PENYELESAIAN SENGKETA PEMENUHAN JAMINAN HARI TUA BAGI PEKERJA PT. BANK BRI PERSERO DI CABANG BANDAR LAMPUNG ( Analisis Putusan No. 7/Pdt.Sus-PHI/2015/PN.Tjk)

  Putri Utami, Penyelesaian Sengketa Jaminan Hari Tua

  PENYELESAIAN SENGKETA PEMENUHAN JAMINAN HARI TUA BAGI PEKERJA PT. BANK BRI PERSERO DI CABANG BANDAR LAMPUNG ( Analisis Putusan No. 7/Pdt.Sus-PHI/2015/PN.Tjk) (Jurnal)

Oleh:

Putri Utami

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

  Putri Utami, Penyelesaian Sengketa Jaminan Hari Tua

  Putri Utami, Penyelesaian Sengketa Jaminan Hari Tua

  

PENYELESAIAN SENGKETA PEMENUHAN JAMINAN HARI TUA

BAGI PEKERJA PT. BANK BRI PERSERO DI CABANG

BANDAR LAMPUNG

( Analisis Putusan No. 7/Pdt.Sus-PHI/2015/PN.Tjk)

Putri Utami, DR. HS Tisnanta, S.H., M.H, Satria Prayoga, S.H., M.H.

  .id) email:(putriutamimput@yahoo.co

ABSTRAK

  Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menjelaskan tentang hak dan kewajiban seorang pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. salah satu contohnya pada PT.BRI Persero yang tidak melaksanakan kewajibannya terhadap pekerjanya dengan tidak memberikan uang jaminan hari tua ketika seorang pekerja memasuki usia pensiun.PT.BRI Persero tidak mengakumulasi Iuran atas beban BRI untuk Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP), dan akumulasi iuran atas beban BRI untuk Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). iuran PPMP dan PPIP hanya terdapat beban BRI saja, sedangkan iuran PPMP dan PPIP atas beban Pekerja tidak disebutkan. Kenyataanya pensiunan PT.BRI telah membayar iuran yang pembayarannya secara langsung dipotong dari upah yang diterima setiap bulannya. Permasalahan: (1) Bagaimanakah pengaturan hukum pemenuhan Jaminan Hari tua pada PT.BRI Persero. (2) Apakah penyebab terjadinya sengketa pemenuhan Jaminan Hari Tua bagi pekerja PT.BRI Persero. (3) Bagaimana penyelesaian sengketa pemenuhan Jaminan Hari Tua bagi pekerja PT.BRI Persero.

  Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif. Sumber dan jenis data yang digunakan adalah jenis data primer, data sekunder, dan data tersier. Analisis yang digunakan analisis kualitatif, kemudian di ambil kesimpulan secara Deskriptif Kualitatif.

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja dalam penyelesaian Jaminan Hari Tua bagi pekerja PT.BRI Persero terdapat ketidakadilan terhadap pekerja. Para pensiunan melakukan beberapa penyelesaian, akan tetapi yang tidak menemukan titik kejelasan pada sengketa hubungan industrial tersebut. Pada Pengadilan Hubungan Industrial gugatan para pensiunan tealh di nyatakan di tolak karena gugatan

  Putri Utami, Penyelesaian Sengketa Jaminan Hari Tua 2003 tentang Ketenagakerjaan maka PT.BRI Persero telah malalaikan kewajibannya terhadap para pekerjanya dengan tidak memberikan Jaminan Hari Tua, yang seharusnya dana tersebut di dapatkan oleh para pensiun ketika memasuki usia pensiun. Berdasarkan Nokep. 883-DIR/KPS/10/2012 yang di keluarkan PT.BRI Persero tentang penyelesaian kewajiban perusahaan terhadap pekeerjanya ada ketidakadlian terhadap formula perhitungan kompensasi pensiun yang isinya merugikan para pensiun.yang mana uang pesangon dan uang pensiun seharusnya di berikan keduanya teteapi pada kenyataanya uang pensiun di kurangi dengan uang pesangon. Sehingga hal terserbut merugikan para pekerja yang memasuki usia pensiun. Saran yang di berikan yaitu Dibutuhkan Regulasi yang baku terhadap Hak Pensiunan Pegawai PT.Bank BRI, yang berisi kesepakatan diantara kedua belah pihak dalam hal menentukan kembali Hak dan Kewajiban Para Pihak, Komitmen terhadap pemerintah yang berada diposisi netral antara (PT.Bank BRI selaku perusahaan dan Pensiunan Pegawai PT. Bank BRI selaku Pegawai/pekerja) agar tercapai pemerintahan yang bebas KKN, dan selalu menjalankan Asas keterbukaan dengan Akuntabel, sehingga Pensiunan Pegawai PT.Bank BRI selaku masyarakat sebagai pemegang hak mendapat kesejahteraan.

  

Kata Kunci : Penyelesaian Sengketa, Jaminan Hari tua, Pekerja PT.BRI

Persero

  Putri Utami, Penyelesaian Sengketa Jaminan Hari Tua

  

DISPUTE SETTLEMENT MEETING OF OLD AGE SECURITY FOR

WORKERS PT. BRI BANK LIMITED IN BRANCH

BANDAR LAMPUNG

(Analysis of Decision No. 7 / Pdt.Sus-PHI / 2015 / PN.Tjk)

Putri Utami, DR. HS Tisnanta, SH, M.H, Satria Prayoga, SH, M.H.

  

Email

ABSTRACT

  Law No. 13 of 2003 on employment describes the rights and obligations of a worker to do the job. one example in PT.BRI Persero who did not carry out its obligations to its employees by not giving money pension when a worker entered the age pensiun.PT.BRI Persero not accumulated dues at the expense of BRI for Defined Benefit Pension Plan (PPMP), and the accumulated contributions at the expense of BRI for Defined contribution pension Plan (PPIP). PPMP contributions and PPIP only are there loads of BRI only, while the PPMP contributions and PPIP on Workers load is not mentioned. In fact PT.BRI pensioners have paid contributions for which payment is directly deducted from their wages each month. Issues: (1) How is the fulfillment of legal arrangements on PT.BRI Old Age Security Limited. (2) Is the cause of the dispute fulfillment of the Old Age Security for workers PT.BRI Limited. (3) How is the settlement of disputes fulfillment Old Age Security for workers PT.BRI Limited. The approach used problem is normative. Sources and types of data used is the type of primary data, secondary data, and the data tertiary. The analysis used qualitative analysis, then take the conclusion by qualitative descriptive. Based on the results of research and discussion on the rights and obligations of employers and workers in the completion of the Old Age Security for workers PT.BRI Persero there are injustices against workers. Retirees do some settlement, but that did not find a point of clarity on the industrial relations dispute. In the Industrial Relations Court lawsuit pensioners tealh in declared rejected because the lawsuit have the wrong address and expiration. When viewed article 156 of Law no. 13 of 2003 on Labour then PT.BRI Persero have malalaikan obligations

  Putri Utami, Penyelesaian Sengketa Jaminan Hari Tua were made by the pension when retirement. Based Nokep. 883-DIR / KPS / 10/2012 is issued on completion PT.BRI Limited liability company against existing inequalities pekeerjanya against compensation pension calculation formula whose content is detrimental to the pensiun.yang where severance pay and pension should be given both teteapi in fact money pension be reduced by the severance pay. So it terserbut harm workers who retire. Suggestions given that the regulation takes raw against Retired Employee Rights PT.Bank BRI, which includes an agreement between the two sides in terms of redefining the Rights and Obligations of the Parties, commitment to the government that is positioned between the neutral (BRI as the company PT.Bank and Retired employees of PT. Bank BRI as the employee / worker) in order to achieve that, corruption-free government, and always run with the principle of openness Accountable, so Retired employees PT.Bank BRI as the community as the holder the right to receive welfare.

  Keywords: Settlement, Old Age Security, Worker PT.BRI Persero

I. PENDAHULUAN

  A. Latar Belakang Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menjelaskan tentang hak dan kewajiban seorang pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya, Undang-undang tersebut berfungsi untuk melindungi dan membatasi status hak dan kewajiban para tenaga pekerja dari para pemberi kerja (Pengusaha).

  Bentuk perhatian pemerintah lain terhadap kesejahteraan pekerja dituangkan dalam ketentuan pemberian pesangon bagi pekerja yang berhenti bekerja karena pemutusan hubungan kerja. Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha atau pemberi kerja diwajibkan untuk membayar sejumlah uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima pekerja. Khusus untuk pesangon besarnya telah diatur dalam Pasal 156 Undang-undang tersebut.

  Banyaknya perselisihan yang sering terjadi antara pekerja dan perusahaan yaitu dalam hal pemberian Pesangon terhadap pekerja yang telah memasuki usia pensiun atau pasca di PHK karena memasuki usia pensiun, menunjukan bahwa terhadap pengkajian masalah pesangon setelah pensiun perlu banyak dilakukan penelitian. Salah satu contohnya adalah perselisihan antara Pensiunan Pekerja Bank BRI ( Sjamsuddin dan kawan-kawan) dengan PT. BRI Persero

  PT. Bank Rakyat Indonesia Persero merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang perbankan serta berbadan hukum dalam bentuk Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Pensiunan Pegawai PT.Bank BRI ( Sjamsuddin dan kawan-kawan) selama ini telah memberikan segala kontribusi serta melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab dalam mengabdikan dirinya pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero dalam jangka waktu yang cukup lama, sedangkan untuk rincian iuran/premi PPMP Beban Pengusaha tidak diberikan dengan alasan tidak diadministrasikan.

  PT.BRI Persero tidak mengakumulasi Iuran atas beban BRI untuk Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) berikut pengembangannya yang dikelola Dana Pensiun BRI yang pengembangannya merupakan hasil perhitungan Aktuari, dan akumulasi Iuran atas beban BRI untuk Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) berikut pengembangannya yang dikelola Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Yang mana terhadap iuran PPMP dan PPIP hanya terdapat beban BRI saja, sedangkan iuran PPMP dan PPIP atas beban Pekerja tidak disebutkan. Keyataan yang terjadi bahwa para pensiunan pegawai PT.Bank BRI ( Sjamsuddin dan kawan-kawan) telah membayar iuran/premi yang pembayarannya secara langsung dipotong dari upah Putri Utami, Penyelesaian Sengketa Jaminan Hari Tua Pensiunan PT BRI Persero ( Sjamsuddin dan kawan-kawan) dalam penyelesaian Sengketa Pemenuhan Jaminan Hari Tua ini melaksanakan penyelesaian di luar pengadilan, pertemuan bipatrit akan tetapi tidak terlaksana, dengan alasan bahwa PT BRI Persero telah mengklaim peraturan PT. BRI Persero untuk menyelesaikan kewajibannya terhadap para pekerja yang di PHK. Penyelesaian di luar pengadilan tidak berhasil, Pensiunan PT BRI Persero (Sjamsuddin dan kawan-kawan) menyelesaikan sengketa tersebut melalui peradilan hubungan industrial akan tetapi hal tersebut tidak membuahkan hasil maka sengketa tersebut lanjut tingkat banding yang sekarang sedang berjalan. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk membahas dan mengkaji hal tersebut, maka dituangkanlah ke dalam skripsi yang berjudul

  “Penyelesaian Sengketa Pemenuhan Jaminan Hari Tua bagi Pekerja pada PT. BRI Persero cabang Bandar Lampung (Analisis Putusan No. 7/Pdt.Sus- PHI/2015/PN.Tjk)”.

  B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1.

  Bagaimanakah pengaturan hukum Pemenuhan Jaminan Hari Tua Pada PT. BRI Persero ? 2. Apakah penyebab terjadinya sengketa pemenuhan

  Jaminan Hari Tua bagi pekerja PT. BRI Persero?

  3. Bagaimanakah penyelesaian sengketa pemenuhan Jaminan Hari Tua bagi pekerja PT. BRI Persero ?

  C. Metode Penelitian Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif. Sumber dan jenis data yang digunakan adalah jenis data primer, data sekunder, dan data tersier. Analisis yang digunakan analisis kualitatif, kemudian di ambil kesimpulan secara Deskriptif Kualitatif.

  II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pensiunan BRI adalah pekerja PT.

  Bank Rakyat Indonesia ( Persero) tbk. Yang berakhir hubungan kerjanya karena mencapai usia pensiun normal terhitung mulai tertanggal 25 maret 2003 yaitu sejak diberlakukannya undang-undang Nomor. 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan. Pekerja yang berakhir hubungan kerjanya karena mencapai usia pensiun normal 56 tahun di berikan hak berupa: a.

  Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) yang di perhitungkan dan di bayarkan oleh Dana

  Pensiun BRI Pelaksanaan pemberian iuran PPMP yang seharusnya di bebankan kepada pekerja dan pengusaha ternyata tidak sesuai dengan yang semestinya karna hanya beban pekerja saja yang di berikan oleh perusahaan, sedangkan beban perusahaan tidak di diberikan. Iuran PPMP pada dasarnya adalah Putri Utami, Penyelesaian Sengketa Jaminan Hari Tua seharusnya mereka dapatkan. dan penetapan iurannya di tetapkan oleh Lembaga Pengelola.

  b.

  Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) yang di perhitungkan dan di bayarkan oleh dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) iuran PPIP yang telah di bebankan kepada pekerja dan pengusaha, yang setiap bulannya di potong gaji pekerja secara langsung dan pembebananya iurannya juga mengikut sertakan pengusaha yang di kelola dana pensiun dan di berikan kepadapara pensiun PT.BRI Persero, dimana penetapan iurannya di tetapkan oleh Peraturan Dana Pensiun c.

  • – Pesangon = ( PPIP + PPMP )
  • – (( 2x UP) + UPMK + UPH) Keterangan: PPMP : Akumulasi iuran PPMP beban perusahaan dan pengembangannya sesuai perhitungan aktuaria PPIP :Akumulasi iuran PPIP beban perusahaan dan pengembangannya

  Manfaat lainnya sesuai peraturan perusahaan yang berlaku

  Peraturan manfaat lainnya yang di maksud adalah di luar dari uang pensiun dan uang pesangon yang di berikan oleh perusahaan kepada para pekerjanya yang memasuki usia pensiun.

  Terhadap iuran PPMP dan PPIP hanya terdapat beban BRI saja, sedangkan iuran PPMP dan PPIP atas beban Pekerja tidak disebutkan, hal ini tentu sangat merugikan Pekerja, sebab selama ini Pekerja/Pegawai telah membayar iuran/premi yang pembayarannya secara langsung dipotong dari upah Para Pekerja/pegawai setiap bulannya. Oleh karena itu, terkait Uang Pensiun dalam Surat Keputusan Nokep 883- DIR/KPS/10/2012 tentang Penyelesaian Kewajiban Perusahaan Terhadap Pekerja yang berakhir Hubungan Kerjanya Karena sesuai dengan ketentuan Perundang-

  Undangan, antara lain Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.

  Penyelesaian kewajiban perusahaan dalam perhitungan pembayaran kompensasi pensiun adalah

  = Uang Pensiun

  UP :Uang Pesangon UPMK :Uang Pennghargaan Masa Kerja UPH :Uang Pengganti Hak Perhitungan Uang Pensiun sama dengan Pesangon, maka tidak ada kewajiban Perusahaan membayar Kompensasi Pensiun. Perhitungan Uang Pensiun lebih besar dari Pesangon, maka tidak ada kewajiban Perusahaan membayar Kompensasi Pensiun.Selisih kelebihan Kompensasi Pensiun tidak dikembalikan ke perusahaan oleh Pensiun BRI.Selanjutnya dalam hal perhitungan Uang Pensiun lebih kecil dari Pesangon, maka ada kewajiban Perusahaan membayarkan selisih kekurangannya kepada pensiunan Putri Utami, Penyelesaian Sengketa Jaminan Hari Tua sebagai kompensasi Pensiun.Berikut pengembanganya sesuai kebijakan Perusahaan. Masa kerja yang di hitung dalam perhitungan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Penggantian Hak adalah sejak pekerja diterima sebagai Trainee tau pekerja dalam masa percobaan sampai dengan berakhirnya hubungan kerjanya karena mencapai Usia Pensiun Normal sebagaimana di atur dalam ketentuan Perusahaan. Rumusan yang telah di tentukan PT. BRI Persero dalam pemberian kompensasi pensiun sangat merugikan para pensiun dan tidak sesuai dengan ketentuan pada pasal 156 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 yang seharusnya perhitungan kompensasi pensiun adalah:

  = Uang Pensiun + Pesangon = ( PPIP + PPMP ) – (( 2x UP) + UPMK + UPH)

  Apabila uang pensiun di kurangi uang pesangon maka hal tersebut akan merugikan para pekerja dan tidak sesuai dengan ketentuan yang ada.di karenakan antara uang pensiun dan uang pesangon adalah

  2 komponen yang terpisah dan harus di berikan keduanya. Tetapi pada kenyataan yang ada adlah uang pensiun dan uang pesangon tidak di berikan keduanya, melainkan ada pengurangan antara uang pensiun dengan uang pesangon.

  Perbedaan persepsi antara para pekerja dengan PT. BRI persero yang mengakibatkan sengketa hubungan industrial.Dimana para pekerja PT.BRI persero telah melaksanakan hak dan kewajibannya, yang salah membayar uang pensiun yang mana iuran tersebut telah di potong setiap bulannya secara otomatis dari gaji para pekerja. Iuran tersebut guna tunjangan Jaminan Hari tua ketika pekerja tersebut telah memasuki usia pensiun 55 tahun sebesar 2%. Selain hak dan kewajiban para pekerja, pengusaha mempunyai kewajiban untuk mengeluarkan iuran hari tua untuk para pekerjanya sebesar 3,7 % yang di tujukan untuk para pekerjanya ketika pensiun. Kemudian Pensiunan Pegawai PT.Bank BRI sebagai pekerja yang selama ini telah memberikan segala kontribusi serta melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab dalam mengabdikan dirinya pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dalam jangka waktu yang cukup lama.kemudian terhadap hubungan kerja antara Perusahaan dengan Pegawai berakhir karena Pegawai telah memasuki usia pensiun; Pada kenyataanya ketika pekerja telah memasuki usia pensiun pekerja hanya mendapatkan Uang penggantian Hak, uang penghargaan kerja dan uang pesangon. Sedangkan uang jaminan hari tua di luar dari ketiga itu. Kasus Pensiuanan PT.BRI Persero ( Sjamsuddin dan kawan-kawan) telah disampaikan kepada Manager BRI agar di perbaiki, akan tetapi tidak ada tanggapan dari PT.BRI Persero. Tindakan yang di lakukan oleh Pensiuanan PT.BRI Persero memnita tolong kepada Mentri BUMN RI yang mana telah mengirimkan surat kepada Direksi BRI, akan tetapi hal tersebut tidak mendapatkan tanggapan. Melihat kejadian tersebut

  Putri Utami, Penyelesaian Sengketa Jaminan Hari Tua Sumatra melakukan unjuk rasa agar ada tanggapan dari pihak BRI. Perundingan bipatrit baru terjadi karna adanya unjuk rasa para Pensiunan yang di lakukan pada tanggal 18 september 2013, dan tidak mendapatkan jalan keluar. Mediasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak ternyata tidak membuahkan hasil, dikarenakan para pekerja menolak anjuran Mediator Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung. Keberatan karena tidak sesuai dengan

  pasal 167 ayat (3), Pasal 156 Ayat (3) dan Pasal 156 (4) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenagakerjaan. Dengan di tolaknya ajuran MediatorDinas Tenaga Kerja dan Provinsi Lampung maka salah satu pihak atau para pihak dapat melanjutkan penyelesaianperselisihan ke Pengadilan Hubungan Industrial pada pengadilan Negeri setempat.

  Setelah melewati beberapa tahapan penyelesaian maka pada tanggal 28 Mei 2015 Sjamsuddin dan kawan- kawan mengajukan gugatan melalui Pengadilan Perselisihan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negri Tanjung Karang, yang mana isi gugatan tersebut meminta pihak PT. BRI Persero melaksanakan kewajibannya untuk memberikan hak pekerjanya yaitu tunjangan Jaminan Hari Tua, yang mana tunjangan tersebut di berikan pada saat pekerja sudah memasuki usia pensiun. Kenyataannya gugatan tersebut tidak dapat di terima oleh Majelis Hakim, karena gugatan tersebut salah alamat. Gugatan tersebut di katakan salah alamat karena para Pensiunan BRI tidak mengikut sertakan

  Dana Pensiun BRI dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Serta Gugatan tersebut kadaluarsa, karenatenggang wakktu 1 tahun bagi pekrja yang akan menggugat sejak di terimanya atau di beritahukannya keputusan PHK dari pihak pengusaha.

  Pertimbangan Hakim dalam gugagat para penggugat adalah sebagai berikut: 1)

  Gugatan Para Penggugat telah Kadaluarsa

  2) Gugatan Para Penggugat salah alamat

  Gugatan yang di ajukan oleh para penggugat adalah mengenai perselisihan hak pensiun sesuai ketentuan pasal 167 ayat 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan. Perhitungan hak-hak pekerja ( in casu Para Penggugat) di PHK karena mencapai usia pensiun adalah di bawah kewenangan Dana Pensiun (DP) Bank Rakyat Indonesia, yang merupakan Entitas sendiri, di luar Lembaga BRI tergugat I. kenyataan yang ada gugatan yang di tujukan penggugat hanya di tujukan kepada tergugat I, tegugat II, tegugat III dan tergugat

  IV karena merupakan gugatan yang sa;lah alamat ( error in Persona). Dana Pensiun ( DP) BRI selaku pengelola dana pensiun tidak di ikut sertakan oleh para penggugat, maka gugatan para penggugat merupakan gugatan yang kurang pihak dan sesuai dengan yurisprudensi tetap gugatan salah alamat dan kekurangan pihak, yang di ajukan oleh paara penggugat dalam perkara a-quo dinyatakan tidak dapat diterima Kedua pertimbangan hakim atas kasus pensiunan PT.BRI Persero memang sesuai dengan ketentuan Putri Utami, Penyelesaian Sengketa Jaminan Hari Tua pertimbangan hakim tersebut tidak melihat dari sisi pelaksanaan hak dan kewajiban antara pengusaha dan pekerja. yang mana pada pelaksanaannya PT.BRI Persero tidak melaksanakan kewajiban dengan semestinya, dengan tidak memberikan Jaminan Hari Tua kepada para pensiunannya. Yang seharusnya dana JHT tersebut di dapatkan oleh para pekerja ketika telah memasuki usia pensiun. Pertimbangan hakim juga harus melihat pemberian kompensasi perusahaan terhadap para pekerja yang seharusnya kompensasi tersebut tidak merugikan salah satu pihak yaitu pekerja yang hakknya tidak di berikan oleh perusahaan.

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.

  Pengaturan Hukum Pemenuhan Hak Pensiun Pegawai PT. Bank BRI Persero Berdasarkan UU Nomor 13 tahun 2003 dan UU Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, dilaksanakan dengan sebuah sistem yang bernama kontribusi sistem, dimana bagi masing-masing pihak baik dari pihak Perusahaan dan dari Pihak Pegawai/pekerja, diwajibkan membayar Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) dengan cara dimasukan didalam slip gaji para pensiunan pada saat masih aktif bekerja setiap bulannya, Perusahaan membayar dan Pegawai/pekerja kedua pembayaran tersebut disetorkan ke Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yang didirikan PT.Bank BRI sendiri.

  2. Faktor penyebab terjadinya

  pemenuhan Hak-hak Pensiunan Pegawai PT. Bank BRI Persero, dikarenakan terhadap aturan hukum dibidang ketenagakerjaan diperbolehkan membuat aturan khusus pada sebuah perusahaan, jika dianggap lebih baik kualitas dan kuantitasnya dari Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hal ini lah yang menjadi dasar PT. Bank BRI Persero membuat Peraturan Perusahaan Nokep 883, yang pada prinsipnya menyalahi aturan perundang-undangan, sehingga membuat tidak terlaksananya pemenuhan hak- hak pensiunan pegawainya.

III. KESIMPULAN

  3. Penyelesaian sengketa pemenuhan hak-hak pekerja yang di mulai dari bipatrit kemudian menunjuk Dinas Tenaga Kerja Provinsi sebagai medioator yang mana dari hasil mediasi tersebut kembali kepada titik nol tidak membuahkan hasil. Hasil mediasi yang tidak menguntungkan pihak pensiun kemudian dilanjutkan pada Pengadilan Hubungan Industrial dan di proses sehingga mengeluarakan putusan Hakim yang mana isinya menolah gugatan para pensiun PT.BRI yang di karenakan 2 hal yaitu : gugatan kadauarsa dan gugatan salah alamat. Putri Utami, Penyelesaian Sengketa Jaminan Hari Tua

DAFTAR PUSTAKA

  Rachmat, Martoyo.Serikat Pekerja,

  Pengusaha dan Kesepakatan Kerja Bersama .Jakarta: Buku-Buku Fikahati Aneska.1991

  Asikin, Zainal. Dasar-dasar Hukum Rokhani, Endang.

  Pengetahuan Perburuhan.Jakarta: PT Raja Dasar tentang Hak-hak

  Grafindo Persada.1993

  Buruh .Jakarta: Pranita Jaya

  Mandiri.1999 Asyhadie, Zainal Asyhadie. Hukum

  Ketenagakerjaan Bidang

  Sendjun.Pokok-pokok

  Hukum Hubungan Kerja , Jakarta: Ketenagakerjaan .Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

  Rineka Cipta. 1990. 2007

  Shamad, Yunus. Hubungan Budiono, Abdul Rachma. Hukum Industrial di Indonesia .

  Perburuhan di Indonesia .

  Jakarta: PT Bina Sumber- Jakarta:PTRajaGrafindo daya Manusia. 1995 Persada.1995 Soebekti. Aneka Perjanjian.

  Djumadi. Hukum Perburuhan- Bandung: PT Cipta Aditya

  Perjanjian Kerja . Jakarta: Bakti. 1995Soepomo, Imam.

  Raja Grafindo Persada.1995

  Hukum Perburuhan-Bidang Hubungan Kerja. Jakarta

  Husni, Lalu. Hukum Djambatan.1987

  Ketenagakerjaan Indonesia ,

  Jakarta: PT Raja Grafindo Wijayanti, Asri.

  Hukum

  Persada. 2000

  Ketenagakerjaan Pasca Reformasi . Jakarta: Sinar

  Khakim, Abdul. Pengantar Hukum Grafika.2009

  KetenagakerjaanIndonesia .B

  andung: PT Citra Aditya Bakti, 2003

  Peraturan Perundang-undangan

  • Kosidin, Koko. Perjanjian Kerja

  Perjanjian Perburuhan Peraturan Perusahaan . Perdata

  • Kitab Undang-Undang Hukum

  Bandung: CV Mandar Maju. 1999

  Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Muhammad, Abdul Kadir .

  Perselisihan Perburuhan

  Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia .

  Undang-undang Nomor. 11 Tahun Bandung: Citra Aditya 1992 tentang Dana Pensiun Bakti. 1995

  Undang-undang Nomor. 21 tahun Muhammad, Abdulkadir. Hukum dan 2000 tentang serikat buruh/pekerja

  Penelitian Hukum. Bandung:

  Putri Utami, Penyelesaian Sengketa Jaminan Hari Tua Undang-undang Nomor. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Peraturan Menteri Tenag Kerja

  Nomor PER-06/MEN/1985 tentang Perlindungan Pekerja Harian Lepas

  Keputusan Menteri Tenaga Keja Nomor KEP-150/MEN/1999 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

  Lain-lain

  AMINAN_SOSIAL_TENAG A_KERJA diakses pada tangal 20Februari 2016 pukul

  15.31 WIB.

  

  • labour-law-final.pdfdi akses pada tanggal 19 Februari 2016 pada pukul 09.12 WIB