Perubahan Kekerasan Resin Akrilik Setelah Perendaman Dalam Larutan Desinfektan Sodium Hypochlorite 0,5%
PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK SETELAH
PERENDAMAN DALAM LARUTAN DESINFEKTAN
SODIUM
HYPOCHLORITE
0,5%
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
MUKTAR HUTASOIT NIM : 060600014
DEPARTEMEN ILMU MATERIAL DAN TEKNOLOGI
KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
(2)
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Material dan Teknologi
Kedokteran Gigi
Tahun 2009
Muktar Hutasoit
PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN DESINFEKTAN SODIUM HYPOCHLORITE 0.5%
Xi + 39 halaman
Resin akrilik heat-cured merupakan plastik lentur yang dibentuk dengan polimerisasi panas yang menggabungkan molekul-molekul metil metakrilat multipel. Salah satu keuntungan poli (metil metakrilat) sebagai bahan basis protesa adalah relatif mudah pengerjaannya. Sifat fisik resin basis protesa yang perlu diperhatikan termasuk pengerutan polimerisasi, keporeusan, penyerapan air, kelarutan, tekanan selama proses, dan retakan atau goresan serta kekuatan dan kekerasan. Kebanyakan bahan pembersih protesa yang diperdagangkan menggunakan teknik perendaman. Bahan pemutih (hypochlorite) juga digunakan dalam pembersih protesa. Pemakaian
sodium hypochlorite 0,5% untuk merendam gigi tiruan dianjurkan 10 menit tiap hari.
Resin akrilik mempunyai daya absorbsi terhadap zat cair ada kemungkinan hal ini dapat menyebabkan perubahan kekerasan permukaan pada resin akrilik yang digunakan sebagai basis
(3)
mengetahui kemungkinan perubahan kekerasan resin akrilik setelah perendaman dalam larutan disinfektan sodium hypochlorite 0,5%.
Sampel yang dipergunakan adalah lempeng resin akrilik, berukuran 20mm x 20mm x 2mm sebanyak 40 buah. Perendaman dengan sodium hypochlorite 0,5% dilakukan selama 10, 20, 30 menit untuk setiap 10 buah sampel, dan 10 buah lagi tidak dilakukan perendaman atau sebagai kontrol.
Dari hasil pengukuran kekerasan didapat bahwa kekerasan resin akrilik tanpa perendaman adalah 19,828 VHN±1,49012. Pada perendaman dalam sodium hypochlorite 0,5% 10 menit adalah 19,798 VHN±1,09514 ,20 menit adalah 17,835 VHN±1,17057 dan 30 menit adalah 17,770 VHN±0.69521. Dari pengamatan tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sodium hypochlorite 0,5% tidak mempemgaruhi kekerasan resin akrilik pada perendaman 10 menit, tetapi kekerasan menurun pada perendaman 20 menit dan 30 menit.
(4)
PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK SETELAH
PERENDAMAN DALAM LARUTAN DESINFEKTAN
SODIUM
HYPOCHLORITE
0,5%
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
MUKTAR HUTASOIT NIM : 060600014
DEPARTEMEN ILMU MATERIAL DAN TEKNOLOGI
KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
(5)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 12 Desember 2009
Pembimbing : Tanda tangan
(6)
NIP : 194603101971071001
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 12 Desember 2009
TIM PENGUJI KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes
ANGGOTA : 1. Sumadhi S, drg., Ph.D
2. Siti Chadidjah, drg
3. Rusfian, drg., M.Kes
(7)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena kasih-NYA dan rahmat-NYA yang senantiasa memberi kekuatan dan kebijaksanaan untuk bertindak dan melakukan segalanya penuh penyerahan kepada-NYA, dan skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Rasa terima kasih yang tak terhingga secara khusus penulis tujukan kepada kedua orang tua tercinta Bapak (Sihol hutasoit) dan Mama (Parmaluman Lumbantoruan), abang (B'Laras, B'Andi, Suparjo), kakak (K'Rimpa, K'Abednego) dan adek ( Sudarsono dan Tuti) yang selalu memberikan dukungannya baik moril maupun materil, semangat dan dorongan, doa, serta motivasi yang tak henti-hentinya kepada penulis sehingga penulis dapat mengecap masa pendidikan hingga selesai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan dan juga dapat menyelesaikan proses skripsi ini dengan baik.
Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Prosto., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utrara.
(8)
2. Ketua beserta seluruh staf di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi universitas Sumatera Utara atas kesediaannya menerima penulis untuk menyelesaikan skripsi di Departemen IMTKG FKG USU.
3. Sumadhi S, drg., Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi dan meluangkan waktu dalam membimbing serta mengarahkan penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Mimi Marina, drg selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak memberi nasehat serta arahan selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
5. Sahabat-sahabat terbaik penulis Briliana, Lusiana, Dewi, Ruth, Yemima, Imme, Okta, Zanthorriza, Eva, Lisa, dan Suryana dan teman seperjuangan di IMTKG Satthva, Keong, Ika, Leny, dan Sufeny serta semua angkatan 2006 yang tidak penulis sebutkan satu persatu, dan kepada teman-teman koordinasi 2008/2009 (Kak Ina, Sally, Eunike, Sabrina, Dorlina, Meynarli, B'Dedy dan B'Ramos) adek-adekku Feri, Gideon, Johan, Martin dan juga kepada saudara Eben yang telah membantu penulis dalam mengaplikasikan sistem pengolahan data statistik berupa Program SPSS 15 dalam skripsi ini dan juga kepada teman kos penulis yaitu Meyni, Erich dan Berty, Farto terima kasih atas dukungannya.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu terselesaikannya skripsi ini dan memohon maaf apabila ada kesalahan selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan bagi masyarakat.
Medan, Desember 2009
(Muktar Hutasoit)
(9)
NIM : 060600014
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN
(10)
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik ... 5
2.2 Jenis-jenis... 5
2.2.1 Heat actived denture base resin akrilik... 5
2.2.2 Poli (metil metakrilat)... ... 6
2.2 Sifat-sifat resin akrilik... 8
2.3.1 Density... 8
2.3.2 Strength... ... 8
2.3.3 Hardness... 8
2.4 Sodium Hypochlorite... 10
2.5 Cara Pembersihan Gigi Tiruan... 12
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
(11)
3.1 Kerangka Konsep ... 13
3.2 Hipotesis Penelitian... 13
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian... 14
4.2 Desain Penelitian ... 14
4.3 Tempat Penelitian ... 14
4.4 Objek, Sampel Dan Besar Sampel ... 14
4.4.1 Objek... 14
4.4.2 Sampel... 14
4.4.3 Besar Sampel... 14
4.5 Variabel Penelitian ... 14
4.5.1 Variabel Bebas ... 14
4.5.2 Variabel tergantung ... 15
4.5.3 Variabel Terkendali... 15
4.5.4 Variabel Tidak Terkendali ... 15
4.6 Definisi Operasional... 17
4.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 17
4.7.1. Alat Penelitian... 17
(12)
4.7.2. Bahan Penelitian... 17
4.8 Prosedur Penelitian ... 22
4.8.1 Pembuatan Sampel ... 22
4.8.2 Perendaman Sampel ... 25
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISA PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian... 27
5.2 Analisis Hasil Penelitian... 27
BAB 6 PEMBAHASAN... 30
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 33
6.2 Saran... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
LAMPIRAN ... 36
(13)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Komposisi dari resin akrilik ... 6
2. Hasil Pengukuran Kekerasan pada Lempeng Akrilik ... 27
3. Hasil uji statistik perubahan kekerasan lempeng akrilik tanpa perendaman dalam larutan desinfektan (0 menit) dengan lempeng akrilik setelah perendaman selama 10,20,dan 30 menit dalam larutan desinfektan sodium hypochlorite 0,5%. ... 28
(14)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Bentuk indentor dari jenis alat pengukur kekerasan... 10
2 Rubber bowl dan spatula... 18
3. Termometer... 18
4. Stopwatch... 18
5. Cuvet... 19
6. Press... 19
7. Waterbath... 19
8. Vickers Hardness Tester... 19
(15)
9. Pot Akrilik... 20
10. Spuit 5 cc... 20
11. Kertas pasir, masker daan sarung tangan... 20
12. Tissue dan mikromotor... 20
13. Arilik powder dan liquid... 21
14. Coul mould seal dan Sodium Hypochlorite 0,5%... 21
15. Hasil pengecoran (bentuk mold)... 23
16. Kuring unit (Waterbath) saat penggodokan... 24
17. Sampel Hasil Penelitian... 24
18. Bentuk Sampel dengan ukuran 20x20x2mm... 24
19. Sampel kontrol siap diukur... 24
20. Sampel setelah perendaman dalam larutan desinfektan... 25
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Skema alur penelitian... 36
2 Analisa Data ANOVA Oneway... 37
(17)
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Material dan Teknologi
Kedokteran Gigi
Tahun 2009
Muktar Hutasoit
PERUBAHAN KEKERASAN RESIN AKRILIK SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN DESINFEKTAN SODIUM HYPOCHLORITE 0.5%
Xi + 39 halaman
Resin akrilik heat-cured merupakan plastik lentur yang dibentuk dengan polimerisasi panas yang menggabungkan molekul-molekul metil metakrilat multipel. Salah satu keuntungan poli (metil metakrilat) sebagai bahan basis protesa adalah relatif mudah pengerjaannya. Sifat fisik resin basis protesa yang perlu diperhatikan termasuk pengerutan polimerisasi, keporeusan, penyerapan air, kelarutan, tekanan selama proses, dan retakan atau goresan serta kekuatan dan kekerasan. Kebanyakan bahan pembersih protesa yang diperdagangkan menggunakan teknik perendaman. Bahan pemutih (hypochlorite) juga digunakan dalam pembersih protesa. Pemakaian
sodium hypochlorite 0,5% untuk merendam gigi tiruan dianjurkan 10 menit tiap hari.
Resin akrilik mempunyai daya absorbsi terhadap zat cair ada kemungkinan hal ini dapat menyebabkan perubahan kekerasan permukaan pada resin akrilik yang digunakan sebagai basis gigi tiruan yang juga menyerap cairan. Tujuan pengamatan ini untuk
(18)
mengetahui kemungkinan perubahan kekerasan resin akrilik setelah perendaman dalam larutan disinfektan sodium hypochlorite 0,5%.
Sampel yang dipergunakan adalah lempeng resin akrilik, berukuran 20mm x 20mm x 2mm sebanyak 40 buah. Perendaman dengan sodium hypochlorite 0,5% dilakukan selama 10, 20, 30 menit untuk setiap 10 buah sampel, dan 10 buah lagi tidak dilakukan perendaman atau sebagai kontrol.
Dari hasil pengukuran kekerasan didapat bahwa kekerasan resin akrilik tanpa perendaman adalah 19,828 VHN±1,49012. Pada perendaman dalam sodium hypochlorite 0,5% 10 menit adalah 19,798 VHN±1,09514 ,20 menit adalah 17,835 VHN±1,17057 dan 30 menit adalah 17,770 VHN±0.69521. Dari pengamatan tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sodium hypochlorite 0,5% tidak mempemgaruhi kekerasan resin akrilik pada perendaman 10 menit, tetapi kekerasan menurun pada perendaman 20 menit dan 30 menit.
(19)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis protesa dibuat menggunakan resin poli (metil metakrilat). Resin-resin tersebut merupakan plastik lentur yang dibentuk dengan menggabungkan molekul-molekul metil metakrilat multipel. 1
Salah satu keuntungan poli (metil metakrilat) sebagai bahan basis protesa adalah relatif mudah pengerjaannya. Bahan basis protesa poli (metil metakrilat) biasanya dikemas dalam sistem bubuk-cairan. Cairan mengandung metil metakrilat tidak terpolimer dan bubuk mengandung resin poli (metil metakrilat) pra-polimerisasi dalam bentuk butir-butir kecil. Bila cairan dan bubuk diaduk dengan proporsi yang tepat, diperoleh massa yang dapat diinginkan serta dipolimerisasi. Setelah proses polimerisasi selesai hasil protesa dikeluarkan dan dipersiapkan untuk dipasang pada pasien. 1-2
Sifat fisik resin basis protesa yang perlu diperhatikan termasuk pengerutan polimerisasi, keporeusan, penyerapan air, kelarutan, tekanan selama proses, dan retakan atau goresan serta kekuatan. Kekuatan dari resin basis protesa bergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor ini termasuk komposisi resin, teknik pembuatan, dan kondisi-kondisi yang ada dalam ronnga mulut seperti pembersih protesa. 1-2
Kebanyakan bahan pembersih protesa yang diperdagangkan menggunakan
(20)
teknik perendaman. Bahan ini dipasarkan dalam bentuk bubuk dan tablet. Bahan perendam mengandung komponen alkalin, deterjen, natrium perborat, dan bahan pemberi aroma. Bahan pemutih (hipoklorit) juga digunakan dalam pembersih protesa. Larutan pemutih yamg diencerkan dapat digunakan untuk membersihkan jenis warna tertentu. 1,6-7,16
Sodium hypochlorite termasuk golongan halogenated yang oxigenating.
Sodium hypochlorite dalam larutan membentuk hypochlorus acid (HOCl) dan
oxychloride (OCl). Desinfektan ini adalah larutan yang berbahan dasar klorin (Cl2),
larutan ini merupakan desinfektan derajat tinggi (high level disifectants) karena
sangat aktif pada semua bakteri,virus, jamur, parasit ,dan beberapa spora. Bahan
tersebut bekerja cepat atau fast acting, sangat efektif melawan Hepatitis B virus
(HBV) dan Human Imunodeficiency Virus (HIV). Pemakaian sodium hypochlorite
0,5% untuk merendam gigi tiruan dianjurkan 10 menit tiap hari.6
Sodium hypochlorite (cairan pemutih, eau de javel, dll.) adalah desinfektan yang
sempurna yang dapat membunuh bakteri, virus, murah dan tersedia secara luas. Tetapi bahan ini mempunyai dua kerugian penting yaitu:6
1. Senyawa bersifat korosif. Senyawa akan mengkorosi nikel, baja, chromuim,
besi dan logam lain yang bisa dioksidasi. Larutan dengan kandungan klor lebih besar dari 0.1% tidak boleh digunakan berulang-kali untuk disinfeksi peralatan baja tahan karat yang berkualitas baik. Kontak harus tidak lebih dari 30 menit dan harus diikuti dengan pembilasan dan pengeringan yang seksama. Pengenceran tidak boleh
(21)
dilakukan dalam wadah metalik karena dapat mengkorosi dengan cepat.
2. Cepat rusak/mudah berubah. Larutan harus segera dibuat dan dilindungi
dalam gudang dari panas dan cahaya. Larutan harus disiapkan tepat sebelum digunakan. Perusakan yang cepat mungkin merupakan masalah utama di negara-negara dengan iklim hangat. Dua senyawa lain yang melepaskan klorin (kalsium hipoklorit, sodium dichloroisocyanurate) mungkin lebih cocok karena lebih stabil.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh David dan Elly (2005),
dalam 10 menit dalam kelompok Sodium hypochlorite maka nilai p lebih besar dari
0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna. Sedangkan pada kelompok 70
menit dan 140 menit dalam kelompok sodium hypochlorite mempunyai nilai lebih
kecil dari 0,05 yang berarti ada perbedaan yang bermakna. Semakin lama
perendaman dalam sodium hypochlorite ternyata pigmen warna lempeng akrilik
semakin memudar sehingga perubahan warna yang terjadi semakin besar. Namun resin akrilik mempunyai daya absorbsi terhadap zat cair ada kemungkinan hal ini dapat menyebabkan perubahan kekerasan permukaan pada resin akrilik yang digunakan sebagai basis gigi tiruan karena sifat porus dan juga menyerap cairan dari resin akrilik.6
Dari uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang perubahan kekerasan resin akrilik setelah perendaman dalam larutan desinfektan sodium hypochlorite 0,5%.
1.2 Perumusan Masalah
(22)
Dari uraian diatas timbul permasalahan adakah perubahan kekerasan pada
protesa dapat dipengaruhi oleh bahan pemutih seperti sodium hypochlorite?. Adakah
pengaruh perendaman dalam Sodium hypochlorite 0,5% terhadap perubahan
kekerasan resin akrilik?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh larutan Sodium hypochlorite 0,5% terhadap perubahan kekerasan resin akrilik dan pengaruh
lama perendaman.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat
khususnya yang menggunakan gigitiruan, bahwa pemakaian bahan perendam Sodium
hypochlorite 0,5% apakah dapat atau tidak menyebabkan perubahan kekerasan pada
resin akrilik.
(23)
18
18
(24)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Resin Akrilik
Resin akrilik adalah derivat dari etylen dan terdiri dari group vynil dengan rumus struktur yang sampurna. Resin akrilik dipakai di kedokteran gigi adalah jenis ester terdiri dari:
1. Acrylic acid, CH2+CHOOH
2. Methacrylic acid, CH2=C(CH3)COOH
95% bahan dental ini sekarang ini digunakan segai bahan utama resin akrilik.1-3
2.2 Jenis-jenis
Adapun jenis-jenis resin ini adalah:1-3 1. Heat activated resins
2. Chemically activited resins
3. Light activited resins
2.2.1 Heat activited denture base resin akrilik
Adapun komposisi dari resin ini adalah bahan bubuk dan cairan dengan gel dan cekes. Bubuk ini memiliki sifat yang transfaran atau mirip dengan warna gigi atau warna pink (dia dapat menyerupai gusi dan juga mirip dengan gambaran darah). Komposisi initerlihat pada tabel 1. Cairan (monomer) ini adalah bahan yang dibuat dalam botol (untuk mencegah kontaminasi terhadap bahan polimerisasi karena kontak dengan sinar ultraviolet.1-4
(25)
Tabel 1. Komposisi dari Resin Akrilik2
Liquid Metyl metacrilate Dibutil phthalate Glycol
dimetacrylat(1-2%)
Hydroqunone(0,006%)
Plasticizers polymer Plasticizres
Cross linking agent
Inhibitor Powder Poly metyl metecrilate
Benzoyl peroxide Mercuri
Zinc
Dibutyl phthalate Dyed bubuk organik
dan anorganik Initiator Dyes Opacifiers Plasticizers Foresthetic
2.2.2 Poli (metil metakrilat) Resin
Secara luas bahan telah banyak dipakai dalan kedokteran gigi untuk berbagai keperluannya. Salah satu alasan pemakaian bahan ini cukup diminati adalah karena mudah dalam proses penbuatannya. Walaupun, bahan ini memiliki termal resin, tetapi tidak menjadi penghalang dalam kedokteran gigi. Bahan ini terdidri dari cairan
(26)
(monomer) metil metakrilat dengan campuran dari bubuk (polimer). Monomer ini adalah bahan plastis dan polimer ini dicampur untuk mendapatkan konsistensi yang lebih muda.1-4
Jenis resin denture base yang terbuat sesuai dengan petunjuk pabrik yaitu
bahan poly (metil metakrilat), resin, yang populer disebut sebagai akrilik. Meskipun secara umun dapat dibedakan sesuai proses pembentukaanya resin denture base jenis poly (metil metakrilat) atau PMMA. Adapun jenis-jenis resin denturebase adalah:11
1. Akrilik (dough-type)
Bahan ini merupakan bahan basis gigitiruan yang paling sering digunakan karena diperoleh dari penyatuan dari liquid degan powder. Dengan nama lain adalah poli (metil metakrilat).
2. Akrilik (gel-type)
Bahan ini merupakan hasil uraian unsur bebentuk gel yang dihasilkan dengan cara mencampur liquid dengan powder.
3. Akrilik (puor-type)
Bahan ini terbentuk dari liquid dengan powder saja. 4. Akrilik (high-impact strength)
Bahan ini memeliki kekuatan tekan pada bahan yang dihasilkan dengan cara menguraikan cabang rubber-like polimer butadiena-styrene menjadi molekul akrilik.
5. Akrilik (rapid heat-polymerized)
Bahan ini hampir sama dengan tipe dough hanya berbeda pada proses
(27)
modifikasi saja. Terkhusus pada proses polimerisasi hibridnya yaitu dengan panas dan kimia.
6. Polyurethane resins
Bahan ini memiliki polomerisasi dari resin dengan proses memancarkan spektrum cahaya pada daerah biru dengan panjang gelombang antara 450-490 nm.11
2.3 Sifat-sifat resin akrilik
Adapun yang menjadi sifat-sifat dari resin akrilik adalah density, strength, dan hardness. Tetapi bahan ini masih memiliki sifat-sifat lain yang mempengaruhi struktur dari resin akrilik.
2.3.1 Density
Desitas dari bahan ini adalah 1,19 gm/cm3 .1-4
2.3.2 Strength
Bahan ini memiliki sifat strenght yang khas. Walaupun, bahan ini sebenarnya memiliki compressive strength dan tensile strength untuk bahan yang gigi tiruan
penuh dan gigitiruan sebahagian. Compressive strenghtnya adalah 75 Mpa, tensile srenght 52 Mpa. Secara umum bahan resin ini memiliki strenght yang sangat rendah. Efek yang mempengaruhi kekuatan dari suatu bahan antara lain; komposisi, teknik pemprosesan, derajat dari polimerisasi, absorbsi air, subsekuensi dari lingkungan
(28)
sekitarnya.
(29)
Hardness
Resin akrilik memiliki kekerasan yang rendah. Karena bahan ini dapat dengan mudah tergores dan abrasi. Heat cured resin akrilik, 18-20 KHN dan self cured resin
akrilik, 16-18 KHN. 2
Adapun yang menjadi jenis-jenis hardness yang digunakan untuk pengukuran kekerasan suatu bahan adalah antara lain Rockwell, Vickers, Brinel, dan Knoop.
Setiap alat ini memeliki kebaikan dan kelemahan setiap alat dalam mengukur berbagai jenis materi dan tergantung dari besar dan ukuran materi tersebut. Secara umum dapat dibagi atas dua golongan yaitu untuk jenis materei mikro dan jenis materi makro. Untuk materi makro yaitu jenis rockwell dan brinel sedangakan untuk jenis materi untuk jenis mikro adalah jenis vickers dan knoop.2
Dalam hal ini resin akrilik adalah jenis materi mikro yang menggunakan alat
Vickers Hardness tester.
1. Vickers Hardness Test
Ini adalah metode standar untuk mengukur kekerasan logam, terutama logam-logam yang sangat keras permukaan: permukaan terkena tekanan tertentu untuk jangka waktu tertentu melalui piramida berbentuk berlian. Diagonal lekuk yang dihasilkan diukur di bawah mikroskop dan nilai Kekerasan Vickers dibaca dari tabel konversi.1-4,12-,17
Kekerasan Vickers adalah ukuran dari kekerasan material, dihitung dari ukuran dari kesan yang dihasilkan di bawah beban oleh berlian berbentuk piramida
(30)
indenter. Disusun pada tahun 1920 oleh para insinyur di Vickers, Ltd, di Inggris Raya, piramida kekerasan berlian tes, karena menjadi banyak dikenal, diizinkan pembentukan skala kontinu sebanding angka yang secara akurat mencerminkan berbagai hardnesses ditemukan pada baja.4 Teknik indenter digunakan dalam pengujian Vickers adalah persegi berbasis piramida sisi yang berlawanan bertemu di puncak pada sudut 136 º.5,8,12,17
24
Gambar 1. Bentuk indentor dari jenis alat pengukur kekerasan (Vickers, Rockwell, Brinell)
Metode tes ini disusun pada tahun 1939 oleh F. Knoop dan koleganya di National Bureau of Standards di Amerika Serikat. Dengan menggunakan tekanan indentasi lebih rendah daripada uji kekerasan Vickers, yang telah dirancang untuk mengukur logam, tes Knoop memungkinkan pengujian kekerasan bahan rapuh seperti gelas dan keramik. 5,8,12,17
2.4 Sodium Hypochlorite
(31)
hipoklorit, umumnya dikenal sebagai pemutih, sering digunakan sebagai desinfektan atau pemutih.6,15,16
Hipoklorit pertama kali diproduksi tahun 1789 di Javel, Perancis, oleh klorin melewati gas melalui larutan natrium karbonat. Cair yang dihasilkan, yang dikenal sebagai "Eau de Javel" atau "Javel air" adalah solusi yang lemah natrium hipoklorit.
Namun, proses ini sangat tidak efisien dan metode produksi alternatif dicari. Salah satu metode tersebut melibatkan ekstraksi diklorinasi kapur (yang dikenal sebagai bubuk pemutih) dengan natrium karbonat untuk menghasilkan tingkat rendah yang tersedia klorin. Metode ini umumnya digunakan untuk menghasilkan solusi hipoklorit untuk digunakan oleh rumah sakit sebagai antiseptik yang dijual di bawah nama dagang "Eusol" dan "Dakin solusi.16
Menjelang akhir abad kesembilan belas, ES Smith mematenkan metode produksi hipoklorit melibatkan hidrolisis air asin untuk menghasilkan soda kaustik dan gas klor yang kemudian campuran untuk membentuk hipoklorit. Baik listrik dan air asin berada di murah solusi pasokan pada saat waktu ini dan berbagai giat pemasar mengambil keuntungan dari situasi ini untuk memenuhi permintaan pasar hipoklorit. Botol larutan hipoklorit yang dijual dengan berbagai nama dagang; salah satu merek awal yang dihasilkan oleh metode ini disebut Parozone.6
Saat ini, sebuah versi perbaikan metode ini, yang dikenal sebagai proses Hooker, adalah satu-satunya industri skala besar metode produksi natrium hipoklorit. Dalam proses ini natrium hipoklorit (NaOCl) dan natrium klorida (NaCl) terbentuk
(32)
ketika klor dilewatkan ke dalam dingin dan natrium hidroksida encer. Ini adalah industri disiapkan oleh elektrolisis minimal pemisahan antara anoda dan katoda. Solusinya harus tetap di bawah 40°C (oleh kumparan pendingin) untuk mencegah pembentukan yang tidak diinginkan natrium chlorate.6
Cl 2 + 2 NaOH → NaCl + NaOCl+ H 2 O Cl 2 + 2 NaOH → NaCl + NaOCl + H 2 O
Natrium hidroksida dan klorin secara komersial dihasilkan oleh proses chloralkali, dan ada tidak perlu mengisolasi mereka untuk mempersiapkan natrium hipoklorit. Oleh karena itu, klorin secara bersamaan dikurangi dan teroksidasi. Solusi komersial selalu mengandung sejumlah besar natrium klorida (garam biasa) sebagai utama produk, seperti terlihat dalam persamaan di atas.6
Sodium hypochlorite umumnya digunakan untuk mensterilkan air dengan cara memasukkan Sodium hypochlorite ke dalam air dengan konsentrasi yang
berbeda-beda. Sodium hypochlorite juga digunakan untuk bahan irigasi saluran akar.
Penggunaan Sodium hypochlorite di seluruh dunia sebagai bahan irigasi saluran akar
karena kemampuannya mematikan bakteri.7
2.5 Cara Pembersihan Gigi Tiruan
Pembersihan gigi tiruan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara mekanik dan kimia. Pembersihan dengan cara mekanik adalah dengan cara menyikat gigi tiruan dengan menggunakan sikat gigi. Cara ini mempunyai kelemahan karena dapat menimbulkan keausan pada plat gigi tiruan sehingga gigi tiruan mudah patah. Sedangkan pembersihan secara kimia dengan cara menggunakan obat kumur atau
(33)
larutan pembersih lebih efektif, karena larutan pembersih gigi tiruan dapat masuk ke tempat-tempat yang tidak dapat dijangkau oleh sikat gigi.16
(34)
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1Kerangka Konsep
Resin Acrylic (heat-cured)
Tanpa perendaman atau kontrol ( 0 menit)
Perendaman selama (10
menit, 20 menit, 30 menit)
Perendaman Resin acrylic dalam larutan
desinfektan sodium hypochlorite 0,5%
Perubahan kekerasan resin acrylic
3.2 Hipotesis Penelitian
Tidak ada pengaruh perendaman dalam larutan desinfektan Sodium
(35)
29
29
hypochlorite 0,5% terhadap perubahan kekerasan resin akrilik dan pengaruh lama
(36)
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis penelitian : Eksperimental laboratorium 4.2 Desain penelitian : Posttest only control grup design
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi USU dan Departemen Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan
Waktu : Oktober 2009
4.4 Sampel dan Besar Sampel
4.4.1 Objek : Lempeng akrilik yang dibuat dengan metode penggodokan
heat-cured dengan proses kuring dengan ukuran 20x20x2mm
sebanyak 40 sampel.
4.4.2 Sampel : Lempeng akrilik hasil kuring direndam dalam larutan desinfektan Sodium hypochlorite 0,5% dengan variasi waktu
perendaman 10, 20, dan 30 menit.
4.4.3 Besar Sampel: Sampel yang dibuat sebanyak 10 buah untuk setiap perlakuan.
4.5 Variabel Penelitian 4.5.1 Variabel bebas
(37)
4.5.2 Variabel tergantung 1. Lamanya perendaman sampel
2. Jenis larutan desinfektan yang digunakan untuk perendam sampel
3. Konsentrasi larutan desinfektan yang digunakan untuk perendaman sampel 4.5.3 Variabel terkendali
1. Ratio
2. Sampel yang tidak poreus 2. Waktu perendaman
3. Besarnya temperatur selama penggodokan (1000C) 4. Lama pengadukan (Mixing Time)
4.5.4 Variabel tidak terkendali Kecepatan pengadukan resin akrilik
(38)
32 Variabel bebas
Lempeng akrilik yang
direndam dalam larutan sodium hypochlorite 0.5 %
Variabel terkendali
Ratio
Sampel yang tidak poreus
Waktu perendaman
Besarnya temperatur selama
penggodokan (100 C) 0
Lama pengadukan (Mixing
Time) Variabel tergantung Lamanya perendaman sampel
Jenis larutan
desinfektan yang digunakan untuk perendam sampel Konsentrasi larutan desifektan yang digunakan untuk perendam sampel
Variabel tidak terkendali
Kecepatan pengadukan resin
(39)
4.6 Definisi Operasional
1. Kekerasan adalah ketahanan suatu bahan terhadap suatu tekanan pada permukaan bahan.1-4,7-8,11-13,17
2. Desinfektan merupakan zat yang berkhasiat mencegah terjadinya infeksi dengan membunuh mikroorganisme yang berada di luar tubuh manusia.5-6,16
3. Grup kontrol tanpa dilakukan perendaman
4.7 Alat dan Bahan Penelitian 4.7.1 Alat Penelitian
1. Rubber bowl dan spatula 2. Pot akrilik
3. Cuvet 4. Spuit 5 ml
5. Kuring unit (Waterbath) 6. Kertas tissue
7. Tempat merendam bahan resin akrilik terbuat dari kaca tertutup 8. Alat untuk mengukur kekerasan suatu bahan (Vickers Hardness Test) 9. Press besar
10.Termometer (Polyscience) 11. Stopwatch (Alba)
12. Mikromotor
(40)
4.7.2 Bahan Penelitian
1. Resin akrilik heat-cured (Vertex Rapid Simplified 500 g)
2. Liquid (Vertex Rapid Simplified 250 ml) 3. Wax (Anchor Brand Medium)
4. Aquadest
5. Sodium hypochlorite 0.5 %
6. Gips putih (Siam gipsum plaster L.P.) 7. Vaseline
8. Pumice
7. Kertas gosok/pasir nomor 0 dan nomor 1 9. Bahan separasi(could mould seal)
Gambar 2. Rubber bowl dan Spatula
(41)
Gambar 3. Termometer Gambar 4. Stopwatch
Gambar 5. Cuvet Gambar 6. Press
Gambar 4. Waterbath
(42)
Gambar 7. Vickers Hardness Tester
Gambar 8. Pot akrilik
Gambar 8. Spuit 5cc
(43)
(a) (b) (c)
Gambar 10. a. Kertas pasir, b. masker, c. sarung tangan
(a) (b)
Gambar 11. a. Tissue, b. mikromotor
(a) (b)
Gambar 12. a. wax, dan b. gips 37
(44)
(a) (b)
Gambar 13. a. akrilik powder, dan b. liquid
(a) (b)
Gambar 14. a. Could mould seal, dan b. Sodium hypoclorite 0,5%
4.8 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut:
4.8.1 Pembuatan sampel
1. Membuat balok wax dengan ukuran 20x20x2mm sebanyak 40 sampel 2. Menanam sampel wax pada flaksk bawah dilakukan sampai permukaan
(45)
wax sama dengan permukaan gips
3. Setelah gips mengeras diberi lapisan separating medium (vaselin) kemudian dituangkan adonan gips pada flask atas
4. Membuang wax dilakukan dengan memanaskan flask sampai wax meleleh kemudian flask dibuka dan wax yang tertinggal dibersihkan
5. Mengoles bahan separating medium atau could mould seal pada
permukaan gips
6. Membuat adonan resin akrilik dengan mencampur monomer-polymer dengan perbandingan sesuai petunjuk pabrik
7. Setelah adonan mencapai dough-stage baru dimasukkan ke dalam mold
kemudian dipress dan akrilik yang berlebih dibuang dengan lecron mass
Gambar 15. hasil pengecoran ( bentuk mold)
8. Melakukan penggodokan dengan cara memasukkan flask ke dalam alat kuring unit (waterbath), dimana alat ini dilengkapi dengan sensor panas yang
dihubungkan dengan pembaca suhu di bagian salah satu sisi dalam bak. Pada bagian luar bak dipasang komponen pengatur panas dan waktu. Alat kuring unit yang
(46)
digunakan telah dikalibrasi untuk pengendalian suhu dan waktu. Pemrosesan resin akrilik dilakukan dengan mengisi bak kuring unit dengan liter air. Pengaturan kuring unit untuk suhu dan waktu dilakukan dengan pertama diatur pemanasan mulai suhu kamar dinaikkan terus hingga suhu 700C selama 30 menit kemudian setelah 30 menit dinaikkan lagi menjadi 1000C selama 15 menit dan dipertahankan selama 30 menit. Kemudian cuvet dikeluarkan dan didinginkan sampai dingin.
Gambar 16. Kuring unit (Waterbath) saat penggodokan
9. Spesimen resin akrilik dikeluarkan dan dibersihkan sisa-sisa yang berlebih dengan menggunakan mikromotor dengan fresser bur dan bahan polish atau kertas pasir (no 3 s/d no 0), serta emeri sampai mengkilat dan halus.
10.Diperoleh sample sebanyak 40 buah tanpa poreus.
(47)
Gambar17. Sampel hasil penelitian
20mm 2mm
20mm
Gambar 18. Bentuk spesimen dengan ukuran 20x20x2mm 4.8.2 Perendaman sampel
Sampel dimasukkan kedalam larutan sodium hypochlorite 0,5% dengan cara
mengikat sampel dengan benang supaya tidak menyentuh dasar wadah perendaman yaitu dengan tiga perlakuan dalam rentang waktu yang berbeda antara lain:
1. Kelompok I (kontrol) : yaitu dengan mempergunakan 10 buah sampel ysng telah di polis dengan baik, kemudian diukur kekerasannya dengan menggunakan alat Vickers Hardness Tester. Setiap sampel dibuat 5 titik hasil pengukuran dan begitu seterusnya sampai semua sampel kontrol (tanpa perendaman) selesai dan hasilnya didapatkan.
(48)
Gambar 19. Sampel kontrol siap diukur
2. Kelompok II (perendaman selama 10 menit) : yaitu dengan mempergunakan 10 buah sampel yang telah dipolis dengan baik, kemudian sampel direndam selama 10 menit dengan cara menggantungkan sample dalam wadah yang telah berisi larutan desinfektan sodium hypochlorite 0,5%, kemudian setelah stopwatch menunjukkan
angka 10 menit lalu dikeringkan dengan cara meletakkan diatas kertas tissue. Pengukuran dilakukan dengan alat Vickers Hardness Tester sama dengan sampel kontrol sampai didapatkan hasil pengukuran 10 sampel tersebut.
3. Kelompok III (perendaman selama 20 menit) : yaitu dengan mempergunakan 10 buah sampel yang telah dipolis dengan baik, kemudian sampel direndam selama 20 menit dengan cara menggantungkan sampel dalam wadah yang telah berisi larutan desinfektan sodium hypochlorite 0,5%, kemudian setelah stopwatch menunjukkan
angka 20 menit lalu dikeringkan dengan cara meletakkan diatas kertas tissue. Pengukuran dilakukan dengan alat Vickers Hardness Tester sama dengan sampel control sampai didapatkan hasil pengukuran 10 sampel tersebut.
4. Kelompok IV (perendaman selama 30 menit) : yaitu dengan mempergunakan
(49)
43
43
10 buah sampel yang telah dipolis dengan baik, kemudian sampel direndam selama 30 menit dengan cara menggantungkan sampel dalam wadah yang telah berisi larutan desinfektan sodium hypochlorite 0,5%, kemudian setelah stopwatch menunjukkan
angka 30 menit lalu dikeringkan dengan cara meletakkan diatas kertas tissue. Pengukuran dilakukan dengan alat Vickers Hardness Tester sama dengan sampel kontrol sampai didapatkan hasil pengukuran 10 sampel tersebut.
(50)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian
Besar sampel pada penelitian ini 10 buah untuk setiap perlakuan. Hasil pegukuran pada seluruh sampel dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengukuran pada Lempeng Akrilik.
No 0 menit
(kontrol)
10 menit (perendaman)
20 menit (perendaman)
30 menit (perendaman)
1 21,26 17,89 18,54 17,14
2 19,56 20,12 16,17 16,82
3 18,04 20,55 19,71 18,18
4 19,56 20,12 17,82 17,82
5 22,69 21,91 16,50 18,18
6 19,31 18,54 17,14 18,92
7 17,48 19,31 17,14 17,14
8 20,12 20,12 19,31 17,82
9 19,71 19,71 17,48 18,54
10 20,55 19,71 18,54 17,14
5.2 Analisis Hasil Penelitian
Data pengukuran perubahan kekerasan resin akrilik setelah dilakukan perendaman dalam larutan desinfektan sodium hypochlorite 0,5 % dianalisis secara
(51)
statistik menggunakan uji ANOVA satu arah dengan tingkat kemaknaan (α = 0,05).18 Hasil uji statistik ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil uji statistik perubahan kekerasan lempeng akrilik tanpa perendaman dalam larutan desinfektan (0 menit) dengan lempeng akrilik setelah perendaman selama 10,20,dan 30 menit dalam larutan desinfektan sodium hypochlorite 0,5%.
Waktu dalam menit
N Mean ± SD Mean Difference
(I-J)
Sig.
0 10 19,828±1,49012
10 10 19,798±1,09514 0,03000 ,954
20 10 17,835±1,17057 1,99300(*) ,000
30 10 17,770±0,69521 2,05800(*) ,000
Keterangan : * terdapat perbedaan yang bermakna18
Perbedaaan rata-rata hasil pengukuran kekerasan pada lempeng akrilik pada masimg-masing waktu yang berbeda dapat di lihat pada grafik 1.
(52)
46
46 Means Plots18
Grafik 1. Perbedaan rata-rata perubahan kekerasan resin akrilik Waktu 30 Menit 20 Menit 10 Menit 0 Menit Mean of H a rd nes s ( V HN ) 20.00 19.50 19.00 18.50 18.00 17.50
(53)
BAB 6 PEMBAHASAN
Perbedaan rata-rata kekerasan hasil pengukuran pada sampel resin akrilik, yaitu 19,828 VHN pada 0 menit sebagai kontrol, 19,798 VHN pada perendaman 10 menit 17,835 VHN pada perendaman selama 20 menit dan 17,770 VHN pada perendaman selama 30 menit.
Dari data yang terkumpul bahwa rata-rata perubahan kekerasan adalah lempeng akrilik yang direndam 30 menit dan yang terkecil yang direndam selama 10 menit. Dari pengukuran lempeng akrilik dimana lempeng akrilik direndam dalam larutan desifektan menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna (p<0,05) pada perendaman 20 dan 30 menit. Berarti jenis larutan desinfektan yang digunakan sangat berpengaruh terhadap perubahan kekerasan lempeng resin akrilik.
Tidak terdapat perbedaan kekerasan antara sampel kontrol dengan hasil sampel perendaman selama 10 menit. Pada perbandingan waktu ini diperoleh signifikansi sebesar 0,954(p>0,05) yang artinya terjadi perubahan kekerasan pada resin akrilik setelah perendaman sampel dalam larutan desinfektan sodium
hypochlorite 0,5%.
Terdapat perbedaan kekerasan antara sampel kontrol dengan sampel perendaman setelah 20 menit. Pada perbandingan waktu ini diperoleh signifikansi sebesar 0,000(p<0,05) yang artinya terjadi perubahan kekerasan pada resin akrilik setelah perendaman sampel dalam larutan desinfektan yaitu sebesar 1,96300.
(54)
Reynolds (1989) dan Tietjen et al. (1992) menyarankan penggunaan larutan
NaClO konsentrasi 0,5% dengan lama perendaman hanya 10 menit.16 Karena jika melebihi dari waktu tersebut maka bahan ini akan mengubah struktur dari resin akrilik dalam hal terjadinya abrasi terhadap permukaan resin akrilik walaupun masih dalam batas normal.16
Terdapat perbedaan kekerasan sampel kontrol dengan sampel perendaman selama 30 menit.. Pada perbandingan waktu ini diperoleh signifikansi sebesar 0,000(p<0,05) yang artinya terjadi perubahan kekerasan resin akrilik setelah perendaman sampel dalam larutan desinfektan yaitu sebesar 2,05800. Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh degan hasil penelitian Utari Kresnodi (2005) yang menyatakan dalam penelitiannya terhadap perubahan kekerasan permukaan basis gigitiruan EBP 2421 dan resin akrilik setelah perendaman dalam larutan minuman menyatakan terjadinya perubahan kekerasan resin akrilik yang direndam selama 30 menit terdapat perubahan yang signifikan walaupun rendah.14
Nike Hendrijantini (1997) menyatakan tidak ada pengaruh konsentrasi larutan sodium hypochlorite sebagai desinfektan gigi tiruan resin akrilik terhadap struktur kekersan permukaan selama 10 menit, hal ini juga sesuai pada waktu penelitian ini selama 10 menit.16 Perubahan kekerasan resin akrilik mengalami perubahan dibandingkan kontrol pada perendaman sampel selama 20 menit dalam larutan desinfektan, menurun pada perendaman sampel selama 30 menit dalam larutan desinfektan. Pada perbandingan masing-masing waktu ini diperoleh p<0,05 yang
(55)
49
49
artinya terjadi perubahan kekerasan resin akrilik yang terjadi pada sampel setelah perendaman dalam larutan desinfektan masih dalam batas toleransi klinik dan tidak mempengaruhi kualitas resin akrilik.
Ada berbagai kemungkinan yang menyebabkan hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan ini mungkin berhubungan dengan larutan desinfektan yang digunakan. Dalam hal komposisi larutan desinfektan atau mungkin karena tutup botol larutan desinfektan yang terlalu lama terbuka ketika melakukan perendaman, sehingga mungkin saja menguap dan mempengaruhi konsentrasi larutan desinfektan sodium hypochlorite 0,5%. Temperatur ruangan
tempat penelitian yang tidak mampu dikendalikan ketika pencetakan dan perendaman juga mungkin menyebabkan perubahan pada larutan desinfektan yang digunakan.
Sesuai dengan penelitian-penelitian terdahulu yang menggunakan jenis larutan desinfektan yang berbeda-beda, hasil penelitian dengan perendaman sampel dalam larutan desinfektan sodium hypochlorite 0,5% ini juga didapatkan adanya
(56)
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Tidak ada perubahan kekerasan yang bermakna antara sampel kontrol dengan sampel setelah perendaman dalam larutan desinfektan sodium hypochlorite
0,5% selama 10 menit.
2. Ada perubahan kekerasan resin akrilik yang bermakna antara sampel kontol dengan sampel setelah perendaman dalam larutan desinfektan sodium hypochlorite
0,5% selama 20 menit dan 30 menit.
7.2 Saran
1. Diharapkan hasil penelitian ini sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut.
2. Diharapkan penelitian lanjutan yang lebih jauh dan mendalam untuk mengetahui lebih pasti penyebab perubahan kekerasn resin akrilik pada saat perendaman dalam larutan desinfektan pada penelitian ini dan penelitian-penelitian sebelumnya.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan sampel yang lebih banyak lagi sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat.
(57)
DAFTAR PUSTAKA
1. Anusavice, KJ. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Alih Bahasa
Budiman JA, Purwoko S. 10th ed. Jakarta: EGC, 2003: 197-226.
2. Manappallil, JJ. Basic Dental Materials. 1st ed New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publisher (P) Ltd, 1998: 16-18; 94-134.
3. Powers, JM. Dental Materials Properties and Manipulation. 9th ed.
Missouri: Mosby Inc, 2008: 31-32; 286-294.
4. Mc Cabe, JF. Anderson’s Applied Dental Materials. 6th ed. Edinburgh:
Blackwell Scientific Publication, 1984. 83-91.
5. Avner SH. Introduction to Physical Metallurgy. 2nd ed. London:
Macmillon Education Ltd, 1989: 54-57.
6. David dkk. Perubahan warna lempeng resin akrilik yang direndam dalam
larutan desinfektan sodium hypochlorite dan klorhexsidin, Dent. J, 2005;
38 (1): 36-40.
7. Philips RW. Element of Dental Materials for Dental Higienist and
Assistant. 2nd ed. Philadelphia: WB Saunders Company, 1984: 38-39;
151-157.
8. Albers HF. Tooth-Colored Restoratives Principles And Techniques. 9th ed.
London: BC Decker Inc, 2002: 1-17.
9. Grossman LI. Hanbook of Dental Practice. 3rd ed. Philadelphia: J.B.LI,
(58)
10. Siti S dkk. Pengaruh Cara Pemrosesan Resin Akrilik Terhadap Sifat
Fisik Dan Mekanik. Jurnal Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat.
UGM, 2005; 30 (1): 19-23.
11.Dhuru VB. Contemporary Dental Materials. 1st ed. New Delhi: Oxford
University Press, 2004: 42-46.
12.Van Noort R. Introduction To Dental Materials. 3rd ed. London: Mosby
Inc, 2008; 48: 216-226.
13.Kresnodi U. Kekerasan Permukaan Basis Gigitiruan Poliester EBP 2421
dan Resin Akrilik Setelah Perendaman dalam Larutan Minuman.
Surabaya Indonesia, Dent. J, 2005; 38 (1): 36-40.
14.Azevedo A. Hardness of Denture and Hard Chair-side. J Appl Oral Sci
2005; 13(3); 291-5.
15.Nike H. Pengaruh Konsentrasi larutan Sodium hypochlorite Sebagai
Desinfektan Gigitiruan Resin Akrilik Terhadap Candida Albicans.
Majalah Ked.Gigi, 1997; 30 (2): 73-77.
16.Dahlan H. Pengaruh Variasi Beban Indentor Micro Hardness Tester
Terhadap Akurasi Data Uji Kekerasan Material. URANIA, 2000; 24 (1):
51-55.
17.John VB. Testing of Materials. 1st ed. London: Macmillon Education Ltd,
1992: 11-13.
18.Susanto S. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15. Jakarta:
(59)
PT Gramedia, 2006: 212-221.
Lampiran 1. Skema Alur Penelitian
Plat dari wax dengan ukuran 20x20x2mm
Flasking
Molding Proses curing
Hasil curing
Polishing
Sampel tidak dilakukan perendaman
20 menit 10
menit
Perendaman Sampel dalam larutan desinfektan
sodium hypochlorite 0,5%
30 menit
PENGUKURAN KEKERASAN
HASIL (BERUPA DATA)
53
UJI STATISTIK
(60)
HASIL STATISTIK
KESIMPULAN Lampiran 2
Oneway
Descriptives
Hardness (VHN)
95% Confidence Interval for
Mean Minimum Maximum
N Mean Std. Deviation Std. Error
Lower
Bound Upper Bound
0 Menit 10 19.8280 1.49012 .47122 18.7620 20.8940 17.48 22.69
10 Menit 10 19.7980 1.09614 .34663 19.0139 20.5821 17.89 21.91
20 Menit 10 17.8350 1.17057 .37017 16.9976 18.6724 16.17 19.71
30 Menit 10 17.7700 .69521 .21984 17.2727 18.2673 16.82 18.92
Total 40 18.8078 1.50151 .23741 18.3275 19.2880 16.17 22.69
Test of Homogeneity of Variances Hardness (VHN)
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.938 3 36 .433
ANOVA
(61)
Hardness (VHN)
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 40.447 3 13.482 10.222 .000
Within Groups 47.480 36 1.319
Total 87.926 39
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Hardness (VHN) LSD
95% Confidence Interval (I) Waktu
(J) Waktu
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
Upper Bound
Lower Bound
0 Menit 10 Menit .03000 .51359 .954 -1.0116 1.0716
20 Menit 1.99300(*) .51359 .000 .9514 3.0346
30 Menit 2.05800(*) .51359 .000 1.0164 3.0996
10 Menit 0 Menit -.03000 .51359 .954 -1.0716 1.0116
20 Menit 1.96300(*) .51359 .001 .9214 3.0046
30 Menit 2.02800(*) .51359 .000 .9864 3.0696
20 Menit 0 Menit -1.99300(*) .51359 .000 -3.0346 -.9514
10 Menit -1.96300(*) .51359 .001 -3.0046 -.9214
30 Menit .06500 .51359 .900 -.9766 1.1066
30 Menit 0 Menit -2.05800(*) .51359 .000 -3.0996 -1.0164
10 Menit -2.02800(*) .51359 .000 -3.0696 -.9864
20 Menit -.06500 .51359 .900 -1.1066 .9766
* The mean difference is significant at the .05 level.
(62)
56
56
Means Plots
Waktu
30 Menit 20 Menit
10 Menit 0 Menit
Mea
n
of Hardnes
s
(VHN)
20.00
19.50
19.00
18.50
18.00
(1)
DAFTAR PUSTAKA
1. Anusavice, KJ. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Alih Bahasa Budiman JA, Purwoko S. 10th ed. Jakarta: EGC, 2003: 197-226.
2. Manappallil, JJ. Basic Dental Materials. 1st ed New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd, 1998: 16-18; 94-134.
3. Powers, JM. Dental Materials Properties and Manipulation. 9th ed. Missouri: Mosby Inc, 2008: 31-32; 286-294.
4. Mc Cabe, JF. Anderson’s Applied Dental Materials. 6th ed. Edinburgh: Blackwell Scientific Publication, 1984. 83-91.
5. Avner SH. Introduction to Physical Metallurgy. 2nd ed. London: Macmillon Education Ltd, 1989: 54-57.
6. David dkk. Perubahan warna lempeng resin akrilik yang direndam dalam larutan desinfektan sodium hypochlorite dan klorhexsidin, Dent. J, 2005; 38 (1): 36-40.
7. Philips RW. Element of Dental Materials for Dental Higienist and
Assistant. 2nd ed. Philadelphia: WB Saunders Company, 1984: 38-39; 151-157.
8. Albers HF. Tooth-Colored Restoratives Principles And Techniques. 9th ed. London: BC Decker Inc, 2002: 1-17.
9. Grossman LI. Hanbook of Dental Practice. 3rd ed. Philadelphia: J.B.LI, 1958: 501-503.
(2)
10. Siti S dkk. Pengaruh Cara Pemrosesan Resin Akrilik Terhadap Sifat Fisik Dan Mekanik. Jurnal Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. UGM, 2005; 30 (1): 19-23.
11.Dhuru VB. Contemporary Dental Materials. 1st ed. New Delhi: Oxford University Press, 2004: 42-46.
12.Van Noort R. Introduction To Dental Materials. 3rd ed. London: Mosby Inc, 2008; 48: 216-226.
13.Kresnodi U. Kekerasan Permukaan Basis Gigitiruan Poliester EBP 2421 dan Resin Akrilik Setelah Perendaman dalam Larutan Minuman. Surabaya Indonesia, Dent. J, 2005; 38 (1): 36-40.
14.Azevedo A. Hardness of Denture and Hard Chair-side. J Appl Oral Sci 2005; 13(3); 291-5.
15.Nike H. Pengaruh Konsentrasi larutan Sodium hypochlorite Sebagai Desinfektan Gigitiruan Resin Akrilik Terhadap Candida Albicans. Majalah Ked.Gigi, 1997; 30 (2): 73-77.
16.Dahlan H. Pengaruh Variasi Beban Indentor Micro Hardness Tester Terhadap Akurasi Data Uji Kekerasan Material. URANIA, 2000; 24 (1): 51-55.
17.John VB. Testing of Materials. 1st ed. London: Macmillon Education Ltd, 1992: 11-13.
18.Susanto S. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 15. Jakarta:
(3)
PT Gramedia, 2006: 212-221.
Lampiran 1. Skema Alur Penelitian
Plat dari wax dengan ukuran 20x20x2mm
Flasking
Molding
Proses curing
Hasil curing
Polishing
Sampel tidak dilakukan perendaman
20 menit 10
menit
Perendaman Sampel dalam larutan desinfektan sodium hypochlorite 0,5%
30 menit
PENGUKURAN KEKERASAN
(4)
HASIL STATISTIK
KESIMPULAN Lampiran 2
Oneway
DescriptivesHardness (VHN)
95% Confidence Interval for
Mean Minimum Maximum
N Mean Std. Deviation Std. Error
Lower
Bound Upper Bound
0 Menit 10 19.8280 1.49012 .47122 18.7620 20.8940 17.48 22.69
10 Menit 10 19.7980 1.09614 .34663 19.0139 20.5821 17.89 21.91
20 Menit 10 17.8350 1.17057 .37017 16.9976 18.6724 16.17 19.71
30 Menit 10 17.7700 .69521 .21984 17.2727 18.2673 16.82 18.92
Total 40 18.8078 1.50151 .23741 18.3275 19.2880 16.17 22.69
Test of Homogeneity of Variances Hardness (VHN)
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.938 3 36 .433
ANOVA
(5)
Hardness (VHN)
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 40.447 3 13.482 10.222 .000
Within Groups 47.480 36 1.319
Total 87.926 39
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Hardness (VHN)
LSD
95% Confidence Interval (I) Waktu
(J) Waktu
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
Upper Bound
Lower Bound
0 Menit 10 Menit .03000 .51359 .954 -1.0116 1.0716
20 Menit 1.99300(*) .51359 .000 .9514 3.0346
30 Menit 2.05800(*) .51359 .000 1.0164 3.0996
10 Menit 0 Menit -.03000 .51359 .954 -1.0716 1.0116
20 Menit 1.96300(*) .51359 .001 .9214 3.0046
30 Menit 2.02800(*) .51359 .000 .9864 3.0696
20 Menit 0 Menit -1.99300(*) .51359 .000 -3.0346 -.9514
10 Menit -1.96300(*) .51359 .001 -3.0046 -.9214
30 Menit .06500 .51359 .900 -.9766 1.1066
30 Menit 0 Menit -2.05800(*) .51359 .000 -3.0996 -1.0164
10 Menit -2.02800(*) .51359 .000 -3.0696 -.9864
20 Menit -.06500 .51359 .900 -1.1066 .9766
(6)
56
56
Means Plots
Waktu
30 Menit 20 Menit
10 Menit 0 Menit
Mea
n
of Hardnes
s
(VHN)
20.00
19.50
19.00
18.50
18.00