Gaya Kepemimpinan Recep Tayyip Erdogan

Gaya Kepemimpinan Recep Tayyip Erdogan

Disusun oleh :
NUR AISYAH
35115017

PROGRAM STUDI D3 ADMINISTRASI BISNIS
JURUSAN ADMINSITRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2017

KATA PENGANTAR
Puji

syukur

penyusun

panjatkan

ke


hadirat

Allah

Subhanahuwataala, atas limpahan rahmat-Nya sehingga makalah Gaya
Kepemimpinan Recep Tayyip Erdogan ini dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kepemimpinan.
Makalah ini menyajikan materi mengenai bagaimana Recep Tayyip
Erdogan sebagai salah satu tokoh pemimpin yang mengubah kehidupan
rakyat Turki yang diharapkan nantinya dapat memberikan tambahan
pengetahuan kepada penyusun dan pembaca.
Akhirnya, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada
dosen mata kuliah Kepemimpinan dan berbagai sumber yang penyusun
jadikan referensi pembuatan makalah ini. Penyusun juga menyadari bahwa
makalah ini masih mempunyai kekurangan tetapi penyusun berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penyusun.

Makassar, Juni 2017

Penyusun

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................

i

DAFTAR ISI ................................................................................................

ii

I.

RECEP TAYYIP ERDOGAN ........................................................

1


II.

GAYA KEPEMIMPINAN RECEP TAYYIP ERDOGAN ............

2

A. Gaya Kepemimpinan Independen Aktif ..................................

2

B. Gaya Kepemimpinan Suportif (Supportive Leadership) ........

4

C. Gaya Kepemimpinan Pelayan .................................................

5

D. Gaya Kepemimpinan Transforming ........................................


7

E. Gaya Kepemimpinan Situasional ............................................

9

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

11

2

I. RECEP TAYYIP ERDOGAN
Recep Tayyip Erdogan lahir di Istanbul, Turki 26 Februari 1954, tetapi
dibesarkan di Rize pesisir Laut Hitam dan kembali ke Istanbul pada usia sekitar
13 tahun dalam sebuah keluarga kelas menengah. Ayahnya adalah seorang
pelaut yang bertugas sebagai penjaga pantai di Angkatan Laut dan berasal dari
Rize. Ia memiliki istri bernama Emine Gülbaran dan memiliki anak berjumlah
4 orang.
Ia belajar di sekolah agama, Sekolah Imam Hatip dan melanjutkan ke

Universitas Marmara untuk belajar ekonomi dan bisnis. Hobi Erdogan sendiri
adalah bermain bola bahkan ia sempat menjadi seorang pemain sepakbola semi
profesional ketika umurnya 16 tahun namun berhenti dan lebih memilih untuk
bekerja di sebuah perusahaan Angkutan di Istambul dan juga sempat menjalani
wajib militer.
Ia terjun ke dalam politik bersama Partai Keselamatan Nasional (Milli
Selâmet Partisi) yang Islamis, di bawah pimpinan Necmettin Erbakan dan kini
telah dibubarkan. Setelah kudeta militer pada 12 September 1980, ia
meninggalkan sepak bola dan bekerja di sektor swasta, dan pada 1982
menjalani wajib militer sebagai seorang perwira dengan tugas khusus.
Setelah kudeta 1980, semua partai politik dibubarkan, tetapi para bekas
anggota

Partai

Keselamatan

Nasional

kemudian


mendirikan

Partai

Kesejahteraan (Refah Partisi) setelah demokrasi dipulihkan pada 1983. Pada
1985 Erdogan menjadi ketua Partai Kesejahteraan di Provinsi Istanbul dan ikut
serta dalam pemilihan wali kota untuk wilayah kosmopolitan Beyoğlu di
Istanbul tengah dan sebagai calon untuk Majelis Agung Nasional Turki
beberapa kali pada akhir 1980-an.
Pada tahun 1991, Partai Kesejahteraan melampaui ambang 10% yang
dibutuhkan untuk memperoleh kursi untuk pertama kalinya di Majelis Agung
Nasional, dan Erdogan terpilih sebagai anggota parlemen dari Provinsi
Istanbul, meskipun kursi ini kemudian dicabut oleh Komisi Pemilihan Pusat
1

karena adanya sistem pemilihan yang berlaku saat itu. Namun, dalam pemilu
lokal pada 27 Maret 1994, Partai Kesejahteraan menjadi partai terbesar di Turki
untuk pertama kalinya, dan Erdogan menjadi wali kota Istanbul Raya serta
Presiden dari Dewan Metropolitan Istanbul Raya.

II. GAYA KEPEMIMPINAN RECEP TAYYIP ERDOGAN
A. Gaya Kepemimpinan Independen Aktif
Recep Tayyip Erdogan adalah presiden Turki yang ke 12. Erdogan
terpilih menjadi presiden setelah mendapatkan suara setengah lebih dari
jumlah pemilih, mengalahkan dua pesaingnya Ekmeleddin Ihsanoglu yang
merupakan Sekretaris Jenderal Organisasi Konferensi Islam sejak 2005 dan
Selahattin Demirtas yang merupakan politisi etnis Kurdi di Turki.
Recep Tayyip Erdogan merupakan presiden pertama yang menduduki
kursi kepresidenan melalui pemilihan umum pada tanggal 10 Agustus 2014.
Pemilihan umum ini pertama kali dilakukan dalam kurun waktu 91 tahun
dimana sebelumnya presiden di Turki dipilih melalui parlemen.
Sebelum menjadi presiden, Recep Tayyip Erdogan memulai karir
politiknya dengan menjabat Walikota Istanbul. Ia terpilih dalam pemilu
lokal pada 27 Maret 1994. Namun pada tanggal 12 Desember 1997 ia
dipenjara karena puisinya yang bermasalah. Setelah empat bulan dipenjara,
Erdogan mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan pada tanggal 14
Agustus 2001. Dari tahun pertama, Partai AK menjadi gerakan politik
terbesar yang di dukung publik di Turki. Pada pemilihan umum tahun 2002,
Partai AK memenangkan dua pertiga kursi parlemen, membentuk
pemerintahan partai tunggal setelah 11 tahun. Kemudian pada tanggal 14

Maret 2003, Erdogan menduduki kursi Perdana Menteri Turki hingga 28
Agustus 2014.
Sejak awal memimpin Erdogan sudah menyiapkan masyarakatnya
untuk memiliki jiwa merdeka dan menyakini bahwa kepentingan Turki

2

ditentukan oleh masyarakat Turki sendiri. Salah satunya dibuktikan dengan
keanggotaan Turki di Uni Eropa. Pada tahun 1963, sebelum masuk menjadi
anggota Uni Eropa, Turki berusaha untuk mendaftar sebagai Anggota
Masyarakat Ekonomi Eropa. Namun, negosiasi secara penuh baru berjalan
pada tahun 2005. Sulitnya Turki untuk masuk sebagai anggota Uni Eropa
dikarenakan masalah Siprus dan lambatnya reformasi di Turki. Setelah
menunda pembicaraan, pada tahun 2015 Merkel, yang akan memimpin
beberapa negara anggota Uni Eropa, menyambut keanggotaan penuh Turki.
Hal ini disebabkan membanjirnya pengungsi Suriah di negara-negara
Uni Eropa. Bisa jadi ini sudah terlambat, disaat Turki sudah menjadi negara
yang kuat, Uni Eropa baru membuka pintunya. Hal ini lah yang membuat
prospek ini ditanggapi dingin oleh Turki. Erdogan sudah memberikan isyarat
yang jelas bahwa Turki sekarang menjadi negara kuat dan tidak lagi menjadi

pengemis di depan “pintu” Uni Eropa. Kehidupan rakyat Turki, tanpa Eropa
sudah sejajar dengan mereka.
Tidak hanya berupaya memandirikan negara yang dipimpinnya,
Erdogan juga menjadikan kondisi kemanusiaan di negara lain masuk dalam
agenda kepentingan nasionalnya dan bahkan menjadi faktor utama dalam
pemulihan hubungan atas bekas sekutu tradisionalnya. Hal ini dapat dilihat
dari hubungan diplomatik yang tidak kunjung memulih antara Turki dan
Isreael selepas insiden Mavi Marmara. Sekalipun, Israel telah memenuhi
dua dari tiga persyaratan yang diminta. Israel meminta maaf kepada Turki
dan bersedia membayar kompensasi kepada korban kebrutalan Israel.
Namun, Israel masih tidak bersedia membuka blokadenya atas Gaza.
Erdogan menghadirkan kembali teori International Relation yang
pada dasarnya diidamkan seluruh masyarakat dunia. Bukan kepada barat
ataupun timur kita berpaling, namun kepada nilai-nilai yang diyakini dan
kesederajatan hubungan kedua belah pihak.
Erdogan menanamkan keyakinan bahwa hubungan antar negara
seharusnya dibangun atas dua prasyarat utama. Pertama, komitmen atas

3


nilai-nilai kemanusiaan. Kedua, kesederajatan dalam hubungan dan sikap
saling menghormati antar kedua belah pihak, tanpa tekanan dan unsur
eksploitatif. Erdogan telah memulainya dan dukungan atas nilai-nilai inilah
yang menjamin kelanggengan perdamaian dunia.
Berdasarkan teori Herman, Preston, dan Young (1996) dalam
psikologi politik gaya kepemimpinan Erdogan termasuk Independen aktif
dimana fokus perhatian pada memelihara kemampuan dan kemerdekaan
yang dimiliki oleh dirinya sendiri dan pemerintahan, di dunia yang
dipersepsikan terus menerus – menerus mencoba membatasi keduanya.
Ketika Turki menjadi negeri berpenduduk muslim di Eropa dan “dibatasi”
ketika berusaha menjadi anggota Uni Eropa. Turki menentang batas-batas
tersebut dan memilih untuk fokus pada perbaikan dalam negeri seperti
pendidikan, transportasi udara serta ekonomi yang menjadikan Turki tampil
sebagai negara yang kuat, penting dan sejajar dengan negara-negara Eropa
lainnya.
B. Gaya Kepemimpinan Suportif (Supportive Leadership)
Salah satu kebiasaan Erdogan sejak menjadi Wali Kota Istanbul Raya
hingga menjadi Perdana Menteri pada Mei 2003 adalah menjaga untuk
selalu berbuka puasa selama bulan Ramadhan bersama keluarga fakir miskin
dengan ditemani istri tercintanya, Emine. Dia juga berbagi makanan

bersama orang miskin dan terlihat akrab dengan mereka.
Erdogan sangat dekat dengan orang di sekitarnya. Mungkin inilah
salah satu rahasia mengapa rakyat mencintainya. Sudah lama Turki tidak
memiliki seorang yang duduk dalam pemerintahan, yang dicintai oleh
rakyatnya. Erdogan juga memiliki watak yang antusias dan lembut. Supel
dalam bergaul merupakan unsur terpenting dalam diri Erdogan. Meski tak
dapat dipungkiri bahwa tubuhnya yang ideal, tinggi dan memiliki suara yang
keras, memberikan andil yang besar ketertarikan orang kepadanya. Dia tidak
hanya handal berbicara tetapi juga seorang pendengar yang baik.

4

Erdogan sangat menghormati orang yang lebih tua dan orang-orang
tertentu. Dia tidak ragu-ragu mencium tangan orang-orang mulia. Erdogan
menjadi orang pertama yang memberikan kepercayaan kepada orang cacat
saat pemerintah mengabaikan mereka di berbagai bidang. Lukman Ayo,
seorang tuna netra pertama yang duduk di parlemen sepanjang sejarah Turki.
Erdogan seorang pemberani. Erdogan berani menolak konspirasi
proyek yang terjadi di kotanya dan memberikan kesempatan proyek tersebut
kepada orang lain tanpa takut terhadap media. Dia juga tidak ragu-ragu
mengeksekusi villa milik mantan Presiden Thurgut Ozal yang tidak sesuai
UU.
Erdogan menegakkan dasar-dasar hukum, keadilan dan persamaan. Ini
terlihat saat dia memutuskan pelaksanaan hukuman terhadap keponakannya
sendiri yang terlibat perdagangan narkoba di Istanbul pada Februari 2010
lalu. Uniknya, di tengah kesibukannya, Erdogan tidak pernah ketinggalan
ikut bertakziyah bagi orang Turki yang keluarganya meninggal dunia, ia
bahkan hadir dalam pemakaman. Dia juga selalu menghadiri undangan dari
organisasi-organisasi pemuda untuk bergabung dalam permainan sepak bola.
Dari kalimat-kalimat diatas kita dapat melihat bahwa Erdogan
merupakan presiden yang menggunakan gaya kepemimpinan suportif
(supportive

leadership)

yang

merupakan

salah

satu

gaya

yang

dikemukakan oleh House (1997) diantara 4 gaya kepemimpinanan. Gaya
kepemimpinan suportif menunjukkan adanya pimpinan yang menekankan
diri dan bersikap ramah serta menyenangkan bawahannya, dalam artian
masyarakat Turki itu sendiri.
C. Gaya Kepemimpinan Pelayan
Spears (1995) dalam Harbani (2013:65) mengatakan ada perbedaan
yang utama antara model kepemimpinan pelayanan dengan model
kepemimpinan yang lainnya adalah keinginan untuk melayani ada sebelum
adanaya keinginan untuk memimpin. Mereka yang memiliki kualitas

5

kepemimpinan adakan menjadi pemimpin sebab, itulah cara yang paling
efektif untuk melayani. Hal ini menjadi sebagai bagian dari pemenuhan visi
hidup seseorang, yaitu bagaimana memberikan sesuatu yang lebih baik.
Pemimpin seperti ini yang akan diminta oleh pengikutnya untuk menjadi
pemimpin.
Erdogan adalah tipe pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan
pelayan dimana saat menjabat Wali Kota, Erdogan sukses menanamkan
sosoknya

sebagai

penolong

bagi

orang-orang

miskin

dan

yang

membutuhkan. Dia menjadi terkenal karena ia seorang administratur yang
efektif dan populis, Ia memberikan beragam bantuan kepada warganya. Ia
juga menunjukkan dirinya sebagai orang yang taat beragama dan
menjalankan salat tepat pada waktunya. Dalam pidato dan ceramahnya, ia
selalu menyertakan dalil dari Alquran dan hadits. Erdogan juga masih tetap
tinggal di rumahnya yang sederhana di Qasim Basya. Ia menolak pindah ke
tempat lain yang layak bagi seorang Wali Kota di Istanbul.
Erdogan secara gemilang sukses memimpin kota Istanbul. Ia
mengeluarkan Istanbul dari hutang milyaran dolar menjadi keuntungan dan
investasi 12 milyar dan pertumbuhan tujuh persen. Semua ini dicapai
Erdogan berkat kecerdasan, sentuhan tangan dinginnya dan kedekatannya
dengan masyarakat, terlebih kaum buruh, karena Erdogan telah menaikkan
upah buruh, serta memberikan perlindungan dalam bidang kesehatan dan
sosial.
Persoalan terbesar yang pernah menimpa kota Istanbul mampu
diselesaikan Erdogan, di antaranya persoalan air bersih yang dialirkan ke
rumah-rumah, di mana jutaan penduduk tidak memperolehnya selama
bertahun-tahun. Sejak 1996, air bersih memancar di rumah-rumah warga
yang sudah lama mendambakan adanya mengalirnya air.
Selain itu Erdogan juga sukses mengentaskan kemiskinan, meresmikan
situs untuk melayani masyarakat untuk pertama kalinya, membangun

6

prasarana dan jalur-jalur transportasi Istanbul dan pada saat yang sama
memperindah kota itu dengan memperlihatkan taman-taman umum,
melestarikan lingkungan kota di kota yang ditinggali kurang lebih seperlima
penduduk Turki. Memerangi praktik prostitusi liar dengan memberikan
pekerjaan lebih terhormat kepada wanita muda, dan melarang menyuguhkan
minuman keras di tempat yang berada di bawah kontrol Walikota Istanbul..
Ia juga meningkatkan sumbangsihnya terhadap masyarakat yang memujinya
dengan apa yang menjadi kecenderungan hatinya.
D. Gaya Kepemimpinan Transforming
Gaya kepemimpinan transforming menurut Anderson (1998) ialah
visi perencanaan, komunikasi, dan tindakan kreatif yang berdampak positif
pada sekelompok orang dalam sebuah susunan nilai dan keyakinan yang
jelas, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan jelas dan dapat
diukur.
Pendekatan transforming ini akan berpengaruh secara simultan
terhadap perkembangan personal dan kinerja usaha dari semua pihak yang
terkait. Pemimpin transforming juga mentrasformasikan diri dan sifat
alamiah kepemimpinannya dalam suatu proses belajar memimpin yang
berkesinambungan sehingga dapat memimpin dengan lebih baik lagi.
Dengan demikian, segala hal dipengaruhi oleh transformasi. Transforming
membentuk pemimpin sebagai agen aktif perubahan yang positif, yang
antara lain mampu mengubah hubungan organisasi, organisasi kelompok,
pribadi- pribadi. Semua proses terbit akan mematangkan karakter
kepemimpinannya dalam organisasi dan mengembangkan pemahaman
seorang pemimpin. (Harbani, 2013: 60)

Berdasarkan teori diatas, kita dapat melihat bahwa Erdogan
merupakan salah satu pemimpin yang dapat dikategorikan sebagai
pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan transformasi. Hal
tersebut dibuktikan dengan berhasilnya Erdogan membuat Produk Domestik

7

Nasional Turki mencapai 100 Milyar Dollar di tahun 2013 menyamai
pendapatan gabungan 3 negara dengan ekonomi terkuat di Timur Tengah;
Arab Saudi, Uni Emirat arab, Iran, dan ditambah dengan Yordan, Suriah dan
Libanon setahun sebelum masa jabatannya sebagai perdana menteri habis.
Kemudian ia juga membuat Turki berhasil masuk dalam anggota G-20
yaitu negara-negara dengan ekonomi terkuat di dunia, Turki berhasil
merangsek masuk ke urutan 16 sebagai negara dengan ekonomi terkuat
padahal sebelumnya berada di peringkat 111 dunia dengan rata-rata
peningkatan 10 % pertahun.
Di bidang transportasi, Erdogan membuat Airport Internasional
Istambul yang merupakan bandara terbesar di Eropa yang menampung
1260 pesawat setiap harinya, ditambah Bandara Shabiha yang menampun
630 pesawat setiap hari. Prestasi lainnya adalah Turkish Airline meraih
peringkat maskapai penerbangan terbaik di dunia dalam 3 tahun berturutturut.
Di bidang militer atau pertahanan negara, Erdogan membuat Turki
berhasil memproduksi sendiri peralatan pertahanan atau militer seperti tank,
pesawat serta satelit militer sendiri. Pendapatan Perkapita Turki pun berhasil
naik dari 3500 dolar pertahun menjadi sebesar 11.000 ditahun 2013.
Bahkan Erdogan berhasil membuat nilai tukar mata uang Turki naik
beberapa kali lipat dimasa pemerintahannya. Dimasa pemerintahan Erdogan
juga, pengangguran berhasil ditekan hingga 2 persen saja dari 35% yang
diimbangi dengan kenaikan gaji hampir 300 persen untuk upah pegawai.
Utang Negara Turki sendiri terhadap IMF berhasil diselesaikan dan
cadangan devisa juga ditinkatkan hingga 100 Milyar Dollar.
Disektor pendidikan sendiri, Erdogan membuat kebijakan dengan
menggratiskan biaya pendidikan dimana semua biaya kuliah untuk Rakyat
Turki di tanggung oleh pemerintah dan meningkatkan biaya riset atau
penelitian ilmiah dengan membiayai 300 ribu ilmuwan demi tujuan menjadi
8

negara nomor satu pada tahun 2023. Dalam 10 tahun pemerintahannya
Erdogan telah mendirikan 125 universitas baru, 189 sekolah baru, 510
rumah sakit baru dan 169.000 kelas baru yang modern, sehingga rasio
siswa perkelas tidak lebih dari 21 orang. Ketika krisis ekonomi menimpa
Eropa dan Amerika, universitas-universitas Eropa dan Amerika menaikkan
uang kuliah. Sedangkan Erdogan membebaskan seluruh biaya kuliah.
Selain itu Erdogan juga mengembalikan kebiasaan lama yaitu
pengajaran Al Quran dan Hadits di sekolah-sekolah negeri di Turki yang
sudah lama dihilangkan, dan kebebasan berhijab di kampus-kampus di
Turki. Kemajuan pesat negara Turki dibawah kepemimpinan Erdogan
sebagai perdana Menteri membuat Turki kini disegani sebagai salah satu
negara terkuat di Eropa.
Di sektor lingkungan, pemerintah Erdogan mengawali pengolahan
sampah menjadi pembangkit tenaga listrik, yang digunakan oleh sepertiga
penduduk Turki. Dan energi listrik sudah dinikmati 98% penduduk Turki.
Erdogan juga pemimpin muslim yang membuat lampu di jembatan
gantung terbesar di dunia di pantai laut hitam dengan penerangan yang
sangat besar bertuliskan “Bismillahirrahmanirrahim..”
E. Gaya Kepemimpinan Situasional
Hersey dan Blanchard( 1996:180) dalam Harbani (2013: 47),
mengatakan bahwa kepemimpinan situasional, tidak ada satu cara terbaik
untuk mempengaruhi perilaku orang-orang. Gaya kepemimpinan mana
yang harus diterapkan pemimpin terhadap orang-orang atau sekelompok
orang bergantung pada level kematangan dari orang-orang yang akan
dipengaruhi oleh pemimpin. Stoner dkk (1996: 171) menyatakan bahwa
teori kepemimpinan situasional (situasional leadership) adalah pendekatan
kepemimpinan yang oleh Hersey Blanchard yang menguraikan bagaimana
pemimpin harus menyesuaikan gaya kepemimpinan mereka sebagai
respon pada keinginan untuk berhasil dalam pekerjaan, pengalaman,
kemampuan dan kemauan dari bawahan mereka terus berubah.
9

Dari pendapat Hersey dan Blanchard serta beberapa gaya yang
digunakan Recep Tayyip Erdogan dalam memimpin sebagai walikota
maupun gubernur maka akan terlihat bahwa Recep Tayyip Erdogan juga
menggunakan gaya kepemimpinan situasional dalam menjalankan
tugasnya sebagai pemimpin. Recep Tayyip Erdogan tidak dapat
menjalankan kepemimpinannya dengan hanya menggunakan satu model
gaya kepemimpinan karena Recep Tayyip Erdogan harus menyesuaikan
kebutuhan dan langkah-langkah yang harus diambilnya semasa menjabat
sebagai pemimpin. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Cribbin
(1985: 108) dalam Harbani (2013: 49) bahwa seorang pemimpin yang baik
akan menyesuaikan dengan perilakunya dengan tuntutan keadaan. Perilaku
pemimpin harus mampu menyesuaikan perilakunya dengan keadaan.

10

DAFTAR PUSTAKA
www.bacaanpopuler.com/2016/07/presiden-turki-recep-tayyip-erdogan.html
www.biografiku.com/2015/08/biografi-recep-tayyip-erdogan-ambisi.html
www.kompasiana.com/deangga/gaya-kepemimpinan-erdogan-dalam-psikologipolitik_567bee0b369773e914ddd27b
www.dakwatuna.com/2012/11/06/23975/erdogan-muadzin-istanbul-penakluksekularisme-turki/#axzz4hJzlVqDD
www.dakwatuna.com/2014/04/28/50461/erdogan-pemimpin-yangspesial/#ixzz4jH22Gd6f
www.pesantrenpolitik.com/2016/04/rahasia-kesuksesan-presiden-erdogandan.html

11