5 hal yang perlu di ingat
5 HAL YANG DIINGAT UMAR BIN KHATAB R.A. ATAS KECEREWETAN SANG
ISTERI
PARA SUAMI WAJI BACA ! UNTUK PEMUDA BUAT BEKAL
Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa menuju kediaman Khalifah Umar bin Khatab r.a. ia
ingin mengadu pada Khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di
depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun.
Dari dalam rumah terdengar istri Khalifah Umar bin Khatab r.a. sedang ngomel, marahmarah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah
katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya
yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya
pada Umar.
Apa yang membuat seorang Khalifah Umar bin Khatab r.a. yang disegani kawan maupun
lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar
sana, ia selalu tegas pada siapapun?
Umar berdiam diri karena ingat 5 hal.
1. Benteng Penjaga Api Neraka
Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya
panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh elok di sekitarnya.
Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan raksasa dalam
dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal; syahwat. Adalah
sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih,
menuai buah di kemudian hari.
Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak
diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat. Maka, ketika Umar
terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada
penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun membakar. Bukankah sang istri
dapat menari, bernyanyi dengan liukan yang sama, lebih indah malah. Membawanya ke
langit biru. Melambungkan raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu
menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.
2. Pemelihara Rumah
Pagi hingga sore suami bekerja dan berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam.
Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan terkadang tak begitu
peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli itu. Untunglah ada
istri yang selalu menjaga, memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata,
bahkan darah tak menguap sia-sia Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam,
tanpa bayaran.
Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih
sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa pula ia mau dibayar. Niscaya
sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat betul
akan hal itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia
lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari semakin membebani.
3. Penjaga Penampilan
Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap.
Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan bawahan sering tak sepadan.
Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaiannya,
memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada
yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa
mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu.
4. Pengasuh Anak-anak
Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah
payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ.
Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan
pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih
dulu suami maju ke depan, mengaku-ngaku akulah yang membuatnya begitu? Baik
buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Khalifah
Umar bin Khatab r.a. paham benar akan hal itu.
5. Penyedia Hidangan
Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas di seharian. Ia
butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan suami cuma tahu ada hidangan:
ayam panggang kecap, sayur asam, sambal terasi dan lalapan. Tak terpikir olehnya harga
ayam melambung; tadi bagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran.
Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan
bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami
tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja
untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami.
Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.
Dengan mengingat lima peran ini, Khalifah Umar bin Khatab r.a kerap diam setiap istrinya
ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di
pundaknya. Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya,
menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk
segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah.
Umar hanya mengingat kebaikan-kebaik an istri untuk menutupi segala cela dan
kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati,
dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci
maki tak terpuji. Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Khalifah Umar
bin Khatab r.a. ini. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman
bagi keluarganya...
ISTERI
PARA SUAMI WAJI BACA ! UNTUK PEMUDA BUAT BEKAL
Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa menuju kediaman Khalifah Umar bin Khatab r.a. ia
ingin mengadu pada Khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di
depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun.
Dari dalam rumah terdengar istri Khalifah Umar bin Khatab r.a. sedang ngomel, marahmarah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah
katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya
yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya
pada Umar.
Apa yang membuat seorang Khalifah Umar bin Khatab r.a. yang disegani kawan maupun
lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar
sana, ia selalu tegas pada siapapun?
Umar berdiam diri karena ingat 5 hal.
1. Benteng Penjaga Api Neraka
Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya
panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh elok di sekitarnya.
Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan raksasa dalam
dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal; syahwat. Adalah
sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih,
menuai buah di kemudian hari.
Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak
diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat. Maka, ketika Umar
terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada
penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun membakar. Bukankah sang istri
dapat menari, bernyanyi dengan liukan yang sama, lebih indah malah. Membawanya ke
langit biru. Melambungkan raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu
menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.
2. Pemelihara Rumah
Pagi hingga sore suami bekerja dan berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam.
Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan terkadang tak begitu
peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli itu. Untunglah ada
istri yang selalu menjaga, memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata,
bahkan darah tak menguap sia-sia Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam,
tanpa bayaran.
Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih
sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa pula ia mau dibayar. Niscaya
sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat betul
akan hal itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia
lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari semakin membebani.
3. Penjaga Penampilan
Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap.
Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan bawahan sering tak sepadan.
Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaiannya,
memilihkan apa yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada
yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa
mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu.
4. Pengasuh Anak-anak
Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah
payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ.
Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Jika ada yang salah dengan
pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih
dulu suami maju ke depan, mengaku-ngaku akulah yang membuatnya begitu? Baik
buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Khalifah
Umar bin Khatab r.a. paham benar akan hal itu.
5. Penyedia Hidangan
Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas di seharian. Ia
butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan suami cuma tahu ada hidangan:
ayam panggang kecap, sayur asam, sambal terasi dan lalapan. Tak terpikir olehnya harga
ayam melambung; tadi bagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran.
Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan
bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami
tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja
untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami.
Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.
Dengan mengingat lima peran ini, Khalifah Umar bin Khatab r.a kerap diam setiap istrinya
ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di
pundaknya. Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya,
menjaga penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk
segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah.
Umar hanya mengingat kebaikan-kebaik an istri untuk menutupi segala cela dan
kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati,
dengan cara yang baik, dengan bercanda. Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci
maki tak terpuji. Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Khalifah Umar
bin Khatab r.a. ini. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman
bagi keluarganya...