Studi Preferensi Kepinding Tanah Scotinophara coarctata Fabricius (Hemiptera: Pentatomidae) Terhadap Beberapa Varietas Dan Umur Tanaman Padi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kepinding tanah (Scotinophara coarctata, Fabricius), dikenal juga dengan
nama Rice Black Bug (RBB) merupakan salah satu hama penting pada tanaman
padi. Hama ini dapat menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi pada pertanaman
padi di berbagai daerah penghasil padi di Asia (Wongsiri, 1975 dalam Cruz et al.,
2011). RBB merupakan hama penting pada tanaman padi di Kamboja, Cina
(termasuk Taiwan), India, Indonesia, Filipina, Thailand dan Vietnam (Pathak dan
Khan, 1994).
Menurut Pathak dan Khan (1994),

keberadaan S. coarctata pada

pertanaman padi telah dilaporkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1903,
selanjutnya di Malaysia pada tahun 1918, di Filipina (tepatnya di Palawan) pada
September 1979. Menurut Barrion et al. (2007),

bahwa S. coarctata mulai

teridentifikasi di Filipina sejak awal tahun 1900, selanjutnya telah menyebar
dengan migrasi ke berbagai kepulauan dan menyebabkan kerusakan tanaman padi

di berbagai lokasi.
Pada bulan Juni 1992 dilaporkan bahwa di daerah Zamboanga (Filipina)
serangan hama kepinding tanah mengakibatkan kerusakan pertanaman padi
hingga 2.070 hektare (Cruz et al., 2011 dan Cuaterno, 2011).

Tiga tahun

kemudian menyerang Region 9 di Mindanao, lalu pada tahun 1996 ditemukan
pada Region 12 dan setahun kemudian terjadi ledakan hama dan saat ini
kepinding tanah ditemukan pada semua ekosistem sawah di Kepulauan Mindanao
(Cuaterno, 2011). Kehilangan hasil akibat serangan kepinding tanah di daerah
Visayas dan Mindanao mencapai 15–23 % dari total produksi padi per tahun.

Universitas Sumatera Utara

Serangan kepinding tanah juga telah dilaporkan terdapat pada daerah
pertanaman padi di Manipur (India) sejak tahun 1986 yang menyerang tanaman
padi fase vegetatif (Singh dan Singh, 1987).

Demikian juga di Malaysia,


kepinding tanah juga merupakan hama yang serius pada pertanaman padi sejak
awal tahun 1920 (Cuaterno, 2011).
Menurut Kalshoven (1981), kepinding tanah juga menjadi hama utama dan
mengalami ledakan populasi dibeberapa daerah di Indonesia yaitu Palembang
(Sumatera) serta di Sungai Barito, Kapuas dan Kahajan (Kalimantan).
Kartohardjono et al. (2009) menjelaskan bahwa total luas serangan kepinding
tanah sejak tahun 1997 sampai 2006 di Indonesia berkisar 2.775 ha, dan tertinggi
seluas 19.047 ha pada tahun 1998; rerata luas serangan selama sepuluh tahun
tersebut (1997 – 2006) yaitu 6.162 ha.
Pada lahan persawahan di Aceh dilaporkan bahwa kepinding tanah telah
menyerang ratusan hektar areal persawahan di Kabupaten Aceh Utara (Rakyat
Aceh, 2010). Demikian juga di daerah Kotamobagu, Manado - Sulawesi Utara
areal persawahan juga terserang kepinding tanah. Selain daerah Kotamobagu,
kepinding tanah juga menyerang tanaman padi di Kabupaten Bolmong. Kerugian
yang diakibatkannya dapat mengurangi hasil panen hingga 90 persen (Manado
Post, 2010). Di Aceh Tenggara selama kurun waktu 5 tahun terakhir, kepinding
tanah pada tanaman padi sangat meresahkan petani, dan pada tahun 2012 telah
menimbulkan kerusakan tanaman padi seluas 436 Ha, selain populasinya yang
tinggi sepanjang tahun juga dapat menyebabkan puso (Distan TPH, 2013).

Kepinding tanah merusak tanaman dengan cara menusuk dan menghisap
pangkal batang padi, sehingga pada populasi yang tinggi menyebabkan tanaman

Universitas Sumatera Utara

menjadi kuning atau merah kecoklatan, akhirnya layu dan mati (Kartohardjono et
al, 2009). Buku pada batang merupakan tempat isapan yang disukai karena
menyimpan banyak cairan.
Pengisapan oleh kepinding tanah pada fase anakan, menyebabkan jumlah
anakan berkurang dan pertumbuhan terhambat

atau kerdil (Deptan, 2007b).

Menurut Pathak dan Khan (1994), serangan berat oleh kepinding tanah selama
fase pembentukan anakan akan mematikan tunas dan menyebabkan kematian
anakan muda. Selanjutnya tanaman padi menunjukkan gejala kerdil, menguning,
klorotik dengan anakan yang sedikit.
Apabila serangan terjadi setelah fase bunting, tanaman menunjukkan
gejala terhambatnya pembentukan malai sampai pada tidak terbentuknya malai,
atau terbentuk malai yang kerdil, eksersi malai yang tidak lengkap, dan gabah

hampa (Pathak dan Khan, 1994; Deptan, 2007b). Gejala serangan selama
pematangan, menyebabkan pengisian malai tidak lengkap dan bulir yang kosong
akan meningkat. Dalam kondisi populasi tinggi kepinding tanah, tanaman yang
dihisap dapat mati atau mengalami bugburn, seperti hopperburn oleh wereng
coklat (Pathak dan Khan, 1994; Deptan, 2007).
Kerugian akibat gejala serangan kepinding tanah, hasil penelitian Cuaterno
(2011), pengamatan terhadap 10 RBB dewasa per rumpun tanaman padi dapat
menyebabkan kehilangan hasil antara 15 – 23%.

Sedangkan menurut CAB

Internet (2004 dalam Kartohardjono et al,. 2009), menyebutkan infestasi pada
stadia generatif dengan kepadatan 25-75 ekor per rumpun hasilnya akan
berkurang antara 37-48%. Infestasi yang sama pada stadia anakan dapat
menurunkan hasil antara 51-71%.

Universitas Sumatera Utara

Populasi hama dan serangan kepinding tanah selalu ada sepanjang tahun
pada pertanaman padi di Indonesia (Kartohardjono et al., 2009). Populasi

kepinding tanah juga selalu ditemukan sepanjang tahun di Kabupaten Aceh
Tenggara (Distan TPH, 2012). Dalam kondisi tidak ada padi di lapangan, hama
kepinding tanah dapat bertahan pada permukaan tanah yang terbelah dan lembab
(Cuaterno, 2011).
Berdasarkan studi literatur terhadap deskripsi padi yang dilepas di
Indonesia, tidak ada laporan tentang status ketahanan padi terhadap kepinding
tanah. Namun demikian, Pathak dan Khan (1994) menyebutkan bahwa terdapat 2
varietas padi yang memiliki ketahanan terhadap kepinding tanah yaitu varietas
IR10781-75-3-2-2 dan IR13149-71-3-2.

Rumusan Masalah
Kepinding tanah merupakan salah satu hama utama pada tanaman padi di
Kabupaten Aceh Tenggara yang dapat mengakibatkan penurunan produktivitas
padi. Keberadaan kepinding tanah pada pertanaman dapat hadir sejak di
persemaian. Populasi kepinding tanah cenderung tinggi sepanjang tahun.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan oleh penulis, penangkapan dengan
menggunakan lampu perangkap pada kondisi terang bulan dapat mencapai 10.000
ekor per malam pada areal seluas 0,5 hektare di Aceh Tenggara. Kepinding tanah
sulit untuk dieradikasi karena memiliki kemampuan yang tinggi untuk beradaptasi
terhadap berbagai kondisi lingkungan, mampu bertahan dalam waktu yang

panjang pada kondisi tidak tersedia makanan dan memiliki kisaran inang yang
luas.

Universitas Sumatera Utara

Satu-satunya upaya yang dilakukan petani di Kabupaten Aceh Tenggara
untuk

pengendalian

kepinding

tanah

adalah

dengan

metode


kimiawi

menggunakan insektisida. Pengendalian dengan metode ini, dikhawatirkan dalam
jangka panjang akan menyebabkan resistensi pada kepinding tanah, berdampak
negatif terhadap lingkungan dan kesehatan. Di sisi lain, adanya perubahan iklim
global, dikhawatirkan akan berdampak terhadap perubahan perilaku hidup
kepinding tanah kearah yang lebih merugikan.
Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui jenis
kepinding tanah yang ada di Aceh Tenggara, serta perlunya kajian preferensi dan
ketahanan beberapa varietas padi terhadap kepinding tanah sehingga dapat
menjadi dasar dalam pengelolaan kepinding tanah secara terpadu.

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui preferensi kepinding tanah pada beberapa varietas padi.
2. Untuk menguji ketahanan beberapa varietas padi terhadap kepinding tanah.
3. Untuk mengetahui pengaruh umur tanaman terhadap kerusakan akibat
serangan hama kepiding tanah pada beberapa varietas padi.

Hipotesa Penelitian
1. Terdapat perbedaan ketertarikan atau kesukaan kepinding tanah terhadap

beberapa varietas padi yang diuji.
2. Terdapat perbedaan ketahanan akibat infestasi kepinding tanah pada beberapa
varietas padi yang diuji.
3. Umur tanaman padi berpengaruh terhadap tingkat kerusakan akibat serangan
kepinding tanah.

Universitas Sumatera Utara

Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat sebagai pedoman bagi pemerintah khususnya
pemerintah daerah Kabupaten Aceh Tenggara dan petani dalam budidaya tanaman
padi pada daerah yang endemik dan mengalami ledakan populasi kepinding tanah.

Universitas Sumatera Utara