Uji Berbagai Diameter Puli Pada Alat Pencetak Terasi

TINJAUAN PUSTAKA

Udang Rebon (Acetes Indicus)
Udang rebon adalah salah satu hasil laut dari jenis udang-udangan namun
dengan ukuran yang sangat kecil dibandingkan dengan jenis udang-udangan
lainnya. Karena ukurannya yang kecil inilah, udang ini disebut dengan udang
“rebon”. Di mancanegara, udang ini lebih dikenal sebagai terasi shrimp karena
memang udang ini merupakan bahan baku utama pembuatan terasi. Di pasaranpun,
udang ini lebih mudah ditemukan sebagai bahan seperti terasi, atau telah
dikeringkan dan sangat jarang dijual dalam keadaan segar (Astawan, 2009).
Menurut Edwards (1830), udang rebon diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas


: Crustaceae

Sub Kelas

: Malacostraca

Ordo

: Decapoda

Family

: Sergestidae

Genus

: Acetes

Spesies


: Acetes Indicus

Ciri-ciri dari udang rebon adalah mempunyai tiga pasang kaki jalan yang
sempurna, restum dan telsonnya pendek, mempunyai kaki renang yang sempurna
dan tampak berbulu dan panjang antena sekitar 2-3 kali panjang tubuhnya.
Dengan kulit agak keras, tetapi tidak kaku. Mempunyai tanda istimewa pada
badan terdapat ban ungu hitam dan pada masing-masing ruas terdapat 2 ban.

4
Universitas Sumatera Utara

5

Warna tersebut jelas sekali pada udang yang masih hidup. Warna kaki pada
umumnya berwarna merah (Hutabarat dan Evans, 1986).
Kandungan gizi dari udang rebon dalam kondisi segar dan kering disajikan
pada Tabel 2, sebagai berikut:
Tabel 2. Kandungan Gizi Udang Rebon per 100 g.
Kandungan gizi
Udang rebon kering

Energi (kkal)
299
Protein (g)
59,4
Lemak (g)
3,6
Karbohidrat (g)
3,2
Kalsium (mg)
2.306
Fosfor (mg)
265
Besi (mg)
21,4
Vitamin A (SI)
0
Vitamin B1 (mg)
0,06
Air (g)
21,6

Sumber : Direktorat Gizi Depkes, (1992).

Udang rebon segar
81
16,2
1,2
0,7
757
292
2,2
60
0,04
79,0

Berbagai Jenis Olahan Udang Rebon
Ada berbagai jenis olahan udang rebon yang ada dipasaran dan sebagaian
masih diproduksi dalam sekala kecil. Inilah beberapa contoh olahan yang
menggunakan udang rebon sebagai bahan bakunya:
1. Abon udang rebon
Abon rebon memiliki rasa yang cukup gurih, sangat cocok digunakan

sebagai pelengkap makanan dengan berbagai macam sayuran. Abon rebon juga
dapat menambah citarasa berbagai menu makanan seperti nasi goreng, pangsit
dan lain-lain.
2. Sosis udang rebon
Pada umumnya sosis dibuat dari daging sapi dan ayam. Mengingat
sumberdaya perikanan Indonesia cukup besar maka pemanfaatan udang rebon

Universitas Sumatera Utara

6

dapat menjadi alternatif penganti daging sapi dan ayam dalam pembuatan
sosis.
3. Tepung udang rebon
Tepung udang rebon merupakan tepung yang dihasilkan dari proses
pengolahan seluruh bagian tubuh udang rebon yang terdiri atas kepala,
cangkang, dan daging yang banyak mengandung kalsium dan fosfor. Tepung
udang rebon yang banyak mengandung kalsium dan fosfor diperoleh dengan
melewati proses deproteinasi dan proses defatting (Wirakusumah, 2007).
4. Terasi udang rebon

Terasi merupakan bumbu tradisional yang banyak dikenal dan disukai
oleh masyarakat Indonesia. Banyak orang menyukai terasi karena rasa dan
aromanya yang khas, terutama untuk meningkatkan selera makan
(Salam, 2008).
5. Pakan ternak
Selain diolah menjadi berbagai jenis makanan, udang rebon juga
dijadikan sebagai campuran pakan ternak oleh beberapa petani seperti pakan
ikan, bebek, ayam dan jenis ternak lainnya.
Pengolahan Udang Rebon Menjadi Terasi
Cara pembuatan terasi udang rebon sebagai berikut :
1. Pertama-tama, udang rebon dicuci dengan air bersih agar semua kotoran
terbuang. Selanjutnya udang rebon dimasukkan kedalam karung selama
semalam agar bahan baku tersebut menjadi setengah busuk.
2. Keesokan harinya udang rebon tersebut dicuci kembali dan langsung dijemur
dibawah sinar matahari sampai setengah kering (kurang lebih selama 1-2

Universitas Sumatera Utara

7


hari). Selama penjemuran, udang rebon harus sering dibalik-balik agar
keringnya merata dan kotoran yang mungkin masih melekat dapat
dibersihkan.
3. Setelah agak kering, daging udang rebon ditumbuk sampai halus dan
dibiarkan lagi selama semalam agar protein yang terkandung didalamnya
benar-benar terurai.
4. Selanjutnya kedalam daging udang rebon ditambahkan garam secukupnya
untuk membunuh bakteri pembusuk. Jumlah garam yang ditambahkan
tergantung selera, maksimal 30% dari bera total udang rebon, agar terasi yang
diproduksi tidak terlalu asin.
5. Langkah selanjutnya adalah menggumpalkan dan membungkus bahan terasi
tersebut. Biarkan bahan terasi tersebut selama satu malam agar bakteri
pembusuk benar-benar mati. Setelah satu malam, gumpalan bahan terasi
tersebut dihancurkan kembali dan dijemur dibawah sinar matahari selama 3-4
hari.
6. Terasi yang telah kering kemudian ditumbuk kembali sampai benar-benar
halus dan dibungkus kembali. Selanjutnya terasi tersebut dibiarkan kembali
selama 1-4 minggu, agar proses fermentasi dapat berlangsung secara
sempurna. Proses fermentasi dapat dianggap selesai apabila telah tercium
aroma terasi yang khas.

7. Daya tahan terasi diolah dengan cara seperti diatas dapat mencapai 12 bulan.
(Afrianto dan Liviawaty, 1991).

Universitas Sumatera Utara

8

Mutu Hasil Terasi Udang Rebon
Perkembangan teknologi pengolahan pangan telah memungkinkan
produksi makanan terbungkus (kemasan) dalam jumlah yang besar dengan daya
tahan yang relatif lama. Berkembangnya pembuatan makanan terolah dalam
kemasan siap pakai secara besar-besaran telah menimbulkan berbagai masalah.
Terjadinya kesalahan dalam proses pengolahan suatu produk terbungkus secara
besar-besaran dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pada masyarakat luas
(Winarno, 1993).
Persyaratan mutu terasi udang rebon berdasarkan SNI 01-2716.1-2009,
dalam Eska (2011) dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Persyaratan Mutu Terasi Menurut SNI Nomor 01-2716.1-2009
Jenis Uji
Satuan

Persyaratan
I. Organoleptik
Angka (1-9)
Minimal 7
II. Cemaran Mikroba *
- Escherichia coli
APM/g
Minimal < 3
- Salmonella
Per 25 g
Negatif
- Staphylococcus aureus
Koloni / g
1 x 103
- Vibrio cholerae
Per 25 g
Negatif
III. Kimia
- Kadar Air
% Fraksi Massa

30-50
- Kadar Abu Tak Larut dalam Asam % Fraksi Massa
Maksimal 1,5
- Kadar Garam
% Fraksi Massa
Maksimal 10
- Kadar Protein
% Fraksi Massa
Maksimal 15
- Kadar Karbohidrat
% Fraksi Massa
Maksimal 2
Kadang-kadang pengusaha terasi yang ingin mengeruk banyak keuntungan
dengan sengaja menambahkan tepung tapioka dan zat pewarna kedalam adonan
terasi. Tindakan demikian sangat merugikan konsumen, karena selain mutu terasi
menjadi rendah, kadang-kadang zat pewarna yang digunakan mengandung logam
Cu atau Mg yang berbahaya bagi kesehatan (Afrianto dan Liviawaty, 1991).

Universitas Sumatera Utara


9

Teknik Pencetakan Terasi
Komposisi bahan baku terasi merupakan hal utama dalam pembuatan
terasi, terutama jika terasi dicetak menggunakan alat/mesin. Komposisi bahan
baku terasi harus sesuai untuk memperoleh hasil cetakan terasi yang baik dan
memperoleh efisiensi yang maksimum. Diharapkan hasil yang diperoleh dapat
lebih optimal, dengan mengetahui komposisi bahan baku terasi yang sesuai untuk
alat pencetak terasi.
Dalam proses pencetakannya bahan akan terus keluar melalui saluran
cetakan, bahan yang keluar melalui saluran cetakan akan turun dan ditampung
oleh belt conveyor, hanya saja putaran poros belt conveyor yang terlalu cepat
mengakibatkan bahan yang keluar terkadang akan putus akibat adanya gesekan
antara hasil cetakan dengan permukaan belt conveyor oleh karena itu perlu adanya
perlakuan terhadap diameter puli pada screw press agar bahan terdorong dengan
cepat sehingga putaran pada screw press dapat mengimbangi putaran pada belt
conveyor (Lubis, 2015).
Komponen Alat Pencetak Terasi
Rangka Alat
Kerangka alat berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya yang
terbuat dari besi yang berbentuk siku yang akan disambung dengan menggunakan
teknik pengelasan.
Motor Listrik
Motor listrik adalah mesin yang mengubah energi listrik menjadi energi
mekanis. Misalnya mesin pembangkit tenaga listrik maka dapat memutar motor
litrik yang menggunakan mesin untuk berbagai keperluan separti mesin untuk

Universitas Sumatera Utara

10

menggiling padi menjadi beras, untuk pompa irigasi untuk pertanian, untuk kipas
angin serta mesin pendingin (Djoekardi, 1996)
Pada motor listrik tenaga listrik diubah menjadi tenaga mekanik.
Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang
disebut sebagai elektromagnet. Sebagaimana kita ketahui bahwa kutub-kutub dari
magnet yang senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama akan
tarik-menarik. Maka kita dapat memperoleh gerakan jika kita menempatkan
sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada
suatu kedudukan yang tetap. Selain itu motor listrik mempunyai keuntungan
sebagai berikut:
1. Dapat dihidupkan hanya dengan memutar saklar.
2. Suara dan getaran tidak menjadi gangguan.
3. Udara tidak ada yang dihisap, juga tidak ada gas buang, karena itu tidak perlu
mengukur polusi lingkungannya dan membuat ventilasi. Tetapi di ruang yang
berbahaya terhadap percikan api, perlu digunakan motor listrik agar tidak
terjadi kebakaran (Soenarta dan Furuhama, 2002).
Bantalan (Bearing)
Bantalan (bearing) adalah elemen mesin yang mampu menumpu poros
berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara
halus, aman dan tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk menghubungkan
poros serta elemen mesin lainnya agar bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak
berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tak dapat
bekerja secara semestinya. Jadi, bantalan dalam permesinan dapat disamakan
peranannya dengan pondasi pada gedung. Bantalan radial, arah beban yang

Universitas Sumatera Utara

11

ditumpu bantalan ini adalah gerak lurus sumbu poros, arah beban bantalan ini
sejajar sumbu poros. Bantalan gelinding khusus dapat menumpu beban yang
arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros (Sularso dan Suga, 2004).
Bantalan dapat diklasifikasikan berdasarkan pada:
1. Gerakan bantalan terhadap poros
- Bantalan luncur
- Bantalan gelinding
2. Beban terhadap poros
- Bantalan radial
- Bantalan aksial
- Bantalan gelinding khusus
(Sularso dan Suga, 2002).
Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama
dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Poros untuk meneruskan daya
diklasifikasikan menjadi poros transmisi (line shaft), spindle (spindle), gandar
(axle), poros (shaft) dan poros luwes (Achmad, 2006).
Poros umumnya berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran bentuk
dari poros adalah silinder baik pejal maupun berongga. Namun ukuran
diameternya tidak selalu sama. Biasanya dalam permesinan, dibuat bertangga agar
bantalan, roda gigi maupun puli mempunyai dudukan dan penahan agar dapat
diperoleh ketelitian mekanisme (Pratomo dan Irawanto, 1983).

Universitas Sumatera Utara

12

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sebuah poros,
yaitu:
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau
gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau
tekan. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter
poros diperkecil atau bila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan.
Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban
di atasnya.
2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika
lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian
(pada mesin perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu, disamping kekuatan
poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam
mesin yang akan dilayani poros tersebut.
3. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis.
Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya.
Poros harus direncanakan hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran
kritisnya.
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeler dan pompa
bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula untuk poros-poros yang

Universitas Sumatera Utara

13

terancam kavitasi, dan poros-poros mesin yang berhenti lama sampai batas-batas
tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi.
5. Bahan poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik
dingin dan difis, baja karbon konstruksi mesin yang dihasilkan dari baja yang
dideokasikan dengan ferrosilikon dan dicor. Poros-poros yang dipakai untuk
meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat dari baja paduan
yang sangat tahan terhadap keausan seperti baja khrom nikel, baja khrom nikel
molibden, dan lain-lain (Sularso dan Suga, 2004).
Puli (Pulley)
Puli merupakan bagian elemen mesin yang berfungsi sebagai tempat
penggerak sabuk yang mentranmisikan putaran atau daya. Pemilihan puli harus
dilakukan dengan teliti agar nantinya bisa diperoleh perbandingan kecepatan yang
diinginkan. Puli biasanya terbuat dari besi tuang, bagian luar puli dibuat licin
supaya sabuk dapat berjalan dengan baik dan tidak cepat aus
(Sularso dan Suga, 2004).
Sedangkan menurut Stolk dan Kros (1981) puli berfungsi untuk
memindahkan daya dan putaran yang dihasilkan dari motor yang selanjutnya
diteruskan lagi ke v-belt dan akan memutar poros. Puli dibuat dari besi cor atau
dari baja. Puli kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk konstruksi ringan
diterapkan puli dari paduan aluminium.

Universitas Sumatera Utara

14

Ada beberapa jenis puli, diantaranya:
1.

Puli alur
Pada puli jenis alur ini ada yang terdiri dari alur rata dimana dalam hubungan
dengan sabuk yang berpenampang V juga alur V ganda yang menggunakan
sabuk berbentuk V dan alur V.

2.

Puli jenis tingkat
Puli ada yang bertingkat satu atau tunggal dimana hanya menggunakan satu
sabuk dan bertingkat dua yang menggunakan sabuk ganda.

3.

Puli jenis pengunci
Pada puli jenis ini digunakan untuk mengunci puli dengan poros sehingga
dalam mentransmisikan putaran tidak bergeser atau berubah. Pengunci puli
ada yang berupa pasak, baut, dan spai penahan (Sularso dan Suga, 2004).
Jarak yang jauh antara dua poros sering tidak memungkinkan transmisi

langsung dengan pasangan roda gigi. Dalam demikian, cara transmisi putaran dan
daya lain yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan sebuah sabuk atau
rantai yang dibelitkan disekeliling puli atau sprocket pada poros. Jika pada suatu
konstruksi mesin putaran puli penggerak dinyatakan N1 dengan diameter dp dan
puli yang digerakkan n2 dan diameternya Dp, maka perbandingan putaran
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
N1
n2

dp

= Dp ........................................................................................................ (1)

(Roth, et all., 1982).
Menurut Mabie dan Ocvirk (1967) pemasangan puli dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu :

Universitas Sumatera Utara

15

- Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar dimana
pasangan puli terletak pada sumbu mendatar.
- Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak dimana letak pasangan puli
adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada
bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk.
Dalam Penelitian ini digunakan puli dengan diameter 2 inci, 3 inci dan 4
inci pada motor penggerak. Hal ini memungkinkan hasil yang diperoleh terhadap
beberapa parameter yang diamati akan berbeda. Semakin kecil puli penggerak
maka daya yang dihasilkan akan semakin besar.
Sabuk V (V-Belt)
Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk
V dibelitkan di sekitar alur puli yang berbentuk V pula. Transmisi sabuk yang
bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah
harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan
putaran yang diinginkan. Kekurangan yang ada pada sabuk ini adalah terjadinya
slip antara sabuk dan puli sehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau
perbandingan transmisi yang tetap (Daryanto, 1984).
Susunan khas sabuk V terdiri atas :
- Bagian elastic yang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi.
- Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan daya
rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut.
(Smith dan Wilkes, 1990).

Universitas Sumatera Utara

16

Menurut

Smith

dan

Wilkes

(1990),

apabila

pemindahan

daya

menggunakan dua roda transisi, maka hubungan antara jarak kedua titik pusat
sumbu roda transisi dengan panjang sabuk dapat ditentukan dengan rumus:
L = 2C+1,57(Dp+dp)+

(Dp-dp)
4C

2

................................................................ (2)

dimana:
L = Panjang efektif sabuk (mm)
C = Jarak antara kedua sumbu roda transmisi (mm)
Dp = Diameter luar efektif roda transmisi yang besar (mm)
dp = Diameter luar efektif transmisi yang kecil (mm)
Speed Reducer
Speed reducer (gearbox) adalah jenis motor yang mempunyai sistem
reduksi yang besar. Gearbox bersinggungan langsung ke dalam motor, dan secara
bersamaan rangkaian ini mengurangi kecepatan keluaran (output speed).
Speed reducer digunakan untuk menurunkan putaran. Dalam hal ini
perbandingan speed reducer putarannya dapat cukup tinggi.
N1

i=

N2

....................................................................................................... (3)

dimana:
i

= Perbandingan reduksi

N1

= Input putaran (rpm)

N2

= Output putaran (rpm)

(Niemann, 1982).
Saluran Masukan Bahan (Hopper)
Hopper merupakan saluran tempat masuknya bahan menuju tahap
pengolahan selanjutnya yaitu proses pengepressan bahan oleh screw press.

Universitas Sumatera Utara

17

Tabung Press
Tabung press berfungsi sebagai tempat pengepressan bahan dimana tabung
ini akan menentukan jumlah bahan maksimal yang berada di dalam tabung press
untuk dapat diolah. Tabung press berbentuk tabung silinder yang terbuat dari
material yang padat dan kokoh.
Kempa Ulir (Screw Press)
Ulir penggerak digunakan untuk meneruskan gerakan secara halus dan
merata serta untuk menghasilkan gerakan linear dari gerakan berputar.
Kinematika dari gerakan ulir penggerak sama dengan gerakan kinematika dari
baut dan mur, hanya terdapat perbedaan dari geometri dari ulirnya. Sehingga ulir
penggerak memberikan aplikasi gerakan, sedang ulir baut dan mur memberikan
aplikasi sebagai pengikat. Macam-macam aplikasi dari ulir penggerak :
1. Dongkrak mobil
2. Ulir penggerak pada mesin bubut
3. Ulir penggerak pada mesin pres
4. Tempat tidur rumah sakit
5. Kontrol reaktor nuklir
6. C klem dan lain sebagainya.
(Achmad, 2006).
Saluran Cetakan
Saluran cetakan berfungsi sebagai tempat keluarnya bahan yang telah
selesai diolah, saluran cetakan berbentuk persegi dengan ukuran 25 x 10 mm
dimana jumlah saluran cetakan pada alat pencetak terasi ini adalah dua saluran
pengeluaran.

Universitas Sumatera Utara

18

Belt Conveyor
Belt conveyor (sabuk konveyor) memiliki komponen utama berupa sabuk
yang berada diatas roller-roller penumpu. Sabuk digerakkan oleh motor penggerak
melalui suatu puli, sabuk bergerak secara translasi dengan melintas datar atau
miring tergantung kepada kebutuhan dan perencanaan. Material diletakkan diatas
sabuk dan bersama sabuk bergerak kesatu arah. Pada pengoperasiannya sabuk
konveyor menggunakan tenaga penggerak berupa motor listrik dengan perantara
roda gigi yang dikopel langsung ke puli penggerak. Sabuk yang berada diatas
roller-roller akan bergerak melintasi roller-roller dengan kecepatan sesuai putaran
dan puli penggerak.
Mal Cetakan
Mal cetakan tersusun atas pisau-pisau pemotong yang berfungsi untuk
memotong bahan agar bahan yang dihasilkan sesuai dengan keinginan, pisau
pemotong tepat berada sejajar yang disusun pada mal dengan jarak yang sama
agar menghasilkan hasil pemotongan yang seragam untuk mempermudah proses
pemotongan bahan.
Prinsip Kerja Alat Pencetak Terasi
Alat pencetak terasi ini bekerja dengan prinsip mengempa atau
mengepress bahan dengan menggunakan screw press sehingga bahan akan
terdorog dan akan keluar melalui saluran cetakan kemudian bahan akan dibawa
menggunakan conveyor ke tempat penampungan, lalu dicetak menggunakan mal
cetakan.

Universitas Sumatera Utara

19

Kapasitas Kerja Alat
Menurut Daywin, dkk., (2008), kapasitas kerja suatu alat atau mesin
didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu
produk (contoh : ha. Kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja
dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu
menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi :
Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW. Persamaan matematisnya dapat ditulis
sebagai berikut :
Kapasitas Alat =

Produk yang diolah
Waktu

……….............…………..........(4)

Menurut Wiraatmadja (1995), adapun cara untuk memperbesar atau
memperkecil kapasitas pengirisan yaitu dengan mengubah julmlah mata pisau,
rpm alat pengiris atau mengubah tebal irisannya. Perubahan paling mudah
dilakukan dengan memperbesar atau memperkecil tanpa merubah tebal irisannya
adalah dengan merubah rpm yakni dengan menambahkan transmisi, baik dengan
pulley atau sprocket dan rantai.
Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk
menentukan kuatnya atau derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih.
Semakin nyata hubungan linier (garis lurus), maka semakin kuat atau tinggi
derajat hubungan garis lurus antara kedua variabel atau lebih. Ukuran untuk
derajat hubungan garis lurus ini dinamakan koefisien korelasi. Korelasi
dilambangkan dengan r dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ 1).
Apabila nilai r = -1 artinya korelasi negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada
korelasi; dan r = 1 artinya korelasinya sangat kuat.

Universitas Sumatera Utara

20

Tabel 4. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien
0,800 – 1,000
0,600 – 0,799
0,400 – 0,599
0,200 – 0,399
0,000 – 0,199
(Muinah, 2011).

Tingkat Hubungan
Sangat Kuat
Kuat
Cukup Kuat
Lemah
Sangat Lemah

Rendemen Alat
Rendemen menyatakan persentase bahan hasil olahan terhadap bahan
mentah atau bahan baku yang diolah per satuan berat bahan. Perhitungan
rendemen diperlukan untuk mengetahui banyaknya jumlah kebutuhan bahan baku
dalam suatu proses industri yang menggunakan alat atau mesin untuk
menghasilkan jumlah produk yang diinginkan. Rendemen dapat dihitung dengan
membandingkan berat hasil olahan dengan berat bahan baku sebelum dilakukan
pengolahan (Lubis, 2008).
Persentase Bahan Tertinggal
Persentase bahan yang tertinggal di alat adalah banyaknya bahan yang
tidak dapat keluar dari alat secara otomatis setelah saluran pengeluaran bahan
dibuka atau proses pengolahan selesai dilakukan. Bahan yang tidak dapat keluar
dari mesin pengolahan membutuhkan tenaga operator untuk mengeluarkannya
secara manual. Hal ini menyebabkan efisiensi pengolahan dan biaya produksi
meningkat untuk upah operator (Nugraha, dkk., 2012).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65