BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Kolegial Dalam Peningkatan Kinerja Guru Di SD Negeri Plalangan 01 Kecamatan Gunungpati Kota Semarang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Supervisi Akademik
Supervisi
kegiatan

akademik

membantu

kemampuannya

adalah

guru

mengelola

serangkaian

mengembangkan


proses

pembelajaran

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Supervisi
akademik merupakan layanan kepada guru-guru
yang

bertujuan

untuk

menghasilkan

perbaikan

instruksional, belajar dan kurikulum (Gickman,et al;
1980: 21).
Pendapat lain dikemukakan oleh Umiarso dan

Gojali

(2001:

278)

yang

menjelaskan

supervisi

akademik merupakan bentuk layanan professional
yang

dikembangkan

untuk

meningkatkan


profesionalisme komponen sekolah, kususnya guru
dalam menjalankan tugas utamanya yaitu sebagai
pendidik

dan

pengajar

yang

merupakan

ujung

tombak dalam menjalankan roda pendidikan.
Supervisi
mengawali,
membimbing


akademik

mengarahkan,
secara

merupakan
mengkoordinasi

individual

maupun

usaha
dan
secara

kolektif agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam

mewujudkan seluruh fungsi pengajaran sehingga
dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan

tiap murid secara kontinyu sehingga dapat lebih
cepat berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi
modern. Hal ini berarti supervisi bukanlah kegiatan
sesaat seperti inspeksi tetapi merupakan kegiatan
yang kontinyu dan berkesinambungan, sehingga
guru-guru selalu berkembang dalam mengerjakan
tugas dan mampu memecahkan berbagai masalah
pendidikan serta

pengajaran secara efektif dan

efisien, Sahertian (1990: 74)
Mulyasa

(2013:249)

supervisi

akademik


adalah bantuan profesional kepada guru, melalui
siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan
yang cermat, dan umpan balik yang obyekif dan
segera sehingga guru dapat menggunakan balikan
tersebut untuk memperhatikan kinerjanya.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa supervisi akademik dilakukan
oleh

kepala

sekolah

yang

bertujuan

untuk

membantu bawahan dalam mengembangkan atau

meningkatkan kualitas pengajaran serta pendidikan
pada

umumnya,

dan

kususnya

kualitas

pembelajaran baik peningkatan kinerja mengajar
guru, peningkatan belajar siswa, melalui umpan

balik secara obyektif sehingga mutu proses dan hasil
pembelajaran akan meningkat.
Harris sebagaimana dikutip oleh Sahertian
(2008: 18) menyatakan bahwa supervisi pengajaran
adalah segala sesuatu yang dilakukan personalia
sekolah untuk memelihara atau mengubah apa yang

dilakukan

sekolah

dengan

cara

yang

langsung

mempengaruhi proses belajar mengajar dalam upaya
meningkatkan proses belajar siswa.
Pendapat

lain

dikemukakan


oleh

Alfonso

dalam Sahertian (2008: 18) supervisi pengajaran
adalah

tindakan

lembaga

yang

pejabat

langsung

yang

dirancang


berpengaruh

oleh

terhadap

perilaku guru dalam berbagai cara untuk membantu
cara belajar siswa dan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan oleh lembaga itu.
Dalam bukunya Ngalim (1987: 89) definisi
dari supervisi pengajaran adalah kegiatan-kegiatan
kepengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki
kondisi

baik

personal

maupun


material

yang

memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar
yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan.
Supervisi pengajaran perlu diarahkan pada
upaya-upaya yang sifatnya memberikan kesempatan
kepada guru untuk berkembang secara profesional,

sehingga mereka lebih mampu untuk melaksanakan
tugas

pokoknya

yaitu

memperbaiki

dan

meningkatkan proses dan hasil pembelajaran (Tara
J. Fenwick, 2006:401).
Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan
bahwa supervisi pengajaran adalah usaha memberi
layanan atau bantuan kepada guru–guru baik secara
individual maupun secara kelompok sehingga dapat
berkembang

secara

profesional

dalam

usaha

memperbaiki pembelajaran dari perencanaan sampai
pada proses yang merupakan unsur terpenting dari
suatu pembelajaran. Unsur utama dari supervisi
pada akhirnya adalah memberikan layanan dan
bantuan. Sehingga ada beberapa manfaat serta
alasan perlunya diadakan supervisi sebagai suatu
pembinaan dan tindak lanjut dari kepala sekolah .
Menurut Sahertian (2000:16) ada beberapa
alasan dan manfaat yang mendasari pentingnya
supervisi dilakukan oleh kepala sekolah. Alasan
pentingnya supervisi dilakukan oleh kepala sekolah
adalah:
a.
b.

supervisi pengajaran bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di
sekolah.
supervisi pengajaran relevan dengan
nuansa Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang berorientasi
pada pencapaian hasil usaha secara

c.

tuntas, sehingga supervisi pengajaran
memberikan dukungan secara langsung
kepada guru dalam mengupayakan
tercapainya tingkat kompetensi tertentu
pada siswa.
Supervisi pengajaran merupakan salah
satu
upaya
untuk
meningkatkan
kompetensi paedagogik guru.

Manfaat supervisi yang dilakukan oleh kepala
sekolah atau supervisor adalah:
a.

b.
c.
d.

e.
f.

menemukan kelebihan atau kelemahan
guru dalam melaksanakan pembelajaran
guna pengembangan dan pembinaan
lebih lanjut.
mengidentifikasi kendala yang dihadapi
dalam melaksanakan suatu gagasan
pembaharuan pembelajaran.
secara langsung mengetahui keperluan
dan kebutuhan tiap-tiap guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
memperoleh data dan informasi yang
dapat digunakan untuk menyusun
program pembinaan profesional secara
rinci.
menumbuhkan kepercayaan diri pada
seorang guru untuk berbuat lebih baik.
mengetahui secara lengkap hal-hal yang
mendukung
kelancaran
proses
pembelajaran.

Briggs
mengungkapkan

dalam
bahwa

Sahertian
fungsi

(2008:

utama

18)

supervisi

bukan perbaikan pembelajaran saja tetapi untuk
mengkoordinasi, menstimulasi dan mendorong ke
arah pertumbuhan profesi guru.
Dalam panduan supervisi Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah (2006: 9)

menyatakan bahwa supervisor dalam melaksanakan
tugasnya perlu memperhatikan dan berpedoman
pada prinsip-prinsip supervisi yaitu :
a.

Supervisi hendaknya dimulai dari hal-hal
yang positif.
Hubungan antar supervisor dengan yang
disupervisi hendaknya didasarkan atas
hubungan kerja secara profesional.
Pembinaan
profesional
hendaknya
berdasar atas hubungan manusiawi yang
sehat.
Pembinaan profesional hendaknya dapat
mendorong pengembangan inisiatif dan
kreativitas guru.
Pembinaan profesional hendaknya selalu
didasarkan pada pandangan obyektif.
Pembinaan
profesional
harus
dilaksanakan
terus
menerus
dan
berkesinambungan.
Pembinaan profesional hendaknya selalu
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dari
masing-masing guru.
Pembinaan profesional hendaknya selalu
dilaksanakan
atas
dasar
rasa
kekeluargaan, kebersamaan, keterbukaan
dan keteladanan

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

1.2

Tahapan dan Pelaksanaan Supervisi
Akademik
Dalam supervisi pengajaran menurut Ngalim

(1998:121)

terdapat

tiga

prinsip

utama

yang

dijadikan dasar/pedoman dalam setiap kegiatannya,
yaitu (1) terpusat pada guru daripada supervisor agar
semua

prakarsa

meningkatkan

dan

tanggung

keterampilan

jawab

mengajar

dalam

senantiasa

disesuaikan dengan kebutuhan guru, (2) hubungan
guru dengan supervisor lebih interaktif ketimbang
direktif

untuk

dapat

mewujudkan

komunikasi

(hubungan) yang harmonis dalam suatu kedudukan
yang

sederajat;

dan

(3)

demokratis

ketimbang

otorotatif untuk menciptakan suasana keterbukaan
antara kedua belah pihak yaitu supervisor dengan
guru.
Berkaitan

dengan

tahapan

ini

Arikunto

(2002:178) menyebutkan ada lima tahapan supervisi
pengajaran yaitu (1) observasi awal, (2) observasi, (3)
analisis dan strategi, (4) observasi akhir, dan (5)
analisis observasi akhir.
Nurtain

(1999:

258-262)

membagi

pelaksanaan supervisi pengajaran dengan tindak
lanjut

kolegial

menjadi

tiga

tahapan,

yaitu:

pertemuan awal, tahap observasi, dan pertemuan
akhir. Tahapan pertemuan awal diadakan sebelum
kegiatan mengajar dilaksanakan dalam suasana
akrab dan terbuka. Pertemuan tersebut diharapkan
berakhir dengan diperolehnya kesepakatan antara
supervisor dan guru. Dalam tahap observasi kelas
supervisor mengadakan observasi untuk mengetahui
segala

apa

yang

terjadi

selama

pembelajaran

berlangsung.Dalam tahap ini dapat digunakan alat

perekam atau membuat catatan tertulis. Dan yang
ketiga

adalah

tahap

pertemuan

akhir

seorang

supervisor dan guru yang disupervisi untuk segera
melaksanakan

dengan

harapan

segala

kejadian

masih teringat. Hal ini juga dilakukan dengan penuh
keakraban, terbuka dan bebas dari suasana menilai.
Dari beberapa pendapat tahapan pelaksanaan
supervisi

akademik

di

atas

memiliki

kesamaan

walaupun jumlahnya berbeda, tetapi jika dicermati
ternyata memiliki makna dan isi yang sama, yaitu:
(1) adanya

pertemuan awal yang yang didalamnya

terdapat kegiatan pembahasan untuk memantapkan
hubungan antara supervisor dengan guru yang
disupervisi untuk merencanakan kegiatan bersama;
(2) tahap observasi yaitu berupa pengamatan secara
langsung tehadap kegiatan, perilaku, kejadian dan
gejala yang muncul tentang masalah dan hambatan
selama proses pembelajaran di kelas; dan (3) tahap
pertemuan akhir yang merupakan kegiatan sesegera
mungkin dilaksanakan dengan berdiskusi berupa
pemberian umpan balik antara supervisor dengan
guru kelas yang

disupervsi secara kekeluargaan

yang disebut dengan kolegial.

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa
supervisi akademik dilakukan oleh kepala sekolah
(supervisor) dengan tujuan memberikan bantuan
kepada

seorang

kemampuannya

guru

untuk

dalam

mengembagkan

kegiatan

pembelajaran,

menemukan hambatan serta memecahkan beberapa
permasalahan yang ditemui selama pembelajaran
sehingga

dapat

diambil

keputusan

untuk

pelaksanaan tindak lanjut.

1.3 Supervisi Kolegial
1.3.1 Konsep Supervisi Kolegial
Supervisi kolegial didasarkan atas asumsi
bahwa supervisi disamping sebagai fungsi juga
merupakan

peranan.

Sebagai

fungsi,

layanan

supervisi dapat dilakukan oleh siapapun yang dapat
memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan
supervisi.
Dikemukakan oleh Lovell & Wiles (1983)
dalam Aris Munandar, (2005:152) bahwa semua
orang

didalam

memberikan

sekolah

kontribusi

mempunyai
terhadap

potensi
perbaikan

sekolah, dan karena itu dipandang sebagai sumber
daya

yang

penting

sebagai

peranan,

layanan supervisi dilakukan oleh pemegang otoritas

manajerial dan administratif. Dengan bertolak pada
asumsi supervisi sebagai fungsi, maka para guru
mempunyai
lainnya,

kesempatan

terutama

memecahkan

untuk

yang

masalah

membantu

lebih

yunior

guru
dalam

pengajaran yang mereka

hadapi. Dalam supervisi kolegial, guru mempunyai
peran penting dalam membantu guru lainnya.
Lovell & Wiles (1983) dalam Aris Munandar,
(2005:153)

terutama

melihat

potensi

guru

memberikan bantuan kepada guru lainnya karena
mereka dianggap memiliki kompetensi profesional
dan memiliki spektrum yang luas.
Kelebihan

lain

dari

pendekatan

supervisi

kolegial adalah mudahnya komunikasi antar guru.
Guru-guru muda yang bermasalah akan secara
bebas mengungkapkan keluhannya kepada sesama
guru.

Ini

pengajaran

berbeda
selama

menitikberatkan

pada

dengan
ini

praktek
yang

pengawasan

supervisi
cenderung

administratif,

sehingga guru-guru enggan mengemukakan masalah
yang dihadapinya. Dengan demikian pelaksanaan
supervisi

kolegial

dapat

menghindarkan

kesan

seperti “menghukum.”
Sergiovani, Ed (1982) dalam Aris Munandar,
(2005:153) mengemukakan bahwa supervisi kolegial

merupakan

upaya

kolaboratif

yang

melibatkan

sejumlah tenaga pengajar dalam rangka perbaikan
pengajaran.

Keterlibatan

bersama-sama

dalam

tenaga

pengajar

peristiwa

secara

pengajaran

dimaksudkan agar mereka dapat saling membantu
memperbaiki

langkah-langkah

ditempuhnya,

seperti

mengimplementasikan

pengajaran

dalam
dan

yang

merangcang,

mengevaluasi

hasil

belajar.
Burhanuddin

(2007:123-124)

menyatakan

kelompok kerja guru yang dikelola dengan baik dapat
memberikan manfaat bagi guru, berbagi pengalaman
dan

pikiran

menyelesaikan
memotivasi

dengan

rekan

masalah

pengajaran,

akan

perlunya

sejawat

dalam

dan

dapat

meningkatkan

mutu

kemampuan sebagai guru
Berdasar konsep di atas supervisi kolegial
merupakan bentuk supervisi yang disusun dimana
dua atau lebih guru menyetujui bekerja bersamasama

untuk

memperbaiki

langkah-langkah

pengajaran atas arahan dan persetujuan kepala
sekolah.

1.3.2 Bentuk Supervisi Kolegial
Dalam

pelaksanaannya

supervisi

kolegial

lebih menekankan adanya proses interaksi antara
guru satu dengan guru lainnya dalam satu sekolah
yang

terbentuk

Beberapa

dalam

teknik

menurut

yang

suatu

dalam

Burhanuddin

kelompok/tim.

supervisi

(2007:

kolegial

84)

adalah

musyawarah guru mata pelajaran, rapat dewan guru,
penataran,

dan

kunjungan

antarkelas,

masing-

masing diurakan sebagai berikut.

1.

Musyawarah

Guru

Mata

Pelajaran

(MGMP)
Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP)
41)

menurut Soetopo dan Soemanto (1984:40-

dapat

pengalaman

membantu
belajar

siswa,

pembelajaran yang
menilai

dalam

membimbing

menggunakan

media

berbasis teknologi informasi,

kemampuan

pembuatan

guru

rencana

belajar

siswa,

pembelajaran

dan

dalam

yang

akan

dilaksanakan. Musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP) merupakan teknik supervisi yang bersifat
kelompok berupaya untuk meningkatkan kualitas
proses

dan

hasil

kegiatan

pembelajaran

dalam

rangka

mencapai

Penyelenggaraan

tujuan

MGMP

sesuai

pendidikan.
dengan

prinsip-

prinsip supervisi yaitu ilmiah, demokratis, kooperatif,
dan konstruktif. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan
peningkatan pembelajaran yang melibatkan guru dan
murid

dapat dilakukan secara kelompok

seperti

MGMP atau KKG untuk jenjang pendidikan ditingkat
sekolah dasar.

2.

Rapat dewan guru
Rapat dewan guru merupakan pertemuan

antara semua guru dan kepala sekolah. Rapat
dipimpin oleh kepala sekolah atau yang ditunjuk.
Rapat

dewan

membicarakan
penyelenggaraan

guru
berbagai

dimanfaatkan
hal

pendidikan,

yang

untuk

menyangkut

terutama

yang

berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Pertemuan
ini merupakan forum untuk membahas masalah
yang menjadi perhatian seluruh atau sejumlah guru
secara bersama-sama. Rapat dewan guru merupakan
sarana komunikasi langsung antara kepala sekolah
dan semua guru serta antar sesama guru.
Soetopo

dan

Soemanto

(1984:40)

rapat dewan guru secara umum adalah:

Tujuan

1.

mengatur dan menghimpun potensi guru
yang
berbeda
tingkat
pendidikan,
pengalaman, dan kemampuan sebagai
upaya untuk mengembangkan kualitas
sekolah,
2. mendorong guru untuk memahami dan
melaksanakan tugas dan tanggung jawab
masing-masing dengan sebaik-baiknya,
3. menentukan cara untuk memperbaiki
kualitas proses pembelajaran, dan
4. meningkatkan
arus
komunikasi
dan
informasi antarguru, termasuk kepala
sekolah.

Penulis menyimpulkan bahwa dalam rapat
dewan guru dapat dimanfaatkan untuk
memberi
kekurangan

masukan

dan

kelemahan

pendapat

yang

dihadapi

saling
tentang
dalam

mengembangkan sekolah sebagai wujud tanggung
jawab seorang guru terhadap kualitas pengajaran.

3.

Penataran
Kegiatan penataran hendaknya menerapkan

prinsip-prinsip

yaitu

1)

penatar

lebih

banyak

berfungsi sebagai fasilitator, 2) penatar lebih banyak
kegiatan, 3) penatar dapat menerapkan asas belajar
sambil mencoba atau atas asas belajar sambil
melakukan sendiri sehingga seusai penataran guru
dapat menerapkan gagasan penataran di sekolah dan
menularkannya kepada rekan guru lainnya, dan 4)

penatar sebaiknya banyak menggali gagasan peserta
untuk dijadikan titik tolak pengenalan gagasan.
Dari

penjelasan

simpulkan
banyak

tersebut

dapat

penulis

bahwa seorang penatar harus lebih

melihat

seorang

peserta

sebagai

mitra

sehingga akan dapat diungkapkan gagasan baru
demi untuk mengembangkan dirinya serta dapat
menularkannya kepada teman disekolahnya.

4.

Kunjungan Antar Kelas
Selama kunjungan kelas dilaksanakan ada

beberapa

tahapan

yaitu

1)

tahap

pertama,

mengamati kegiatan pembelajaran di kelas yang
dikunjungi, 2) tahap kedua, menyiapkan kegiatan
pembelajaran bersama-sama dengan guru kelas, dan
3) tahap ketiga, melakukan kegiatan pembelajaran
bersama dengan guru kelas yang bertindak sebagai
pengamat

dan

bila

langsung

dalam

perlu

suatu

memberikan
pengajaran

bantuan

tim. Tahap

selanjutnya dapat mengulangi tahap tersebut secara
sistematis dan berulang.
Penulis simpulkan bahwa melalui kunjungan
antarkelas dalam satu sekolah setiap guru akan
memperoleh

pengalaman

baru

dari

kelas

yang

dikunjungi tentang proses pembelajaran, pengelolaan

kelas, dan ketepatan metode pembelajaran serta
dapat

pula

menerima

umpan

balik

untuk

dipraktikkan pada kelasnya. Kunjungan antarkelas
dapat disertai kesempatan berdialog tentang hal-hal
yang menarik perhatian antara guru tamu dengan
guru yang dikunjungi setelah pembelajaran itu
berlangsung atau berupa umpan balik.
Nawawi

(1985:

108)

mengemukakan

kunjungan kelas adalah kegiatan observasi terhadap
teman sejawat dalam menjalankan tugasnya dikelas
masing-masing
terutama

pada

misalnya
sekolah

kegiatan
yang

mengajar,

sama.

Melalui

kunjungan ini diharapkan para guru memperoleh
pengalaman baru guna meningkatan kecakapannya
dalam

menjalankan

tugas

sehari-hari

dengan

melihat, bertanya, berdiskusi, dan bahkan mungkin
mencontoh guru yang diobservasi dalam mengajar
atau

memecahkan

masalah-masalah

pendidikan

disekolah masing-masing.
Daryanto (2001: 26) mengemukakan bahwa
dalam

mengadakan

kunjungan

kelas

itu

kita

hendaknya bekerja menurut proses yang teratur dari
tahap

perencanaan,

pelaksanaan,

penganalisaan

serta kesimpulan dan saran dengan penjelasan
sebagai

berikut:

(1)

Perencanaan,

dilakukan

bersama-sama

secara

demokratis

antara

kepala

sekolah dengan guru kelas yang akan dikunjungi,
berdasarkan kesulitan yang dialami, apa yang akan
di observasi serta kapan waktu yang sebaik-baiknya,
(2) pelaksanaan observasi dilakukan se-informal
mungkin dengan selalu memperhatikan prestis guru
dalam

kelasnya,

tidak

menonjolkan

diri,

tidak

banyak interupsi, dan hanya memberikan demokrasi
jika diminta, (3) penganalisisan dilakukan sesudah
observasi

secara

bersama

antara

guru

yang

diobservasi dengan supervisor, ditempat yang aman,
untuk

membicarakan

hasil-hasil

observasi

dan

mencari segi-segi kelebihan dan kekurangannya, (4)
kesimpulan dan penilaian sebagai penilaian terakhir
yang dilakukan secara kooperatif, dengan disetujui
sepenuhnya oleh yang bersangkutan dan tidak boleh
merupakan pendapat pihak lain.
Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa
kunjungan kelas harus dipersiapkan secara cermat
dari perencanaan awal sampai pada penilaian dan
umpan balik sebagai cara untuk mengevaluasi dan
tindak lanjut pada pertemuan berikutnya.
Daryanto
beberapa

hal

(2001:
yang

27)

mengatakan

harus diperhatikan

ada
oleh

supervisor apabila menggunakan teknik ini dalam
melaksanakan supervisi bagi guru-guru, yaitu:
1. Guru-guru yang akan dikunjungi
harus diseleksi dengan sebaikbaiknya. Upayakan mencari guru
yang memang mampu memberikan
pengalaman baru bagi guru-guru
yang akan mengunjungi.
2. Menentukan guru-guru yang akan
mengunjungi.
3. Menyediakan segala fasilitas yang
diperlukan dalam kunjungan kelas.
4. Supervisi dilakukan dengan cermat
dan mengamati apa-apa yang
ditampilkan secara cermat, serta
mencatatnya pada format-format
tertentu.
5. Mengadakan tindak lanjut setelah
kunjungan antar kelas selesai.
6. Segera mengaplikasikan ke sekolah
atau ke kelas guru bersangkutan,
dengan menyesuaikan pada situasi
dan kondisi yang dihadapi.
7. Mengadakan perjanjian-perjanjian
untuk mengadakan kunjungan
antar kelas berikutnya.
Dapat disimpulkan dari pernyataan di
atas bahwa perlu adanya persiapan dari unsur guru
baik yang berkunjung maupun yang mengunjungi,
perangkat supervisinya, dan perluna tindak lanjut.
Dengan teknik kunjungan kelas akan diperoleh
pengalaman

baru

yang

selanjutnya

dapat

dipraktekkan

dikelasnya

dengan

menyesuaikan

situasi dan kondisi di tempat kerja.

1.4 Penelitian Relevan
Penelitian yang penulis lakukan mempunyai
relevansi dengan peneliti terdahulu. Namun jenis
penelitian,

kajian

permasalahan

permasalahan

berbeda.

Penelitian

dan

pokok

yang

relevan

dengan penelitian penulis yaittu :
1. Penelitian

oleh

“Pengaruh

Da’i

Wibowo

UNNES,

2009

Supervisi

Kepala

Sekolah

dan

Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Kinerja
Guru”. Hasilnya menyatakan bahwa Supervisi
kepala sekolah yang dilakukan dengan baik maka
kinerja akan meningkat demikian pula sebaliknya.
Supervisi kepala sekolah yang tidak dilakukan
dengan baik, mengakibatkan kinerja guru rendah.
Penelitian yang dilakukan Da’i Wibowo mengupas
tentang ketujuh kompetensi yang harus dimiliki
guru

dalam

pembelajaran

dengan

supervisor

adalah kepala sekolah sedangkan penelitian yang
penulis lakukan sebagai

supervisor tidak harus

kepala sekolah tetapi dapat dilakukan oleh teman
sejawat atau guru lain yang ditunjuk kepala
sekolah.

2. Penilitian

yang

dilakukan

oleh

I

Wayan

Suawarjana, Bali (2012): ”Kinerja Guru dalam
Hubungan

dengan

Persepsi

Guru

Terhadap

Supervisi Kepala Sekolah, Motivasi Berprestasi dan
Sikap Provesional Guru”. Hasilnya bahwa terdapat
hubungan antara persepsi guru terhadap supervisi
kepala sekolah, motivasi berprestasi guru, dan
sikap profesional dengan kinerja guru secara
terpisah maupun simultan. Penelitian tersebut
menyorot tentang sikap profesional guru untuk
berprestasi dengan kinerja dan dedikasi yang
tinggi.
3. Penelitian

Uu

Badrudin

(2011):

‘Pengaruh

Supervisi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Guru di Provinsi Banten”. Hasilnya bahwa terdapat
ada pengaruh yang signifikan dan positif supervisi
dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap
kinerja

guru

sebesar

65,9%.

Jika

kualitas

supervisi dan motivasi kerja meningkat, maka
akan mempengaruhi peningkatan kinerja guru.
Berdasar
kemiripan

ketiga

yang

penelitian

dilakukan

di
Da’i

atas

letak

Wibowo

UNNES(2009), I Wayan Suwarjana, Bali (2012),
maupun Uu Badrudin (2011) mengupas tentang
ketujuh kompetensi yang harus dimiliki guru dalam

pembelajaran serta sikap provisional guru untuk
berprestasi dengan supervisor adalah kepala sekolah,
sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih
menekankan

pada

perencanaan,

pelaksanaan

maupun evaluasi secara bersama dengan supervisor
adalah bisa teman sejawat atau guru lain yang
ditunjuk dan disepakati oleh kepala seolah. Peneliti
melakukan suatu penelitian secara lebih mendalam
dengan mengkaji tentang:

Supervisi Akademik

Berbasis Kolegial dalam Peningkatan Kinerja Guru di
SD Negeri Plalangan 01 kecamatan

Gunungpati

dengan memfokuskan pada pelaksanaan supervisi
kolegial dalam bidang pembelajaran.
1.5

Kerangka Berpikir
Salah satu upaya pembinaan yang efisien dan

efektif bagi perkembangan kompetensi profesional
guru adalah melalui kegiatan supervisi yang berupa
pemberian

bantuan

atau

pembinaan

bagi

guru

terutama yang menyangkut masalah pembelajaran,
mulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan tindak lanjut.Selanjutnya hasil
dan temuan dalam supervisi itu ditindaklanjuti agar
guru memperoleh manfaatnya. Salah satu bentuk
tindak

lanjut

dari

hasil

pelaksanaan

supervisi

akademik antara lain berupa pembinaan terhadap

guru baik secara individu maupun kelompok dan
pemberian masukan oleh teman sejawat untuk
meningkatkan profesionalismenya.
Skema kerangka berfikir yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Persiapan
supervisi

Menyusun
perangkat
supervisi

Melakukan
supervisi

Perbaikan/
pengemba
ngan
Umpan
balik

Apakah
Sudahs

esuai

Mutu
Pembelajaran

Gambar 2.1Kerangka Berfikir Proses Penelitian
Skema kerangka berfikir di atas sebagai
gambaran bahwa dengan umpan balik dan masukan
guru lain sebagai supervisor dalam melaksanakan
supervisi kolegial yng sistimatis dan terarah akan
mampu memberikan layanan dan bantuan kepada
para guru dalam memperbaiki proses pembelajaran.

Timbulnya permasalahan tentang kompetensi
profesional guru Sekolah Dasar yang rendah, salah
satunya

disebabkan

tentang

perencanaan,

oleh

persepsi

pelaksanaan

negatif
serta

guru
tindak

lanjut supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Persepsi negatif itu tentu akan mengganggu proses
upaya peningkatan kompetensi guru yang dilakukan
oleh kepala sekolah. Padahal dengan supervisi guru
akan

terbantu

terutama

dalam

menghadapi

perkembangan pembelajaran, juga membantu dalam
penggunaan

pendekatan,

strategi

dan

teknik

pembelajaran, pelaksanaan, pemilihan sumber serta
media terutama pemanfaatan teknologi.
Supervisi akan berhasil dengan baik jika guru
yang menjadi sasaran memiliki kesadaran untuk
berubah menuju kearah perbaikan. Sejalan dengan
kerangka berfikir di atas maka dapat diduga bahwa
Supervisi

kolegial

berpengaruh

positif

peningkatan kompetensi professional guru.

terhadap