik 2010). Denture stomatitis disebabkan oleh
mikroorganisme Candida yang ada di bawah permukaan gigitiruan dan golongan
yang paling umum adalah Candida albicans. Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan Candida albicans di rongga mulut yaitu pH, temperatur, kebersihan
rongga mulut serta pemakaian gigitiruan dengan kebersihan yang tidak adekuat
(Cenci 2008; Banting 2001).
Terdapat banyak cara desinfeksi gigitiruan, antara lain kemis yaitu dengan
natrium hipoklorit, asam, effervescent, klorheksidin, dan energi microwave, mekanis
yaitu penyikatan dengan sikat gigi biasa atau sikat gigi khusus, dan ultrasonik, serta
kombinasi kemis dan mekanis (Campos dkk. 2009). Salah satu cara desinfeksi
gigitiruan yang baru adalah dengan merendam gigitiruan dalam suatu gelas berisi air
destilata dan dimasukkan ke dalam microwave selama beberapa menit. Metode
desinfeksi dengan energi microwave merupakan cara yang baik karena dapat
membunuh mikroorganisme seperti Stafilococcus aureus, Stafilococcus epidermis,
Klebsiella pneumonia, Streptococcus gordonii dan Candida albicans, tidak
meningkatkan resisten Candida albicans, tidak mengubah bau dan warna, dan tidak
menimbulkan reaksi alergi. Microwave merupakan alat untuk memanaskan makanan
yang biasa digunakan di rumah tangga. Sekarang ini, hampir semua rumah tangga
telah memiliki microwave (Pattanaik dkk. 2010).
Banting dkk. (2001) menyatakan bahwa iradiasi microwave selama 1 menit
pada 850 Watt dalam keadaan kering adalah metode yang efektif untuk desinfeksi
gigitiruan penuh rahang atas sebagai pendukung medikasi antifungal dan perawatan
denture stomatitis (Banting dkk. 2001). Neppelenbroek dkk. (2008) menyatakan
bahwa desinfeksi dengan energi microwave menggunakan daya 650 watt selama 6
menit dimana gigitiruan direndam dalam air selama pemaparan dan diulang sebanyak
3 kali seminggu selama jangka waktu 30 hari efektif menanggulangi denture
stomatitis daripada pengobatan dengan topikal antifungal. Neppelenbroek dkk. (2008)
menyatakan bahwa efek yang dapat membunuh mikroorganisme tersebut merupakan
efek termal yang dihasilkan oleh energi microwave. Di dalam microwave, energi
microwave dihasilkan oleh satu tabung elektron, yang dinamakan magnetron. Energi
microwave yang dihasilkan tersebut akan dipantulkan oleh lapisan logam dalam
microwave dan diserap oleh bahan-bahan yang mengandung air dan lemak, sehingga
molekul-molekul bahan tersebut bergetar dan menghasilkan gesekan yang
menimbulkan panas. Sel-sel hidup mempunyai molekul air di dalamnya, maka dapat
disimpulkan bahwa sel-sel hidup rentan terhadap energi microwave (Neppelenbroek
dkk. 2008). Attwa dkk. (2012) menyatakan bahwa desinfeksi dengan energi
microwave menggunakan daya 350 watt selama 5 menit, dan 500 watt selama 3
menit, adalah efektif dalam menurunkan jumlah koloni mikroorganisme pada
gigitiruan penuh dengan soft resilient liner , tetapi desinfeksi dengan daya 650 watt
selama 2 menit adalah yang paling efektif. Attwa dkk. (2012) menyatakan bahwa
daya microwave, waktu pemaparan, tipe mikroorganisme yang berkolonisasi pada
gigitiruan, dan intensitas desinfeksi dengan energi microwave berhubungan dengan
penurunan jumlah koloni mikroorganisme (Attwa dkk. 2012). Silva dkk. (2012)
menyatakan bahwa desinfeksi dengan energi microwave menggunakan daya 650 watt
selama 3 menit yang diulang sebanyak 3 kali seminggu selama jangka waktu 14 hari
efektif menanggulangi denture stomatitis daripada topikal antifungal, karena energi
microwave dapat mengurangi jumlah Candida albicans dalam bentuk yang invasif
(pseduhyphae) dari permukaan gigitiruan dan mukosa palatum (Silva dkk. 2012).
Ritonga (2013) menyatakan bahwa desinfeksi dengan energi microwave dengan daya
800 watt selama 3 menit adalah efektif membunuh Candida albicans dan perubahan
dimensi yang terjadi pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas masih
termasuk dalam batas toleransi. Penelitian ini merupakan lanjutan penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Ritonga (2013), menggunakan desinfeksi microwave
dengan daya 800 watt selama 3 menit. Dewasa ini, microwave bukanlah menjadi satu
barang mewah lagi karena hampir setiap rumah tangga memilikinya, khususnya di
Kota Medan, distribusi microwave yang paling banyak adalah berdaya tinggi (800900 watt), hal tersebut menjadi salah satu dasar penelitian Ritonga (2013) dan
penelitian ini menggunakan microwave daya tinggi 800 watt (Ritonga 2013).
Klorheksidin adalah bahan kimia antiseptik dengan aktivitas spektrum luas
yang dapat membunuh beberapa jenis mikroorganisme, termasuk Candida albicans.
Klorheksidin banyak digunakan sebagai desinfeksi gigitiruan, larutan kumur,
perawatan gingivitis, halitosis, larutan antiseptik setelah pembedahan mulut minor,
perawatan candidiasis oral, serta inflamasi yang disebabkan karena iritasi gigitiruan.
Klorheksidin memiliki efek fungisidal dan fungistatik yang akan menyebabkan
terjadinya koagulasi nukleoprotein dan mempengaruhi dinding sel serta menyebabkan
komponen sitoplasma lepas melalui sel membran plasma. Klorheksidin pada
konsentrasi rendah (