Peta Pemanfaatan Areal Sawit Untuk Pembe

Peta Pemanfaatan Areal Sawit Untuk
Pemberdayaan Mantan Kombatan
GAM dan Korban Konflik di Aceh
Timur
Fadli J alil1

ABSTRACT:
This study exam ines the econom ic em pow erm ent policies through the
com m odity of palm oil. This research aim s is to investigate the use of the
palm plantation forum for the em pow erm ent of form er GAM com batants
and conflict-affected com m unities. This study w as conducted in East Aceh
District, Aceh Province, Indonesia. This study uses qualitative m ethode. The
results show ed that the governm ent provided palm plantation in East Aceh
district for the em pow erm ent of form er GAM com batants and victim s of the
conflict have em braced 23 of 24 districts. The Location of palm plantation
given to form er GAM com batants and conflict-affected com m unities can
not be separated each other, even the proposed assistance through the
group. Its m em bers consist of three com ponents of the society , ie ordinary
people, form er GAM com batants and conflict-affected com m unities. But, in
term s of the people of Aceh, actually all the people consider them selves as
victim s of the bloody conflict under the Soeharto’s New Order.


Kata Ku n ci: Aceh, konflik, Kebijakan, Pem berday aan, ekonom i dan
Saw it.

Penelitian ini m engkaji kebijakan pem berdayaan ekonom i m asyarakat
m elalui kom oditi sawit.Tujuannya adalah untuk m engetahui peta
pem anfaatan areal kebun sawit untuk pemberdayaan m antan kom batan
GAM dan m asyarakat korban konflik. Penelitian ini dilaksanakan di
Kabupaten Aceh Tim ur, Provinsi Aceh, Indonesia. Penelitian ini
m enggunakan m etode kualittaif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa areal
sawit bantuan pem erintah di kabupaten Aceh Tim ur untuk pemberdayaan
m antan kombatan GAm dan Korban konflik terdapat di 23 kecam atan dari
24 kecam atan yang ada.Lokasi areal sawit bantuan yang diberikan kepada
1

Dosen Agribisnis pada Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh. Aceh,
Indonesia. Email: fadlijalil@yahoo.co.id.
Volume IV, No.1, Januari 2015

I 93


m antan kombatan GAM dan m asyarakat korban konflik tidakdipisahkan,
bahkan bantuan yang diusulkan melalui kelom pok, anggotanya terdiri dari
tiga kom ponen m asyarakat tersebut, yaitu m asyarakat biasa, m antan
kom batan GAM dan m asyarakat korban konflik.Nam un dem ikian dalam
term inologi m asyarakat Aceh semua m asyarakat m enganggap dirinya
sebagai korban konflik.

LATAR BELAKAN G
Ekonom i Indonesia, khususnya Aceh hingga kini m asih bergantung pada
sektor pertanian (perkebunan). Sebagian besar tenaga kerja terserap di
sektor ini, walaupun tidak dapat dipastikan jum lahnya secara pasti.
Kom oditi sawit saat ini m enjadi komoditi terpopuler di Aceh, “tanam an
em as” pasca kasusepakatan dam ai antara Pem erintah Indonesia dan pihak
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Helsinki. Kom oditi kelapa sawit juga
digunakanuntuk m eningkatkan perekonom ian m antan GAM dan
m asyarakat korban konflik.
Kom oditi kelapa sawit mem iliki berbagai m acam kegunaan, baik untuk
industri pangan m aupun non pangan. Oleh karena itu peluang peningkatan
ekonom i m asyarakat m elalui kom oditi kelapa sawit m asih cukup terbuka

bagi Aceh. Provinsi Aceh m em iliki iklim dan topografi yang sangat “ideal”
bagi penggarapan kelapa sawit (Firm an, dkk., 20 0 7:5). Selain itu, sektor
pertanian m erupakan penyum bang terbesar pada Produk Dom estik Regional
Bruto (PDRB) Aceh setelah m inyak dan gas.
Luasan areal perkebunan kelapa sawit di Aceh terus berkembang dan tidak
hanya m erupakan m onopoli perkebunan besar negara atau perkebunan
besar swasta, tetapi juga terdapat perkebunan rakyat yang sudah
berkembang dengan pesat, baik m elalui bantuan pem erintah m aupun
swadaya m asyarakat sendiri. Untuk itu, kontribusi kelapa sawit untuk
m eningkatkan perekonomian lokal tidak perlu diragukan lagi. Nam un pada
sisi lain berkem bangnya perkebunan kelapa sawit juga telah berdam pak
buruk terhadap pengembangan dan pem bangunan sosial, lingkungan dan
ekonom i. Aceh m enduduki peringkat daerah term iskin kelim a di Indonesia
dan term iskin se Sum atera. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik Aceh,
Syech Suhaim i pada September (20 12) jumlah penduduk m iskin di Aceh
m encapai 18,58% m asih berada diatas angka kem iskinan nasional yang
hanya 11,66% (Bisnis Aceh, 11 Februari 20 13).
Fenomena seperti ini juga berlaku di Aceh Tim ur. Kelapa sawit m enjadi
kom oditi unggulan utam anya di sam ping kom oditi yang lain seperti Kakao,
Karet, Kopi dan Kelapa. Nam un tingkat kem iskinan m encapai 19,46% pada


94 I

Konfrontasi

tahun 20 12 (Badan Pusat Statistik Aceh Tim ur, 20 13). Di sam ping itu banjir
sudah m enjadi langganan tahunan, bahkan m eluas ke jalan negara yang
m engganggu transportasi Aceh – Medan, satu m inggu sam pai dua m inggu
lam anya. Akibatnya bahan sem bako di Aceh langka dan harganya
m eningkat.

LAN D ASAN KON SEPTU AL
a. Ko n s e p Ke bijakan
Kebijakan (policy ) adalah sebuah instrum ent pem erintah, bukan saja dalam
arti governm ent yang hanya m enyangkut aparatur negara, m elainkan pula
governance yang menyentuh pengelolaan sumber daya publik. Kebijakan
pada intinya m erupakan keputusan-keputusan atau pilihan – pilihan
tindakan yang secara langsung m engatur pengelolaan dan pendistribusian
sum ber daya alam , finansial dan m anusia dem i kepentingan publik yaitu
rakyat banyak, penduduk, m asyarakat atau warga negara. Kebijakan

m erupakan hasil dari adanya sinergi, kom prom i atau bahkan kom petisi
antara berbagai gagasan, teori, ideologi, dan kepentingan-kepentingan yang
m ewakili sistem politik suatu negara (Suharto. 20 11)
Sementara Winarno (20 0 7) m engatakan kebijakan adalah arah tindakan
yang m em punyai m aksud yang ditetapkan oleh aktor dalam m engatasi suatu
m asalaah atau persoalan. Berdasarkan beberapa definisi di atas kebijakan
yang dim aksud dalam penelitian ini adalah serangkaian ide atau gagasan
yang tersusun yang dijadikan sebagai pedom an acuan strategi dan kerangka
tindakan yang ditetapkan sebagai roadm ap pem erintah dalam m elakukan
kegiatan pembangunan.
b. Pe m be rd ayaan Eko n o m i
Pemberdayaan dapat dikatakan sebagai proses dan tujuan. Sebagai proses
pem berdayaan m erupakan serangkaian kegiatan untuk m em perkuat daya
kelom pok lem ah dalam m asyarakat. Sementara sebagai tujuan, pem berdayaan untuk m ewujudkan perubahan sosial yaitu m embuat m asyarakat
atau kelom pok serta individu m enjadi cukup kuat dalam berpartisipasi
untuk mem enuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonom i dan
sosial (Soeharto. 20 0 8).
Pem berdayaan m erupakan satu strategi untuk melaksanakan pem bangunan
yang berdasarkan azas kerakyatan. Dim ana segala upaya diarahkan untuk
m em enuhi keperluan m asyarakat. Oleh sebab itu, pem berdayaan diaktualisasikan m elalui partisipasi m asyarakat dengan pendam pingan yang dilakukan oleh pem erintah atau lembaga tertentu untuk m entransfer ilm u

pengetahuan kepada kelom pok m asyarakat yang terorganisir (Nugroho.
Volume IV, No.1, Januari 2015

I 95

20 0 1).
Menurut Basyid, pem berdayaan m asyarakat tidak saja dilakukan m elalui
pendekatan teknis tetapi juga pendekatan sosial budaya yang dapat
m erangsang perubahan sikap, perilaku dan pola kerja. Untuk m endukung
proses perubahan tersebut m aka peranan pem erintah dapat dilakukan
antara lain melalui; (1) penyediaan sarana prasarana fisik, yang difokuskan
pada pem enuhan kebutuhan publik untuk m endukung sektor pertanian dan
lingkungan usaha. (2) Fasilitasi percepatan pem bangunan di wilayah
pedesaan. (3) Fasilitasi pem bentukan iklim yang kondusif bagi
perkem bangan kreatifitas dan kegiatan ekonomi m syarakat serta investasi.
(4) Penerapan berbagai pola pem berdayaan m asyarakat petani.
Menurut Burhan (20 11) pem berdayaan petani dilakukan dengan cara
m em posisikan para petani sebagai m itra atau subjek dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan program pem berdayaan. Untuk itu,
pendekatan dapat dilakukan secara partisipatif dan dialogis mem adukan

pendekatan
dari bawah
dan
dari atas
dalam
m erum uskan
program ,pendekatan dengan m em pertim bangkan kondisi sosio kultural
m asyarakat, dan m enggunakan agen pem baharu atau tenaga pendam ping.
c. Ke lap a Saw it
Kelapa sawit awalnya berasal dari Afrika, kem udian banyak berkem bang di
Am erika dan Asia Tenggara (Adam s, 20 11). Secara usia kelapa sawit
dikategorikan sebagai tanam an tahunan. Ia m erupakan kom oditas andalan
untuk ekspor non m igas. Indonesia merupakan negara pengekspor kelapa
sawit terbesar, kem udian disusul oleh Malaysia dan Papua New Guinea
(Portal Nasional Republik Indonesia, 20 10 ).
Pem anfaatan kelapa sawit lebih populer digunakan sebagai m inyak nabati
yang dihasilkan dari daging buah dan perasan biji. Kelapa sawit m em iliki
nilai konsumtif dan nilai ekonom is. Minyak kelapa sawit adalah m inyak
nabati yang paling banyak diperdagangkan di dunia, produksinya
m enem pati tingkat pertama m inyak nabati yang m encapai sekitar 45 juta

ton (Adam s, 20 11), dan menem pati urutan kedua dari m inyak nabati yang
paling banyak dikonsum si oleh m asyarakat setelah minyak kedelai.

METOD E PEN ELITIAN
Penelitian ini m enggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Suyatno (20 0 5)
m etode penelitian kualitatif adalah penelitian yang m enghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata lisan Maupun tertulis dan tingkah laku yang
dapat diam ati dari orang-orang yang dikaji. Sejalan dengan itu, Kirk dan

96 I

Konfrontasi

Miller (1986) m enyatakan bahwapenelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilm u pengetahuan sosial yang secara fundam ental bergantung pada
pengam atan m anusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.
Selanjutnya m enurut Denzin dan Lincoln (1987) dalam Moleong (20 0 7)
penelitian kualitatif adalah penelitian yang m enggunakan latar ilm iah
dengan m aksud m enafsirkan fenom ena yang terjadi dan dilakukan dengan

m elibatkan pelbagai m etode yang ada. Dengan dem ikian penelitian kualitatif
didasarkan pada upaya mem bangun pandangan m ereka yang diteliti dengan
rinci, dibentuk dengan kata-kata, gam baran holistik dan menyeluruh. Dalam
hal ini penelitian kualitatif berupaya m enyajikan dunia sosial dari segi
konsep, perilaku, perspektif dan persoalan tentang manusia yang diteliti.
Inform an dalam penelitian ini adalah m antan GAM dan m asyarakat korban
konflik serta pihak pem erintah atau dinas terkait di Kabupaten Aceh Tim ur.
Dengan maksud mendapatkan gam baran secara nyata dan terevaluasi
m engenai strategi dan kebijakan pemberdayaan ekonom i m asyarakat. J adi
jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dan evaluatif sifatnya.
Pengum pulan data dalam penelitian ini dilakukan m elalui; (1) wawancara
m endalam , dengan cara m engajukan pertanyaan kepada inform an yang
ditentukan secara purposive(Bupati dan Kepala dinas terkait, mantan GAM
dan m asyarakat korban konflik di Aceh Tim ur) guna m endapatkan inform asi
secara lengkap, m endalam , dan kom prehensif; (2) observasi non partisipan,
dan (3) studi dokum entasi seperti bulletin, laporan tahunan, jurnal, m ajalah,
koran, foto, dan catatan/ laporan/ arsip.
Analisis data dalam penelitian ini dengan m enggunakan m odel interakatif
Miles dan Haberm an. Analisis data dilakukan dalam tiga tahapan, yang
lakukan sejak pengum pulan data dim ulai yaitu: Reduksi data adalah proses

pem ilihan dan penyederhanaan data kasar yang m uncul dari catatan
lapangan. Penyajian data adalah penyajian sekumpulan informasi dalam
bentuk teks naratif yang dibantu dengan metrik dan table. Penarikan
kasusim pulan adalah m encari m akna, pola-pola, penjelasan, alur sebab
akibat, dan proposisi. Dilakukan secara cerm at dan sistem atis dengan cara
verifikasi, mem eriksa kem bali catatan lapangan, sehingga data-data yang
ada teruji validitasnya (Sugiyono, 20 13).

H ASIL PEN ELITIAN
Hasil penelitain Asnawi, dkk. (20 13) tentang Pengem bangan Coloring
Economic Models, Satu Strategi Kem itraan antara Sektor Karet dan Kelapa
Sawit sebagai Penggerak Ekonom i dalam Upaya Mengurangi Kem iskinan di
Volume IV, No.1, Januari 2015

I 97

Provin
nsi Aceh, m enyeb
butkan bahwa Aceh
A

Timur mem
miliki lahan perk
kebunan
2
sawit produktif
p
seluass 16.573 Ha den
ngan produksi 13
36.651 ton (perk
kebunan
besar)) dan Perkebunaan rakyat dapat menghasilkan
m
30
0 .491 ton pertah
hunnya.
Luas areal
a
sawit raky
yat Aceh Tim ur tahun 20 13 ya itu 19.853,50 Ha
H yang
terseb ar di 24 Kecamaatan (BPS Aceh Timur,
T
20 14).
Luas areal
a
kelapa saw
wit bantuan untu
uk mantan komb
batan GAM dan korban
konflik
k di Aceh Timu
ur sekitar3.726 Ha, yang terseb
barpada 23 kecam atan
dengan
n keterlibatan petani
p
sebanyak 3.40 8 orang (Do
okum en Laporan
n Dinas
Kehut anan dan Perkeebunan Aceh Timur,
T
20 14). Untuk
U
lebih jelass dapat
dilihatt pada gambar6 .2 berikut. Dalaam gambar peta yang disajikan terlihat
bahwaa hanya satu keecamatan saja yang tidak men
ndapat bantuan
n untuk
pengem
mbangan kelap a sawit yaitu kecamatan
k
Simp
pang J ernih. Seebanyak
empatt kecamatan yaiitu Indra Makm
mur, Rantau Peu
ureulak, Peureullak dan
Peureu
ulak barat m en dapat bantuan lebih dari 40 0 Ha. Yang palin
ng kecil
peroleehan bantuan kelapa
k
sawit daari Pem erintah Aceh yang disaalurkan
m elalu
ui Pemerintah Kabupaten Ace h Tim ur yaitu Kecam atan Serrbajadi,
Darul Falah, Banda Alam
A
, Idi Rayeuk
k dan Darul Ihsaan yaitu kurang dari 50
Ha. J ik
ka dibandingkan
n dengan luas laahan perkebunan
n kelapa sawit raakyat di
Kabup
paten Aceh Timu
ur, jum lah bantu
uan kelapa sawiit yang diberikan
n untuk
m antaan Kombatan GAM
G
dan Korbaan Konflik adallah m encapai 18,8
1
%.
Besarn
nya bantuan yaang diberikan oleh
o
pemerintaah untuk setiap
p orang
adalah
h rata-rata seluass 1,1 Ha.

Gambaar: Peta Areal Sawit Bantuan untuk Mantan Kombatan GA
AM dan
Korban
n Konflik setiap Kecamatan
K
di Aceh Timur

2

Juumlah ini berbedaa dengan yang did
dapatkan oleh tim
m peneliti ini melaalui studi
dokum
men Dinas Perkebun
nan 2014, di manaa luasnya mencapaii 19.798 Ha.
98 I

K
Konfrontasi

Menurut Nasruddin Abubakar, m antan wakil bupati (17 Mei 20 14)
Pem erintah Kabupaten Aceh Tim ur pada tahun 20 0 9 telah berupaya untuk
m eningkatkan kesejahteraan m antan kom batan GAM dan korban konflik,
m elalui bantuan Kem enterian BUMN. Luas areal yang direncanakan sebesar
15.0 0 0 Ha atau senilai 2 m ilyar. Nam un program tersebut tidak dapat
direalisasikan, karena ketidaksiapan Pem erintah Aceh Tim ur dalam
m em enuhi persyaratan adm inistrasi ketika itu (Aceh Tim ur belum m em iliki
data yang akurat tentang kelom pok penerim a m anfaat, sem entara lahannya
sudah ada).
Sebenarnya pada awalnya Koperasi Bina Nanggroe sudah m enyediakan data
lahan dan kelom pok yang dibutuhkan yang sesuai dengan rencana kegiatan
dan relative falid, nam un oleh Muslem Hasbullah (Bupati Aceh Tim ur ketika
itu) menolak Koperasi Bina Nanggroe dan m engusulkan koperasi yang lain.
Kedua kelompok ini m empunyai kepentingan yang berbeda-beda. Sehingga
sam pai akhir jabatan pem erintahan Muslem dan Nasruddin, program
bantuan yang direncanakan tersebut tidak jelas realisasinya. Padahal jika
program pem berdayaan tersebut berjalan, m aka sangat positif dam paknya
bagi proses pem berdayaan m asyarakat di Aceh Tim ur kedepan.
Nam un dem ikian, m enurut Nasruddin pemberdayaan m elalui pem berian
lahan dan bantuan penanam an sawit sangat bagus, akan tetapi program
tersebut juga berdam pak pada kem unduran tingkat kreativitas penerim a
untuk m engem bangkan diri m ereka karena terbiasa dengan hanya
m enerim a bantuan yang dapat m eningkatkan ketergantungan m asyarakat
kepada bantuan. Perilaku m asyarakat yang dem ikian itu, bantuan yang
diberikan hanya berdam pak positif dalam jangka pendek.Dim ana
m asyarakat penerim a bantuan akan cendrung menjual apa yang m ereka
dapatkan. Seharusnya kebijakan pemberian bantuan untuk pem berdayaan
harus dilakukan dengan pem berian kapasitas penerim a m elalui pem berian
pendidikan dan pelatihan serta membangun kapasitas m asyarakat supaya
m ereka m engannggap bahwa program bantuan dapat berm anfaat dalam
jangka panjang.
Sementara m enurut Pak Ibrahim , Ka TU Dinas Perkebunan Aceh
Tim ur(17 Mei 20 14), Aceh Tim ur m em punyai lahan sekitar 115 Hektare yang
dim anfaatkan untuk penanam an sawit oleh m asyarakat. Lahan tersebut
dikelola dengan sumber dana reguler untuk pem bukaan lahan dan
penanam an sawit. Akan tetapi terdapat satu kendala, yaitu m asalah
koordinasi antara Dinas Perkebunan Aceh Tim ur dengan Dinas Perkebunan
Provinsi Aceh dalam pelaksanaannya.
“Pem erintah Provinsi sudah m endesain program nya sedim ikian rupa,
tetapi tiba-tiba disuruh buat Rencana Usulan Kebutuhan Kelom pok
Volume IV, No.1, Januari 2015

I 99

(RUKK) kepada Dinas Perkebunan Aceh Tim ur. Kam i tidak m au
buat,karena untuk apa kita buat rencana usulan, sem ua barang sudah
ada, lokasinya sudah jelas. Biasanya pihak dinas (Provinsi) m enyuruh
dinas kabupaten untuk m em buat usulan, tetapi form alitas saja dari kam i.
Akibatnya kam i tidak m au, kam i suruh sosialisasikan sendiri ke
m asyarakat. Makanya kenyataan ini agak rancu, kabupaten yang punya
lahan, provinsi buat program sendiri tanpa menganulir program ke
kabupaten”.
Beliau m elanjutkan sebagaim ana yang terjadi pada tahun 20 12, ada lahan di
J ulok danPante Bidari, luas areal 10 0 hektare, danPengelolanya (diketua
oleh si Baret). Masyarakat korban konflik dan m antan kom batan
m engusulkan bantuan langsung ke dinas provinsi, nam un m ereka tidak
m enyebutkan secara terperinciidentitas m ereka apakah m ereka korban
konflik atau kom bantan. Akan tetapi kedua kriteria tersebut ada sam a
m ereka (pengurus koperasi). Mereka bukan hanya m engusulkan bantuan ke
dinas, tetapi ada juga di antara m ereka yang m engusulkan bantuan ke
Dewan Provinsi (anggota DPRA) untuk m endapatkan dana ‘aspirasi’ dewan.
Dalam perjalanannya, sebahagian m ereka ada yang m endapatkan bantuan
(dari aspirasi dewan), tetapi juga tidak diberitahukan ke dinas kabupaten,
m ereka mengurus sendiri langsung keBanda Aceh, tidak melibatkan Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Aceh Tim ur, padahal areal lahan yang diusulkan
berada di dalam kawasan Aceh Timur. Oleh sebab itu, dapat kami katakan
bahwa areal lahan sawit untuk kom batan di Aceh Tim ur sudah ada.
Selain itu, pada tahun 20 10 Irwandi (Gubernur) juga m emberikan bantuan
pem bukaan lahan dan penanam an sawit seluas 40 Hektare, yang berlokasi
di Buket Makm ur J ulok Aceh Tim ur. Dikordinir oleh si Mam plam . Program
ini didam pingi oleh pak Basarudin 3 dari Dinas Perkebunan Aceh Tim ur.
Berdasarkan kenyataan ini, m enjelaskan bahwa di Aceh Tim ur telah
diberikan bantuan untuk kelom pok m iskin, yang terdiri dari korban konflik
dan m antan kom abtan GAM. Mereka um um nya ketika m em ohan bantuan
m engatasnam akan Kom ite Peralihan Aceh (KPA) / Parti Aceh (PA) 4 ,
sehingga pihak dinas harus berusaha mem bantu kelom pok m ereka. Bahkan
sam pai hari ini yang paling sering datang ke kantor untuk m inta
bantuan/ proyek adalah orang KPA/ PA, semntera m asyarakat biasa jarang
sekali datang ke kantor.

3.Pak Basarudin berstatus sebagai pegawai pada Unit Pengelola Program Pertanian
(UPPP), Khusus sawit dari Dinas Perkebunan Aceh Timur.
4 Kedua organisasi ini merupakan organisasi sipil dan politik GAM setelah
perjanjian perdamaian sebagai bentuk nyata transformasi GAM.

10 0 I

Konfrontasi

Nam un dem ikian, jum lah areal lahan sawit yang disebutkan di atas tidak
diperuntukkan secara khusus kepada m antan kom batan GAM dan
m asyarakat korban konflik, tidak terlihat secara jelas terpisahkan dari areal
sawit m asyarakat lainnya, karena semua m asyarakat m enganggap dirinya
korban konflik. Seperti diutarakan oleh m asyarakat dalam FGD (28
Septem ber 20 14):
“J angan ditanya berapa jum lah korban konflik yang m enerim a bantuan
dan anggota koperasi. Sem ua m asyarakat Aceh, khususnya kam i di Aceh
Tim ur adalah korban konflik, term asuk guru dan polisi. Ketika konflik
berlansung di Aceh jika ada m asyarakat yang tidak m erasa dipukul oleh
aparat keamanan dianggap bukan sebagai orang Aceh, bahkan m erasa
m alu karena dianggap berarti tidak m elawan pem erintah Indonesia yang
dinilai seperti penjajah ketika itu”.
Supaya program penanam an sawit yang dilaksanakan berjalan lebih efektif,
Pem erintah Aceh Tim ur telah m embangun satu sistem yang dinilai baik.
Salah satunya adalah m elalui Program Peum akm u Gam pong. Program ini
direncanakan akan berlangsung m ulai tahun 20 14. Mekanisme
pelaksanaannya adalah m enyeleksi petani yang layak untuk dibantu. Nam un
sebelum bantuan diberikan, kelom pok sasaran terlebih dahulu diberikan
pelatihan dan penyuluhan pertanian, selanjuntnya dilakukan pendam pingan
secara kontinue. Program ini akan dilaksanakan di Kecam atan Peunaron,
Indra Makm u, Birem Bayeun, Ranto Perlak dan Ranto seulam at.
Walau bagaim anapun, pada saat ini terdapat lim a perm asalahan utam a yang
dialam i oleh para petani sawit di Aceh Tim ur, yaitu: pertam a, ham a gajah
dan ham a wereng. Kedua, jalan m enuju ke lokasi sawit sangat sukar untuk
diakses. Ketiga, ketersediaan pupuk yang tidak m em adai, kadang-kala
pupuk ada tapi harganya m ahal, kadang-kadang pesediaannya tidak ada.
Keem pat, kualitas produksi buah sawit m enurun akibat dari serangan ham a
dan kurang pupuk. Kelim a, Harga jual sawit tidak terkontrol, kadangkadang harganya m erosot sangat m urah m encapai Rp 50 0 (wawancara
dengan m ukhlis, petani sawit nurussalam ).

KESIMPU LAN
Berdasarkan penjelasan dari hasil penelitian dapat disim pulkan bahwa
pem berdayaan ekonom i m asyarakat m elalui komoditi sawit di Kabupaten
Aceh Tim ur yang difokuskan kepada m antan kom batan GAM dan
m asyarakat korban konflik telah dilakukan oleh Pem erintah Aceh m elalui
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh dan m elibatkan Pem erintah
Kabupaten Aceh Tim ur (Dinas Kehutanan dan Perkebunan) dalam
m enentukan lokasi dan penerim a m anfaat. Pelibatan Pem erintah Kabupaten
Volume IV, No.1, Januari 2015

I 10 1

Aceh Tim urhanya bersifat form alitas saja. Masyarakat dapat m engusulkan
langsung bantuannya kepada Pem erintah Aceh tanpa m elalui Pem erintah
Aceh Tim ur.Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Aceh Tim ur
fungsinya hanya sebagai pendistribusi dan pengawas program bantuan dari
Pem erintah Aceh.
Hasil pemetaan, areal sawit bantuan di Aceh Tim ur m elingkupi 23
kecam atan. Areal Perkebunan Sawit di Aceh Timur dapat dibagikan dalam
dua kategori berdasarkan penggunaan lahan, yaitu areal perkebunaan besar
yang dikelola oleh perusahaan dan perkebunan rakyat yang dikelola oleh
m asyarakat. Bantuan yang diberikan untuk m antan kombatan GAM dan
m asyarakat korban konflik lokasi arealnya tidakdipisahkan, bahkan bantuan
yang diusulkan m elalui kelom pok, anggotanya terdiri dari tiga kom ponen
m asyarakat tersebut, yaitu m asyarakat biasa, m antan kom batan GAM dan
m asyarakat korban konflik.Dalam term inologi m asyarakat Aceh sem ua
m asyarakat m enganggap dirinya sebagai korban konflik.
Program bantuan sawit yang dijalankan di Aceh Tim ur telah berdam pak
positif terhadap peningkatan ekonom i m asyarakat khususnya peningkatan
pendapatan petani penerim a bantuan m aupun m asyarakat sekitarnya.
Penanam an sawit juga telah m embuka lapangan kerja kepada masyarakat
sekitar.Peningkatan pendapatan juga berdam pak terhadap peningkatan
keam anan lingkungan karena tingkat krim inalitas yang disebabkan oleh
kem iskinan m enurun. Pada akhirnya pem berdayaan ekonom i m elalui
kom oditi sawit dapat m enghilangkan sikap separatism e di m asyarakat Aceh.

10 2 I

Konfrontasi

BIBLIOGRAFI:
Adam s, Friedel Hutz, 20 11, Minyak Kelapa Sawit, Perkem bangan
dan Resiko dari Ledakan Pasar Minyak kelapa sawit,
http:/ / w w w .brot-fuer-die-w elt.de/ Akses 23 Oktober
20 14.
Basyid, Abdul. tt. Pem berday aan m asy arakat pertanian m elalui
penguatan m odal usaha kelom pok petani. http:/ / www.
Balitnak.litbang. pertanian.go.id

Burhan. 20 11. Pem berday aan Masy arakat
Departemen Agribisnis FEM IPB.
BPS

Aceh Tim ur, 20 10 . Aceh Tim ur
http:/ / acehtim urkab. bps.go.id.

di

Pedesaan.

dalam

Angka,

BPS Aceh Tim ur, 20 14. Aceh Tim ur Dalam Angka 20 14. Aceh
Tim ur: Badan Pusat Statistik
Dalle Daniel Sulekale, 20 0 8. Pem berday aan Masy arakat Miskin
di Era Otonom i Daerah, http:/ / w w w .ekonom iraky at.org
Dillon, Hs, 1993, Kem iskinan di Negara Berkem bang: Masalah
Konseptual dan Global, Prism a No. 3-LP3ES J akarta.
Erwin, dkk (20 0 9) Prospek dan tantangan perkebunan kelapa
saw it sebagai sum ber bahan bkar nabati dan m itigasi
dam pak perubahan iklim . Sem iloka.
Effendi, Machroes, 1996, Dam pak Sosial ekonomi dan Budaya
Perkebunan Kelapa Sawit, Studi Kasus PIR V Ngabang PT
Perkebunan Nusantara KIII di Kalim antan Barat. J akarta,
Universitas Indonesia.
Green Peace, 20 10 , Teratngkap Basah, Bagaim ana eksploitasi
m iny ak Kelapa Saw it Oleh Nestle Mem beri dam pak
Kerusakan Bagi Hutan Tropis Iklim dan Orang Hutan.
w w w .greenpeace.org.
Indiahono, Dwianto. 20 0 9. Kebijakn Publik Berbasis Dy nam ic
Policy Analy sis. J ogjakarta: Gavam edia.
Nugroho, Heru. 20 0 1. Menem ukan Ide-Ide Kritis. Yogjakarta:
Pustaka Pelajar
Soeharto, E. 20 0 8. Pendam pingan Sosial Dalam Pem berday aan
Volume IV, No.1, Januari 2015

I 10 3

Masy arakat
Miskin:
Konsepsi
dan
http:/ / w w w .policy .hu./ soeharto/ m odul.

Strategi.

Suharto, E. 20 11. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 20 13. Metode Penelitian Kom binasi (Mixed Methods),
Bandung: Alfabeta.
Selo Sum arjan, 1977. Kem iskinan: Suatu Pandangan Sosiologi,
J urnal Sosiologi Indonesia No. 2-1977, Ikatan sosiologi
Indonesia.
Winarno. 20 0 7. Teori dan Proses Kebijakan Publik. J ogjakarta:
Media Presindo.

10 4 I

Konfrontasi

 
 
 
 
This article is part of 
 
 
JURNAL
KONFRONTASI
 
Volume IV, No. 1, January 2015 
Visit: 
www.konfrontasi.co