275130283 Proposal Pemahaman Konsep Dan Berpikir Kritis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka

dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Ketika seseorang
merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia
melakukan aktivitas berpikir. Selama berpikir manusia mengkaji dan mengolah berbagai
gagasan, konsep, pengalaman dan peristiwa yang dialaminya agar ia samapai pada suatu
kesimpulan.
Pendidikan pada hakikatnya adalah untuk memanusiakan manusia. Pendidikan di sekolah
sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Pengembangan kemampuan
berpikir ini sangat bermanfaat bagi siswa. Salah satu kemampuan berpikir yang dikembangkan di
sekolah adalah kemampuan berpikir kritis. Oleh sebab itu seorang guru harus bisa memilih
model pembelajaran yang sesuai dalam menyampaikan materi pelajaran agar mampu berpikir
kritis.
Proses pembelajaran di kelas sebagian besar masih bersifat teacher center bukannya
student center sehingga pembelajaran pun hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk

menghafal informasi. Siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa
memaknai informasi yang didapatkannya.
Hasil observasi pada guru IPA (Tasiwan, 2014) didapatkan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru hanya ± 20 % - 30 % yang mengacu pada standar proses dan karakteristik. Guru
melakukan pembelajaran tidak memperhatikan pengetahuan awal siswa tentang konsep yang
akan diberikan sebagai dasar pembelajaran. Kondisi ini menyebabkan siswa tidak mampu
memproses informasi secara benar dan mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti
berpikir kritis Laporan TIMSS tahun 2009 menyatakan siswa Indonesia hanya mampu
menjawab konsep dasar atau yang bersifat hafalan tapi tidak mampu menyelesaikan soal - soal
yang memerlukan analisis.

Agar berpikir kristis menjadi optimal diperlukan suatu model yang bermakna. Menurut
Ausubel (Ivie,1998) Belajar bermakna atau Meaningful learning adalah bagian tak terpisahkan
untuk berpikir tingkat tinggi. Salah satunya adalah berpikir kritis. Pemikiran tersebut terjadi
ketika kita memahami keterkaitan antara dua atau lebih ide, lama dan baru. "Sebuah prasyarat
pertama untuk belajar bermakna," Ausubel dan Robinson (Ivie,1998) berpendapat, " bahwa
materi yang disajikan kepada peserta didik harus bisa dikaitkan dengan konsep yang pernah
dimiliki sebelumnya. Jika tidak akhirnya akan menjadi belajar hafalan. Model advance organizer
mampu mengaitkan materi pelajaran yang akan dipelajari dengan materi pelajaran berikutnya.
Model ini sangat membantu mengarahkan siswa ke materi yang akan dipelajari dan dapat

menolong mereka mengingat kembali pelajaran (informasi) yang lalu serta hubungan keduanya
sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran yang diberikan. Pada saat siswa mengaitkan
antara materi pelajaran yang diketahuinya dengan materi pelajaran yang baru, saat itulah ia
berpikir aktif. Jadi advance organizer sangat tepat diberikan kepada siswa yang mengalami
kesulitan dalam menghubungkan materi pelajaran baru dengan materi pelajaran terdahulu.
Dalam model advance organizer siswa dirangsang untuk mengajukan pertanyaan dan
memberikan tanggapan. Sehingga diperolehlah ketrampilan berpikir tentang konsep-konsep
fisika sehingga dapat berpikir kritis secara maksimal. Dalam pandangan teori kognitivisme
pikiran individu merupakan sistem pemrosesan dan penyimpanan informasi yang dapat
dibandingkan dengan struktur konseptual suatu disiplin akademik. Ada kesesuaian antara
pengelolaan disiplin akademik dan cara individu mengolah informasi dalam pikiran mereka.
Keberhasilan pembelajaran terletak pada kebermaknaan antara struktur konsep yang dikelola
dengan konstruksi informasi baru yang muncul. Untuk kesinambungan struktur konsep akademik
dan struktur individu dalam mengelola informasi, diperlukan pengembangan pembelajaran yang
disebut model advance organizer.
Menurut Ausubel (Joyce:2009) pembelajaran bermakna merupakan suatu proses
mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
seseorang Struktur kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi
yang telah dipelajari dan diingat siswa dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam struktur
pengetahuan mereka. Dalam proses belajar seseorang mengkonstruksi apa yang telah ia pelajari

dan mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam struktur

pengetahuan mereka. Model pembelajaran yang dipilih dalam meningkatkan keterampilan
berpikir kritis peserta didik

dan sains siswa dalam penelitian ini adalah pendekatan

pembelajaran advance organizer yang merupakan salah satu rumpun pemrosesan informasi.
Ausubel dalam Joyce (2009) pada dasarnya mendeskripsikan advance organizer sebagai materi
pengenalan yang disajikan pertama kali dalam tugas pembelajaran dan dalam tingkat abstraksi
dan inkluivitas ynag lebih tinggi dari pada tugas pembelajaran itu sendiri. Tujuannya adalah
menjelaskan, mengintegrasi, menghubungkan materi baru dalam tugas pembelajaran dengan
materi yang sudah dipelajari sebelumnya (dan juga membantu pelajar membedakan materi
baru dari materi yang dipelajari sebelumnya).
Temuan Ivie (1998) menyimpulkan bahwa advance organizer mendorong siswa untuk
berpikir tingkat tinggi pada level analisis, sintesis, dan evaluasi. Hasil yang sama ditemukan oleh
Shihusa dan Keraro (2009) yang melaporkan bahwa kelas yang diberikan pembelajaran biologi
melalui advance organizer memiliki level motivasi lebih tinggi daripada pembelajaran
tradisional


tanpa

dapatmeningkatkan

advance

organizer.

kemampuan

Temuan Tasiwan (2012) advance organizer

analisis-sintesis

siswa

Dalam

aspek


menguraikan,

mengkategorikan, mengidentifikasi, merumuskan pernyataan, merekonstruksi, menentukan dan
menganalisa konsep. Temuan lain oleh Oloyede (2011) menyimpulkan bahwa advance organizer
meningkatkan retensi pembelajaran kimia siswa. Penelitian Rahayu (2012) melaporkan bahwa
model advance organizer efektif meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kimia siswa. Temuan
Babu (2013) menyimpulkan Advance Organizer lebih efektif dari konvensional karena dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Temuan Gurlit (2011) Advance Organizer dapat
mensupport skema dan dapat meningkatkan ingatan ‘lebih lama’
Materi usaha dan energy merupakan materi sederhana dan tidak sulit untuk dipelajari
siswa. Tetapi pada kenyataannya siswa terkadang mengalami kesulitan memahami materi usaha
dan energy dengan baik. Hal ini berhubungan dengan banyaknya konsep dan contoh-contoh pada
materi usaha dan energy yang dipelajari siswa hanya sekedar hafalan bukan dipelajari secara
bermakna. Selain itu model pembelajaran yang diterapkan masih menekankan pada penyampaian
informasi oleh guru, siswa hanya diajarkan menghafal konsep, prinsip, hukum dan rumus-rumus,
pemahaman yang dimiliki siswa tidak sebagai hasil pengalaman tapi transfer pengetahuan dari
guru ke siswa Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered (Trianto, 2010). Untuk itu dengan

penggunaan model pembelajaran advance organizer, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk
mempelajari energy secara lebih bermakna bukan sekedar hafalan.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti penerapan model pembelajaran
advance organizer

dalam pembelajaran materi usaha dan energy untuk meningkatkan

pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA dengan judul Pengaruh Model
Advance Organizer Terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Di SMA Medan.
1.2.

Identifikasi Masalah
1. Kemampuan berpikir kritis yang masih rendah
2. Kurangnya pemahaman konsep awal fisika
3. Cara mengajar yang masih informative dan cenderung hapalan

1.3.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang ada


pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh model Advance Organizer terhadap pemahaman konsep fisika.
2. Bagaimana pengaruh model Advance Organizer terhadap Keterampilan kemempuan
berpikir kritis siswa ?
1.4.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh model Advance Organizer terhadap pemahaman konsep fisika.
2. Pengaruh model Advance Organizer terhadap kemempuan berpikir kritis siswa

1.5.

Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi:
1. Peneliti, dapat memberi pengetahua n tentang pengaruh modep pembelajaran advance
organizer terhadap pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu,
dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal berharga bagi peneliti sebagai calon
guru fisika yang profesional, terutama dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran.


2. Guru, dapat memberikan informasi pemahaman konsep, sehingga dapat dijadikan sebagai
suatu pendekatan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer.
3. Sekolah, dapat dijadikan sebagai masukan untuk mengoptimalkan pembelajaran dengan
memanfaatkan suatu model pembelajaran.
4. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam mengkaji dan
membahas masalah yang relevan dengan penelitian ini
1.7 Defenisi Operasional
1. Advance organizer merupakan suatu cara belajar untuk memperoleh pengetahuan baru
yang dikaitkan dengan pengetahuan struktur kognitif siswa dan pengetahuan mereka
tentang pelajaran, serta bagaimana mengelola pengetahuan tersebut dengan baik.
2. Pemahaman konsep merupakan suatu kegiatan memahami konsep. Memahami berarti
mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan
ataupun gravis yang disampaikan melalui pengajaran, buku atau layar computer. Prosesproses konsep dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan,
mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan
(Anderson dan Krathwohl, 2010). Konsep adalah suatu gagasan yang menyeluruh
mengenai hukum (prinsip, azas) atau teori yang mencakup berbagai hal yang terkandung
dalam konsep tersebut.
3. Berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi

dan komunikasi, informasi dan argumentasi (Fisher 2007).
.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Menurut Garret
(Sagala : 2011) menyatakan bahwa “belajar adalah proses yang berlangsung dalam waktu lama
melalui latihan atau pengalaman yang membawa adanya perubahan.
2.1.2. Teori-Teori Belajar
1. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama, dan merevisinya
apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat
menerapkan pengetahuan mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan, berusaha
dengan ide-ide. Teori ini berkembang dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari Piaget,
Vygotsky, teori pemrosesan informasi dan teori psikologi kognitif seperti teori Bruner.
Guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan
ide-ide mereka sendiri dalam belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawa

siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat
tangga tersebut.
2. Teori Belajar Bermakna
Ausubel Ivie: 1998) membedakan antara belajar bermakna dan belajar menghapal.
Belajar bermakna menyangkut asimilasi informasi baru pada pengetahuan yang telah ada dalam
struktur kognitif seseorang. Jadi dalam belajar bermakna informasi baru diasimilasikan pada
sumber-sumber relevan yang telah ada dalam struktur kognitif. Pada anak-anak pembentukan
konsep merupakan proses utama untuk memperoleh konsep-konsep. Pembentukan konsep adalah
semacam belajar penemuan yang menyangkut baik pembentukan hipotesis, pengujian hipotesis
maupun pembentukan generalisasi dari hal-hal yang khusus.

2.2. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep merupakan suatu kegiatan memahami konsep. Memahami berarti
mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun
gravis yang disampaikan melalui pengajaran, buku atau layar computer. Proses-proses konsep
dalam

kategori

memahami


meliputi

menafsirkan,

mencontohkan,

mengklasifikasikan,

merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan (Anderson at al, 2010). Konsep
adalah suatu gagasan yang menyeluruh mengenai hukum (prinsip, azas) atau teori yang
mencakup berbagai hal yang terkandung dalam konsep tersebut.
Salah satu kategori dalam dimensi proses kognitif taksonomi Bloom yang dikemukakan oleh
Anderson et al., (2010) adalah memahami. Memahami berarti mengkontruksi makna dari pesanpesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan maupun grafis, yang disampaikan melalui grafis,
disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar computer. Siswa memahami ketika mereka
menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan lama mereka. proses-proses kognnitif dalam
kategori memahami meliputi menafssirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum,
menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.
1. Menafsirkan
Menafsirkan terjadi jika siswa dapat mengubah informasi dari satu bentuk ke bentuk yang
lain. Menafsirkan merupakan pengubahan kata-kata menjadi kata-kata lain, gambar menjadi
kata- kata, angka menjadi kata-kata,angka menjadi kata dan sebagainya. Nama-nama lain
adalah menerjemahkan, memparafasekan, dan mengklasifikasikan.
2. Mencontohkan
Proses kognitif mencontohkan terjadi ketika siswa memberikan contoh tentang konsep atau
prinsip umum. Mencontohkan melibatkan proses identifikasi ciri-ciri pokok dari konsep atau
prinsip umum. Nama-nama lain untuk mencontohkan adalah mengilustrikasikan dan member
contoh.
3. Mengklasifikasikan
Proseskognitif mengklasifikasikan terjadi ketiksa siswa mengetahui bahwa sesuatu (misalnya,
suatu contoh) termasuk dalam kategori tertentu (misalnya konsep atau prinsip). Kalsifikasi
melibatkan proses medeteksi cirri-ciri atau pola-pola yang sesuai dengan konsep atau prinsip
tersebut. Mengklasifikasikan adalah proses kognitif yang melengkapi proses mencontohkan.
nama-nama lain dari mengklasifikasikan adalah mengkategorikan atau mengkelompokkan.
4. Merangkum

Proses kognitif meragkum terjadi ketika siswa mengemukakan suatu kalimat yang
mempresentasekan informasi yang diterima atau mengabstrakan suatu tema. Merangkum
melibatkan proses membuat ringkasan prosesmembuat ringkasan informasi, misalkan makna
suatu adegan drama, mengabstrakasikan ringkasannya, misalkan menentukan temaataupoinpoin pokoknya. Nama-nama lain dari merangkum adalah mengeneralisasi dan mengabstraksi.
5. Menyimpulkan
Proses kognitif menyimpulkan menyertakan proses menemukan pola dalam sejumlah
contohmenyipulkan terjadi ketikasiswa dapat mengabstraksi sebuah konsepatau prinsip yang
menerangkan contoh-contoh tersebut dengan mencermati cirri-ciiri setiap contoh dan menarik
hubungan diantara contoh-contoh tersebut. Proses menyimpulkan melibatkan proses kognitif
memabndingkan seluruh contohnya. Nama-nama lain untuk menyimpulkan adalah
mengekstrapolasi, memprediksi, dan menyimpulkan.
6. Membandingkan
Proses kognitif membandingkan melibatkan proses mendeteksi persamaan dan perbedaan
antara dua atau lebih objek, peristiwa, ide, masalah, atau situasi. Membandingkan meliputi
pencarian korespondensi satu-satu antara elemen-elemen dan pola-pola pada suatu objek,
peristiwa, atau lain-lain. Nama-nama lainnya adalah mengontraskan, memetakan, dan
mencocokan.
7. Menjelaskan
Proses kognitif menjelaskan berlangsung ketika siswa dapat membuat dan menggunakan
model sebabakibat dalam sebuah system. Model ini dapat diturunkan dari teori atau
didaasarkan pada hasil penelitian atau pengalaman. Penjelasanyang lengkap melibatkan
proses membuat model sebab-akibat, yang mencakup setiap bagian pokok dari suatu system
atau setiap peristiwa penting dalam rangkaian peristiwa dan proses menggunakan model ini
menentukan bagaimana perubahan pada satu bagian dalam system tadi. Nama lain dari
menjelaskan adalah membuat model.
Indikator pemahaman konsep dalam penelitian ini disesuaikan dengan enam aspek dari tujuh
memahami menurut pendapat Anderson et al., (2010) meliputi menafsirkan, memncotohkan,
mengklaisfikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan seperti
ditujukkan pada tabel 2.1:

Tabel. 2.1 Aspek dan Indikator Pemahaman Konsep
Aspek
Menfsirkan

Indikator
Mengubah informasi dalam bentuk gambar atau grafik

Mengklasifikasikan
Mencontohkan
Membandingkan
Menjelaskan
Menyimpulkan

Mendeteksi ciriciri sesuai dengan konsep
Mengabstrasikan sebuah konsep dan menerangkan contohcontoh dengan mengamati cirri-cirinya
Mendeteksi persamaan dan perbedaan
Membuat model sebab-akibat yangdidasarkan pada teori dan
hasil penelitian
Menarik kesimpulan tentang konsep serta miskonsepsi

2.3. Berpikir Kritis
2.3.1. Pengertian Berpikir Kritis

Sebagai salah satu tolak ukur dalam melaksanakan unit pendidikan nasional, ketrampilan
berpikir kritis bisa dilaksanakan di sekolah sesuai dengan kebutuhan dan karakeristik siswa. Agar
implementasi berpikir kritis bisa berjalan dengan baik, seluruh warga sekolah harus berperan
penuh untuk lebih mengefektifkan keberhasilan dalam kemampuan berpikir kritis.Strategi belajar
mengajar menggunakan ketrampilan berpikir kritis bisa diusulkan untuk mencapai tujuan yang
lebih bermakna.Dengan demikian, tujuan pengajaran berpikir kritis di sekolah akan lebih
menekankan pada belajar mandiri dan kreatifitas yang bermuara pada perbaikan preoses
pendidikan di Indonesia.
Berpikir kritis adalah perimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus), dan teliti
mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari
sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi
kecenderungannya Dewey dalam Fisher (2007)
Kemudian Glaser (1941) dalam Fisher mendefinisikan berpikr kritis sebagai
1. Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang
berada dalam jangkauan pengalaman seseorang.
2. Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis
3. Semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut
4. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan
asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lain yang
diakibatkannya.

Berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap
observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi (Fisher 2007).
Dibalik pentingnya memiliki kemampuan berpikir kritis, terdapat beberapa
kendala dalam pelaksanaanya di dalam kelas.Salah satu dari kendala tersebut adalah
kendala budaya. Pembelajaran berbasis pemikiran kritis belum bisa dipraktekkan dengan
baik di kelas dikarenakan kendala budaya dan kebiasaan belajar. Penelitian menyatakan
bahwa sebaik baiknya teori berpikir kritis, apabila dilakukan di kelas akan terkendala
masalah kebiasaan, perilaku dan budaya di dalam kelas. Dua kendala budaya tersebut
adalah perbedaan kekuasaan aau tanggung jawab dan individualism. Perbedaaan
kekuasaan berhubungan dengan wewenang dari guru terhadap siswa. Para siswa di
Indonesia cenderung untuk menghormati guru terlalu berlebihan seperti menerima apa
adanya hal hal yang telah disampaikan oleh guru tanpa mempertanyakan lebih lanjut.
Selain itu para siswa juga sudah merasa nyaman dengan penjelasan dari guru tanpa
mempertanyaknnya lebih mendalam.
Kendala tersebut di atas perlu segera diatasi dengan seksama.Salah satu upaya
yang bisa dilakukan adalah dengan membiasakan berpikir kritis di segala tingkatan
pendidikan di Indonesia. Di dalam kelas, seorang guru seharusnya senantiasa
mengembangkan pertanyaan yang mendukung siswa untuk berpikir kritis. Pertanyaan
pertanyaan seperti ini secara tidak langsung bisa menumbuhkan dan mengembangkan
cara pemikiran kritis para siswa. Selain dari itu, strategi pengajaran berbasis pemikiran
kritis ini bisa lebih bermakna jika dihubungkan dengan usia mental para siswa.
2.2.2. Indikator Berpikir Kritis
Dari masing-masing kelompok keterampilan berpikir kritis di atas, diuraikan lagi
menjadi sub-keterampilan berpikir kritis dan masing-masing indikatornya dituliskan
dalam tabel berikut:
3. Aspek Keterampilan Berpikir Kritis menurut Ennis(1996)
Keterampilan

Sub Keterampilan

Berpikir Kritis

Berpikir Kritis

1. Memberikan
Penjelasan dasar

1. Memfokuskan
pertanyaan

Aspek
a. Mengidentifikasi atau memformulasikan
suatu pertanyaan.

Keterampilan

Sub Keterampilan

Berpikir Kritis

Berpikir Kritis

Aspek
b. Mengidentifikasi atau memformulasikan
kriteria jawaban yang mungkin.
c. Menjaga pikiran terhadap situasi yang
sedang dihadapi.
a. Mengidentifikasi kesimpulan
b. Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan
c. Mengidentifikasi alasan yang tidak
dinyatakan

2. Menganalisis

d. Mencari persamaan dan perbedaan

argument
e. Mengidentifikasi dan menangani
ketidakrelevanan
f. Mencari struktur dari sebuah
pendapat/argumen
g. Meringkas
3. Bertanya dan

a. Mengapa?

menjawab
pertanyaan
klarifikasi dan
pertanyaan yang
menantang

b. Apa yang menjadi alasan utama?
c. Apa yang kamu maksud dengan?
d. Apa yang menjadi contoh?

Keterampilan

Sub Keterampilan

Berpikir Kritis

Berpikir Kritis

Aspek
e. Apa yang bukan contoh?
f. Bagaiamana mengaplikasikan kasus
tersebut?
g. Apa yang menjadikan perbedaannya?
h. Apa faktanya?
i. Apakah ini yang kamu katakan?
j. Apalagi yang akan kamu katakan tentang
itu?

2. Membangun

a. Keahlian

Keterampilandasar
b. Mengurangi konflik interest
c. Kesepakatan antar sumber
4. Mempertimbangkan

d. Reputasi

apakah sumber dapat
dipercaya atau tidak?

e. Menggunakan prosedur yang ada
f. Mengetahui resiko
g. Keterampilan memberikan alasan
h. Kebiasaan berhati-hati

5. Mengobservasi dan
mempertimbangkan

a. Mengurangi praduga/menyangka

Keterampilan

Sub Keterampilan

Berpikir Kritis

Berpikir Kritis

Aspek
b. Mempersingkat waktu antara observasi
dengan laporan
c. Laporan dilakukan oleh pengamat sendiri
d. Mencatat hal-hal yang sangat diperlukan
e. Penguatan

hasil observasi
f. Kemungkinan dalam penguatan
g. Kondisi akses yang baik
h. Kompeten dalam menggunakan teknologi
i. Kepuasan pengamat atas kredibilitas
kriteria
3. Menyimpulkan

a. Kelas logika
6. Mendeduksi dan
mempertimbangkan

b. Mengkondisikan logika

deduksi
c. Menginterpretasikan pernyataan
7. Menginduksi dan

a. Menggeneralisasi

mempertimbangkan
hasil induksi
8. Membuat dan

b. Berhipotesis
a. Latar belakang fakta

mengkaji nilai-nilai
hasil pertimbangan

b. Konsekuensi

Keterampilan

Sub Keterampilan

Berpikir Kritis

Berpikir Kritis

Aspek
c. Mengaplikasikan konsep ( prinsip-prinsip,
hukum dan asas)
d. Mempertimbangkan alternatif
e. Menyeimbangkan, menimbang dan
memutuskan
Ada 3 dimensi:
a. Bentuk : sinonim, klarifikasi, rentang,

9. Mendefinisikan
istilah dan
mempertimbangkan
4. Membuat

definisi

penjelasan lebih

ekspresi yang sama, operasional, contoh
dan noncontoh
b. Strategi definisi
c. Konten (isi)

lanjut
a. Alasan yang tidak dinyatakan
10.Mengidentifikasi
asumsi

b. Asumsi yang diperlukan: rekonstruksi
argumen

5. Strategi dan
taktik

11. Memutuskan suatu

a. Mendefisikan masalah

tindakan
b. Memilih kriteria yang mungkin sebagai
solusi permasalahan
c. Merumuskan alternatif-alternatif untuk
solusi
d. Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan

Keterampilan

Sub Keterampilan

Berpikir Kritis

Berpikir Kritis

Aspek
e. Merivew
f. Memonitor implementasi
a. Memberi label
b. Strategi logis

12.Berinteraksi denga
n orang lain

c. Srtrategi retorik
d. Mempresentasikan suatu posisi, baik lisan
atau tulisan

3.2. Model Pembelajaran Advance Organizer (AO)
Ausubel dalam Joyce menjelaskan bahwa Model AO sebagai materi pengenalan yang
disajikan pertama kali dalam tugas pembelajaran dan dalam tingkat abstraksi dan insklusivitas
yang lebih tinggi daripada tugas pembelajaran itu sendiri. Tujuannya adalah menjelaskan,
mengintegrasikan, dan menghubungkan materi baru dalam tugas pembelajaran dengan materi
yang telah dipelajari sebelumnya dan juga membantu pembelajar membedakan materi baru dari
materi yang telah dipelajari sebelumnya) sehingga menghasilkan belajar yang bermakna.

Struktur Pengajaran Model Pembelajaran Advance Organizer (Joyce, 2009)
Tahap pertama:

Tahap Kedua

Presentasi Advance Organizer
Mengklarifikasi tujuan-tujuan pelajaran

Persentasi Tugas atau Materi Pembelajaran
Menyajikan materi

Menyajikan organizer

Mempertahankan perhatian

Mengidentifikasi

karakteristik-karakteristik Memperjelas pengolahan menjadi

yang konklusif
Member contoh-contoh
Menyajikan konteks

Pembelajaran yang masuk akal

mengulang
Tahap Ketiga:
Memperkuat Pengolahan Kognitif
Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi integrative
Menganjurkan pembelajaran resepsi aktif
Membangkitkan pendekatan kritis pada mata pelajaran. mengklarifikasi

Dengan memperhatikan permasalahan di atas salah satu model alternative yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran adalah dengan menerapkan model pembelajaran Advance
Organizer yang merupakan salah satu rumpun model pemrosesan informasi. Model Advance
organizer dapat memperkuat struktur kognitif dan meningkatkan penyimpanan informasi baru.
Struktur kognitif yang kuat dapat mendorong siswa meningkatkan kemampuan berpikirnya yang
lebih tinggi.
Tujuannya adalah menjelaskan, mengintegrasikan, dan menghubungkan materi baru
dalam tugas pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya serta membantu
pembelajar membedakan materi baru dari materi yang telah dipelajari sebelumnya. Selanjutnya
Ausubel mengatakan bahwa Advance Organizer mengarahkan para siswa ke materi yang
akan mereka pelajari dan mendorong mereka untuk mengingat kembali informasi yang
berhubungan yang dapat digunakan untuk menanamkan pengetahuan baru (Joyce, 2009:286)

3.3. Penelitian yang Relevan
N
o
1

Nama
Babu

Tahun
2013

Topik
Effect of Advance Organizer Model on
Achievement of Ix Standard Students in
Mathematics.

Hasil
Advance Organizer
lebih

efektif

dari

konvensional karena dapat
meningkatkan hasil belajar

2

Oloyede

2011

matematika siswa
“A Meta-analisis of Effects of the Advance Organizer

N

Nama

Tahun

Topik

Hasil

o
Advance

Organizers

on

Acknowledgement and Retention of
Senior
3

Keraro

2009

Secondari

y

School

meningkatkan retensi
Pembelajaran

(SSS) Siswa

Chemistry, Volume 3 No.2
“Using Advance Organizers to Enhance Kelas
Students’

Motivation

Biology”.

Eurasia

in

yang

Tasiwan

2014

5

Wachanga

2012

6

Tasiwan

2014

diberikan

Learning pembelajaran biologi me-

Journal

of

lalui

advance

Mathematics, Science & Technology

memiliki

Education, Volume 5 No. 4.

lebih

organizer

level
tinggi

pembelajaran
4

Kimia

motivasi
daripada
tradisional

tanpa advance organizer.
Pengaruh Advance Organizer Berbasis Untuk meningkatkan
Proyek Terhadap Kemampuan Analisis – kemampuan analisissintesis siswaDalam aspek
Sintesis Siswa
menguraikan,
mengkategorikan,
mengidentifikasi,
merumuskan pernyataan,
merekonstruksi,
menentukan
dan menganalisa konsep.
Effects Of Advance Organizer Teaching The study found out that
there were significant
Approach On
Secondary
School
siswa yang diajarkan
Students’ Achievement In Chemistry In dengan Advance Organizer
Teaching Approach lebih
Maara District, Kenya.
baik dari pada Regular
Teaching Methods (RTM)
Analisis Tingkat Motivasi Siswa Dalam
Pembelajaran

Ipa

Model

Organizer Berbasis Proyek

Advance

kelas yang menggunakan
advance

organizer

memiliki tingkat motivasi
lebih baik dalam aspek
perhatian,
kepercayaan

relevansi,
diri,

dan

N

Nama

Tahun

Topik

Hasil

o
7

Gurlit

2011

Differently
Structured
Advance
Organizers LeadTo Different Initial
Schemata And Learning Outcomes,

kepuasan pembelajaran
Advance Organizer dapat
mensupport skema dan
dapat meningkatkan
ingatan ‘lebih lama’

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode dan Desain Penelitian
3.1.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA X Medan. Sekolah yang dipilih mewakili
beberapa sekolah di sekitarnya.
3.1.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan Agustus semester ganjil Tahun 2015/2016.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA X Medan
3.2.2. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara random sampling sebanyak
dua kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 35 orang
diterapkan dengan model pembelajaran advance organizer dan kelas kedua sebagai kelas control
diterapkan dengan pembelajaran konvensional.
3.3. Variabel Penelitian
Variable dalam penelitian ini terbagi atas dua jenis yaitu: variable bebas dan variable
terikat.


Variabel bebas pada penelitian ini adalah model pembelajaran advance organizer,



Variabel terikatnya adalah pendekatan keterampilan proses dan kemampuan
berfikir kritis siswa pada materi pokok usaha dan energy

3.4. Jenis Penelitian
3.4.1.Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperimental research) yang
bertujuan untuk memperoleh informasi tentang model pembelajaran advance organizer terhadap
keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis siswa,
3.4.2. Desain Penelitian

Penelitian ini didesain dengan menggunakan “design two group pretest-postes’ yang meibatkan
dua kelas yang ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan kelas control. Desain penelitian dapat
dilihat pada table 3.1.
Table 3.1. Desain Penelitian
Kelas
Eksperimen
Kontrol

Pretes
Y1
Y1

Treatmen
X1
X2

Postes
Y2
Y2

Keterangan
Y1

= pemberian tes awal (pretes)

Y2

= pemberian tes akhir (postes)

X1

= pemberian model pembelajaran advance organizer

X2

= pemberian model pembelajaran konvensional

Adapun desain penelitian untuk pengujian hipotesis adalah pada table 3.2
Table 3.2. desain penelitian untuk pengujian hipotesis
Aspek yang diukur
KPS
Berpikir Kritis
3.6. Validitas

Model pembelajaran
Model AO(B1)
Model Konvensional (B2)
A1B1
A1B2
A2B2
A2B2

3.6.1 Validitas Isi
Validitas isi adalah derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin
diukur. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang
sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Instrumen yang telah disusun kemudian
divaliditaskan kepada validator.
Kemudian validator diminta untuk mengamati secara cermat semua item dalam tes yang
hendak divalidasi dan mengoreksi item-item yang telah disusun serta memberikan perbaikan dan
masukan tentang suatu tes yang dapat menggambarkan cakupan isi yang hendak diukur.
3.6.1.2 Validitas Ramalan

Validitas ramalan dilaksanakan dengan mengujikan soal yang telah dibuat kepada siswa
sekolah lain yang sudah pernah mempelajari materi tersebut. Setelah data diperoleh maka
lakukan analisis dengan menggunakan rumusan-rumusan berikut :
a. Validitas Tes
Menurut Arikunto (2009), untuk menentukan koefisien validitas tiap item dapat digunakan
teknik korelasi product moment dengan rumus :

r xy =
dimana :

r xy

N . ∑ XY−( ∑ X )( ∑ Y )

√ { N . ∑ X −(∑ X ) }{ N . ∑ Y −( ∑ Y ) }
2

2

2

2

= koefisien korelasi product moment

N

= jumlah responden

X

= nilai untuk setiap item

Y

= jumlah total seluruh item

∑ XY

= jumlah perkalian kelompok X dan kelompok Y

Kriteria pengujian validitas adalah setiap item valid apabila

r xy

>

r tabel

( r tabel

diperoleh dari nilai kritis r product moment dengan α = 0,05).

b. Reliabilitas Tes
Menurut Arikunto (2009) untuk menentukan koefisien reliabilitas dapat digunakan rumus
KR-20 yaitu :

n S −∑ pq
r 11 =
n−1
S2
dimana : r11
= reliabilitas tes
n
= jumlah item
S2
= varians total
p
= proporsi siswa yang menjawab item yang benar
q
= proporsi siswa yang menjawab item yang salah ( p =1- q )

(

2

)

Kriteria pengujian tes dinyatakan reliabel (dapat dipercaya) r hitung > rtabel pada taraf signifikan
0,05 dimana rtabel dilihat dari table kritis r product momen. Koefisien korelasi dikonsultasikan
dengan indeks sebagai berikut :
0,00-0,40 = reliabilitas rendah
0,41-0,70 = reliabilitas sedang
0,71-0,90 = reliabilitas tinggi
0,91-1,00 = reliabilitas sangat tinggi
c. Tingkat Kesukaran
Menurut Arikunto (2009), untuk menentukan tingkat kesukaran masing-masing item tes
digunakan rumus yaitu :

p=

B
JS

dimana :

P
= Indeks kesukaran
B
= Banyak siswa yang menjawab soal benar
JS
= Jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran tes adalah sebagai berikut :
Untuk P = 0,00 - 0,30 (soal sukar)
Untuk P = 0,30 - 0,70 (soal sedang)
Untuk P = 0,70 - 1,00 (soal mudah)
d. Daya Beda
Menurut Arikunto (2009) untuk menentukan daya beda masing-masing item tes digunakan
rumus yaitu :

D=
dimana : D

B A BB
− =P A −P B
J A JB
= daya pembeda

BA = jumlah benar pada kelompok atas
BB = jumlah benar pada kelompok bawah
JA

= jumlah siswa pada kelompok atas

JB

= jumlah siswa pada kelompok bawah

Adapun kriteria daya pembeda adalah sebagai berikut :
0,00