Film dan Drama Korea sebagai Aktor Trans

FILM DAN DRAMA ASIA SEBAGAI AKTOR TRANSNASIONALISME BUDAYA DI
INDONESIA
By: Rifqa Ayudiah Choirun N
Abstract
Culture Transnationalism is kind of Transnationalism where the culture from a certain country
also developing in another countries. Culture contain of attitude change, behavior, idea, lifestyle, values and etc. It can be happend because of three factors which support that, for example:
the Government as the agent of transnationalism because they are the institution which have an
authority to make a policy and regulation. Media such as television is kind of important place to
give an information and it can said like a vehicle to deliver the aspiration from society and etc.
Society which support the culture from their country are also an important factor to develop
culture transnationalism.
Key Words: culture transnationalism, government, media

Pendahuluan
Fenomena globalisasi menyebabkan hubungan antarnegara di dunia seakan tiada sekat yang
membatasinya atau bisa dikatakan sebagai the rise of nations states and cross border
transactions. Interaksi antar negara menjadi semakin mudah dan melibatkan berbagai macam
aktor. Sebenarnya fenomena globalisasi sudah ada semenjak dahulu, hanya saja saat itu bukanlah
istilah globalisasi yang digunakan tetapi Internasional. Istilah globalisasi baru muncul sekitar
tahun 1980-an dan berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Semakin canggihnya ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan dunia terasa

semakin sempit, sehingga jika terjadi suatu fenomena tertentu diluar negeri bisa dikatakan
bukanlah something happen over there but something happen around us. Seperti apa yang
ditulis oleh Anna Lowenhaupt Tsing,“the concept of ‘globalization,’ at its simplest, encourages
dreams of a world in which everything has become part of a single imperial system,” which she
calls a theory “of suffocation and death.”1Transnasionalisme sebagai suatu konsep dalam
globalisasi menyebabkan hubungan antar negara didunia bukanlah hubungan antar negara saja,
1

Anna Lowenhaupt Tsing merupakan seorang Profesor wanita yang bergerak dibidang antropologi,
lingkungan dan feminism di University of California, Santa Cruz.

tetapi cenderung menjadi hubungan global yang tunggal sebagai sesama penduduk di muka
bumi. Hal tersebut menimbulkan beberapa pertanyaan oleh beberapa warga negara yang
mempertanyakan dimanakah letak nasionalisme masing-masing negara yang dulu sangat
diterapkan? Apakah nasionalisme tersebut sudah berangsur-angsur menghilang dari jati diri
masing-masing negara? Transnasionalisme yang terjadi saat ini menyebabkan interdependensi
antarnegara, karena seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kondisi dunia saat ini
bukanlah “sesuatu yang terjadi disana, tetapi sesuatu yang terjadi disekitar kita” yang mana hal
tersebut memiliki makna jika ada fenomena tertentu yang dialami oleh negara lain maka
berkaitan pula dengan negara lainnya. Misalnya saja dalam kasus Arab Spring yang mana dipicu

oleh negara Tunisia hingga menjalar ke negara Timur Tengah lainnya. Namun dalam paper ini
saya akan fokus membahas fenomena transnasionalisme budaya yang dibawa oleh negara-negara
Asia Timur di Indonesia melalui perantara film dan drama.

Pembahasan
Menurut Rachmah Ida (2012), Film Asia Timur dan program televisi Mandarin mulai
berkembang sejak tahun 1990-an. Kemudian sekitar awal tahun 2000-an media televisi mulai
berburu film dan Drama Asia Timur lainnya misalnya dari Jepang, Korea dan Taiwan. Masuknya
program televisi impor ke Indonesia menyebabkan film Hollywood dari Amerika merasa
tersaingi karena selera penonton Indonesia kebanyakan cenderung berbalik arah menikmati film
dan drama Asia Timur daripada Hollywood. Hal tersebut benar-benar menjadi tantangan bagi
stasiun pertelevisian lokal Indonesia khususnya televisi milik Negara seperti TVRI yang wajib
menayangkan 80% program lokal. Fenomena tersebut menyebabkan stasiun televisi lokal milik
negara Indonesia merasa tersaingi dengan adanya stasiun televisi swasta yang cenderung
menayangkan program impor ditambah lagi rakyat yang lebih suka program impor dari daripada
film ataupun drama lokal. Terbukti dari rating yang dilakukan bahwa program impor dari
Amerika dan Asia Timur lebih mendominasi daripada program lokal di Indonesia.
Dalam hal ini, media yang seharusnya berperan sebagai alat untuk pembangunan nasional, media
informasi, pendidikan, nasionalisme, identitas negara, kebudayaan dan sebagainya seolah
tertutup oleh pendominasian program impor yang masuk ke dalam ranah domestik. Kebudayaan

asing baik yang dari Amerika maupun ‘Asia Asing’ dapat menyebabkan penetrasi 2 maupun
2

Arti kata Penetrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penerobosan; penembusan; perembesan.

akulturasi3 budaya di Indonesia. Dalam melihat fenomena tersebut, berlaku konsep
internasionalisasi budaya dimana suatu negara berusaha untuk menginternasionalisasikan dirinya
dengan tujuan agar bisa melakukan perluasan budayanya ke negara lain. Konsep tentang
nasionalisme yang dipertanyakan sebelumnya dalam bab pendahuluan bisa di analisis pada bab
ini karena konsep nasionalisme bukan berarti tertutup dan tidak mau bergabung dengan bangsa
lain, tetapi dengan bergabung dengan bangsa lain maka negara tersebut dapat mengenalkan
identitas dirinya, sosial, budaya, ekonomi, politik dan lain sebagainya sebagai wujud
kecintaannya

terhadap

tanah

air


masing-masing.

Misalnya,

suatu

negara

yang

mentransnasionalkan negaranya sebagai wujud nasionalisme terhadap negaranya sendiri.
Korea
Korean Wave atau yang saat ni terkenal dengan sebutan Hallyu merupakan suatu istilah yang
digunakan untuk menamakan suatu fenomena menyebarnya budaya Korea di dunia Internasional
atau bisa dikatakan sebagai fenomena transnasionalisme budaya Korea yang saat ini tersebar di
beberapa penjuru dunia. Hallyu diawali dengan drama korea yang masuk ke China dan disukai
oleh banyak orang di negara tersebut sehingga produksi drama korea untuk di ekspor ke China
semakin bertambah seiring dengan semakin disukainya drama Korea disana. Di waktu yang
sama Korea juga memproduksi Boyband, musik Korea dan sebagainya. Sehingga lama-kelamaan
Hallyu semakin meluas ke negara-negara lainnya di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Fenomena Hallyu tersebut semakin menimbulkan pertanyaan mengapa Hallyu bisa menjadi
suatu hal yang menjadi trend saat ini dan bagaimana cara mereka menginternasionalisasikan
ataupun mentransnasionalkan budaya mereka. Dalam transnasionalisme terdapat pihak-pihak
yang terlibat didalamnya yang mendukung proses penyebaran Hallyu di dunia. Misalnya saja
Pemerintah Korea Selatan sebagai Agen yang mengatur kebijakan penyebaran drama, film,
boyband/girlband dan sebagainya. Media massa Korea yang terus mengupdate informasi seputar
drama korea, film dan sebagainya dan sasarannya adalah tidak hanya penonton di Korea tetapi
juga di dunia internasional. Pihak Korea berusaha melakukan yang terbaik untuk mendukung

3

Sedangkan arti kata akulturasi adalah proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dl suatu masyarakat, sebagian
menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu, dan sebagian berusaha menolak
pengaruh itu.

penyebaran budaya negara mereka dan berusaha menjaga citra mereka agar terkesan baik di
dunia internasional.
Indonesia juga tak luput terkena efek penyebaran Hallyu. Sekitar tahun 2000-an drama Korea
mulai masuk ke Indonesia yang di tayangkan oleh salah satu stasiun televisi lokal. Respons
masyarakat Indonesia juga tak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di China, sehingga pihak

Korea yang bekerjasama dengan pihak stasiun televisi lokal terus menerus mengimpor drama
Korea ke Indonesia. Dalam drama tersebut ditayangkan tentang bagaimana tingkah laku yang
diperankan oleh artis Korea seperti membungkukkan badan ketika bertemu seseorang,
diperkenalkan pula musik tradisional korea, pakaian tradisional, makanan, minuman, life-style
dan sebagainya. Meskipun tidak secara terang-terangan mengenalkan kebudayaan mereka
dengan perkataan langsung, tetapi kebudayaan tersebut ada di sela-sela film yang ditayangkan.
Dengan begitu penonton drama yang ada di Indonesia mulai mengerti bagaimana sebenarnya
kebudayaan yang ada di Korea. Ada tanggapan positif maupun negatif dari apa yang
ditayangkan.
Selain itu, produksi film Korea juga mulai menjadi saingan film Hollywood yang telah ada
sebelumnya di Indonesia. Menurut apa yang saya amati dari rekan-rekan saya yang menyukai
drama Korea, masyarakat Indonesia cenderung menyukai drama Korea karena:
1. good looking dari para pemain. Tampilan fisik merupakan hal pertama yang cenderung
dilihat dalam drama Korea. Ketampanan dan kecantikan para pemain merupakan hal
yang diperhitungkan.
2. Alur cerita, tahap-tahap pengenalan, konflik dan penyelesaiannya juga jelas meskipun
juga ada beberapa drama yang kurang jelas alurnya, tetapi kebanyakan drama Korea
alurnya jelas dan tidak terlalu bertele-tele.
3. Budaya Asia yang ditampilkan, misalnya hormat kepada orang yang lebih tua, dengan
cara memanggil unnie (untuk perempuan yang memanggil kakak perempuan), oppa

(untuk perempuan yang memanggil kakak laki-laki) dan sebagainya. Selain itu juga
ditampilkan bagaimana berinteraksi dengan orang lain yang cenderung ke-Asia-an
sehingga cocok untuk para penonton Indonesia. Hal tersebut cenderung berbeda dengan
apa yang ditampilkan dalam film Hollywood yang menaampilkan nilai-nilai barat.
Meskipun juga tidak sedikit masyarakat Indonesia yang masih menyukai film Hollywood
sampai saat ini.

Masih banyak faktor lain yang menyebabkan arus korean wave semakin meluas di Indonesia.
Bahkan, beberapa hari yang lalu sampai akhir bulan Oktober terdapat Korea-Indonesia Festival
di Jakarta, yang mana dalam festival tersebut menampilkan kebudayaan Korea, termasuk
makanan seperti Kimchi dan sebagainya. Fenomena tersebut tampak bahwa Hallyu semakin
meluas di Indonesia sampai saat ini. Dan jika kita lihat, bisa dikatakan adanya akulturasi budaya
di Indonesia, ada beberapa pihak yang memiliki respon positif terhadap fenomena tersebut, ada
pula yang sebaliknya.
Taiwan
Drama Asia dari Taiwan mulai muncul sekitar tahun 2000-an tampak bersamaan waktunya
dengan masuknya drama Korea ke Indonesia. Drama Taiwan dalam hal ini Meteor Garden
merupakan Drama yang diperankan oleh tokoh utama pria Jerry Yan (sebagai Dao Ming Tse),
Vic Zhou, Vannes Wu dan Ken Zhu serta tokoh utama wanita yang berperan sebagai San Cai.
Dalam drama yang bercerita tentang perjalanan cinta remaja yang lucu dan terlihat nyata dalam

kehidupan sehari-hari, serta memiliki 19 episode ini juga berhasil menarik perhatian masyarakat
Indonesia terbukti ketika aktor sekaligus penyanyi Taiwan tersebut datang ke Indonesia pada
Januari 2003 sebagai bagian dari perjalanan konser mereka, dilaporkan sebanyak 70.000 tiket
terjual.4
Dengan alasan yang cukup mirip dengan drama korea yang telah disebutkan sebelumnya, good
looking dari para pemain merupakan hal yang penting dalam menonton drama tersebut terutama
untuk penonton perempuan yang cenderung melihat ketampanan pemain utama pria. Kultur
ketimuran yang ditampakkan dan alur cerita, juga dijadikan sebagai indikator mereka yang
menyukai drama Asia Taiwan ini. Gelombang transnasionalisme yang dibawa oleh Taiwan ini
tidak se-‘heboh’ drama Korea, maka dari itu dalam hal ini saya cukup terbatas dalam
mendeskripsikan fenomena yang terjadi karena yang terjadi di sekitar saya saat ini adalah
Transnasionalisme Korea yang menjadi sesuatu yang ‘gempar’ dibicarakan.
Dari semua fenomena tersebut tampak bahwa film yang ada di Indonesia menjadi tersaingi. Film
lokal terancam dengan masuknya program impor yang cenderung bebas dalam stasiun televisi di
Indonesia. Selain itu, identitas nasional, kebudayaan lokal, musik lokal dan lain sebagainya juga
terancam dengan adanya Aktor transnasionalisme seperti Drama Korea dan Taiwan tersebut.
4

Menurut apa yang dilaporkan oleh Rachmah Ida tentang Mengonsumsi Budaya Remaja Taiwan dalam buku
Budaya Populer di Indonesia oleh Ariel Heriyanto (ed.).


Masyarakat cenderung mengonsumsi film/drama impor yang dianggap lebih bagus daripada
drama lokal. Oleh karena itu, peran pemerintah mulai dipertanyakan sebagai agen utama atau
aktor state yang berperan dalam fenomena transnasionalisme yang terjadi saat ini. Padahal,
pemerintah telah mengeluarkan UU perfilman no 33 tahun 2009 yang salah satunya
mencantumkan bahwa Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memajukan perfilman di
Indonesia. Selain itu juga terdapat banyak pasal-pasal lainnya yang mengatur perfilman
domestik, antara lain:
Menimbang:
a. bahwa film sebagai karya seni budaya memiliki peran strategis dalam
peningkatan ketahanan budaya bangsa dan kesejahteraan masyarakat lahir batin
untuk memperkuat ketahanan nasional dan karena itu negara bertanggung jawab
memajukan perfilman;
b. bahwa film sebagai media komunikasi massa merupakan sarana pencerdasan
kehidupan bangsa, pengembangan potensi diri, pembinaan akhlak mulia, pemajuan
kesejahteraan masyarakat, serta wahana promosi Indonesia di dunia internasional,
sehingga film dan perfilman Indonesia perlu dikembangkan dan dilindungi;
c. bahwa film dalam era globalisasi dapat menjadi alat penetrasi kebudayaan
sehingga perlu dijaga dari pengaruh negatif yang tidak sesuai dengan ideologi
Pancasila dan jati diri bangsa Indonesia;

d. bahwa upaya memajukan perfilman Indonesia harus sejalan dengan dinamika
masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi5.

Kesimpulan
Dari beberapa hal yang dicantumkan dalam Undang-Undang tersebut tampak bahwa semua
aturan ditujukan kepada semua stasiun televisi milik negara maupun swasta yang seharusnya
membatasi perfilman impor yang masuk demi menjaga eksistensi film lokal. Peran pemerintah
untuk memperketat stasiun televisi sangat diperlukan dan jika perlu perluas film Indonesia secara
besar-besaran ke dunia Internasional seperti apa yang telah dilakukan oleh Korea dan Taiwan.
5

Undang-Undang Republik Indonesia no 33 tahun 2009 tentang Perfilman. diakses pada tanggal 8 Oktober 2014.
httpkejaksaan.go.idupldocprodukhkmUU%2033%20Tahun%202009.pdf

Dukungan dari Pemerintah sebagai agen transnasionalisme, media massa beserta masyarakat
Indonesia sangat diperlukan untuk mendukung internasionalisasi sebagai bentuk nasionalisme
dan kecintaan terhadap Republik Indonesia. Bukankan dalam Undang-Undang perfilman tersebut
dicantumkan bahwa film Indonesia bisa digunakan sebagai wahana promosi Indonesia di dunia
Internasional? Selain itu, juga diperlukan adanya perbaikan kualitas film yang ada di Indonesia
agar bisa dikonsumsi tidak hanya oleh masyarakat Indonesia itu sendiri tetapi juga masyarakat

Internasional sebagai tindakan diplomasi publik oleh media untuk memperbaiki citra Indonesia
di dunia Internasional.

Daftar Pustaka
Buku:
Heryanto, Ariel (ed.).2012. Budaya Populer Indonesia. Yogyakarta: JALASUTRA
Website:
Undang-Undang Republik Indonesia no 33 tahun 2009 tentang Perfilman. diakses pada tanggal 8
Oktober 2014. httpkejaksaan.go.idupldocprodukhkmUU%2033%20Tahun%202009.pdf

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24