Pengaruh Penggunaan Bahan Perekat Terhadap Jumlah Candida Albicans Pada Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

6

$ %

&

'

(
Basis gigitiruan merupakan bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan
lunak rongga mulut dan tempat melekatnya anasir gigitiruan. Basis gigitiruan memberi
dukungan pada rongga mulut dengan menutupi daerah jaringan mukosa.1,19

&)

(

Beberapa persyaratan yang dibutuhkan pada suatu basis gigitiruan yaitu:19%22
1. Biokompatibel (tidak toksik dan tidak bersifat mengiritasi)
2. Perubahan dimensi yang kecil
3. Permukaannya keras dan tidak mudah aus

4. Tidak menyerap cairan rongga mulut
5. Estetis dan stabilisasi warna baik
6. Harga ekonomis dan terjangkau
7. Mudah dibersihkan
8. Penghantar suhu yang baik.
Berdasarkan syarat ideal suatu basis gigitiruan yang harus dipenuhi, sampai saat ini
belum dijumpai bahan yang mampu memenuhi syarat tersebut.

'

"

(

Bahan yang digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu logam dan resin.1,19,20

#
Bahan logam telah digunakan sebagai bahan basis gigitiruan pada abad ke%18
sampai ke%20. Bahan logam sebagai basis gigitiruan memiliki beberapa keuntungan yaitu

ketepatan dimensional yang tinggi, penghantar termis yang baik, tahan terhadap abrasi,
memiliki kekuatan yang maksimal dan mudah dibersihkan.

Universitas Sumatera Utara

7

Bahan basis gigitiruan logam juga mempunyai beberapa kerugian antara lain kurang
estetis dan tidak harmonis dengan jaringan sekitarnya, penyesuaian dengan jaringan sekitar
dan gigi sulit, basis logam tidak dapat dicekatkan dan dilapis kembali, teknik pembuatannya
lebih rumit dan harganya relatif lebih mahal.1,19,21

Bahan basis gigitiruan yang sering digunakan adalah resin. Sebagai basis gigitiruan,
resin memiliki beberapa keuntungan yaitu warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya,
sehingga memenuhi faktor estetis, dapat dilapis dan dicekatkan kembali, relatif lebih ringan,
teknik pembuatan dan pemolesannya mudah, dan biaya murah.
Di samping keuntungan tersebut, resin juga memiliki beberapa kerugian yaitu
penghantar suhu yang buruk, dimensinya tidak stabil baik pada waktu pembuatan,
pemakaian dan reparasi, mudah terjadi abrasi pada saat pembersihan atau pemakaian, dan
walaupun dalam derajat kecil, resin menyerap cairan mulut sehingga mempengaruhi

stabilitas warna. Bahan basis resin dibagi menjadi beberapa macam yaitu resin akrilik
polimerisasi sinar, resin akrilik polimerisasi panas, dan resin akrilik swapolimerisasi.1,19

#
Resin akrilik merupakan bahan basis gigitiruan yang paling banyak digunakan untuk
pembuatan basis gigitiruan. Resin akrilik adalah turunan dari etilen yang mengandung gugus
vinil dalam rumus strukturnya. Resin akrilik merupakan bahan pilihan karena memiliki
estetis yang baik, sifat fisis dan mekanis yang cukup baik, murah, dan mudah dibuat dengan
peralatan yang tidak mahal. Bahan basis gigitiruan resin akrilik tidak terlepas dari
keterbatasan dan tidak memenuhi seluruh persyaratan bahan basis gigitiruan yang ideal.1,19

'# *#
Unsur utama dari resin akrilik polimerisasi panas adalah: 1,19%22


Bubuk
Polimer : butiran polimetil metakrilat
Inisiator : benzoil peroksida
Pigmen/pewarna : garam kadmium atau besi, atau pewarna organic


Universitas Sumatera Utara

8

Cairan



Monomer : metil metakrilat
: etilen glikol dimetilakrilat
Inhibitor : hidroquinon
Komponen utama dari bubuk adalah butiran%butiran poli metil metakrilat dengan
diameter hingga 100 µm dan massa jenis 1,19 g/cm2, sedangkan komponen utama dari
cairan adalah monomer metil metakrilat yang bening, tidak berwarna, tidak kental dan
berbau menyengat yang disebabkan tekanan penguapan yang relatif tinggi pada suhu
ruangan.19,21
*
Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet dengan
menggunakan teknik


. Bubuk dan cairan dicampur dengan

perbandingan volume 3:1 atau perbandingan berat 2,5:1. Bahan yang telah dicampur
melewati empat tahap:
1. Tahap pertama: tahap basah, seperti pasir (

).

2. Tahap kedua: tahap lengket berserat (s
monomer (

) selama polimer larut dalam

).

3. Tahap ketiga: tahap lembut, seperti adonan, sesuai untuk diisi ke dalam mold
(

).
4. Tahap keempat: tahap kaku, seperti karet (


).

Setelah pembuangan malam, adonan diisi ke dalam mold gips. Kuvet ditempatkan,
di bawah tekanan, dalam

dengan waktu dan suhu terkontrol untuk memulai

polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas. Umumnya resin akrilik polimerisasi panas
dipolimerisasi dengan menempatkan kuvet dalam

dengan suhu konstan pada

o

70 C selama 90 menit dan dilanjutkan dengan perebusan akhir pada suhu 100oC selama 30
menit sesuai rekomendasi

(JIS).1,19


Setelah prosedur polimerisasi, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan hingga mencapai
suhu kamar untuk memungkinkan pelepasan

yang cukup sehingga

meminimalkan perubahan bentuk basis. Selanjutnya dilakukan pemisahan kuvet dan harus
dilakukan dengan hati%hati untuk mencegah fraktur atau distorsi gigitiruan. Setelah
dikeluarkan dari kuvet, basis gigitiruan akrilik siap untuk diproses akhir dan dipoles. 1,19,22

Universitas Sumatera Utara

9

&"

'

+

##


Bahan basis gigitiruan seharusnya secara alamiah tidak larut dalam cairan rongga
mulut dan saliva oleh karena perubahan sifat kemis bahan basis tersebut dan menyebabkan
menjadi tidak higienis. Bahan basis gigitiruan harus tidak toksis dan tidak menyebabkan
iritasi bagi pemakainya. Sifat biologis dan kemis bahan basis resin akrilik antara lain:1,19,21
1. Penyerapan Air
Resin akrilik menyerap air secara perlahan, biasanya melalui difusi, dan mencapai
titik keseimbangan sekitar 2 % setelah periode beberapa hari atau minggu tergantung pada
ketebalan gigitiruan. Penyerapan air selalu terjadi pada resin akrilik dengan tingkat yang
lebih besar pada bahan yang lebih kasar. Penyerapan air menyebabkan perubahan dimensi,
meskipun tidak signifikan.
2. Pembentukan Koloni Bakteri
Kemampuan organisme tertentu untuk berkembang pada permukaan gigitiruan resin
akrilik berkaitan dengan penyerapan air, energi bebas permukaan, kekerasan permukaan,
dan kekasaran permukaan. Hal yang berhubungan dengan absorpsi air adalah kemampuan
beberapa organisme berkoloni di permukaan resin akrilik, tetapi belum jelas apakah
organisme, seperti

, terdapat pada permukaan dari gigitiruan, atau


mempenetrasi lapisan luar resin.1,20,22
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki
penyerapan air yang rendah, permukaan yang halus, kekerasan permukaan yang lebih tinggi
dibandingkan nilon dan sudut kontak permukaan dengan air yang cukup besar sehingga
apabila diproses dengan baik dan sering dibersihkan maka perlekatan bakteri tidak akan
mudah terjadi. Pembersihan dan perendaman gigitiruan dalam pembersih kemis secara
teratur umumnya sudah cukup untuk mengurangi masalah perlekatan bakteri. 21,22
3. Biokompatibilitas
Resin akrilik polimerisasi panas sangat biokompatibel. Beberapa pasien mungkin
menunjukkan reaksi alergi yang disebabkan monomer sisa metil metakrilat atau asam
benzoid pada basis gigitiruan. Pasien yang tidak alergi juga dapat mengalami iritasi apabila
terdapat jumlah monomer sisa yang tinggi pada basis gigitiruan yang tidak dipolimerisasi
dengan baik. Batas maksimal konsentrasi monomer sisa untuk resin akrilik polimerisasi
panas menurut standar ISO adalah 2,2 %.1,19,20,21

Universitas Sumatera Utara

10

!

merupakan flora normal yang ada pada rongga mulut, saluran
pencernaan, saluran pernafasaan bagian atas dan mukosa genital pada mamalia. Salah satu
yang dikenal banyak menimbulkan penyakit pada manusia maupun hewan
adalah

.

sariawan, lesi pada kulit

merupakan fungi opportunistik penyebab
,

dan merupakan pertanda penting bagi

pasien yang mengalami imunokompresi seperti AIDS, kemoterapi kanker, dan transplantasi
organ (Gambar 1).24,25
dapat ditemukan baik dalam bentuk ragi maupun dalam bentuk
hifa semu, tergantung kondisi lingkungannya. Bila dibiakkan pada suhu 37oC,
akan berbentuk sel ragi, sedangkan bila dibiakkan pada suhu 30oC maka akan
berbentuk pseudohifa. Pada pemakai gigitiruan ditemukan jumlah

45%65 %.24 Infeksi

sekitar

memberikan gambaran berupa lesi berwarna merah,

bengkak dan menimbulkan rasa sakit pada permukaan mukosa rongga mulut, lesi ini dikenal
!25,26

dengan
! '

"

Berdasarkan klasifikasi ilmiah
"

#$

$

#%

&

#

diklasifikasi menjadi:25

#
'

#

$

#

(

#
:

Universitas Sumatera Utara

11

)*

Gambar 1.

! ,

# -,

# )

*

%

Faktor%faktor yang mempengaruhi jumlah

dibedakan menjadi

faktor lokal dan faktor sistemik yang berhubungan dengan kemampuan
dalam melakukan adhesi dan proliferasi pada jaringan mukosa

.18,26

Faktor%faktor sistemik yang menyebabkan meningkatnya jumlah
pada rongga mulut adalah:18,26
1. Diabetes
Pada uji laboratorium, saliva pada penderita diabetes menjadi salah satu tempat yang
ideal bagi mikroorganisme seperti

untuk tumbuh. Pada permukaan basis

gigitiruan pasien diabetes terjadi peningkatan jumlah

bila dibandingkan

dengan pasien yang tidak mengalami diabetes.
2. Penderita gagal ginjal
Pada pasien yang mengalami gagal ginjal, diwajibkan untuk mengkonsumsi obat%
obatan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang terus%menerus secara berulang mengganggu
keseimbangan flora normal rongga mulut yang menyebabkan bakteri%bakteri dalam rongga
mulut mengalami penurunan dan hal tersebut meningkatkan jumlah

secara

signifikan!
3. Xerostomia
Kualitas dan kuantitas aliran saliva mengalami penurunan pada pasien pemakai
gigitiruan yang sudah lansia. Aliran saliva yang berkurang menyebabkan sistem imun
pertahanan rongga mulut terganggu sehingga jumlah
signifikan!

meningkat secara

Faktor lain dapat berupa konsumsi obat%obatan seperti antihipertensi yang

menyebabkan aliran saliva menurun.

Universitas Sumatera Utara

12

Faktor%faktor lokal yang menjadi indikasi meningkatkan jumlah
adalah:
1. Trauma
Trauma akibat dari gigitiruan yang tidak stabil merupakan salah satu etiologi dari
. Analisis imunohistokimia dari jaringan mukosa memperlihatkan bahwa
mempunyai hubungan antara trauma dengan munculnya berbagai antigen
pada jaringan mukosa.
2. Saliva
Saliva mempunyai molekul sistem pertahanan seperti lisosim, laktoferin, kalprotein,
IgA, buffer pH dan

rongga mulut yang bertugas untuk mengurangi

pertumbuhan adhesi

pada rongga mulut. Berkurang atau tidak adanya kehadiran

saliva pada seorang individu akan mengakibatkan perubahan dan ketidakseimbangan flora
normal dalam rongga mulut. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa saliva memegang peran
adhesi dari

.

3. pH rongga mulut
Buffer pH yang rendah sangat menguntungkan bagi adhesi dan proliferasi dari
. Faktanya, pH sama dengan tiga, mengoptimalkan bukan hanya pada adhesi
tapi juga mengaktifkan enzimatik proteinasi bersamaan dengan lipase yang
menjadi faktor terpenting dalam virulensi

.

4. Permeabilitas dari resin akrilik
Adhesi

bergantung pada mikroporositas yang ada pada permukaan

basis gigitiruan. Pada permukaan basis gigitiruan yang kasar memungkinkan

untuk

berkembang dan menyulitkan mengeliminasi bakteri baik pada pembersih secara kemis
maupun mekanis.26
!

.

(

+

Gigitiruan resin akrilik dapat menjadi tempat penumpukan stain, dan plak
disebabkan oleh sifat akrilik yang porus dan menyerap air, sehingga mudah terjadi
akumulasi sisa makanan dan minuman dimana akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan
rongga mulut pemakai gigitiruan tersebut. Permukaan resin akrilik yang menghadap mukosa
adalah permukaan yang tidak rata, permukaan gigitiruan yang tidak dilakukan pemolesan
mempermudah penempelan plak dan merupakan tempat yang baik untuk berkembang

Universitas Sumatera Utara

13

biaknya mikroorganisme sehingga sering ditemukan terjadinya peradangan. Trauma karena
!2,18,26

pemakaian gigitiruan juga mempermudah terjadinya infeksi

Pasien pemakai gigitiruan harus benar%benar menjaga kebersihan, karena dengan
adanya plak pada basis gigitiruan menjadi tempat yang baik bagi berkembangnya
mikroorganisme seperti

! Jumlah

berbeda%beda pada tiap

pasien pemakai gigitiruan, hal ini tergantung pada seberapa lama gigitiruan dipakai. Bila
gigitiruan dipakai terus menerus baik pada malam hari maka pertumbuhan
cenderung mengalami peningkatan yang signifikan sehingga menjadi virulen dan
. 2,18,26 Ozkan dkk. (2010) menyatakan bahwa kebersihan

menyebabkan

rongga mulut yang tidak dijaga merupakan faktor utama penyebab inflamasi pada pengguna
gigitiruan

dimana

basis

gigitiruan

menjadi

tempat

kolonisasi

bagi

beberapa

mikroorganisme.7

/

(

Bahan perekat gigitiruan merupakan suatu bahan yang biokompatibel, beredar luas,
dan larut dalam air yang diaplikasikan pada permukaan basis gigitiruan untuk meningkatkan
retensi, stabilisasi dan fungsi dari gigitiruan.27,28

/ '

(

Kegunaan bahan perekat gigitiruan antara lain adalah: 27%30
1. Meningkatkan retensi dari gigitiruan pada permukaan mukosa rongga mulut.
Mekanisme bahan perekat adalah dengan membentuk selapis tipis seperti saliva di antara
gigitiruan dan mukosa.
2. Meningkatkan fungsi pengunyahan.
3. Meningkatkan rasa percaya diri pasien.
4. Meningkatkan adhesi, kohesi dan viskositas dari saliva yang berada di antara
gigitiruan dan jaringan pendukung.
5. Mengisi kekosongan antara basis gigitiruan dan jaringan pendukung.

Universitas Sumatera Utara

14

/ $ +

+

'#

+

(

Bahan perekat gigitiruan diindikasikan: 27%30
1. Ketika gigitiruan yang ideal, tidak memuaskan harapan dan psikologis pasien
dalam retensi dan stabilisasi.
2. Pasien dengan kelainan neurologi seperti:
− Stroke (menyebabkan otot wajah tegang, berkurangnya sensasi, dan paralisis
otot%otot rongga mulut).
− '

(tidak terkendalinya aktivitas dari lidah, pipi, bibir dan

mandibula dan kelainan otot wajah lainnya).
3. Pasien yang sedang menjalani kemoterapi terutama pada daerah kepala dan leher
(aliran saliva berkurang dikarenakan radiasi yang diterima mengakibatkan gangguan pada
kelenjar saliva).
4. Pasien yang sedang menjalani terapi obat%obatan, dan mengakibatkan xerostomia.
5. Pasien dengan penyakit sistemik dan penyakit keturunan seperti: diabetes,
hipertensi dan +

,

!

Berdasarkan indikasi di atas, bahan perekat gigitiruan digunakan dengan fungsi
untuk mengkompensasi berkurangnya fungsi saliva agar meningkatkan retensi dan
stabilisasi yang berkurang sehingga mengurangi ulserasi akibat gesekan dari penggunaan
gigitiruan.
Kontraindikasi dari penggunaan bahan perekat gigitiruan adalah: 27%30
1. Gigitiruan yang salah, baik pada vertikal dimensi, oklusi dan tidak mencakup
daerah anatomis struktur pendukung dan pembatas yang seharusnya.
2. Alergi terhadap bahan perekat gigitiruan
3. Gigitiruan yang sudah tidak memadai akibat dari linggir mandibula dan maksila
yang mengalami resorpsi tulang yang parah.
4. Kebersihan rongga mulut dan gigitiruan yang tidak adekuat sehingga dapat
berakibat buruk bagi kesehatan rongga mulut. Bahan perekat gigitiruan dapat menjadi
tempat melekatnya bolus makanan dikarenakan meningkatnya ikatan adhesi dan kohesi
sehingga bahan perekat yang digunakan melebih waktu pemakaian dapat menjadi tempat
berkoloninya mikroorganisme.

Universitas Sumatera Utara

15

/ '# *#

(

Komposisi utama bahan perekat gigitiruan adalah:
1. Poli (metilvinileter/
Poli (metilvinileter/

)
) merupakan komponen utama yang berupa gabungan

dari beberapa ikatan garam yang bertindak sebagai perekat dari bahan perekat gigitiruan
dengan mekanisme kerja yang sama dengan Karboksilmetilsellulosa. Poli (metilvinileter)
yang berkontak dengan saliva akan menunjukkan ikatan silang antara molekul yang
menyebabkan peningkatan aktivitas kohesi (Gambar 2).27,28 Poli (metilvinileter/

)

dapat berikatan dengan beberapa mineral seperti kalsium, zinc, sodium dan magnesium. Poli
(metilvinileter/

) yang berikatan dengan zinc memperlihatkan kemampuan

sebagai komponen antimikroba yang kuat, tetapi zinc mengakibatkan efek samping pada
manusia yaitu

dan gangguan sistem saraf.32

Gambar 2. Struktur Kimia Poli (metilvinileter/

)27

2. Karboksilmetilsellulosa
Karboksilmetilsellulosa merupakan campuran beberapa material garam yang bekerja
dalam jangka waktu yang pendek. Karboksilmetilsellulosa yang terkontaminasi dengan air,
memperlihatkan

yang cepat menimbulkan ikatan terhadap gigitiruan dengan

epitelium mukosa. Karboksilmetilsellulosa meningkatkan volume dan viskositas cairan
dalam rongga mulut, sehingga mengeliminasi kekosongan antara basis gigitiruan dan
permukaan mukosa. Kedua aksi tersebut meningkatkan kekuatan interfasial pada gigitiruan
(Gambar 3). 27,30

Universitas Sumatera Utara

16

Gambar 3. Struktur Kimia Karboksilmetilsellulosa29
3. -

+

adalah campuran semi%padat hidrokarbon yang digunakan sebagai

salep topikal dikarenakan sifat penyembuhnya. -

+

memiliki sifat tidak larut

dalam air dan berfungsi sebagai pelumas, pelindung dan antioksidan.32
4. -

./
./

dikenal sebagai minyak mineral, merupakan

yang dicairkan dengan proses distilasi. beracun. -

/

/

+

bersifat ekonomis dan tidak

mempunyai fungsi sebagai pengawet, pelumas, dan

pendingin.33
Bahan perekat gigitiruan memiliki komponen antimikroba seperti:
1. -

berfungsi utama sebagai antimikroba dan mempunyai struktur kimia

berupa Na(C3H7(C6H4COO)O) (Gambar 4). -

merupakan n%propil ester dari

asam p%hidroksibenzodik metil ester berupa substansi alami yang dapat ditemukan pada
mayoritas tumbuhan dan beberapa serangga. -

merupakan sebagai salah satu

bahan yang digunakan untuk kebutuhan kosmetik, obat%obatan dan makanan.34
-

mempunyai kemungkinan menimbulkan efek samping seperti alergi, iritasi

pada mukosa walaupun kasus tersebut jarang terjadi. kanker payudara karena

dapat mengakibat

mempunyai kemampuan untuk meniru hormon

estrogen yang memicu pertumbuhan sel. FDA (
penggunaan
-

) membatasi

tidak melebihi konsentrasi 0.01 sampai 0.3%.35
lebih efektif dalam melawan fungi daripada bakteri. -

bekerja aktif dalam buffer pH yang berkisar antara 3%8, dan akan kehilangan efek
antimikroba pada pH buffer lebih dari 8. -

bekerja dengan cara

Universitas Sumatera Utara

17

menghancurkan permeabilitas membran dari sel mikroorganisme dan mengganggu
metabolisme sel dengan mencegah oksidasi dari fosfat alpha gliserol sehingga mengganggu
sistem transportasi membran dari sel tersebut dan memperlambat pertumbuhan sel.
Mekanisme

cenderung bekerja pada mikroorganisme yang mempunyai sel

yang dikelilingi lapisan membran lemak. Kemampuan

tergolong lebih

menghambat pertumbuhan daripada membunuh mikroorganisme.36 Bredin dkk (2005)
menyatakan bahwa -

memicu potasium keluar dari membran sel

mikroorganisme sehingga enzim di dalam sel mikroorganisme mengalami degradasi.
Sitotoksis dari

terhadap sel mikrooganisme dapat dikaitkan dengan

mitokondrial yang mengalami depolarisasi dan berkurang sel ATP melalui proses
oksidasi.37

Gambar 4. Struktur Kimia -

34

2. 0
0

merupakan antimikroba dengan sifat bakteristatik terhadap

mikroorganisme gram positif, dan tidak terlalu efektif terhadap mikroorganisme gram
negatif. 0

lebih sering digunakan pada krim dan sabun. 0

memperlihatkan mekanisme kerjanya berupa menghambat rantai transportasi membran dari
membran sel yang kemudian menyebabkan membran sel dari bakteri tersebut mengalami
lisis.38,39
3. Metil salisilat
Metil salisilat merupakan minyak esensial yang berasal dari beberapa tumbuhan
seperti

dan

s yang berfungsi sebagai analgesik dan

antimikroba. Metil salisilat sering digunakan pada kosmetik, makanan dan obat%obatan.
Metil salisilat mempunyai dua mekanisme kerja yaitu mengganggu struktur dari membran
sel sehingga menyebabkan sel tersebut rusak kemudian sel tersebut mengalami kematian,
dan aksi kedua berupa menghalangi sintesis dari membran sel dan menghambat respirasi
sel tersebut.40,41

Universitas Sumatera Utara

18

4. p%Hidroksibenzodic metil ester
p%Hidroksibenzodic metil ester merupakan agen anti%fungal dikarenakan asam p%
Hidroksibenzodic metil ester mempunyai kriteria yang berupa tidak mengiritasi, tidak
berbau dan tidak beracun pada tubuh manusia. Mekanisme p%Hidroksibenzodic metil
ester adalah dengan menganggu proses transportasi membran atau dengan menghambat
sintesis dari DNA dan RNA.42
5. Sodium Tetraborat
Sodium tetraborat (B4H10Na2O12) merupakan subtansi yang berbentuk kristal
dengan karakteristik lembut, ringan dan bening. Sodium tetraborat sering digunakan
sebagai desinfektan, obat kumur, dan larutan buffer. Mekanisme aksi dari sodium
tetraborat terhadap fungi adalah menghambat pertumbuhan fungi dengan mencegah
produksi spora.43
Ekstrand dkk. (1994) menyatakan bahwa bahan perekat yang mempunyai
komponen antimikroba

memperlihatkan pertumbuhan

pada bahan perekat tersebut.16 Kim dkk. (2003) menyatakan bahwa bahan perekat
gigitiruan tanpa komponen antimikroba tidak meningkatkan maupun menurunkan
jumlah

yang signifikan pada penelitan yang dilakukan dalam jangka

waktu dua minggu.17 Pada penelitian yang dilakukan oleh Maia dkk. (2010) terhadap
beberapa bahan perekat, memperlihatkan bahwa bahan perekat yang tidak mempunyai
komponen antimikroba cenderung mengalami peningkatan jumlah

,

sedangkan pada bahan perekat yang mempunyai komponen antimikroba berupa
menunjukkan penurunan jumlah

.8%9 Ozkan dkk. (2010)

menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaaan pertumbuhan mikroorganisme yang
signifikan antara pasien pemakai bahan perekat gigitiruan dengan komponen
antimikroba dan yang tidak menggunakan bahan perekat gigitiruan.7

Universitas Sumatera Utara

"
(
( "

#

"

"

%'

"

$

!
Universitas Sumatera Utara

%&'

19

.

/

!)%

!"#+#%

!0%

*

!+,,-%

!"#+#%

!"##&%

'
'

(

(

'

*

'
'

(

(

'

Universitas Sumatera Utara

'
'
'

'

!"##$%

20

21

Universitas Sumatera Utara