Penerapan Kode Etik Jurnalistik Pada Rub

PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK
PADA RUBRIK BERITA “NGANAL KODEW”
DALAM SURAT KABAR RADAR MALANG
JURNAL
Oleh:
Niken Larasati
(0911223100)

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kajian etika pada mulanya hanya banyak dibicarakan dalam bidang filsafat.
Seperti banyak yang dijelaskan dalam lansiran jurnal milik Kunczik (2000)
berjudul “Introduction: Freedom of The Press-Where To Draw The Line”, ia
menjelaskan bahwa etika (berasal dari bahasa Yunani kata etos: kebiasaan atau
praktek) merupakan cabang filsafat yang tujuannya adalah untuk menggambarkan

sentimen moral, serta untuk menetapkan norma-norma untuk perilaku yang baik
dan adil.
Penelitian mengenai etika dalam tataran kajian filsafat banyak dilakukan.
Diantaranya dalam jurnal “Filsafat, Etika, dan Kearifan Lokal untuk Konstruksi
Moral Kebangsaan” oleh Syamsiyatun dan Wafiroh (2013), Kirom (2012) dalam
“Etika: Suatu Kajian Filsafat Nusantara”, dan Muslih (2011) dalam “Etika Dalam
Studi Filsafat”.
Kesamaan ketiga jurnal tersebut ialah membahas mengenai kajian etika dari
sudut pandang filsafat yang menjelaskan bahwa etika sebagai cabang filsafat
merupkan sebuah peranan seperti halnya agama, bahasa, dan ilmu-ilmu
pendukung yang telah ada sejak dahulu kala yang menjadi refleksi krisis terhadap
tingkah laku manusia, maka etika tidak bermaksud untuk membuat orang
bertindak sesuatu dengan tingkah laku bagus saja. Ia harus bertindak berdasarkan
pertimbangan akal sehat, apakah bertentangan atau membangun tingkah laku baik.
Selain banyak dikaji dalam filsafat yang merupakan cabang ilmunya, etika
juga banyak dikaji dalam bidang ilmu lain seperti hukum, sosial dan antropologi,
serta komunikasi. Penelitian dengan tema etika dalam bidang ilmu komunikasi
contohnya oleh Ward (2005) dalam Global Media Ethic menjelaskan etika secara
garis besar berusaha membentuk sikap kritis dan rasional perilaku manusia apa
saja yang dikejar sebagai sesuatu yang bernillai. Selain itu etika juga merupakan

suatu kewajiban sikap seseorang menyangkut hubungan manusia dengan manusia
baik secara langsung maupun secara kelembagaan.
Dalam hal ini berkaitan dengan lembaga dan institusi tentu saja etika
mengarah kepada etika profesi. Semua bidang profesi memerlukan adanya suatu
etika dalam menjalankan fungsinya sebagai pengabdian kepada masyarakat tidak
terkecuali dalam bidang komunikasi. Dimana komunikasi menjadi penting karena
merupakan proses pertukaran informasi terjadi didalamnya baik melaului bidangbidang komunikasi seprti jurnalistik Ward (2005).
Lebih jauh Ward (2005) mengungkapkan dalam ranah komunikasi etika
menjadi nilai penting bagi pelaku profesi di bidang komunikasi. Nilai ini
diperlukan dalam menjaga keberadaan profesi di tengah masyarakat. Setiap
profesi bidang ilmu komunikasi dintuntut untuk bertanggungjawab terhadap
pelayanan publik. Institusi pers dan kehumasan contohnya, tentu saja mempunyai
suatu acuan kode etik baku dan membekali masing-masing profesi dengan etika
untuk melayani dan membangun kepercayaan masyarakat dalam menjalankan
fungsinya.
Menurut Kunczik (2000), dalam kaitannya dengan jurnalistik, etika
merupakan perspektif moral yang diacu dalam mengambil keputusan peliputan
dan pemuatan fakta menjadi berita. Jurnalis profesional mempercayai bahwa
1.1


2

tujuan jurnalisme adalah untuk menyajikan kebenaran. Untuk itu, sejumlah
prinsip etis harus dipakai seperti akurasi, objektif, netral, dan sebagainya. Menurut
Siregar, etika komunikasi berbicara masalah kajian profesi komunikasi dengan
berlandaskan pada nilai sosial, teori normatif, nilai filsafat etika dan standar moral
profesi (2004, h.10).
Tanggung jawab etika dalam sebuah media menjadi semakin penting. Dalam
Disenchantment: Meaning And Morality In The Media , John Phelan (2002)
menyelidiki titik potong dan interaksi antara isu-isu yang berakar pada etika dan
pada kebebasan komunikasi. Sementara ada beberapa tempat dalam kebudayaan
Amerika bahwa hukum dan peraturan berfungsi untuk memperkuat standartstandar etika berkomunikasi, Phelan menguji bagaimana Federal Communications
Commission (FCC) dan Federal Trade Commission (FTA) sering menjalankan
fungsi tersebut. Menurut Phelan, filsafat kepentingan umum melekat dalam nilianilai keadilan sosial, kesetaraan dan pemerintahan demokratis dan nilai-nilai
media massa tentang keanekaragaman, regionalism, akses dan mutu atau kualitas
media yang tinggi.
Penelitian-penelitian mengenai etika dalam kajian ilmu komunikasi
termasuk dalam konteks media massa dan jurnalistik semakin berkembang. Dalam
perkembangan media massa sendiri telah banyak memunculkan fenomenafenomena sosial yang menarik untuk diangkat dalam sebuah penelitian oleh para
peneliti. Media massa bukan hanya sekedar industri atau bisnis semata yang hanya

mencari keuntungan dan menjadi tempat wartawan bekerja, tetapi juga telah
tumbuh menjadi institusi sosial dan politik yang mampu menyentuh alam pikiran
masyarakat yang dapat mempengaruhi apa yang terjadi di tengah masyarakat, baik
di masa sekarang maupun masa yang akan datang. Informasi atau berita dari
media menjadi suatu kebutuhan untuk mendapat pengetahuan, mengenal dunia
luar, dan memenuhi kebutuhan khalayak akan suatu informasi. Media seringkali
berperan sebagai wahana pengembang kebudayaan, bukan saja dalam pengertian
pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian
pengembangan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma. Seperti yang
disampaikan McQuail:
Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu
untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi
masyarakat dan kelompok secara kolektif: media menyuguhkan
nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan
hiburan (1987, h. 3).
Namun, seringkali dalam penyajian sebuah berita, para reporter atau
wartawan media, menggunakan istilah, kata atau rangkaian kalimat yang
terkadang membuat pembaca maupun pendengar sulit untuk memahaminya. Tidak
jarang pula pemilihan kata atau diksi yang kurang tepat serta penggunaan istilah
dan kata yang berlebihan bahkan terkesan vulgar dalam sajian beritanya, sehingga

dapat menimbulkan persepsi atau pemaknaan yang berbeda terhadap informasi
yang disampaikan bagi pembaca maupun pendengar serta, kurang memenuhi
standar fungsi pers yang ada sebagai sarana media pembelajaran. Fadjarini (2004,
h. 113) menjelaskan, kecenderungan banyak media mengabaikan sikap

3

profesional terutama dalam penulisan atau penerbitan berita. Misalnya menulis
berita yang bersifat spekulatif dan tidak mengindahkan kode etik seperti
contohnya penulisan-penulisan vulgar dalam berita (Luwarso dikutip dari
Atmakusumah, 2001, h. 90). Yunus (2010, h. 108) menjelaskan bahwa seorang
wartawan atau reporter harus memiliki kemampuan memilih dan menggunakan
bahasa yang tepat dalam penulisan berita sehingga tidak menimbulkan kerancuan
makna yang berakibat pelanggaran kode etik jurnalistik maupun fungsi pers.
Penelitian tentang kode etik jurnalistik tidak hanya berhubungan pada
pelanggaran dan penerapannya saja namun banyak dikaji dari berbagai sisi seperti
hubungan budaya wartawan atau budaya media dan kode etik jurnalitik, seperti
yang ditulis Daniel (2013) dalam jurnalnya berjudul “Assessment of the impact of
Nigerian cultural values on professional code of media ethics ”. Menjelaskan
kajian mengenai bagaimana kode etik diterapkan oleh media tanpa menghilangkan

budaya-budaya suatu bangsa dalam menjalankan profesionalisme kerja wartawan
dalam media dalam pendekatan positivistik. Perdebatan mengenai penerapan
maupun pelanggaran etika media telah dikaji secara intensif dalam beberapa tahun
terakhir, temuan yang didapati terutama didorong oleh standar praktik media yang
kurang dilaksanakan oleh wartawan.
Dalam sebuah survei terhadap 31 kode etik jurnalistik Eropa, Tina Laitila
(dalam Phelan, 2002) menunjukkan sehubungan dengan fungsi prinsip-prinsip
profesional, seberapa sering hal-hal tertentu muncul: 40% dari kode etik
merumuskan tanggung jawab wartawan dengan publik (misalnya kebenaran dan
kejelasan informasi, pertahanan hak-hak masyarakat, tanggung jawab, sebagai
tokoh dalam posisi pengaruh, opini publik), 23% memuat prinsip-prinsip mengacu
pada perlindungan profesional integritas jurnalis (perlindungan dari otoritas
publik, perlindungan dari pengusaha dan dari iklan klien), 22% tanggung jawab
yang berkaitan dengan sumber-sumber informasi yang ditemukan (misalnya
persyaratan tentang pengumpulan dan penyajian informasi dan integritas sumber),
9% dari kode etik tentang perlindungan status dan solidaritas profesional, 4%
berisi persyaratan tentang tanggung jawab terhadap pengusaha dan 2% memiliki
persyaratan pada tanggung jawab terhadap lembaga-lembaga negara.
Munculnya kode etik jurnalsitik sekitar tahun 1900-an ketika konsep
tanggung jawab sosial hadir sebagai reaksi kebebasan pers, sedangkan kode etik

jurnalistik merupakan himpunan etika profesi kewartawanan yang disepakati
organisasi wartawan yang diperlukan agar membantu para jurnalis menentukan
apa yang benar dan apa yang salah, baik dan buruk serta bertanggung jawab atau
tidak dalam proses kerja wartawan (Fadjarini, 2004).
Pentingnya kode etik dalam profesi jurnalis dijelaskan pula dalam jurnal
“Jurnalisme Bebas Dan Bertanggung Jawab” yang menjelaskan, jika kode etik
jurnalistik baik Kode Etik Jurnalistik (KEJ) PWI maupun Kode Etik Wartawan
Indonesia (KEWI) dipatuhi dan dilaksanakan dengan benar oleh insan pers
Indonesia, wajah kehidupan masyarakat baik dari sisi politik, ekonomi dan sosial
akan menyejukkan dan membersitkan wajah yang penuh harapan serta optimisme.
Dengan berpedoman kepada kode etik jurnalistik dan kode etik wartawan
Indonesia aktivitas jurnalistik di Indonesia pada akhirnya dapat terwujud praktek
jurnalisme sehat, bebas dan bertanggung jawab (Anom, 2008).

4

Semua bentuk media massa membawa pengaruh dalam kehidupan
masyarakat, hal ini disebabkan karena semakin pesatnya perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang mampu menembus ruang, waktu, dan budaya
(Wardhani, 2008, h. 4). Kehadiran surat kabar sebagai salah satu jenis bentuk

media massa masih tetap menjadi primadona di tengah masyarakat hingga saat ini
dibandingkan dengan media lainnya karena menurut yang disampaikan Wardhani
(2008, h. 20) menyebutkan bahwa surat kabar masih menjadi primadona karena
surat kabar terbit setiap hari secara teratur dengan harga murah, informasi lengkap
dan selalu baru, mudah, cepat menjangkau khalayak yang diinginkan, serta mudah
dibawa dan disimpan.
Dari segi ruang lingkupnya, surat kabar, menurut Yunus (2010, h. 29)
terbagi menjadi dua, yaitu surat kabar lokal dan surat kabar nasional. Surat kabar
nasional antara lain Kompas, Seputar Indonesia, Media Indonesia, dan lain
sebagainya, sedangkan surat kabar lokal, khususnya di Malang misalnya antara
lain, Surya, Malang Post, Radar Malang, dan lain sebagainya. Dengan oplah ratarata 44.000 eksemplar per hari atau sekitar 220.000 pembaca per hari, Radar
Malang menjadi salah satu market leader atau koran terbesar di Malang, dimana
Radar Malang juga merupakan salah satu kelompok Radar di Jawa Pos.
Dalam perkembangan waktunya yang berdiri sejak 15 Desember 1999,
awalnya Radar Malang hanya terbit dua halaman namun kini sudah memiliki 8-12
halaman yang mengusung beragam berita di wilayah Malang Raya, meliputi Kota
Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu. Segmentasi pembaca Radar Malang
secara kriteria dapat dijelaskan dalam diagram sebagai berikut :
Diagram 1. Kriteria Pembaca
10, 9%


5, 5%
umum

15, 14%

pegawai negeri

30, 27%

pegawai swasta
pengusaha

20, 18%

mahasiswa
pelajar

30, 27%
Sumber : Company Profile Radar Malang


Rubrik-rubrik yang disajikan redaksi Radar Malang meliputi Malang Raya
yang berisi tentang berita pendidikan, kesehatan, kriminal, politik dan
pemerintahan dari Malang kota maupun kabupaten, yang terkadang disajikan
dalam bentuk laporan khusus, Radar Bisnis berisi seputar berita ekonomi bisnis
dan advetorial, Radar Batu meliputi berita seputar wilayah kota Batu, The Youth,
dan Sportivo tentang berita-berita olahraga khususnya klub Arema yang
merupakan klub sepak bola kota Malang.

5

Salah satu rubrik yang menarik dan banyak diminati pembaca surat kabar
Radar Malang adalah rubrik “Nganal Kodew”. Menurut salah satu wartawan
penulis rubrik “Nganal Kodew”, Yoyon, dalam penulisannya selama kurun waktu
kurang lebih dua bulan, tingkat peminatnya banyak diminati masyarakat karna
gaya bahasa yang populer, lucu, dan menarik, Yoyon (komunikasi personal, 10
Maret 2012). Rubrik “Nganal Kodew” adalah merupakan bagian berita yang
masuk dalam rubrik halaman Malang Raya dalam surat kabar Radar Malang.
Namun yang berbeda dari rubrik tersebut dangan pos induknya yang masuk dalam
pos kriminal, yaitu berita rubrik “Nganal Kodew” ini bergenre soft news atau

berita ringan.
Pemilihan nama atau judul rubrik ini sengaja dibuat khas dengan bahasa
Kota Malang sendiri yaitu menggunakan bahasa walikan atau balikan yang artinya
“Lanang Wedok” atau dalam bahasa Indonesia Pria dan Wanita, hal tersebut
dimaksudkan agar nilai kedekatan (proximity) yang disajikan dalam berita lebih
terasa dan agar lebih menarik masyarakat khususnya masyarakat kota Malang
(Yoyon, komunikasi personal, 2012). Rubrik berita yang mulai dimuat pada bulan
Februari 2012 ini, sesuai dengan keterangan penulis beritanya, Yoyon,
memberitakan tentang kejadian atau masalah seputar rumah tangga dan pasangan
kekasih yang terjadi ditengah-tengah masyarakat khusus untuk pemabaca yang
sudah menikah yang dikemas dalam bentuk soft news atau berita ringan. Tema
berita dipilih oleh redaksi untuk mengingatkan keluarga tentang bahaya seputar
rumah tangga ataupun masalah dalam hubungan asmara pasangan kekasih dan
memberi pengetahuan agar berhati-hati terhadap masalah keluarga yang mungkin
muncul (komunikasi personal, 2012). Rubrik “Nganal Kodew” dimuat setiap hari
dengan segmentasi khusus untuk masyarakat yang sudah menikah atau dewasa di
sekitar Malang Raya (Yoyon, komunikasi personal, 2012).
Seiring berkembangnya jenis informasi dan berita, fungsi pers yang ada saat
ini menurut Bond (dikutip dari Yunus 2010, h. 20) antara lain yakni to inform, to
educate, as social control, dan to entertaint. Namun tidak jarang kita jumpai
dalam praktik penerapannya masih ada yang melakukan pelanggaran. Begitu juga
dalam kode etik jurnalistik. Menurut Yunus (2010, h. 73) kode etik jurnalistik
patut menjadi acuan bagi setiap wartawan dan etika jurnalistik sebagai sistem
norma aktivitas jurnalistik untuk memperkecil terjadinya pelanggaran dalam
praktik jurnalistik di lapangan.
Pemilihan berita “Nganal Kodew” dalam surat kabar Radar Malang sebagai
objek penelitian dikarenakan berita “Nganal Kodew” termasuk rubrik berita yang
banyak dilirik oleh pembaca surat kabar Radar Malang dan memiliki keunikan
tersendiri dengan menggunakan bahasa khas Malangan serta mengemas berita
dalam bentuk soft news yang didalamnya banyak menggunakan gaya bahasa
populer bahkan mungkin terkesan kurang nyaman atau kurang sesuai bila dibaca
oleh sebagian dari masyarakat yang membacanya misalnya oleh anak-anak,
karena gaya penulisan yang mengangkat tema dewasa, meskipun segmentasi
untuk rubrik “Nganal Kodew” adalah dewasa atau rumah tangga, namun secara
umum surat kabar Radar Malang mempunyai segmen seluruh kalangan
masyarakat dan semua umur.

6

Adanya kode etik jurnalistik dan fungsi pers yang dibuat organisasi profesi
wartawan menjadi media pengontrol untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya pelanggaran-pelanggaran etika dan pengalihan fungsi pers yang
dilakukan para pekerja media (Karimah dan Wahyudin, 2010, h. 61). Etika
jurnalistik menjadi penting karena berkaitan dengan tolok ukur kegiatan
jurnalistik yang baik dan tidak baik, jurnalistik yang dapat diterima atau tidak
dapat diterima masyarakat (Yunus, 2010, h.70). Berdasarkan latar belakang
tersebut, peneliti mencoba melakukan penelitian mengenai “penerapan kode etik
jurnalistik dalam berita “Nganal Kodew” dalam surat kabar Radar Malang”.
Sehingga diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi mengenai
berita yang kita nikmati sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan kode etik jurnalistik yang dilakukan dalam rubrik
berita “Nganal Kodew” di dalam surat kabar Radar Malang ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan penerapan
kode etik jurnalistik dalam penulisan berita-berita yang ada dalam rubrik “Nganal
Kodew” Radar Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmu komunikasi
yang berkenaan dengan analisis kode etik jurnalistik terhadap suatu isi media dan
menjadi sarana pembelajaran dan pengembangan ilmu di bidang komunikasi.
Serta sebagai masukan bagi rekan-rekan mahasiswa yang akan mengadakan
penelitian terhadap masalah yang sama di masa yang akan datang.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak
pengelola media khususnya Radar Malang dalam memperhatikan kode etik yang
diterapkan dalam setiap penerbitan beritanya dan untuk dijadikan peninjauan serta
evaluasi terhadap pelaksaan penerbitan berita.

METODE PENELITIAN
Paradigma Penelitian
Paradigma atau perspektif atau pendekatan didefinisikan sebagai
seperangkat gagasan yang melukiskan karakter situasi yang memungkinkan
pengambilan tindakan (Becker dikutip dari Kriyantono, 2006, h. 48). Menurut
Kriyantono (2006, h. 48), perspektif atau paradigma merupakan dasar bagi
persepsi karena itu sangat memengaruhi persepsi kita akan realitas. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma atau perspektif atau pendekatan
konstruktivis. Pendekatan atau paradigma konstruktivis bersifat induktif, artinya
penelitian yang dilakukan menjelaskan fenomena atau hal yang sifatnya khusus ke
hal yang sifatnya atau penjelasannya lebih umum (Rusadi, 2009).
Dalam pandangan konstruktivisme yang dijelaskan Rusadi (2009), isi
komunikasi merupakan hasil konstruksi komunikator yang menyusun dan
menyampaikan pesan. Isi komunikasi, misalnya sebuah berita, merupakan hasil
2.1

7

produksi yang akan didistribusikan kepada khalayak atau konsumennya.
Penelitian ini mencoba melihat isi komunikasi produk media yaitu berita “Nganal
Kodew” dalam surat kabar Radar Malang dengan melihat pesan yang disampaikan
kepada khalayaknya berhubungan dengan penerapan kode etik jurnalistik sebagai
alat kontrol media dalam penulisan atau pemberitaan yang dilakukan oleh media.
2.2 Jenis, Tipe, Metode dan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif.
Menurut Bungin (2010, h. 93) penelitian kualitatif merupakan penelitian sosial
yang bertujuan untuk mencatat dan memahami fenomena atau gejala sosial
dengan lebih menitikberatkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena
yang dikaji daripada merinci menjadi variabel-variabel yang saling terkait.
Sedangkan sifat deskriptif dari tipe penelitian sendiri bertujuan membuat
deskripsi secara sistematis (Kriyantono 2006, h. 22). Moleong (1996, h. 11)
menjelaskan laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi
gambaran penyajian laporan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi
kualitatif yang digunakan untuk mendeskripsikan konten berita yang diterbitkan
oleh surat kabar Radar Malang dalam rubrik berita “Nganal Kodew”. Analisis isi
kualitaitif menurut Barelson (dikutip dari Bungin, 2010, h. 232) merupakan
analisis isi yang menekankan pada bagaimana peneliti melihat keajegan isi
komunikasi secara kualitatif, pada bagaimana peneliti memaknakan isi
komunikasi yang terjadi dalam komunikasi.
2.3. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan suatu permasalahan yang diteliti dalam suatu
proses penelitian. Menurut Umar (2005, h. 303) objek penelitian menjelaskan
tentang apa atau siapa yang menjadi objek dalam penelitian.
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah berita “Nganal Kodew” dalam
surat kabar Radar Malang edisi April 2013. Penelitian dilakukan secara
dokumentasi langsung dengan cara mengumpulkan berita-berita “Nganal Kodew”
dari surat kabar Radar Malang pada edisi April 2013. Surat kabar Radar Malang
dipilih karena Radar Malang merupakan salah satu market leader atau koran
terbesar di Malang sebagai salah satu kelompok Radar di Jawa Pos (company
profile Radar Malang, 2012).
2.4. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ditujukan agar penelitian ini bisa lebih terarah dan lebih
terperinci serta tidak menyimpang dari rumusan masalah yang telah ditetapkan.
Perlunya fokus penelitian menurut Bungin (2010, h. 41) adalah untuk membatasi
studi dalam penelitian sehingga objek yang akan diteliti tidak melebar atau meluas.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis isi kualitatif yang
memfokuskan pada melihat bentuk pelanggaran kode etik yang muncul dalam
rubrik “Nganal Kodew” Radar Malang pada edisi April 2013 berdasarkan sesuai
dengan kode etik jurnalistik dari PWI dan KEWI.
Poin pelanggaran yang akan diteliti mencakup konten yang memuat :
1. Unsur berita yang menyesatkan atau dusta
2. Unsur kekerasan
3. Pornografi atau unsur cabul

8

4. Opini Penulis
5. Penulisan identitas narasumber
6. Unsur penulisan singkatan dan akronim
7. Penulisan bahasa yang tidak baku
Alasan peneliti hanya menggunakan tujuh poin pelanggaran diatas untuk
diteliti karena ketujuh poin diatas sudah merupakan ringkasan dari hasil
mengamati isi atau butir-butir kode etik jurnalistik dari kedua sumber kode etik
yakni kode etik jurnalistik PWI dan KEWI yang berhubungan dengan unsur
penyampaian atau penulisan isi berita. Selain itu, poin-poin pelanggaran diatas
merupakan unsur-unsur yang seringkali dilanggar atau sudah merupakan bagian
yang paling dasar dalam penulisan suatu berita.
2.5 Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode proses
dokumentasi dari surat kabar Radar Malang edisi bulan April 2013 dan dokumen
lainnya untuk arsip data-data objek penelitian yang diperlukan. Dokumen bisa
berbentuk dokumen publik contohnya berita surat kabar, transkrip acara TV, dll
(Kriyantono, 2006, h. 118). Menurut Arikunto (2000, h. 234) metode dokumentasi
adalah mencari data mengenai hal-hal atau variasi yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah kabar, majalah, prasasti, notulen, raport, leger dan
sebagainya.
Teknik kedua yaitu menggunakan codding sheet atau lembar koding untuk
memasukkan data-data yang telah dikumpulkan berdasarkan kategori yang telah
ditetapkan sebelumnya. Setelah data terkumpul dalam bentuk koding, berikutnya
dilakukan proses pengelompokan dan analisis.
Sumber data yang digunakan dalam proses pengumpulan data penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Data Teks
Data kualitatitif yang berasal dari teks-teks tertentu (Kriyantono, 2006, h.
38). Data teks dari penelitian ini yaitu berita-berita “Nganal Kodew”
yang dikumpulkan dari surat kabar Radar Malang edisi April 2013
sebanyak 30 berita. Pemilihan periode edisi April 2013 dipilih karena
rentang jarak antara pengambilan data dan penelitian tidak terlalu jauh
sehingga diharapkan tidak mengurangi keakuratan data dan keaktualan
data.
2.6 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik filling system dan menggunakan metode
analisis isi. Teknik filling system diperkenalkan oleh Wimmer dan Dominick
(dikutip dari Kriyantono 2009, h. 196) yang menjelaskan mengenai membuat
kategori-kategori tertentu untuk mengklasifikasikan data yang diperoleh. Setelah
itu data diinterpretasikan oleh peneliti, dipadukan dengan konsep atau teori yang
menunjang pemahaman atas fenomena yang diteliti. Dari pengumpulan data, data
diolah melalui pengamatan, pencatatan, sesuai dengan kategori yang dipakai
berdasarkan undang-undang atau aturan kode etik jurnalistik yang sudah ada.
Adapun langkah-langkah teknik filling system ini menurut Kriyantono (2006, h.
195) adalah sebagai berikut:

9

1. Setelah peneliti merasa data yang dikumpulkan telah cukup, maka

dilakukan analisis data.
2. Data hasil observasi dianalisis dengan membuat kategori-kategori tertentu,

tahapan inilah yang disebut dengan teknik filling system.
3. Setelah dikategorikan, data diinterpretasikan dengan memadukan konsep

atau teori tertentu yang digunakan peneliti.
Sedangkan pemilihan kategorisasi berdasarkan pada pedoman isi dari kode
etik jurnalistik dari PWI dan KEWI dan fokus yang telah ditentukan. Pada tahap
pengkategorisasian inilah yang disebut filling system dengan membuat kategorikategori dari hasil observasi data yang akan diinterpretasikan. Dari kedua kode
etik jurnalistik yaitu kode etik PWI dan kode etik KEWI, peneliti menggabungkan
poin-poin kode etik yang berhubungan dengan penyampaian atau penulisan isi
berita yang dijadikan kategorisasi pelanggaran untuk menganalisis isi berita
“Nganal Kodew” dalam surat kabar Radar Malang adalah sebagai berikut:
1.
Konten atau isi berita menyiarkan berita yang menyesatkan
atau dusta. Berita yang menyesatkan adalah berita yang belum tentu
kebenarannya, dan belum tentu diikuti bukti yang relevan misalnya
seperti memalsukan kejadian berita, berita yang simpang siur, berita
yang pernyataan-pernyataan dan sumbernya tidak jelas (Kikih, 2010).
Berita yang dimuat juga tidak berimbang, memasukkan opini terlalu
banyak, mengurangi informasi dan konteks yang ada sehingga dapat
mengubah isi berita yang sebenarnya.
Kategori ini bisa ditunjukkan dengan isi berita yang misalnya
membenarkan suatu tindakan yang melanggar agama misalnya contoh
berita kumpul kebo yang bahwa dibenarkan seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu masyarakat atau golongan tertentu, berita tentang
penanggalan kalender datangnya kiamat di tahun 2012 oleh suku Maya.
2. Konten atau isi berita yang mengandung unsur kekerasan atau bersifat
sadis. Menurut Noel (dikutip dari Haryatmoko 2007, h. 127) kekerasan
bisa didefinisikan sebagai prinsip tindakan yang mendasarkan diri pada
kekuatan untuk memaksa pihak lalin tanpa persetujuan. Menampilkan
tindakan verbal atau nonverbal yang menimbulkan rasa sakit secara fisik,
psikologis dan atau sosial bagi korban.
Kekerasan dapat dibagi menjadi tiga yaitu kekerasan dunia riil
(kekerasan dokumen yang merupakan dari dunia riil atau faktual),
kekerasan dunia fiksi ( kekerasan yang menunjukkan kepemilikan pada
dunia yang mungkin tidak ada, film, iklan), dan kekerasan virtual
(kekerasan simulasi yang berasal dari dunia virtual, video games).
Contoh dalam penulisan berita atau jika dalam bentuk kata-kata seperti
menampar, menendang dll.
Kategori ini bisa ditunjukkan dengan kata-kata penunjukan atau referensi
yang mengarahkan pada tindakan kekerasan, misalnya seperti menampar,
menjambak, membanting, membunuh, mencekik dsb.
3. Konten atau isi berita yang mengandung unsur cabul atau pornografi.
Pornografi menurut R.Ogien (dikutip dari Haryatmoko 2007, h. 93)
didefinisikan sebagai “representasi eksplisit” dari aktifitas seksual atau

10

hal yang tidak senonoh, mesum, atau cabul yang dimaksudkan untuk
dikomunikasikan ke publik (gambar, tulisan, lukisan, dan foto). Contoh
dalam suatu penulisan berita “menggarap pekerjaan ranjang”, “hubungan
keduanya sering keluar di dalam”, dll.
Kategori ini bisa ditunjukkan dengan kata-kata penunjukan atau referensi
yang mengarahkan pada kesan-kesan seksual atau padanannya seperti
kata mencium, membelai, pelukan, sentuhan, kemolekan dsb.
4. Konten atau isi berita yang mengandung unsur opini penulis. Opini atau
pendapat merupakan hasil pemikiran sendiri dari seseorang mengenai
suatu masalah. Dalam penulisan berita terutama berita straight news,
penulis tidak boleh memasukkan opini dan tidak boleh mengambil
kesimpulan. Berbeda dengan feature ataupun softnews, penulis dapat
memasukkan opini kedalamnya. Namun porsinya pun dibatasi hanya
boleh sekitar 20-25 persen, sisanya merupakan fakta dan data (Edy,
2013). Pengukuran presentase opini dalam berita dilihat dari seberapa
banyaknya kata opionative yang muncul dalam berita dan sisi
subjektifitas wartawan dalam penulisan berita. Opini yang digunakan
oleh penulis diperbolehkan sejauh masih dalam batas wajar dengan
memasukkan kutipan atau sumber ketika itu berasal dari pemikiran atau
ungkapan orang lain dan tidak diperbolehkan ketika sisi subjektif
wartawan terlalu ditonjolkan, memaksakan opini (menginterpretasikan
tanpa dasar fakta yang jelas) dan terlalu menjustifikasi isi berita.
Contoh penulisan didalam berita yang menggambarkan opini penulis
adalah kata sepertinya, seakan-akan, sayangnya, biasanya dll.
Kategori ini bisa ditunjukkan dengan adanya kata-kata opinionative,
sepertinya, tampaknya, diperkirakan, seakan-akan, kesannya, sayangnya
dsb.
5. Konten atau isi berita yang berhubungan dengan hak narasumber sebagai
sumber berita. Dalam penulisan berita, sumber berita merupakan unsur
penting yang tidak boleh ketinggalan. Identitas sumber berita harus
disertakan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Etika jurnalistik
menyebutkan bahwa dalam penulisan berita, wartawan atau penulis
berita mempunyai kewajiban untuk melindungi identitas korban
kejahatan susila atau seksual dan menghormati kesepakatan dengan si
sumber berita apabila narasumber tidak ingin menyiarkan identitas (off
the record). Penulisan identitas dapat digantikan dengan menggunakan
nama samaran untuk melindungi narasumber. Contohnya, menggunakan
inisial nama, atau dengan mengganti dengan nama Bunga, Markonah,
Markucel, dll.
Kategori ini bisa ditunjukkan dengan penulisan nama samaran misalnya,
Markonah (tokoh utama wanita dalam “Nganal Kodew”), Markucel
(tokoh utama pria dalam “ Nganal Kodew”), Srintil, dan Srontol.
6. Konten atau isi berita yang mengandung unsur penulisan singkatan dan
akronim. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, singkatan adalah
hasil menyingkat (memendekkan), berupa huruf atau gabungan huruf.
Contohnya DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Sedangkan akronim ialah

11

kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain
yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar contohnya, rudal
(peluru kendali), sidak (inspeksi mendadak), dll. Dalam penulisan berita,
akronim maupun singktan sah-sah saja digunakan bila memang perlu
dengan memberikan arti atau penjelasan dalam tanda kurung dan
jumlahnya tidak boleh terlalu sering dimasukkan dalam suatu berita.
Kategori ini bisa ditunjukkan dengan munculnya kata-kata yang
disingkat menurut bahasa surat kabar itu sendiri dalam satu kali
pemuatan berita misalnya, SKSD (sok kenal sok dekat), BBM (bisikbisik mesra) dsb.
7. Konten atau isi berita yang mengandung unsur penulisan bahasa atau
kata yang tidak baku. Kata tidak baku adalah kata yang digunakan tidak
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia dan EYD yang telah ditentukan,
baik penulisan huruf, penggunaan kata, dan penempatan kata.
Penulisan berita umumnya menggunakan bahasa baku dengan penerapan
EYD, namun dalam beberapa berita seperti softnews dan feature bahasa
yang digunakan bisa lebih disesuaikan tetapi tetap dalam koridor dan
batasan yang tidak melenceng dari aturan bahasa dan kode etik
jurnalistik serta tidak menimbulkan makna lain dari yang ditulis oleh
penulis (wartawan) kepada pembacanya. Penggunaan bahasa daerah
untuk berita dari media lokal juga diperbolehkan dengan catatan harus
disertai arti dan dicetak miring. Kata tidak baku yang dimuat dalam
berita contohnya, dibikin (seharusnya dibuat), mendingan (lebih baik,
sebaiknya), lakon (judul), keblinger dll.
Kategori ini bisa ditunjukkan dengan munculnya kata-kata dalam
penulisan berita seperti ginuk-ginuk, bodi, merem, melek, cemat-cemut
dsb.
Dengan demikian, hasil penerapan kategorisasi ini dibagi dalam kategori:
a. Sesuai atau layak untuk muncul dalam media, apabila undang-undang atau
peraturan yang dipilih dalam pengkategorisasian diterapkan dalam
penulisan berita “Nganal Kodew” Radar Malang.
b. Ttidak sesuai atau tidak layak untuk dimunculkan dalam media, apabila
undang-undang atau peraturan yang dipilih dalam pengkategorisasian tidak
diterapkan dalam penulisan berita “Nganal Kodew” Radar Malang.
Penyajian analisis data berbentuk laporan teks yang menggabungkan informasi
yang tersusun sehingga mudah untuk melakukan analisis dan melihat apa yang
terjadi.

12

Tabel 2. Contoh Lembar Koding
Data Berita
per hari
selama satu
bulan April

Kategori
Mengandung
unsur
kekerasan

Mengandung
Unsur cabul /
pornografi

Mengandung
unsur opini
penulis

Dst.

Dst.

Dst.

Dst.

Dst.

Tanggal 1
Tanggal 2
Tanggal 3
Dst.

Sumber: Data diolah penulis

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis
Secara keseluruhan dari data yang telah diolah oleh peneliti menunjukkan
bahwa masih banyak penyimpangan yang dilakukan di dalam berita “Nganal
Kodew” dalam surat kabar Radar Malang berdasarkan kode etik jurnalistik yang
telah ditentukan yaitu kode etik jurnalistik dari PWI dan KEWI. Pada poin kode
etik jurnalistik yang disusun oleh PWI yang masih ditemukan ketidak sesuaian
antara kode etik yang telah dibuat dengan berita “Nganal Kodew” antara lain
berbunyi “Berita harus disajikan secara berimbang dan adil” dan “Tidak
menyiarkan berita atau gambar yang merugikan nama baik atau perasaan susila
seseorang”.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa
berita “Nganal Kodew” belum menerapkan secara maksimal kode etik tersebut.
Masih terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh berita “Nganal Kodew” yang
ditunjukkan dengan penulisan berita yang memuat unsur opini penulis dan unsur
pornografi. Sedangkan pada kode etik KEWI, pelanggaran yang paling sering
dilakukan oleh rubrik “Nganal Kodew” adalah berdasarkan poin ke 4 yang
berbunyi “Wartawan Indonesia tidak menyebarkan informasi yang bersifat dusta,
fitnah, sadis, cabul, serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila”,
yang ditunjukkan dengan berita yang masih memuat unsur pornografi dan
kekerasan.

13

Berita ͞Nganal
Kodew͟ Radar
Malang
Poin
pelanggara
n memuat
unsur
menyesatk
an /dusta

Tidak ada
pelanggar
an

Poin
pelangg
aran
memuat
unsur
kekeras
an

Melakuka
n
pelanggar
an

Poin
pelanggar
an
memuat
unsur
pornografi
atau cabul

Poin
pelangg
aran
memua
t unsur
opini
penulis

Melakuka
n
pelanggar
an

Melakuka
n
pelanggar
an

Poin
pelangg
aran
memuat
unsur
identita
s
sumber
Tidak ada
pelanggar
an

Poin
pelangga
ran
memuat
unsur
singkatan
dan
akronim
Melakuka
n
pelanggar
an

Poin
pelangg
aran
memut
unsur
bahasa
tidak
baku
Melakuka
n
pelanggar
an

Sumber: Data diolah peneliti

Gambar 2. Bagan Mind Mapping Pelanggaran Kode Etik Jurnaslitik dalam
Rubrik “Nganal Kodew” Radar Malang
Dari hasil kategori yang dibuat, hasil dari tujuh kategorisasi poin
pelanggaran yang dijadikan fokus dalam penelitian, hanya dua diantaranya yang
dilaksanakan sesuai dengan kode etik jurnalistik, yaitu pada poin berita yang
memuat unsur menyesatkan atau dusta dan berita yang memuat unsur penulisan
identitas narasumber. Sesuai dengan hasil penelitian, pada kedua kategori tersebut
tidak ditemukan adanya pelanggaran dari rubrik berita “Nganal Kodew” Radar
Malang. Lima dari sisa poin pelanggaran lainnya adalah tidak sesuai atau masih
ditemukannya pelanggaran kode etik jurnalistik. Kategorisasi yang dilanggar
adalah pada berita yang memuat unsur kekerasan, pornografi, opini penulis,
penulisan singkatan dan akronim, serta penulisan bahasa yang tidak baku.

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, didapat
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan kode etik jurnalistik yang dilakuakan oleh rubrik berita “Nganal
Kodew” dalam surat kabar Radar Malang :
a. Berdasarkan kode etik jurnalistik yang digunakan oleh peneliti yaitu
kode etik jurnalistik dari PWI dan KEWI, pelanggaran kode etik
jurnalsitik yang dilakukan oleh rubrik berita “Nganal Kodew” dalam
surat kabar Radar Malang meliputi pelanggaran kategori berita yang
memuat unsur kekerasan, kategori berita yang memuat unsur
14

pornografi, ketegori berita memuat unsur opini penulis, kategori berita
memuat unsur singkatan dan akronim, serta kategori berita yang
memuat unsur bahasa tidak baku. Sedangkan berita dalam rubrik
“Nganal Kodew” yang tidak melakukan pelanggaran kode etik
jurnalistik yaitu kategori berita yang memuat unsur berita menyesatkan
atau dusta dan kategori berita yang memuat unsur identitas narasumber.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti sebagai berikut :
1. Memperbaiki kesalahan dan pelanggaran dalam penulisan berita sesuai
dengan kode etik jurnalistik yang ditentukan dan sesuai dengan kebijakan
medianya.
2. Sebisa mungkin meminimalisir adanya pelanggaran kode etik jurnalistik
yang mungkin timbul dari penulis berita melalui pembekalan cara
penulisan berita yang baik dan benar yang sesuai serta pembekalan etika
profesi jurnalistik.
3. Bagi redaksi, editor, dan wartawan penulis maupun media lebih
memperhatikan kode etik jurnalistik yang berlaku serta kode etik yang
berlaku di masyarakat agar dapat meminimalisir pelanggaran dan tetap
bisa menulis berita sesuai segmentasi sesuai keinginan media serta dapat
meminimalisir ketidaknyamanan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL:
Anom, E. (2008). Jurnalisme bebas dan bertanggung jawab. Jurnal Ilmu
Komunikasi Esa Unggul, Volume 1, Nomor 1. Diakses dari
http://library.esaunggul.ac.id/kode-etik-media-massa.htm
Daniel. (2013). Assessment of the impact of Nigerian cultural values on
professional code of media ethics. IOSR Journal Of Humaniora And Social
Science, Volume 13, Nomor 5. 45-54. Diakses dari
http://search.proquest.com/docview/213323551?accountid=46437
Kunczik, M. (2000). Introduction: freedom of the press-where to draw the line?.
Friedrich Ebert Journal. Volume 1. 5-26. Diakses dari
http://www.fes.de/fulltext/iez/00710a.htm
Nurrochimah, T. H & Junaedi, F. (2007). Etika media massa dan kode etik
jurnalistik dalam jurnalisme infotainment di media televisi. Jurnal Ilmu
Komunikasi, Volume 1, Nomor 1. Diakses dari
http://search.journal.academia.edu/etika-media /218007a.htm
Phelan, J. (2002). Disenchantment: Meaning and morality in the media.
Communication Journal of Illionis University, Nomor 24. 118-125. Diakses
dari

15

http://search.proquest.com/docview/214399428?accountid=46437
Sulistyowati, F. (2004). Organisasi profesi jurnalis dan kode etik jurnalsitik.
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 1, Nomor 1. 119-129. Diakses dari
http://digilib.uny.ac.id/jurnal-kode-etik-jurnalistik
Ward, S. J. A. (2005). Global media ethic. Center for journalism ethic University
of Wisconsin, Volume 20, Nomor 1. 3-25. Diakses dari
http://ethics.journalism.wisc.edu/resources/global-media-ethics
BUKU:
Aden, R. (2010). Loe haruz gaul. Yogyakarta: Hanggar Kreator
Anwar, R. (2004). Bahasa jurnalistik dan komposisi. Yogyakarta: Media Abadi
Arikunto, S. (2000). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Atmakusumah, A. (2001).Menegakkan etika pers. Jakarta: Dewan Pers.
Bungin, B. (2010). Metodologi penelitian kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Chaer, A. (1997). Kamus ungkapan bahasa indonesia . Jakarta: Rineka Cipta.
Cruse, D. A. (2006). A glossary of semantics and pragmatics. New York:
Columbia University
Cutlip, S. M. (2006). Effective public relation. Jakarta: Kencana.
Djuraid, N. H. (2006). Panduan menulis berita . Malang: UMM Press.
Donsbach, W. (2008). The international encyclopedia of communication. United
Kingdom: Blackwell.
Effendi, O. U. (1993). Dinamika komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Guba, E. G. & Lincoln, Y. S. (1981). Effective evaluation. San Fransisco: JosseyBass.
Haryatmoko. (2007). Etika komunikasi: manipulasi media, kekerasan dan
pornografi. Yogyakarta: Kornisius.
Ida, R. (2001). Ragam penelitian isi media kuantitatif dan kualitatif. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

16

Karimah, K. E. & Wahyudin, U. (2010). Filsafat dan etika komunikasi. Bandung:
Widya Padjadjaran.
Kriyantono, R. (2006). Teknik praktis riset komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Littlejohn, S W. & Foss, K A. (2009). Encyclopedia of communication theory.
USA: Sage.
McQuail, D. (1987). Teori komunikasi massa (ed. 2). Jakarta: Erlangga.
Moleong, L J. (1996). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mondry. (2008). Pemahaman teori dan praktik jurnalistik. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Pangkahila, Wimpie. (2009). Seks yang membahagiakan. Jakarta: Kompas
Poerwadarminta, W. J. S. (2007). Kamus umum bahasa indonesia (ed. 3). Jakarta:
Balai Pustaka.
Praja, J. S. (2003). Aliran-aliran filsafat dan etika . Jakarta: Prenada Media.
Silalahi, U. (2006). Metode penelitian sosial. Bandung: Unpar Press.
Siregar, A. E. (2004). Pers mahasiswa indonesia, patah tumbuh hilang berganti.
Jakarta: Karya Unipress.
Siregar, A. (2007). Bagaimana meliput dan menulis berita untuk media massa .
Yogyakarta: Kanisius.
Sugiono. (2009). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sumadiria, A. S. H. (2005). Jurnalistik indonesia: menulis berita dan feature:
panduan praktis jurnalis orofesional. Bandung: Sembiosa Rokatama Media.
Suseno, F. M. (1991). Etika sosial. Jakarta: Gramedia
Suwardi, H. (1993). Peranan pers dalam politik di indonesia . Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Suwarna, D. (2012). Cerdas berbahasa indonesia, berbahasa dengan pemahaman
dan pendalaman. Tangerang: Jelajah Nusa.
Suyanto, B. (2005). Metode penelitian sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

17

Tucker, S. M. (1998). Standar perawatan pasien . Jakarta: Reflika Aditama.
Umar, H. ( 2005). Metode penelitian. Jakarta: Salemba Empat.
Wardhani, D. (2008). Media relation. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wimmer, R. D. & Dominick, J. R. (2000). Mass media research: an introduction.
Boston: Wadsworth, Cengage Learning.
Yosep, I. (2008). Keperawatan jiwa . Jakarta: EGC
Yunus, S. (2010). Jurnalistik terapan. Bogor: Ghalia Indonesia.
ENSIKLOPEDIA DAN KAMUS
Scheufele, B. (2008). Quantitative and qualitative content analysis. Dalam W.
Donsbach (Ed). The international encyclopedia of communication (h. 973).
United Kingdom: Blackwell.
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. (2008). kamus besar bahasa
indonesia (Ed. 4). Jakarta: Balai Pustaka
LAIN-LAIN:
Akronim. (2013). Diakses 19 September 2013, dari
http://kamusbahasaindonesia.org/akronim#ixzz2xxJq/8NE
Badan Kesejahteraan Keluarga Kabupaten Bantul. (2013, Maret). Diakses 4
Desember 2013, dari
http://bkk.bantulkab.go.id/2013/03/20/014433/vasektomi-metode-kb.html.
Edy. (2013, 25 Februari). Menulis berita features. Pesan ditulis di
http://www.babeanakanak.wordpress.com/2013/02/25/ayo-menulisberita.html.
Kiki. I. (2010, April). Kebenaran dan kejujuran dalam media. Pesan ditulis di
http://www.intanrizkilspr.blogspot.com/2010/04/kebenaran-dan-kejujurandalam-media.html.
Persatuan Wartawan Indonesia. (2008). Kode etik jurnalistik. Diakses 19 Januari
2013, dari
http://www.pwi.or.id/index.php/uu-kej. Kode-etik-jurnalistik.html.
Zahraempire. (2012, Oktober). Undang-undang kode etik jurnalistik. Pesan ditulis
di
http: //.blogspot.com. undang-undang-kode-etik-jurnalistik.html.

18

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65