Ekstraksi Kimia Fisika pptt 1
SEPARASI KIMIA BAB
* PENDAHULUAN
* EKSTRAKSI CAIR-CAIR
RUM HASTUTI / Jurusan Kimia UNDIP
SEPARASI ANALITIK
KIMIA PEMISAHAN
PAND. UMUM
Klasik
Cara Pemisahan
Modern
Klasik
Modern
Volumetri
Gravimetri
Instrument
Prinsip Pemisahan
Memisahkan
zat komponen
Menentukan
Pemisahan : * ≠ harus memisah secara fisik
* pemisahan fisik dan metodik
ClAg
+
SO4=
Ba2+
Pemisahan Fisik
Pemisahan Metodik
Ag+ + ClBa2+ + SO42-
Gravimetri
Titrasi
AgCl
BaSO4
Titrasi dengan 2 Indikator yang
Berbeda
CO3= / HCO3-
CO2-
HCO3-
CO3=
Fraksi
Mol
5
6
7
pH
8
9
pH < 9 ≠ ada CO3=
pH 7,8 – 8; dominan HCO3 pH > 10,5 – 12; dominan CO3=
10 11
2+
Camp. Fe , Fe
3+
Fe2+ (+) ortho penantrolin
Fe2+ (+) CNS kompleks uv. Vis
Fe 2+ / Fe 3+ (total) AAS
Kesalahan metodik kesalahan karena
penentuan metode (-) tepat
MANFAAT / KEGUNAAN
PEMISAHAN KIMIA
Mendapatkan suatu komponen / senyawa
dengan kemurnian tinggi dan tgt juga dari
bahan yang akan dipisahkan.
Keberhasilan pemisahan
Sifat Fisik
Harus diperhatikan
Sifat Kimia
Kelarutan
Polaritas
TD. TB. TL
Perubahan Suhu
Sifat Fisik
Sifat Kimia
pH
Red / Oks
Macam – macam Metode
Pemisahan
Mekanis : dasar perbandingan partikel
Saring filtrasi = Goch Buchner
Pengaruh gaya : Gravitasi
Sentrifugasi
Medan Listrik / magnit
Perb. BD, TD ~ Distilasi
Ekstraksi
Kromatografi
Uap
Bertingkat
Vakum
Banyak digunakan
dalam analisa
METODA EKSTRAKSI
DENGAN PERLAKUAN ~ CAIR / CAIR
EKATRAKSI
Proses pemisahan /
pemindahan /
pendistribusian
solute / zat terlarut,
diantara dua pelarut /
solvent yg tdk saling
bercampur.
►
PENTING !
Sederhana
≠ perlu alat-alat rumit,
cukup corong pemisah
► Pemisahan luas
ƒair
ƒ0
ƒa
mikro
makro
Anal preparatif
Pemurnian
Pemekatan / perkayaan
Pemisahan
Kegunaan
Tiga aspek dalam ekstraksi :
Distribusi solute
Interaksi kimia dalam fasa air
Dissosiasi Pembent. kompleks
Interaksi kimia dalam fasa org.
Pembent. dimer
Tanpa distribusi dan interaksi
Ekstraksi ≠ berjalan baik
Distribusi Solute
“ 1891 Nernst “
Apabila suatu zat di masukkan ke dalam
(2) Pelarut yang tidak saling bercampur
zat akan terdistribusi diantara (2) pelarut
tersebut.
X
Banyaknya zat terdistribusi
ke ƒ0 ~ S0, ƒa ~ Sa akan tetap
selama faktor temperatur dan
p tekanan tetap
S0=ƒ0
Sa=ƒa
≠ terjadi interaksi antara komp. X dg So/a
kecuali pelarutan saja
HK. DISTTRIBUSI
1.
C 1 KD = koef. Distribusi, atau koef.
KD
Partisi
C2
C1,2 = kadar, konsentrasi molar zat
terlarut dalam pelarut 1 dan 2
Pelarut (1) dan (2) ≠ saling bercampur.
Biasanya digunakan (2) = air,
sedang pelarut (1) = pelarut organik.
Dengan demikian ion-ion anorganik
/senyawa organik polar sebagian besar akan
terdapat dalam ƒa fasa air.
Sedang senyawa organik non polar sbgn
besar terdapat dm ƒ0 ini dikatakan sbg “like
dissolve like”.
Dalam Lrt encer faktor kadar ≠
mempengaruhi “koefisien distribusi”.
Distribusi spesies tunggal senyawa
hasil ≠ mempengaruhi harga KD.
KD hanya dipengaruhi spesies tunggalnya.
Contoh : eks. Asam benzoat, HB
HB dalam air diasamkan dengan HCL
utk menekan diss HB ke dalam pelarut org
(eter)
Distribusi normal / pelarutan
Solut semata.
2. … K D
HB 0
HB a
HB
ƒ.eter
HB
ƒ.air
HB
HB
Kead. A
Kesulitan akan muncul bila terjadi :
Kesulitan (1) akan timbul, bila ƒ.air tidak
diasamkan HB akan terdissosiasi
H B
3. … K D
HB a
HB
ƒ.eter
HB ⇌ H+ + Bƒ.air
Kead. B
HB ≠ terdiss dalam eter
Dalam bejana terdapat dua kesetimbangan.
Kesetimbangan partisi / distribusi hanya
untuk HB yang ≠ terdiss, kesetimbangan diss
hanya terdapat pada ƒ air.
Kesulitan (2) timbul
jika HB terdiss
ƒ0
ƒa
Contoh : ƒ0 = benzen
HB ⇌ H+ + B- di ƒa
2HB ⇌ HB . HB sebag mengalami dimerisasi di ƒ0
4. … KD HB.HB
2
HB
2HB ⇌ HB . HB
ƒ0
HB ⇌ H+ + Bƒa
HB.HB K D . HB 2
Kead. C
Sehingga Hk. Distribusi Nernst spesies tunggal
untuk keadaan B dan C ≠ berlaku.
O
OH
C
OH
C
OH
Bentuk dimer as. benzoat
O
C
O
RATIO DISTRIBUSI
Melihat kemungkinan keadaan kesetimbangan
yang terjadi
Distribusi/pelarutan HB dalam ƒ0 / ƒa
Distribusi HB dalam ƒa disosiasi/ ƒ0
Distribusi HB dlmƒadisosiasi/ƒ0dimerisasi
Sehingga dalam proses ekstraksi perlu
diperhatikan :
1.Zat terlarut / solut, terjadi / ≠ interaksi
terhadap (2) pelarut [semata-mata hanya
pelarutan] Hk. Nernst Spes Tunggal berlaku
2.Terjadi interaksi terhadap salah satu
pelarut atau fasa 3 spesies
dipertimbangkan.
3.Terjadi interaksi dlm (2) pelarut, ƒ0, ƒa
4 spesies dipertimbangkan.
pers yg mengungkap semua bentuk
: “RATIO DISTRIBUSI = D”
HB
HB = H+ + B-
K
K
a
D
H
HB 0
D
HB a B a
B B K
HB a
HB 0
HB a
K D . HB a
D
HB a B
0
HB
a
a
. HB
H
a
0 K D . HB a
K
HB a
. HB a
K a . HB a
H
D
5. …
D
HB a . K D
HB a 1 K a
H
KD
K
1 a
[H
[H+] Ka, D mendekati sama dengan KD
Bila KD HB akan terdistribusi dominan dalam
laps pelarut organik = ƒ0.
KD
[H+] Ka, D akan tereduksi
Ka
1
H
HB akan dominan berada di laps pelarut air = ƒ a
D = perbandingan jumlah ”spesies” dlm kedua
fasa sisa, terlarut, ion
Total HB dalam f 0
D
Total HB dalam f a
atau
HB 0 2 HB.HB 0
HB a B a
Substitusikan persamaan :
. HB
B K H
a
HB.HB 0 K d HB
2
0
HB 0
KD
HB a
Maka ratio distribusi spesies dalam (2) pelarut
HB 0 2K d HB 0 HB 0 1 2K d HB 0
D
.
HB a HB a
Ka
HB a K a
1
H a
H
6. …
D K D .
1 2K d HB 0
1
Ka
H
Persamaan (5,6) perb. Distribusi dapat berubah,
dengan berubahnya pH fasa air.
Eks. Berualang kali
Jika KD sangat besar, KD 1000, satu kali
ekstraksi dengan corong pisah telah
memungkinkan semua senyawa terlarut
terpisahkan / terdistribusi dalampelarut yang kita
inginkan.
Walaupun demikian eks akan lebih efektif jika
pelarut eks dibagi dlm beberapa bagian kecil dari
vol pelarut untuk eks satu kali.
Dengan memperhitungkan vol pelarut yang
digunakan untuk ekstraksi secara umum
dilukiskan sebagai :
* W0 = g solute
* VA = vol pelarut A
* VB = vol pelarut B
WB, WA = berat solute yang terdistribusi
dalam pelarut org, air.
W0 = WA + WB
WA = CA . VA
CB
KD
CA
0
a
WB = CB .
VB
Contoh :
Asam butirat berat W0 g, dalam air vol VA mL.
Diekstraksi 1x dengan VB mL pelarut org (eter) KD = ?
WA1 tertinggal dalam fasa air kadar solut dalam air =
berat solute terdistribusi ke lap org
WB = W0 – WA1
WA1
g/mL C A
VA
WB
Kadar
g/mL
VB
W0 WA1
CB
VB
W0 WA1
CB
VB
KD
WA1
CA
VA
KD
W0 WA1 .V A
VB .WA1
WA1 [KD . VB + VA] = W0 .VA
VA
7. … WA1 W0 .
K
V
V
D B A
Bila ekstraksi dilakukan pengulangan dengan
vol pelarut org, air sama
Pengulangan langkah scr matematis
n = perlakuan ekst.
n = 1 WA1 ditinjau thd W0 ,
n = 2 WA2 ditinjau thd WA1, dst
Maka rumus 7 otomatis akan mengikuti
perubahan n yang diterapkan.
WA2
8. …
VA
WA1
V
K
.V
D
B
A
WAn
WA2
VA
W0
V A VB .K D
% ekstrs
VA
W0
V
K
.V
D
B
A
n
WA
100%
Wo
2
9. …
WB
E
100
Wo
Kead Ideal KD = D
WB
K D D
CB
VB
C A W0 WB
VA
VA
WB
.
V B W0 WB
V A WB 100
1
.
.
.
V B W0 100
WB
1
W
0
V
1
D A .E.
V A V B
100 E
VB
10. … D E.
1
100 E
11. …
D.100
%E
D 1
KD
12. …
CB
CA
K DVA
W A W0
K D .V A V B
Bila tinjauan
WA
VA
WA .V B
W0 WA V A W0 WA
VB
13. …
WAn
K DVA
W0
K
.V
V
B
D A
%E
n
WB
.100%
W0
C B VB
100
C B VB C A V A
CB
CA
CB
CA
VB 100
.
VB C B V A
C A
VB
100
.
C
V
B A
C A
VB
E
D.100
D.100
E
V
V
D A
D a
VB
V0
Contoh Soal
4 g HBt dalam 100 ml air. Pada t 150C di ekstraksi dengan
100 mL benzena. KD B/air = 3, KD A/B = 1/3
Berapa g HBt terdistribusi ke forg bila :
a.100 mL benzena langsung dipakai untuk ekstraksi
b.3x ekstraksi, dengan 1/3 vol benz / ekst.
Penyelesaian :
VA
Wn W0
V
V
.K
B
D
A
100
4
100 100.3
100
4.
1g
400
KD
CB
CA
a. g HBt terdistribusi ke ƒ0 = 4 – 1 = 3 g
% E = ¾ % = 75 %
3
b.
100
Wn 4
100
100 3.
3
4.0,125 0,5g
g HBt terdistribusi ke ƒ0 = (4 – 0,5)g = 3,5 g
% E = 3,5/4 % = 87,5 %
Grafik seny terlarut tertinggal dalam
ƒa setelah n ekst.
WAn
W0
%
n
SOAL-SOAL
1. 1 g HB dalam air 100 mL akan didistribusikan dlm 100
mL eter.
KD 0/a = 100 Ka = 6,5.m0-5
a) Berapa ratio distribusi jika pelarut air divariasi
pH mulai 3, 5, 7, 8.
b) Buat grafik D Vs pH
2. 20 mL lrt asam butirat 0,1 M diaduk / dikocok dengan 10
mL eter.
setelah lapisan dipisahkan, dan dititrasi ternyata masih
ada 0,5 mmol Asam Butirat dalam larutan air. Berapa a)
ratio distribusi dan b) % ekstraksi.
PENYELESAIAN
No. 2.
20 ml 0,1 M HBt = 2 m.mol HBt
Tersisa dlm fasa air 0,5 m.mol [ ] = 0,5/20 = 0,025 M.
HBt dalam eter = 1,5 m.mol [ ] = 1,5/10 = 0,15 M
0,15
D
6
0,025
100.D 100.6
%E
75%
Va
20
D
6
Vb
10
No. 1.
pH 3. 5. 7 HBz terdiss
D Keseimbang an yang ada
D
HB 0
HB a H B
HB 0
HB a B
H B B Ka. HB
Ka
HB
H
a
a
D
HB 0 Ka. HB a
HB a
H
pH 3
1
Ka
1
H
100
D
5
6,5.10
1
10 3
KD.
- Eks Tunggal dari solute dalam 2 pelarut
yang ≠ bercampur, ≠ begitu sulit.
Dengan memperhatikan harga KD
KD S akan terdistribusi / terpisah
dengan baik.
- Jika 2 pelarut serupa tp ≠ sama solute
dengan KD pemisahan kurang
memuaskan, perlu eks pengulangan atau
(+) larutan lain.
Pengulangan eks. scr sistematik utk
mendapatkan hasil yg memuaskan
“Craig” menemukan suatu metoda eks
yang dikenal sebagai :
“Eks Multipel Craig”
peralatan satu seri bejana terpisah
yang dihubungkan, shg terjadi hub aliran
keluar masuk larutan / solven dari ruang
1 ke ruang berikut.
Cara Kerja Peralatan Craig
Melalui saluran A, dimasukkan :
- Pelarut berat ruang B ~ ½ vol.
- Pelarut ringan yang berisi sampel.
Putar peralatan bolak / balik dengan
sudut 350 melalui poros P.
Peralaan craig.
Keadaan seimbang pelarut akan terpisah dlm
2 lapisan alat diputar 900 searah jarum jam
- Pelarut ringan akan mengalir melalui C
ruang D,
- Pelarut berat ada di ruang B.
Alat diputar kembali ke posisi semula
- pelarut ringan di ruang D, mengalir B
melalui saluran E pada tingkat berikut.
Peralatan “Craig” disusun berderet /
bertumpuk, diputar secara simultan dengan
pengatur waktu yang terindikasi.
PROSES MATEMATIS
“CRAIG”
Bejana craig diberi No. serie mulai 0, 1,
2, 3, ……. n.
Ukuran vol bejana sama.
½ vol bejana terisi pelarut berat /
pekat.
Solute / sampel dalam pelarut ringan
diseimbangkan dalam bejana O
Kead seimbang
½ solute / samp ƒatas
½ solute / samp ƒbawah
Lap atas bejana 1
Pelarut ringan baru di (+), sebagai 0
Kead seimbang
¼ solute / samp ƒatas
¼ solute / samp ƒbawah
Pola operasi distribusi Craig ditabulasikan
diperoleh data tabulasi
No.
Pemind
No. Bejana
0
1
2
3
4
5
6
0
1
1
1
1
2
1
2
1
3
1
3
3
1
4
1
4
6
4
1
5
1
5
10
10
5
1
6
1
6
15
20
15
6
1
7
1
7
21
35
35
21
7
7
1
No masing-masing baris dalam tabel berhubungan
secara binomial [p+q]n
p q
n
n 1 n n 1 n 2 2 n n 1 n 2 n 3 3
n
p np
q
.p
.q
.p
.q ....q
2!
3!
n
p = Fraksi jumlah senyawa terlarut dalam fasa
pelarut lebih berat S
q = Fraksi jumlah senyawa terlarut dalam fasa
pelarut ringan M yang di (+) kan ke tab O
n = no. pemindahan / transfer
KD
CS
Cm
P
C s .V s
K D .V S
C s .V s C m .V m K D .V S Vm
C s .V m
Vm
q
C s .V s C m .V m K D .V S V m
n
K D .V s
Vm
p q n
K D .V s V m K D .V s Vm
XXX Vs ≠ Vm
Cs
KD
Cm
KD ≠ 1
Fraksi Seimbang
Fraksi Berubah
Camp A, B
KDA ≠ KDB
K DB
α
K DA
KDA = 0,5
K DA 1
V A VB
A
B
B
A
% Solut
Tereks
1
8
nx
50
100
nx
150
Eks perlu pemb kompleks/ tidak (±)
“penting”
Komp ≠ (±) melalui pemb.
(Khelat Netral)
pasangan ion
koord. sederhana
M ion logam
n valensi ion
R anion logam (HR)
Mn+ + n R- MRn
Mn+ + b B M Bbn+
M Bbn+ + n X- [MBbn+ . n X-]0
Komp. kation
B = Ligan Netral
X = Anion
M = Logam
a
MX
n+
n a
M + (n + a) X
a
a 0
MX na aY Y , MX na
Cu2+ + O-pHen (Cu pHen)++
Komp.Anion
(Cu pHen)2+ + 2 ClO4- (Cu (pHen)2+,
2 Cl)4-)0
Kloroform
Eks pelarut merup salah satu cara penting
dalam aplikasi pemisahan kation logam.
Salah satu cara yang dikembangkan
pembentukan “Khelat Logam” senyawa Khelat
dengan berbagai pereaksi organik.
Khelat logam, ≠ larut dalam air, tetapi larut
dlm ƒorg. Jika oksin dituliskan HOx reaksi
khelat dapat digambarkan sebagai berikut
M2+ + 2.HOx M(Ox)2 + 2 H+
Contoh :
8 – Kuinolin ≈ Oksin = 8 - Hidroksi Kuinolin
N
M2+
+
OH
O
Z
M
+
N
O
Selain oksin, dipakai diphenyl thiocarbazon
= dithi zone =
C 6H 5
NH
S
=
NH
C
N = N
C6 H 5
Mn+ + n HD2 M (Dz)n +
½ Pb2+ + HDZ
hijau
N
n
H+
=N
C = S + H+
N
NH
½ Pb
Merah
Step keseimbangan reaksi dalam ekstraksi
sebagai HR – Chelating Agent
Kesetimbangan / distribusi yang terjadi
1. (HR)0 (HR)a
2. HR H+ + R-
ƒa
K DHR
HR 0
HR a
H R
Ka
HR
3. Mn+ + nR- MRn K
4. (MRn)0 (MRn)a
f
MR n
M R
K DMRn
n
n
MRn 0
MRn a
K Dx
(MRn)0 = KDMRn . (MRn)a
MRn 0
D
MRn a
K DMRn .K f .K a HR 0
D
.
n
n
K DHR
H a
K’ = Keks
n
HR 0
D K'.
H
n
a
n
n
Konst. Ekstraksi
Log D = Log K’ + n Log (HR)0 – n Log (H+)a
[Log D = Log K’ + nLog (HR)0 + n.pH ]
Grafik Log D. Vs pH, merupakan garis lurus dg
kemiringan n dan pemotongan sumbu
Log D sebesar Log K’ + n Log (HR)0
“Makin ↑ muatan ion logam makin curam
kemiringan garis yang dihasilkan”.
Dengan merubah [ ] pereaksi khelat
kurve / garis lurus akan bergeser
kemiringannya sepanjang sumbu pH.
Kf . KDMRn tidak tetap, tetapi sesuai ion
logamnya, dan ini merupakan dasar
pemisahan eks larutan air dengan
pelarut org yang mengand. pereaksi
khelat.
Ka = Kons. Diss. As ≈ keasaman pereaksi
Kf = Kons. Pemb. Komp ≈ kestabilan khelat
KDMRn = Koef. Dist komp ≈ kelarutan khelat ƒ0
KDR = KDHR = Koef distribusi ligan khelat
D1 K f1 . K DMRn.1 K f1 K Dx1
.
D2 K f2 . K DMRn.2 K f2 K Dx2
= 1 D1 = D2 ≠ terekstraksi.
Kan KDHR ekst berjalan baik.
Ekstraksi tergantung pula *(HR) (H+) + R*pH
Sehingga trayek pH perlu diketahui dalam
pemisahan
H+ + R (HR)a
nR- + M3+ (MRn)a
H+ + R(HR)a
nR- + M3+ (MRn)a
(HR)0
(MRn)0
(HR)0
(MRn)0
EKS. PEMISAHAN
100
Pb
3+
Hg
80
60
Ag
Zn
Cu
Sn(II)
Bi
%E
Fe
(III)
Cd
40
20
0
0 1
2 3
4
5
6
7
8
9
pH
M DITHIZONATES PADA CCl4
10 11 12 13
* PENDAHULUAN
* EKSTRAKSI CAIR-CAIR
RUM HASTUTI / Jurusan Kimia UNDIP
SEPARASI ANALITIK
KIMIA PEMISAHAN
PAND. UMUM
Klasik
Cara Pemisahan
Modern
Klasik
Modern
Volumetri
Gravimetri
Instrument
Prinsip Pemisahan
Memisahkan
zat komponen
Menentukan
Pemisahan : * ≠ harus memisah secara fisik
* pemisahan fisik dan metodik
ClAg
+
SO4=
Ba2+
Pemisahan Fisik
Pemisahan Metodik
Ag+ + ClBa2+ + SO42-
Gravimetri
Titrasi
AgCl
BaSO4
Titrasi dengan 2 Indikator yang
Berbeda
CO3= / HCO3-
CO2-
HCO3-
CO3=
Fraksi
Mol
5
6
7
pH
8
9
pH < 9 ≠ ada CO3=
pH 7,8 – 8; dominan HCO3 pH > 10,5 – 12; dominan CO3=
10 11
2+
Camp. Fe , Fe
3+
Fe2+ (+) ortho penantrolin
Fe2+ (+) CNS kompleks uv. Vis
Fe 2+ / Fe 3+ (total) AAS
Kesalahan metodik kesalahan karena
penentuan metode (-) tepat
MANFAAT / KEGUNAAN
PEMISAHAN KIMIA
Mendapatkan suatu komponen / senyawa
dengan kemurnian tinggi dan tgt juga dari
bahan yang akan dipisahkan.
Keberhasilan pemisahan
Sifat Fisik
Harus diperhatikan
Sifat Kimia
Kelarutan
Polaritas
TD. TB. TL
Perubahan Suhu
Sifat Fisik
Sifat Kimia
pH
Red / Oks
Macam – macam Metode
Pemisahan
Mekanis : dasar perbandingan partikel
Saring filtrasi = Goch Buchner
Pengaruh gaya : Gravitasi
Sentrifugasi
Medan Listrik / magnit
Perb. BD, TD ~ Distilasi
Ekstraksi
Kromatografi
Uap
Bertingkat
Vakum
Banyak digunakan
dalam analisa
METODA EKSTRAKSI
DENGAN PERLAKUAN ~ CAIR / CAIR
EKATRAKSI
Proses pemisahan /
pemindahan /
pendistribusian
solute / zat terlarut,
diantara dua pelarut /
solvent yg tdk saling
bercampur.
►
PENTING !
Sederhana
≠ perlu alat-alat rumit,
cukup corong pemisah
► Pemisahan luas
ƒair
ƒ0
ƒa
mikro
makro
Anal preparatif
Pemurnian
Pemekatan / perkayaan
Pemisahan
Kegunaan
Tiga aspek dalam ekstraksi :
Distribusi solute
Interaksi kimia dalam fasa air
Dissosiasi Pembent. kompleks
Interaksi kimia dalam fasa org.
Pembent. dimer
Tanpa distribusi dan interaksi
Ekstraksi ≠ berjalan baik
Distribusi Solute
“ 1891 Nernst “
Apabila suatu zat di masukkan ke dalam
(2) Pelarut yang tidak saling bercampur
zat akan terdistribusi diantara (2) pelarut
tersebut.
X
Banyaknya zat terdistribusi
ke ƒ0 ~ S0, ƒa ~ Sa akan tetap
selama faktor temperatur dan
p tekanan tetap
S0=ƒ0
Sa=ƒa
≠ terjadi interaksi antara komp. X dg So/a
kecuali pelarutan saja
HK. DISTTRIBUSI
1.
C 1 KD = koef. Distribusi, atau koef.
KD
Partisi
C2
C1,2 = kadar, konsentrasi molar zat
terlarut dalam pelarut 1 dan 2
Pelarut (1) dan (2) ≠ saling bercampur.
Biasanya digunakan (2) = air,
sedang pelarut (1) = pelarut organik.
Dengan demikian ion-ion anorganik
/senyawa organik polar sebagian besar akan
terdapat dalam ƒa fasa air.
Sedang senyawa organik non polar sbgn
besar terdapat dm ƒ0 ini dikatakan sbg “like
dissolve like”.
Dalam Lrt encer faktor kadar ≠
mempengaruhi “koefisien distribusi”.
Distribusi spesies tunggal senyawa
hasil ≠ mempengaruhi harga KD.
KD hanya dipengaruhi spesies tunggalnya.
Contoh : eks. Asam benzoat, HB
HB dalam air diasamkan dengan HCL
utk menekan diss HB ke dalam pelarut org
(eter)
Distribusi normal / pelarutan
Solut semata.
2. … K D
HB 0
HB a
HB
ƒ.eter
HB
ƒ.air
HB
HB
Kead. A
Kesulitan akan muncul bila terjadi :
Kesulitan (1) akan timbul, bila ƒ.air tidak
diasamkan HB akan terdissosiasi
H B
3. … K D
HB a
HB
ƒ.eter
HB ⇌ H+ + Bƒ.air
Kead. B
HB ≠ terdiss dalam eter
Dalam bejana terdapat dua kesetimbangan.
Kesetimbangan partisi / distribusi hanya
untuk HB yang ≠ terdiss, kesetimbangan diss
hanya terdapat pada ƒ air.
Kesulitan (2) timbul
jika HB terdiss
ƒ0
ƒa
Contoh : ƒ0 = benzen
HB ⇌ H+ + B- di ƒa
2HB ⇌ HB . HB sebag mengalami dimerisasi di ƒ0
4. … KD HB.HB
2
HB
2HB ⇌ HB . HB
ƒ0
HB ⇌ H+ + Bƒa
HB.HB K D . HB 2
Kead. C
Sehingga Hk. Distribusi Nernst spesies tunggal
untuk keadaan B dan C ≠ berlaku.
O
OH
C
OH
C
OH
Bentuk dimer as. benzoat
O
C
O
RATIO DISTRIBUSI
Melihat kemungkinan keadaan kesetimbangan
yang terjadi
Distribusi/pelarutan HB dalam ƒ0 / ƒa
Distribusi HB dalam ƒa disosiasi/ ƒ0
Distribusi HB dlmƒadisosiasi/ƒ0dimerisasi
Sehingga dalam proses ekstraksi perlu
diperhatikan :
1.Zat terlarut / solut, terjadi / ≠ interaksi
terhadap (2) pelarut [semata-mata hanya
pelarutan] Hk. Nernst Spes Tunggal berlaku
2.Terjadi interaksi terhadap salah satu
pelarut atau fasa 3 spesies
dipertimbangkan.
3.Terjadi interaksi dlm (2) pelarut, ƒ0, ƒa
4 spesies dipertimbangkan.
pers yg mengungkap semua bentuk
: “RATIO DISTRIBUSI = D”
HB
HB = H+ + B-
K
K
a
D
H
HB 0
D
HB a B a
B B K
HB a
HB 0
HB a
K D . HB a
D
HB a B
0
HB
a
a
. HB
H
a
0 K D . HB a
K
HB a
. HB a
K a . HB a
H
D
5. …
D
HB a . K D
HB a 1 K a
H
KD
K
1 a
[H
[H+] Ka, D mendekati sama dengan KD
Bila KD HB akan terdistribusi dominan dalam
laps pelarut organik = ƒ0.
KD
[H+] Ka, D akan tereduksi
Ka
1
H
HB akan dominan berada di laps pelarut air = ƒ a
D = perbandingan jumlah ”spesies” dlm kedua
fasa sisa, terlarut, ion
Total HB dalam f 0
D
Total HB dalam f a
atau
HB 0 2 HB.HB 0
HB a B a
Substitusikan persamaan :
. HB
B K H
a
HB.HB 0 K d HB
2
0
HB 0
KD
HB a
Maka ratio distribusi spesies dalam (2) pelarut
HB 0 2K d HB 0 HB 0 1 2K d HB 0
D
.
HB a HB a
Ka
HB a K a
1
H a
H
6. …
D K D .
1 2K d HB 0
1
Ka
H
Persamaan (5,6) perb. Distribusi dapat berubah,
dengan berubahnya pH fasa air.
Eks. Berualang kali
Jika KD sangat besar, KD 1000, satu kali
ekstraksi dengan corong pisah telah
memungkinkan semua senyawa terlarut
terpisahkan / terdistribusi dalampelarut yang kita
inginkan.
Walaupun demikian eks akan lebih efektif jika
pelarut eks dibagi dlm beberapa bagian kecil dari
vol pelarut untuk eks satu kali.
Dengan memperhitungkan vol pelarut yang
digunakan untuk ekstraksi secara umum
dilukiskan sebagai :
* W0 = g solute
* VA = vol pelarut A
* VB = vol pelarut B
WB, WA = berat solute yang terdistribusi
dalam pelarut org, air.
W0 = WA + WB
WA = CA . VA
CB
KD
CA
0
a
WB = CB .
VB
Contoh :
Asam butirat berat W0 g, dalam air vol VA mL.
Diekstraksi 1x dengan VB mL pelarut org (eter) KD = ?
WA1 tertinggal dalam fasa air kadar solut dalam air =
berat solute terdistribusi ke lap org
WB = W0 – WA1
WA1
g/mL C A
VA
WB
Kadar
g/mL
VB
W0 WA1
CB
VB
W0 WA1
CB
VB
KD
WA1
CA
VA
KD
W0 WA1 .V A
VB .WA1
WA1 [KD . VB + VA] = W0 .VA
VA
7. … WA1 W0 .
K
V
V
D B A
Bila ekstraksi dilakukan pengulangan dengan
vol pelarut org, air sama
Pengulangan langkah scr matematis
n = perlakuan ekst.
n = 1 WA1 ditinjau thd W0 ,
n = 2 WA2 ditinjau thd WA1, dst
Maka rumus 7 otomatis akan mengikuti
perubahan n yang diterapkan.
WA2
8. …
VA
WA1
V
K
.V
D
B
A
WAn
WA2
VA
W0
V A VB .K D
% ekstrs
VA
W0
V
K
.V
D
B
A
n
WA
100%
Wo
2
9. …
WB
E
100
Wo
Kead Ideal KD = D
WB
K D D
CB
VB
C A W0 WB
VA
VA
WB
.
V B W0 WB
V A WB 100
1
.
.
.
V B W0 100
WB
1
W
0
V
1
D A .E.
V A V B
100 E
VB
10. … D E.
1
100 E
11. …
D.100
%E
D 1
KD
12. …
CB
CA
K DVA
W A W0
K D .V A V B
Bila tinjauan
WA
VA
WA .V B
W0 WA V A W0 WA
VB
13. …
WAn
K DVA
W0
K
.V
V
B
D A
%E
n
WB
.100%
W0
C B VB
100
C B VB C A V A
CB
CA
CB
CA
VB 100
.
VB C B V A
C A
VB
100
.
C
V
B A
C A
VB
E
D.100
D.100
E
V
V
D A
D a
VB
V0
Contoh Soal
4 g HBt dalam 100 ml air. Pada t 150C di ekstraksi dengan
100 mL benzena. KD B/air = 3, KD A/B = 1/3
Berapa g HBt terdistribusi ke forg bila :
a.100 mL benzena langsung dipakai untuk ekstraksi
b.3x ekstraksi, dengan 1/3 vol benz / ekst.
Penyelesaian :
VA
Wn W0
V
V
.K
B
D
A
100
4
100 100.3
100
4.
1g
400
KD
CB
CA
a. g HBt terdistribusi ke ƒ0 = 4 – 1 = 3 g
% E = ¾ % = 75 %
3
b.
100
Wn 4
100
100 3.
3
4.0,125 0,5g
g HBt terdistribusi ke ƒ0 = (4 – 0,5)g = 3,5 g
% E = 3,5/4 % = 87,5 %
Grafik seny terlarut tertinggal dalam
ƒa setelah n ekst.
WAn
W0
%
n
SOAL-SOAL
1. 1 g HB dalam air 100 mL akan didistribusikan dlm 100
mL eter.
KD 0/a = 100 Ka = 6,5.m0-5
a) Berapa ratio distribusi jika pelarut air divariasi
pH mulai 3, 5, 7, 8.
b) Buat grafik D Vs pH
2. 20 mL lrt asam butirat 0,1 M diaduk / dikocok dengan 10
mL eter.
setelah lapisan dipisahkan, dan dititrasi ternyata masih
ada 0,5 mmol Asam Butirat dalam larutan air. Berapa a)
ratio distribusi dan b) % ekstraksi.
PENYELESAIAN
No. 2.
20 ml 0,1 M HBt = 2 m.mol HBt
Tersisa dlm fasa air 0,5 m.mol [ ] = 0,5/20 = 0,025 M.
HBt dalam eter = 1,5 m.mol [ ] = 1,5/10 = 0,15 M
0,15
D
6
0,025
100.D 100.6
%E
75%
Va
20
D
6
Vb
10
No. 1.
pH 3. 5. 7 HBz terdiss
D Keseimbang an yang ada
D
HB 0
HB a H B
HB 0
HB a B
H B B Ka. HB
Ka
HB
H
a
a
D
HB 0 Ka. HB a
HB a
H
pH 3
1
Ka
1
H
100
D
5
6,5.10
1
10 3
KD.
- Eks Tunggal dari solute dalam 2 pelarut
yang ≠ bercampur, ≠ begitu sulit.
Dengan memperhatikan harga KD
KD S akan terdistribusi / terpisah
dengan baik.
- Jika 2 pelarut serupa tp ≠ sama solute
dengan KD pemisahan kurang
memuaskan, perlu eks pengulangan atau
(+) larutan lain.
Pengulangan eks. scr sistematik utk
mendapatkan hasil yg memuaskan
“Craig” menemukan suatu metoda eks
yang dikenal sebagai :
“Eks Multipel Craig”
peralatan satu seri bejana terpisah
yang dihubungkan, shg terjadi hub aliran
keluar masuk larutan / solven dari ruang
1 ke ruang berikut.
Cara Kerja Peralatan Craig
Melalui saluran A, dimasukkan :
- Pelarut berat ruang B ~ ½ vol.
- Pelarut ringan yang berisi sampel.
Putar peralatan bolak / balik dengan
sudut 350 melalui poros P.
Peralaan craig.
Keadaan seimbang pelarut akan terpisah dlm
2 lapisan alat diputar 900 searah jarum jam
- Pelarut ringan akan mengalir melalui C
ruang D,
- Pelarut berat ada di ruang B.
Alat diputar kembali ke posisi semula
- pelarut ringan di ruang D, mengalir B
melalui saluran E pada tingkat berikut.
Peralatan “Craig” disusun berderet /
bertumpuk, diputar secara simultan dengan
pengatur waktu yang terindikasi.
PROSES MATEMATIS
“CRAIG”
Bejana craig diberi No. serie mulai 0, 1,
2, 3, ……. n.
Ukuran vol bejana sama.
½ vol bejana terisi pelarut berat /
pekat.
Solute / sampel dalam pelarut ringan
diseimbangkan dalam bejana O
Kead seimbang
½ solute / samp ƒatas
½ solute / samp ƒbawah
Lap atas bejana 1
Pelarut ringan baru di (+), sebagai 0
Kead seimbang
¼ solute / samp ƒatas
¼ solute / samp ƒbawah
Pola operasi distribusi Craig ditabulasikan
diperoleh data tabulasi
No.
Pemind
No. Bejana
0
1
2
3
4
5
6
0
1
1
1
1
2
1
2
1
3
1
3
3
1
4
1
4
6
4
1
5
1
5
10
10
5
1
6
1
6
15
20
15
6
1
7
1
7
21
35
35
21
7
7
1
No masing-masing baris dalam tabel berhubungan
secara binomial [p+q]n
p q
n
n 1 n n 1 n 2 2 n n 1 n 2 n 3 3
n
p np
q
.p
.q
.p
.q ....q
2!
3!
n
p = Fraksi jumlah senyawa terlarut dalam fasa
pelarut lebih berat S
q = Fraksi jumlah senyawa terlarut dalam fasa
pelarut ringan M yang di (+) kan ke tab O
n = no. pemindahan / transfer
KD
CS
Cm
P
C s .V s
K D .V S
C s .V s C m .V m K D .V S Vm
C s .V m
Vm
q
C s .V s C m .V m K D .V S V m
n
K D .V s
Vm
p q n
K D .V s V m K D .V s Vm
XXX Vs ≠ Vm
Cs
KD
Cm
KD ≠ 1
Fraksi Seimbang
Fraksi Berubah
Camp A, B
KDA ≠ KDB
K DB
α
K DA
KDA = 0,5
K DA 1
V A VB
A
B
B
A
% Solut
Tereks
1
8
nx
50
100
nx
150
Eks perlu pemb kompleks/ tidak (±)
“penting”
Komp ≠ (±) melalui pemb.
(Khelat Netral)
pasangan ion
koord. sederhana
M ion logam
n valensi ion
R anion logam (HR)
Mn+ + n R- MRn
Mn+ + b B M Bbn+
M Bbn+ + n X- [MBbn+ . n X-]0
Komp. kation
B = Ligan Netral
X = Anion
M = Logam
a
MX
n+
n a
M + (n + a) X
a
a 0
MX na aY Y , MX na
Cu2+ + O-pHen (Cu pHen)++
Komp.Anion
(Cu pHen)2+ + 2 ClO4- (Cu (pHen)2+,
2 Cl)4-)0
Kloroform
Eks pelarut merup salah satu cara penting
dalam aplikasi pemisahan kation logam.
Salah satu cara yang dikembangkan
pembentukan “Khelat Logam” senyawa Khelat
dengan berbagai pereaksi organik.
Khelat logam, ≠ larut dalam air, tetapi larut
dlm ƒorg. Jika oksin dituliskan HOx reaksi
khelat dapat digambarkan sebagai berikut
M2+ + 2.HOx M(Ox)2 + 2 H+
Contoh :
8 – Kuinolin ≈ Oksin = 8 - Hidroksi Kuinolin
N
M2+
+
OH
O
Z
M
+
N
O
Selain oksin, dipakai diphenyl thiocarbazon
= dithi zone =
C 6H 5
NH
S
=
NH
C
N = N
C6 H 5
Mn+ + n HD2 M (Dz)n +
½ Pb2+ + HDZ
hijau
N
n
H+
=N
C = S + H+
N
NH
½ Pb
Merah
Step keseimbangan reaksi dalam ekstraksi
sebagai HR – Chelating Agent
Kesetimbangan / distribusi yang terjadi
1. (HR)0 (HR)a
2. HR H+ + R-
ƒa
K DHR
HR 0
HR a
H R
Ka
HR
3. Mn+ + nR- MRn K
4. (MRn)0 (MRn)a
f
MR n
M R
K DMRn
n
n
MRn 0
MRn a
K Dx
(MRn)0 = KDMRn . (MRn)a
MRn 0
D
MRn a
K DMRn .K f .K a HR 0
D
.
n
n
K DHR
H a
K’ = Keks
n
HR 0
D K'.
H
n
a
n
n
Konst. Ekstraksi
Log D = Log K’ + n Log (HR)0 – n Log (H+)a
[Log D = Log K’ + nLog (HR)0 + n.pH ]
Grafik Log D. Vs pH, merupakan garis lurus dg
kemiringan n dan pemotongan sumbu
Log D sebesar Log K’ + n Log (HR)0
“Makin ↑ muatan ion logam makin curam
kemiringan garis yang dihasilkan”.
Dengan merubah [ ] pereaksi khelat
kurve / garis lurus akan bergeser
kemiringannya sepanjang sumbu pH.
Kf . KDMRn tidak tetap, tetapi sesuai ion
logamnya, dan ini merupakan dasar
pemisahan eks larutan air dengan
pelarut org yang mengand. pereaksi
khelat.
Ka = Kons. Diss. As ≈ keasaman pereaksi
Kf = Kons. Pemb. Komp ≈ kestabilan khelat
KDMRn = Koef. Dist komp ≈ kelarutan khelat ƒ0
KDR = KDHR = Koef distribusi ligan khelat
D1 K f1 . K DMRn.1 K f1 K Dx1
.
D2 K f2 . K DMRn.2 K f2 K Dx2
= 1 D1 = D2 ≠ terekstraksi.
Kan KDHR ekst berjalan baik.
Ekstraksi tergantung pula *(HR) (H+) + R*pH
Sehingga trayek pH perlu diketahui dalam
pemisahan
H+ + R (HR)a
nR- + M3+ (MRn)a
H+ + R(HR)a
nR- + M3+ (MRn)a
(HR)0
(MRn)0
(HR)0
(MRn)0
EKS. PEMISAHAN
100
Pb
3+
Hg
80
60
Ag
Zn
Cu
Sn(II)
Bi
%E
Fe
(III)
Cd
40
20
0
0 1
2 3
4
5
6
7
8
9
pH
M DITHIZONATES PADA CCl4
10 11 12 13