Gangguan kepribadian menggunakan pembangunan aplikasi

Tugas Psikologi Abnormal
Gangguan Kepribadian (Personality Disorder)

Disusun:
Devi Sari Nastiti

111011111

Shandy Mahaputra P

111011161

Moerdiyaningrum N

111011179

Amalia Fadhila Sri P

111011231

Dian Wirawan


110911236

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2013

GANGGUAN KEPRIBADIAN
Gangguan kepribadian adalah gangguan yang sangat heterogen, diberi kode
pada Aksis II dalam DSM dan dianggap sebagai pola perilaku dan pengalaman
internal yang bertahan lama, pervasif, dan tidak fleksibel yang menyimpang dari
ekspetasi budaya orang yang bersangkutan dan menyebabkan hendaya dalam
keberfungsian sosial dan pekerjaan (Gerald, 2004).
Gangguan kepribadian digolongkan menjadi tiga kelompok dalam DSM-IVTR sebagai berikut:
1. Para individu dalam kelompok A adalah individu yang aneh atau eksentrik.
Gangguan kepribadian yang termasuk kelompok A yaitu paranoid, skizoid, dan
skizotipal.
2. Mereka yang berada dalam kelompok B adalah individu yang dramatis,
emosional, atau eratik. Gangguan kepribadian yang termasuk dalam kelompok
B yaitu antisosial, ambang/borderline, histrionik, dan narsistik.

3. Mereka yang berada dalam kelompok C adalah individu yang pencemas atau
ketakutan. Gangguan kepribadian yang termasuk dalam kelompok C yaitu
menghindar, dependen, dan obsesif-kompulsif.
I.

Kelompok A (Kelompok Aneh/Eksentrik)

A. Gangguan kepribadian paranoid
Definisi
Individu yang didiagnosis dalam gangguan kepribadian ini akan dipenuhi
keraguan yang tidak beralasan terhadap kesetiaan orang lain dan akan selalu
mencurigainya. Gangguan kepribadian ini paling banyak terjadi pada laki-laki dan
sebagian besar dialami bersamaan dengan gangguan kepribadian skizotipal,
ambang dan menghindar (Berntein, 1993; Morey, 1988). Prevalensinya berkisar 2
persen (Torgersen, Kringlen, & Cramer, 2001).
Gejala
 Individu sering menyalahkan orang lain, tanpa dasar yang cukup, menganggap
bahwa orang lain mengeksploitasi dirinya, melukai atau menipu dirinya

 Individu sibuk dengan keraguan tentang kesetiaan dan kepercayaan dari teman

atau rekan-rekan seasosiasi
 Individu enggan bercerita kepada orang lain karena takut dan beralasan bahwa
informasi tersebut akan digunakan untuk melakukan kejahatan terhadap dirinya
 Individu sering mencurigai maksud tersembunyi yang dianggap merendahkan
atau mengancam mereka dalam suatu keadaan atau peristiwa
 Individu terus-menerus menanggung dendam dan penghinaan dalam dirinya
 Individu sering membayangkan melihat serangan terhadap karakter dirinya
yang tidak jelas dari orang lain dan cepat bereaksi dengan marah atau
melakukan serangan balik pada orang tersebut
 Individu memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa pembenaran, tentang
kesetiaan pasangan teman/sahabat atau pasangan seksual.
Etiologi
Beberapa penelitian mengenai sejarah keluarga menunjukkan bahwa paranoid
personality disorder sedikit lebih umum dalam keluarga dengan orang-orang yang
mengalami skizofrenia dibandingkan dengan keluarga dengan orang-orang yang
sehat. Dalam Wiramihardja (2010) ahli teori psikoanalisa berpendapat bahwa
paranoid personality disorder adalah hasil dari kebutuhan orang-oran yang
menolak perasaan yang sebenarnya dan memproyeksikan perasaan tersebut
kedalam diri orang lain (Freud, 1958; Shapiro, 1965).
Intervensi

 Terapi yang dapat dilakukan pada pasien dengan gangguan kepribadian
paranoid yaitu Cognitive behavioral therapy (CBT). Terapi ini dapat membantu
individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat,
pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif.
 Pendekatan serius dan terus terang
 Ajarkan klien untuk memvalidasi ide sebelum bertindak
 Libatkan klien dalam perencanaan terapi

kepercayaan dan

Contoh kasus
Seorang pensiunan pengusaha berusia 85 tahun diwawancarai oleh pekerja sosial
untuk menentukan kebutuhan perawatan kesehatan bagi dirinya serta istrinya yang
sakit dan lemah. Pria ini tidak memiliki sejarah penanganan gangguan mental. Ia
terlihat sehat dan waspada secara mental. Ia dan istrinya telah menikah selama 60
tahun dan tampak bahwa istrinya adalah satu-satunya orang yang ia percaya. Dia
selalu curiga pada orang lain. Ia tidak akan mengungkapkan informasi pribadi
pada siapapun kecuali pada istrinya. Ia yakin bahwa orang lain akan mengambil
keuntungan darinya. Ia menolak tawaran bantuan dari kenalannya karena ia curiga
dengan motif mereka. Saat menerima telepon ia akan menolak untuk

menyebutkan namanya sampai ia tahu maksud si penelepon. Ia meluangkan waktu
yang cukup banyak untuk memonitor investasinya dan pernah bertengkar dengan
pialangnya saat terjadi kesalahan dalam rekening bulanannya yang membuatnya
curiga bahwa pialangnya tersebut berusaha menutupi transaksi yang curang.
Sumber: http://www.slideshare.net/syafrina_arifin/gangguan-kepribadian
B. Gangguan kepribadian skizoid
Definisi
Individu yang mengalami gangguan ini

tidak menginginkan atau

menikmati hubungan sosial dengan orang lain dan biasanya tidak memiliki teman
akrab. Selain itu, individu tersebut adalah seorang penyendiri yang menyukai
berbagai aktivitas yang dilakukan dalam kesendirian. Prevalensinya sedikit lebih
kecil pada kaum perempuan dibanding pada kaum laki-laki (Torgersen, Kringlen,
& Cramer, 2001).
Gejala
Kriteria gangguan kepribadian skizoid dalam DSM IV-TR
Terdapat empat atau lebih dari ciri-ciri berikut ini yang tidak muncul secara
eksklusif dalam perjalanan penyakit skizofrenia, depresi psikotik, atau sebagai


bagian dari gangguan perkembangan pervasif; juga tidak disebabkan oleh kondisi
medis umum:
 Kurang berminat atau kurang menyukai hubungan dekat
 Hampir secara eksklusif lebih menyukai kesendirian
 Kurangnya minat untuk berhubungan seks
 Hanya sedikit, jika ada, mengalami kesenangan
 Kurang memiliki teman
 Bersikap masa bodoh terhadap pujian atau kritik dari orang lain
 Afek datar, ketidaklekatan emosional
Etologi
Dalam Wiramihardja (2010) menyebutkan bahwa ahli teori psikoanalisis
berpendapat bahwa schizoid personality disorder dibangun melalui hubungan ibu
dan anak yang terganggu, dimana anak tidak pernah belajar untuk memberi atau
menerima kasih sayang (Blueler, 1942; Klein, 1952). Anak yang menunjukkan
hubungan dan emosi sebagai hal yang berbahaya, selanjutnya mereka berdua tetap
jauh dari oaring lain dan juga perasaan mereka sendiri.
Intervensi
 Diberikan berupa melakukan kegiatan untuk meningkatkan sosialisasi dari
pasien itu sendiri

 Hindari pengisolasian dan perawatan secara institusional
 Libatkan pasien dalam terapi okupasi dan terapi secara berkelompok
 Tingkatkan fungsi klien dalam masyarakat
 Bantu klien untuk mendapatkan manajer kasus
Contoh kasus
John, seorang pensiunan polisi berusia 50 th, mengalami gangguan psikologis
sejak anjing kesayangannya mati ditabrak mobil. Sejak itu ia merasa sedih dan

lelah. Ia menjadi sulit konsentrasi dan sulit tidur. Ia tinggal sendiri dan lebih
senang menyendiri. Membatasi kontak dengan orang lain hanya dengan menyapa
“Halo” atau “Apakabar?”, sambil terus berlalu. Ia merasa bahwa percakapan
sosial hanya membuang-buang waktu dan merasa canggung jika ada orang lain
yang mencoba membina hubungan persahabatan. Ia tidak memiliki minat sosial
yang nyata, meskipun ia gemar membaca atau melihat berita di tv. Satu-satunya
hubungan yang ia miliki adalah dengan anjingnya.
Sumber: http://www.slideshare.net/syafrina_arifin/gangguan-kepribadian
C. Gangguan kepribadian skizotipal
Definisi
Merupakan pola berpikir yang khas (dalam arti tidak baik); dalam bicara dan
dalam persepsi tidak aktual, sehingga merusak komunikasi dan interaksi sosial.

Kognisi ganjil dari orang-orang penderita schizotypal personality disorder terbagi
menjadi empat kategori, yaitu:


Kategori pertama adalah paranoia atau spiciousness (bersifat paranoid dan
selalu mencurigai). Orang-orang dalam kategori ini selalu menganggap



orang lain sangat curang dan memusuhi.
Kategori kedua adalah “referensi ide” (idea of reference). Meyakini bahwa



kejadian-kejadian acak yang ada di sekitarnya berkaitan dengan mereka.
Kategori ketiga adalah odd beliefs and magical thinking yaitu keyakinan



aneh dan pemikiran magis.

Kategori keempat adalah illusions yang merupakan halusinasi yang singkat.

Etiologi Schizotypal Personality Disorder
Sejarah keluarga, adopsi (pengangkatan anak) dan penelitian mengenai
anak kembar, seluruhnya memberikan pendapat bahwa Schizotypal Personality
Disorder merupakan gangguan yang ditularkan atau disebarkan secara genetis
(Nigg & Goldsmith, 1994; Siever dkk., 1998). Orang-orang dengan schizotipal
personality disorder menunjukkan abnormalitasnya dalam struktur otak mereka
yang mirip dengan apa yang tampak pada orang-orang schizophrenia (Dickey,
McCarley, & Shenton, 2002; Downhill dkk., 2001).

Gejala Schizotypal Personality Disorder
Criteria gangguang kepribadian skizotipal dalam DSM-IV-TR
Terdapat lima atau lebih ciri-ciri berikut ini dan tidak muncul secara ekspklusif
dalam perjalanan penyakit skizofrenia, depresi psikotik, atau sebagai bagian dari
gangguang perkembangan pervasive:



Ideas of preference

Keyakinan yang aneh atau pemikiran magis. a.l., percaya terhadap persepsi



ekstra indrawi
Persepsi yang tidak biasa adalah keyakinan yang menyimpang tentang








tubuhnya
Pola bicara yang aneh
Kecurigaan yang ekstrem, paranoia
Afek yang tidak sesuai
Perilaku atau penampilan yang aneh
Kurang memiliki teman akrab

Rasa tidak nyaman yang ekstrem atau kadang kecemasan yang ekstrem
bila berada di antara orang lain.

Intervensi
Kembangkan keterampilan perawatan diri (klien) dan keterampilan social
serta perbaikan fungsi masyarakat, klien didorong untuk melakukan kegiatan rutin
sehari-hari dan membantu klien untuk memutuskan kapan tugas hygiene dan
berhias diperlukan. Dan juga dapat membantu dengan meminta klien untuk
membuat daftar orang-orang di masyarakat yang harus ia hubungi untuk
kemudian dapat memperbaiki keterampilan social klien untuk berbicara jelas
kepada orang lain dan mengurangi perbincangan aneh.
Contoh kasus
Jonathan, mekanik, pria 27 tahun, memiliki sedikit teman dan lebih memilih
membaca novel fiksi ilmiah dibandingkan bersosialisasi dengan orang lain. Ia
jarang bergabung dalam percakapan dengan oranglain. Suatu saat ia tampak

seperti hanyut dalam pikirannya sendiri. Ia sering menunjukkan ekspresi ganjil di
wajahnya. Mungkin ciri perilaku yang paling tidak umum adalah ia melaporkan
pengalaman yang datang sewaktu-waktu akan perasaan bahwa almarhum ibunya
berdiri di dekatnya. Keyakinan ini menenangkan baginya dan ia menantikan
terjadinya peristiwa itu kembali. Jonathan menyadari hal tersebut tidak nyata. Ia
tidak pernah mencoba untuk menyentuh ruh tersebut. Perasaan berada di dekat ruh
ibunya merupakan pengalaman yang cukup menenangkan katanya.
Sumber: http://www.slideshare.net/syafrina_arifin/gangguan-kepribadian
II. Kelompok B (Kelompok Dramatik/Eratik)
A. Gangguan kepribadian antisosial
Definisi
Gangguan kepribadian antisocial dan psikopati yang kadang disebut
dengan sosiopati seringkali digunakan bergantian. Perilaku antisocial yang
melanggar hokum, merupakan komponen penting keduanya. Pada gangguan
kepribadian antisocial ini, individu tidak memerhatikan hak orang lain, aturan,
dan hokum.
Etiologi Gangguan Kepribadian Antisosial dan Psikopati
Peran Keluarga
Berdasarkan suatu kajian literature, bahwa kurangnya afeksi dan
penolakan berat oleh orang tua merupakan penyebab utama perilaku psikopatik
(McCord dan McCord, 1964). Perilaku psikopatik berkaitan dengan tidak
konsistennya orang tua dalam mendisiplinkan anak-anak mereka dan dalam
mengajarkan tanggung jawab terhadap orang lain, penyiksaan fisik, dan
kehilangan orang tua (Marshall & Cooke, 1999; Johnson dkk., 1999).
Korelasi Genetik GKA-Gangguan Kepribadian Antisosial
Penelitian menunjukkan bahwa kriminalitas dan gangguan kepribadian
antisocial memiliki komponen keturunan, namun belum dilakukan penelitian
perilaku-genetik mengenai konsep psikopati yang dikembangkan oleh Cleckley

dan Hare. Tingkat konflik yang tinggi dan negasivitas serta kadar kehangatan
orang tua yang rendah memprediksi perilaku antisocial dalam sebuah studio orang
kembar yang dilakukan Reiss dkk, (1995).
Emosi dan Psikopati
Pada sebuah studi klasik brdasarkan observasi klinis Cleckley, Lykken
(1957) menguji pemikiran bahwa psikopat hanya memiliki hambatan untuk
melakukan tindakan antisocial karena mereka sangat sedikit mengalami
kecemasan. Penelitian Lykken mendukung pemikiran bahwa psikopat memiliki
kadar kecemasan rendah, kemampuan mereka menghindari kejut lebih rendah dari
kelompok control.
Karakteristik Gangguan Kepribadian Antisosial dalam DSM-IV-TR
Pola pervasive dalam hal tidak menghargai hak orang lain sejak berusia 15
tahun dan sekurang-kurangnya 3 karakteristik antara 1 hingga 7 ditambah 8
hingga 10:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Berulangkali melanggar hukum
Menipu, berbohong
Impulsivitas
Mudah tersinggung dan agresif
Tidak memedulikan keselamatan diri sendiri dan orang lain
Tidak bertanggung jawab seperti terlihat dalam riwayat pekerjaan yang

tidak reliable atau tidak memenuhi tanggung jawab keuangan
7. Kurang memiliki rasa penyesalan
8. Berusia minimal 18 tahun
9. Terdapat bukti mengenai gangguan tingkah laku sebelum berusia 15 tahun
10. Perilaku antisocial yang tida terjadi secara eksklusif dalam episode
skizofrenia atau mania

Intervensi
-

Meningkatkan perilaku bertanggung jawab

Penetapan batasan; mengidentifikasi konsekuensi melanggar batasan dan
perilaku yang diharapkan atau yang dapat diterima. Menjelaskan perilaku
-

-

bermasalah dan mempertahankan klien tetap focus pada dirinya.
Membantu klien menyelesaikan masalah dan mengendalika emosi.
Ajarkan individu (klien) untuk menyelesaikan masalah secara efektif dan
mengatasi emosi marah atau frustasi.
Meningkatkan performa peran, mengidentifikasi

hambatan

untuk

menjalankan peran, dan mnegurangi atau mengehentikan penggunaan
obat-obatan dan alcohol.
Contoh kasus
Jakarta - Mujianto alias Menthok alias Genthong (24), tersangka
pembunuhan di Nganjuk, Jawa Timur, diduga memiliki kecenderungan antisosial
dan psikopat. Sebagai seorang psikopat, Mujianto dinilai tidak mempunyai rasa
empati.
"Secara teoritis kasus pembunuhan ini, pelaku memiliki kecenderungan antisosial
dan psikopat," ujar ahli Psikologi Forensik Universitas Surabaya, Yusti Probowati,
saat berbincang dengan detikcom, Kamis (16/2/2012).
Dalam teori psikologi, seorang yang masuk dalam ketegori psikopat cenderung
tidak mengikuti aturan yang ada dan memiliki egosenteris yang sangat tinggi.
"Pasti ada yang salah dari masa kecil dia (Mujianto) sehingga aturan itu tidak
dipahami scara baik," kata Yusti.
Sifat egosentris yang dimiliki oleh Mujianto membuat dirinya sering merasa
tergangggu dengan kondisi yang tidak cocok dengan dirinya, termasuk dengan
rasa cemburu yang besar.
"Egosentrisnya tinggi yang menyebabkan dia melakukan hal yang di luar batas.
Itu yang terjadi," ucapnya.

Yusti menyebut masalah yang dihadapi oleh Mujianto berada pada dirinya sendiri,
bukan dari lingkungannya. "Yang intinya dia sendiri agak sulit menerima yang
melukai dirinya," kata Lita.
Mujianto dalam pengakuannya ke polisi telah meracuni 15 orang, namun yang
baru terungkap 6 orang. Kasus ini terungkap setelah dua korban selamat,
Muhammad Fais (28) dan Sumartono (47), melapor ke polisi. Pelaku dibekuk di
rumah J, Desa Sonopatik, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk. Di tempat itu,
pelaku pernah bekerja sebagai pembantu dan merangkap sebagai pasangan homo
J. (fiq/nvt)
Sumber:
http://news.detik.com/read/2012/02/16/091055/1843730/10/mujianto-punyakecenderungan-psikopat-antisosial?9911012
B. Gangguan kepribadian ambang (borderline)
Definisi:
Gangguan kepribadian ambang (Borderline Personality Dissorder) adalah
gangguan kepribadian yang mempunyai ciri-ciri utama berupa impulsivitas dan
ketidakstabilan hubungannya dengan orang lain dan mood (Sanislow, Grilo, &
McGlashan, 2000). Gangguan ambang ini pada umumnya bermula pada masa
remaja atau dewasa awal dan lebih sering terjadi kepada wanita daripada kepada
pria dengan prevalensi 1 persen (Swartz dkk, 1990; Torgesen, Kringlen, &
Cramer, 2001).
Gejala:
Kriteria Gangguan Kepribadian Ambang dalam DSM IV-TR
Terdapat lima atau lebih kriteria dibawah ini:
 Berupaya keras untuk mencegah agar tidak diabaikan, terlepas dari benar-benar
diabaikan atau hanya dalam bayangannya.
 Ketidakstabilan atau intensitas ekstrem dalam hubungan interpersonal, ditandai
dengan perpecahan, yaitu mengidealkan orang lain dalam satu waktu dan
beberapa waktu kemudian menistakannya.

 Rasa diri (sense of self) yang tidak stabil.
 Perilaku impulsif, termasuk sangat boros dan perilaku seksual yang sangat
tidak pantas.
 Perilaku bunuh diri (baik hanya berupa sinyal maupun sungguh-sungguh
mencoba) dan mutilasi diri yang berulang.
 Kelabilan emosional yang ekstrem.
 Perasaan kosong yang kronis
 Sangat sulit mengendalikan kemarahan
 Pikiran paranoid dan simtom-simtom disosiatif yang dipicu oleh stres.
Etiologi:
Secara biologis
Para pasien ambang memiliki neurotisisme tinggi, suatu trait yang diturunkan
secara genetik (Nigg & Goldsmith,1994).
Teori objek-hubungan
Otto Kernberg mengemukakan bahwa pengalaman masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan, menyebabkan anak-anak mengembangkan ego yang tidak merasa
aman.
Teori diathesis-stres dari Linehan
Linehan berpendapat bahwa gangguan kepribadian ambang terjadi bila orang yang
memiliki

kemungkinan

genetik

(diathesis

biologis)

berupa

kesulitan

mengendalikan emosi dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang tidak
mempertimbangkan dan menghargai keinginan/perasaan seseorang serta upaya
untuk mengomunikasikan perasaan tidak diterima bahkan dihukum.

Disregulasi
emosional pada
diri anak
Besarnya
tuntutan dalam
keluarga

Ledakan emosional
anak yang
diperhatikan orangtua
Invalidasi orangtua
melalui hukuman atau
pengabaian tuntutan

Intervensi:
 Tingkatkan keamanan
 Bantu klien mengatasi dan mengendalikan emosi
 Teknik restrukturisasi kognitif
Dekatastrofe situasi
Henti pikir
Berbicara positif dengan diri sendiri
 Pengaturan waktu
Membuat jadwal aktivitas yang tertulis
Membuat daftar aktivitas menyendiri untuk menghilangkan kebosanan
 Ajarkan keterampilan sosial
Mempertahankan batasan personal
Harapan realistis dari hubungan
Contoh kasus:
Klien : “Saya menahan kemarahan dalam diri saya, yang terjadi adalah..saya tidak
dapat merasakannya, saya mendapat serangan panik. Saya menjadi sangat gugup,
merokok terlalu banyak. Jadi apa yang terjadi pada saya, saya adalah cenderung
„meledak‟. Berurai air mata atau menyakiti diri atau apapun..karena saya tidak
tahu bagaimana caranya untuk mengatasi semua perasaan yang campur aduk ini.
Konselor : “Apa contoh terbaru dari „ledakan‟ itu?”
Klien : “Beberapa bulan yang lalu saya sendirian di rumah, saya ketakutan! Saya
mencoba mengontak pacar saya dan saya tidak bisa melakukannya..Saya tidak
tahu dimana dia berada. Semua teman saya tampak sibuk malam itu dan saya
tidak punya siapa-siapa untuk diajak bicara..saya makin dan semakin gugup dan
makin dan semakin kacau.
Klien : “…Akhirnya..dor!...saya ambil rokok dan menyalakannya dan
menancapkannya di lengan saya. Saya tidak tahu mengapa saya melakukan hal itu

karena saya tidak peduli pada hal itu. Saya kira pada waktu itu saya merasa bahwa
saya harus melakukan sesuatu yang dramatis….”.
Sumber: http://www.slideshare.net/syafrina_arifin/gangguan-kepribadian
C. Gangguan kepribadian histrionik
Definisi:
Gangguan histrionik ini diperuntukkan bagi orang-orang yang terlalu
dramatis dan mencari perhatian. Gangguan kepribadian ini cenderung terjadi di
kalangan orang-orang yang mengalami perpisahan dengan pasangannya dan
dihubungkan dengan depresi serta kesehatan fisik yang buruk (Nestadt dkk,
1990). Gangguan ini lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria dengan
prevalensi 2 persen.
Gejala:
Kriteria gangguan kepribadian histrionik dalam DSM IV-TR
Terdapat lima atau lebih ciri-ciri di bawah ini:
 Kebutuhan besar untuk menjadi pusat perhatian
 Perilaku tidak senonoh secara seksual tidak pantas
 Perubahan ekspresi emosi secara cepat
 Memanfaatkan penampilan fisik untuk menarik perhatian orang lain pada
dirinya
 Bicaranya sangat tidak tepat, penuh semangat mempertahankan pendapat yang
kurang memiliki detail
 Berlebihan, ekspresi emosional yang teatrikal
 Sangat mudah disugesti
 Menyalahartikan hubungan sebagai lebih intim dari yang sebenarnya
Etiologi:
Teori

psikoanalisa

berpendapat

bahwa

emosionalitas

dan

ketidaksenonohan perilaku secara seksual didorong oleh ketidaksenonohan

orangtua, terutama ayah kepada anak perempuannya. Sedangkan ekspresi emosi
yang berlebihan dipandang sebagai simtom-simtom konflik tersembunyi tersebut
dan kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian dipandang sebagai cara untuk
mempertahankan diri dari perasaan yang sebenarnya yaitu harga diri yang rendah
(Apt & Hurlbert, 1994; Stone, 1993).
Intervensi:
 Ajarkan keterampilan sosial
 Berikan umpan balik faktual tentang perilaku
Contoh kasus:
Film A Streetcar Named Desire menceritakan kisah Blanche DuBois, seorang
wanita, yang menarik muda genit tapi bermasalah, yang pindah ke New Orleans
untuk tinggal bersama kakaknya, Stella dan suaminya, Stanley Kowalski setelah
kematian suaminya.
Blanche kurang dari jujur tentang dirinya sendiri. Dia mencoba untuk
menggunakan pesonanya untuk memanipulasi orang dan menutupi masa lalunya,
termasuk bunuh diri suaminya, hubungan sementara dengan laki-laki, alkoholisme
nya, kehilangan rumah dan bahwa dia dipecat sebagai guru karena berselingkuh
dengan seorang mahasiswa.
Suami Stella, Stanley, memainkan peran seorang narsisis yang kasar, yang
dominasi dan kontrol ditantang oleh kedatangan Blanche. Blanche mencoba untuk
mengekspos, menghadapi dan mengeksploitasi kerentanan nya. Marah dengan hal
ini dan akhirnya menemukan kesempatan, Stanley serangan brutal Blanche,
pertama pada tingkat emosional, maka pada satu fisik. Pada akhirnya, dia
membagi-bagikan-nya dingin ke fasilitas psikiatri, sehingga dirinya kembali ke
posisi dominasi.

Blanche adik, Stella, memainkan peran enabler kodependen, mencoba untuk
menenangkan Stanley dan Blanche.
Sumber: http://psikologiabnormal.wikispaces.com/Histrionic+Personality+Disorder
D. Gangguan kepribadian narsistik
Definisi
Orang-orang yang memiliki gangguan kepribadian narsisistik akan
memiliki pandangan yang berlebihan mengenai keunikan dan kemampuan yang
mereka miliki. Mereka akan terokupasi (terpaku) pada pikiran-pikiran mengenai
pentingnya diri mereka (self-importance) dan dengan fantasi-fantasi mengenai
kekuatan (power) dan keberhasilan (succes) dan memandang diri mereka sendiri
sebagai orang yang lebih superior (berkuasa) atas banyak orang.
Gejala
a. Sindrom : Narsistik

Suatu jenis gangguan yang memiliki karakteristik

perasan yang berlebihan akan kepentingan diri dan self-absorption.
Simptom :
 Pandangan yang dibesar-besarkan mengenai pentingnya diri






sendiri, arogansi.
Terfokus pada keberhasilan, kecerdasan, dan kecantikan diri.
Kebutuhan ekstrem untuk dipuja.
Perasaan kuat bahwa mereka berhak mendapatkan segala sesuatu.
Kecenderungan memanfaatkan orang lain.
Iri pada orang lain.

Etiologi Gangguan Kepribadian Narsisistik
Menurut Heinz Kohut, diri muncul di awal kehidupan sebagai suatu
struktur bipolar dengan grandiose yang tidak matang di satu ktub dan idealisasi
berlebihan terhadap orang lain yang bersifat tergantung di kutub lainnya.
Kegagalan untuk mengembangkan harga diri yang sehat terjadi bila orang tua
tidak merespon dengan baik kompetensi yang di tunjukkan anak-anak mereka,

yaitu si anak tidak dihargai berdasarkan makna dirinya sendiri, namun dihargai
sebagai alat untuk membangun harga diri orang tua.
Intervensi
Pendekatan yang dilakukan untuk klien yang mengalami gangguan
narsistik ialah pendekatan sesuai fakta. Dalam melakukan terapi yang diperlukan
ialah kerjasama dan ajarkan klien keterampilan perawatan diri sesuai
kebutuhannya.
Contoh Kasus
David berprofesi sebagai pengacara dan berusia awal 40an. Dia pertama
kali datang mengunjungi psikolog untuk mengatasi mood negatifnya. Sejak awal
pertemuan tampak bahwa David sangat menaruh perhatian pada penampilannya.
Dia secara khusus menanyakan pendapat terapis mengenai baju setelan model
terbaru yang dikenakannya dan juga sepetu barunya. David juga bertanya kepada
terapis tentang mobil yang digunakan dan berapa banyak klien kelas atas yang
ditangani oleh terapis tersebut. David sangat ingin memastikan bahwa dia sedang
berhubungan dengan seseorang yang terbaik bidangnya. David bercerita tentang
kesuksesannya dalam bidang akademis dan olahraga, tanpa mampu memberikan
bukti apapun yang memastikan keberhasilannya. Selama bersekolah di sekolah
hukum, dia adalah seorang work- aholic, penuh akan fantasi akan keberhasilannya
hingga tidak memiliki waktu untuk isterintya. Setelah anak mereka lahir, David
semakin sedikit menghabiskan waktu dengan keluarganya. Tidak lama setelah dia
memliki pekerjaan yang mapan, David menceraikan isterinya karena tidak lagi
membutuhkan bantuan ekonomi dari sang istri. Setelah perceraian tersebut, David
memutuskan bahwa dia benar-benar bebas untuk menikmati hidupnya. Dia sangat
suka menghabiskan uang untuk dirinya sendiri, misalnya dengan menghias
apaartemennya dengan berbagai benda-benda yang sangat menarik perhatian. Dia
juga seringkali berhubungan dengan wanita-wanita yang sangat menarik. Dalam
pergaulannya, David merasa nyaman apabila dirinya menjadi pusat perhatian
semua orang. Dia pun merasa nyaman ketika dia berfantasi mengenai kepopuleran

yang akan diraihnya, mendapatkan suatu penghargaan, ataupun memiliki
kekayaan berlimpah
http://nurawlia.wordpress.com/2009/11/21/gangguan-kepribadiannarsistik-2/ (sumber : Barlow & Durant, 1995).
III. Kelompok C (Kelompok Pencemas/Ketakutan)
A. Gangguan kepribadian menghindar
Definisi
Diagnosis gangguan kepribadian menghindar ditegakkan bagi orang-orang
yang sangat takut terhadap kemungkinan timbulnya kritikan, penolakan, atau
ketidaksetujuan dari orang lain sehingga enggan menjalin hubungan, kecuali jika
mereka merasa yakin bahwa mereka akan disukai.
Mereka yang mengalami gangguan kepribadian menghindar akan
menghindari pekerjaan yang mengharuskan mereka melakukan banyak kontak
interpersonal.
Gejala
a. Sindrom : Menghindar

Suatu

jenis

gangguan

yang

memiliki

karakteristik perasan yang berlebihan akan kepentingan diri dan selfabsorption.
Simptom :
 Menghindari kontak interpersonal karena takut terhadap kritikan atau


penolakan.
Keengganan untuk menjalin hubungan dengan orang lain kecuali



dirinya pasti akan disukai.
Membatasi diri dalam hubungan intim karena takut dipermalukan






atau diperolok.
Penuh kekhawatiran akan dikritik atau ditolak
Merasa tidak adekuat
Merasa rendah diri
Keengganan ekstrem untuk mencoba hal-hal baru karena takut
dipermalukan.

Etiologi Gangguan Kepribadian Menghindar
Dalam Wiramihardja (2007) menyatakan bahwa para ahli kognitif
mengatakan bahwa penderita gangguan ini mengembangkan keyakinan disfungsi
mengenai harga diri sebagai refleksi dari penolakan oleh orang lain yang
signifikan pada masa kecil (Beck & Freeman, 1990). Mereka mengatakan bahwa
orang tuanya pasti tidak menyukainya, pasti menganggap dirinya sebagai orang
yang tidak baik.
Intervensi
Memberikan dukungan dan menenangkan mereka ketika mulai merasa
cemas merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh terapi untuk klien-nya.
Ketika mereka mulai tidak berani untuk bersosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya atau mulai menutup dirinya bantulah klien untuk meningkatkan harga
dirinya.
Contoh Kasus
Sally, seorang pustakawan 35 tahun, relatif hidup terisolasi dan tidak
punya sahabat. Sejak kecil, ia sangat pemalu dan telah menarik diri dari hubungan
dekat dengan orang lain untuk menjaga dari perasaan terluka atau dikritik. Dua
tahun sebelum dia masuk terapi, ia punya waktu tertentu untuk pergi ke pesta
dengan kenalan yang ia temui diperpustakaan. saatmereka tiba di pesta, Sally
merasa sangat tidak nyaman karena dia tidak pernah memakai pakaian pesta. Dia
terburu-buru pergi dan menolak untuk melihatnya kenalan lagi. Pada sesi
pengobatan awal, dia duduk diam cukup lama, ia terlalu sulit untuk berbicara
tentang dirinya sendiri. Setelah beberapa sesi, dia tumbuh untuk mempercayai
terapisnya. Dia terkait insiden ditahun awal dimana ia telah "hancur" oleh perilaku
alkoholis ayahnya yang menjengkelkan di depan umum. Meskipun ia telah
mencoba untuk menjaga tentang masalah keluarganya dari teman-teman
sekolahnya, namun sudah tidak mungkin maka dia membatasi persahabatannya,
untuk melindungi diri dari kemungkinan malu atau kritikan. Ketika Sally pertama
kali memulai terapi, ia menghindari diri untuk bertemu orang yang bisa dipastikan

bahwa mereka "seperti dia." Dengan terapi yang berfokus pada keterampilan
sosial, peningkatan mulai tampak, ia membuat beberapa kemajuan pada
kemampuannya untuk mendekati orang dan berbicara dengan mereka.
Sumber

:

http://psikologiabnormal.wikispaces.com/Avoidant+Personality+Disorder
diunduh pada tanggal 13 Maret 2013 pukul 23.46
B. Gangguan kepribadian dependen
Definisi
Gangguan kepribadaian dependen adalah kurangnya kepercayaan diri dan
kurangnya perasaan otonom. Mereka memandang dirinya sebagai orang yang
lemah dan orang lain sebagai orang yang penuh kekuatan. Kriteria dalam DSM
secara umum menggambarkan orang yang mengalami gangguan kepribadian
dependen sebagai orang yang sangat pasif.
Gejala
Kriteria gangguan kepribadian dependen pada DSM-IV-TR adalah sebagai
berikut:
 Sulit mengambil keputusan tanpa saran dan dukungan berlebihan dari orang
lain.
 Membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab atas sebagian
besar aspek kehidupannya yang utama.
 Sulit tidak menyetujui orang lain karena takut kehilangan dukungan mereka.
 Sulit melakukan segala sesuatu sendiri karena kurangnya rasa percaya diri.
 Melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan sebagai suatu cara untuk
mendapatkan persetujuan dan dukungan orang lain.
 Merasa tidak berdaya bila sendirian karena kurangnya rasa percaya terhadap
kemampuannya untuk menangani segala sesuatu tanpa intervensi orang lain.
 Berupaya untuk sesegera mungkin menjalin hubungan baru bila hubungan
yang dimilikinya saat ini berakhir.
 Dipenuhi ketakutan bila harus mengurus diri sendiri.
Etiologi
Psikoanalitis

Melihat gangguan kepribadian dependent ini adalah hasil dari fiksasi fase
oral perkembangan psikoseksual. Para pengasuhnya sangat mengikuti apa yang
dibutuhkan penderita di masa kecil atau menuntut perilaku dependent dari
penderita sebagai imbalan dari pengasuhnya. Akibatnya mereka tidak dapat
mengembangkan perilaku sehat yang tidak tergantung pada pengasuhnya itu.
Intervensi
Klien penderita gangguan ini sebenarnya akan sering mengunjungi terapi
untuk menangani segala masalahnya, tapi sebenarnya di situlah masalah terjadi.
Klien jadi tidak ingin menyelesaikan masalah secara mandiri. Terapi yang cocok
diguanakan menurut Milon et.all,2000 dalam Nolen, Susan;2006 adalah
NONDIRECTIVE dan HUMANISTIK terapi. Hal ini dikarena dalam dua terapi
tersebut terapis bukan menjadi pusat yang menentukan pembicaraan, namun klien
lah yang berhak membawa ke arah mana terapi berlangsung dan juga dapat
membangun otonomi dan keyakinan diri pada penderita.
Terapi KOGNITIF-BEHAVIORAL juga cukup

membantu

klien

meningkatkan perilaku asertif, menurunkan kecemasan, dan melawan keyakinan
untuk tergantung pada orang lain.
Contoh kasus
Mila, sebut saja begitu. Seorang mahasiswa tingkat tiga di salah satu Universitas
ternama di kota Makassar. Mila dalam keseharian dikenal sebagai seorang
mahasiswa yang ramah oleh teman-temannya. Tidak ada yang salah dalam
perilakunya, namun lain halnya bagi teman-teman dekat Mila. Mereka merasa
bahwa Mila memiliki kecemasan yang berlebihan, sehingga setiap saat harus
ditemani oleh temannya. Terutama dalam hal-hal yang membutuhkan pilihan.
Bagi teman-temannya, perilaku Mila yang terlalu bergantung pada orang lain
cukup mengganggu, mereka mengkhawatirkan apa yang akan terjadi jika tidak
ada mereka disamping Mila.
Setelah melakukan wawancara langsung dengan Mila yang dibungkus dalam
bentuk curhat-curhatan, Mila mengaku bahwa ia menjadi seperti itu karena Mila
yang juga merupakan anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan di
keluarganya sewaktu kecil segalanya diuruskan oleh orang tua dan kakak-

kakaknya. Mila mengatakan bahwa pernah sekali ia bermain dengan ayahnya,
ketika sang ayah tidak melihat Mila yang tengah bersembunyi dibalik tembok dan
tiba-tiba mengagetkan ayahnya. Namun, ternyata ayahnya langsung jatuh dan
kejang-kejang sambil memegang dadanya, dan setelah dirujuk ke dokter diketahui
bahwa ayahnya terkena penyakit jantung. Mila sangat sedih dan ketakutan dan
mengaku bahwa saat itulah pertamakalinya ia dimarahi habis-habisan oleh kakakkakaknya.
Sumber:

http://superfunny006.wordpress.com/2012/03/09/contoh-perilaku-

abnormal/

C. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif
Definisi
Kepribadian obsesif-kompulsif adalah individu yang perfeksionis, terfokus
berlebihan pada detail, aturan, jadwal, dan sejenisnya. Orang yang memiliki
kepribadian ini sangat fokus pada detail sehingga tidak jarang mereka tidak
pernah menyelesaikan proyek. Orientasi mereka pada pekerjaan dan bukan pada
kesenangan. Maka dari itu mereka sering mengalokasikan waktu karena takut
terfokus pada hal yang salah.
Gejala
Kriteria gangguan kepribadian obsesif-kompulsif pada DSM-IV-TR adalah
sebagai berikut:
 Terfokus secara berlebihan pada aturan dan detail hingga poin utama suatu
aktivitas terabaikan.
 Perfeksionis ekstrim, hingga ke tingkat yang membuat berbagai proyek jarang
terselesaikan.
 Pengabdian berlebihan pada pekerjaan hingga mengabaikan kesenangan dan
persahabatan.
 Tidak fleksibel tentang moral.
 Sulit membuang benda-benda yang tidak berarti.
 Enggan mendelegasikan kecuali jika orang lain dapat memenuhi standarnya.

 Kikir.
 Rigid dan keras kepala.
Etiologi
Dalam hal biologis
Banyak korban trauma kepala atau infeksi yang mengenai sistem saraf
pusat kemudian mengalami OCD. Pemindai tomografi emisi positron yang
mengkaji metabolism glukosa pada nucleus kaudatus dan girus orbital pada
ganglia basal otak memperlihatkan perbedaan pada individu yang mengalami
OCD dan yang tidak. (keperawatan jiwa hal.330)
Intervensi
Obsesif-kompulsif disorder
Terapi behavioral dapat digunakan untuk menurunkan perilaku obsesif kompulsif
seseorang. Dalam proses terapi yang dilakukan, klien diminta untuk mengubah
jadwal perilaku kebiasaannya. Ketika seseorang merasa cemas selama proses
pengubahan jadwal kebiasaannya, maka pada pertemuan selanjutnya terapis harus
membantu untuk mengurangi kecemasannya. Dorong untuk bernegosiasi dengan
orang lain, bantu klien untuk membuat keputusan dan menyelesaikan pekerjaan
tepat waktu.
Contoh Kasus
Bernice berusia 46 tahun saat mulai menjalani terapi. Ini keempat kalinya
ia menjalani terapi. Gangguan obsesif-kompulsif dideritanya sejak 12 tahun lalu,
tidak lama setelah kematian ayahnya.
Bernice terobsesi ketakutan mengalami kontaminasi, suatu ketakutan yang
secara tidak jelas dikaitkan dengan kematian ayahnya karena pneumonia. Ia tidak
nyaman bersentuhan dengan kayu, “objek yang bergores”, surat, benda yang
dikemas kaleng, dan “noda perak” (peralatan yang berwarna perak). Ia tidak dapat
menyatakan mengapa objek-objek tersebut merupakan sumber kemungkinan
kontaminasi dengan kuman.

Untuk mengurangi rasa tidak nyaman, Bernice melakukan berbagai ritual
kompulsif yang menghabiskan hampir seluruh waktunya. Seperti mandi selama 34 jam, untuk berulang kali mandi dan diantara waktu mandi ia mengelupas lapisan
luar sabun mandi sehingga sepenuhnya bebas dari kuman. Waktu makan
berlangsung berjam-jam, ia makan tiga suap makanan pada satu waktu,
mengunyah setiap suapan 300 kali. Ini dilakukan untuk menghilangkan
kontaminasi pada makanannya. Suaminya kadangkala terlibat dalam upacara
makan tersebut, ia mengocok teko teh dan sayuran beku di atas kepala Bernice
untuk menghilangkan kuman. Hal ini telah meremdahkan nilai kehidupannya
hingga hampir tidak melakukan apapun selain itu. Ia tidak keluar rumah,
mengerjakan pekerjaan rumah tangga, atau bahkan berbicara melalui telepon.
Sumber: http://abnormalpsy.blogspot.com/2011/08/contoh-kasus.html

DAFTAR PUSTAKA
Davison, G.C., Neale, J.M., & Kring, A.M. (2010). Psikologi Abnormal,
Edisi ke-9 (Terjemahan). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Wiramihardja, Prof. Dr. Sutardjo A., psi. (2007). Pengantar Psikologi
Abnormal. Bandung: PT. Refika Aditama