Wajah Australia diantara Indonesia dan O

Widyastuti Lintang Sari
2013/347053/SP/25627/Z

WAJAH AUSTRALIA DIANTARA INDONESIA DAN OPM
Gerakan separatisme yang bertujuan memisahkan diri merupakan salah satu bentuk
ancaman kedaulatan dan keamanan suatu negara. Dewasa ini, Indonesia masih menghadapi
ancaman tersebut. Gerakan separatisme yang masih hidup di Indonesia sampai sekarang
adalah gerakan separatisme di Papua, atau yang kita kenal dengan sebutan OPM. OPM
(Organisasi Papua Merdeka) sendiri adalah sebutan yang digunakan oleh Pemerintah
Indonesia untuk menyebut pergerakan atau organisasi baik di Irian Jaya maupun di luar
negeri yang dipimpin oleh putra-putra Irian Jaya pro Papua Barat dengan tujuan memisahkan
atau memerdekakan Irian Jaya (Papua Barat) lepasdari Negara Kesatuan Republik
Indonesia.1OPM yang mencuat di Manokwari pada tahun 1964,2 kemunculan dan
perkembangannya tidak lepas dari faktor kekecewaan terhadap pemerintah Indonesia serta
adanya campur tangan asing. Kita ketahui, bahwasannya Papua – yang dulu disebut Irian
Jaya - melalui jalan yang panjang untuk menjadi bagian NKRI, sejak Konferensi Meja
Bundar, perjalanan panjang itu diwarnai dengan adanya campur tangan asing, terutama pihak
kolonial Belanda.
Melihat adanya faktor eksternal atau intervensi asing dalam gerakan separatisme di
Indonesia, maka membangun hubungan dengan negara tetangga menjadi prioritas untuk
mencegah meluasnya gerakan tersebut. Australia sebagai salah satu negara tetangga

Indonesia, serta letaknya yang dekat yakni di selatan Papua , menjadikannya penting bagi
Indonesia untuk menjaga keamanan. Selain itu, dilihat dari kasus terdahulu yang melanda
Indonesia, yaitu adanya keterlibatan Australia dalam lepasnya Timor-Timur, sudah sepatutnya
menjadi pembelajaran tersendiri.Terlebih lagi, di era globalisasi saat ini, sangat mudah bagi
gerakan separatisme untuk menyuarakan suara serta menggalang bantuan di negara lain,
khusunya negara tetangga.Sehingga mengetahui posisi Australia terhadap gerakan
separatisme atau OPM diperlukan untuk memberi reaksi atau kebijakan politik luar negeri
yang tepat. Oleh karena itu, pada makalah ini saya berusaha menjawab permasalahan apakah
Australia mendukung gerakan separatisme di Papua atau Organisasi Papua Merdeka? Dalam
menjawab permasalahan tersebut, akan saya paparkan mengenai sikap resmi yang diberikan
Pemerintah Australia serta fakta-fakta yang terjadi dilapangan baik dari komponen
pemerintahan hingga aktor non-negara.
1TuhanaTaufikAndrianto, Mengapa Papua Bergolak,Gama Global Media,Yogyakarta, Maret 2001.hlm.36.
2Ibid.hlm.120.

1

Widyastuti Lintang Sari
2013/347053/SP/25627/Z
Konsep mengenai Sovereignty atau kedaulatan terbentuk semenjak Perjanjian Wetsphalia

pada tahun 1648. Kedaulatan berarti bahwa negara memiliki otoritas tertinggi di dalam negeri

serta kemandirian secara internasional.3Sehingga setiap negara yang berdaulat bebas
bertindak untuk mengatur urusan dalam dan luar negerinya. Selanjutnya, prinsip mengenai
sovereign equality memberikan hak kepada setiap negara untuk secara penuh dihormati oleh
negara lain sesuai dengan perlindungan yang sama oleh sistem peraturan legal. 4Sejalan
dengan konsep neutrality yang memungkinkan negara untuk tidak ikut campur dalam konflik
dan koalisi negara lain, serta prinsip nonintervention norm dimana mewajibkan negara untuk
menahan diri dalam kegiatan yang tidak undang dalam wilayah negara lain. 5Dari konsepkonsep diatas, dapat kita simpulkan bahwa negara yang berdaulat berhak mengurusi urusan
dalam dan luar negerinya dan tanpa campur tangan atau intervensi asing.
Pengertian ancaman dalam konsep negara adalah setiap upaya, pekerjaan, kegiatan,
dan tindakan, baik dari dalam negeri maupun luarnegeri, yang dinilai dan/atau dibuktikan
dapat membahayakan keselamatan bangsa, keamanan,kedaulatan, keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan kepentingan nasional diberbagai aspek, baik ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan dan keamanan. 6 Sesuai dengan
pengertian tersebut, maka gerakan separatisme merupakan ancaman bagi negara.
Hubungan bilateral adalah suatu bentuk kerjasama diantara kedua negara baik yang
berdekatan secara geografis ataupun yang jauh diseberang lautan dengan sasaran utama untuk
menciptakan perdamaian dengan memerhatikan kesamaan politik, kebudayaan, dan struktur
eknonomi.7Berdasarkan pengertian diatas, hubungan bilateral bisa kita simpulkan bertujuan

menciptakan perdamaian. Selain itu, hubungan bilateral berhubungan dengan kebijakan
politik luar negeri suatu negara dimana tujuannya adalah mencapai kepentingan nasional.
Dalam hal ini, dalam melaksanakan hubungan bilateral dibutuhkan kerja sama yang baik agar
kepentingan nasional yang hendak dicapai tetap dapat mewujudkan perdamaian. Hal ini,
tentu saja berlaku pada hubungan bilateral Indonesia-Australia dimana dalam mencapai
kepentingan nasionalnya masing-masing tidak boleh mengancam perdamaian, sehingga
berlaku mengenai konsep kedaulatan dan ancaman. Dimana gerakan separatisme merupakan
3John Baylis dan Steve Smith,The Globalization of World Politics,Oxford University Press Inc,New
York,2001,hlm.158.
4Charles W.Kegley,JR. dan Shannon L. Blanton, World Politics Trend and Transformation, Wadsworth Cengage
Learning,Boston,2011,hlm.354
5Ibid.
6ICNL,Undang Undang RI NO 17 TAHUN 2011 Tentang Intelijen
Negara,,diakses 5 November 2013.
7Kusumohamudjojo,Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Gramedia,Jakarta,1993,hlm.25.

2

Widyastuti Lintang Sari
2013/347053/SP/25627/Z


ancaman kedaulatan negara, maka negara lain dalam berhubungan bilateral tidak boleh
mendukung gerakan separatisme tersebut.
Selanjutnya hubungan diplomasi pada era globalisasi tidak hanya dilakukan negara
seperti dalam hubungan bilateral. Melainkan, aktor-aktor non-negara juga terlibat aktif. Aktor
non-negara tersebut salah satunya adalah LSM (NGO), Perusahaan Multinasional(MNC),
serta Individu. Selain itu, media juga terlibat dalam hubungan internasional.
Perjalanan hubungan bilateral yang terjadi antara Indonesia dan Australia mengalami
pasang surut. Pada awal kemerdekaan, hubungan antara Australia dan Indonesia terbilang
baik. Serikat Buruh Australia menekan pemerintah Australia untuk mendukung kemerdekaan
Indonesia.8 Lalu, pemerintah Australia menjadi wakil Indonesia dalam Komisi Tiga Negara,
serta pada tahun 1950, Australia mensponsorimasuknya Indonesia ke PBB.9 Namun, setelah
itu sempat terjadi ketegangan akibat perselisihan mengenai status Irian Jaya, Australia pada
awalnya mendukung kolonial Belanda karena takut akan pengaruh komunisme di Indonesia,
selain itu juga terdapat perselisihan mengenai konfrontasi Indonesia dengan Malaysia. Dan
hubungan bilateral Indonesia-Australia mengalami keterpurukan ketika Timor-Timur lepas
dari Indonesia. Namun, setelah kejadian tersebut, Indonesia dan Australia berusaha
memperbaiki

hubungannya,


dengan

menjain

berbagai

macam

kerja

sama

yang

berjalansampai sekarang.Memilih Indonesia sebagai destinasi pertama yang dikunjungi oleh
Perdana Menteri terbaru Australia Tonny Abbott juga merupakan petanda keinginan Australia
untuk memperkuat hubungan bilateralnya dengan Indonesia, serta petanda pentingnya
Indonesia dimata Australia. Meskipun begitu, dalam kedatangan Tonny Abbott ke Indonesia
disertai masalah pencari suaka, serta setelah itu terkuak kabar bahwa Australia memata-matai

Indonesia. Kedua masalah tersebut dikhawatirkan dapat memengaruhi hubungan yang
terakhir ini telah berjalan baik di antara kedua negara tersebut. Oleh karena itu, bisa kita
simpulkan, bahwa hubungan bilateral Indonesia-Australia bukan hubungan yang mulus,
melainkan hubungan diplomatik yang mengalami pasang surut. Melihat hal tersebut, celah
yang dapat membawa kerenggangan antara Indonesia-Australia dapat dijadikan peluang bagi
OPM untuk menggalang bantuan di negara kangguru tersebut.
Sejalan dengan hubungan bilateral Indonesia-Australia yang mengalami pasang surut,
hubungan kedua negara tersebut mengenai Papua mengalami hal serupa. Australia
8Australia-Indonesia Institute,Hubungan antara Australia dan Indonesia,
http://www.dfat.gov.au/AII/publications/bab11/index.html, diakses 6 November 2013.
9Ibid.

3

Widyastuti Lintang Sari
2013/347053/SP/25627/Z

dimanasejak tahun 1962 telah mengakui Papua .-yang dulunya bernama Irian Jaya- sebagai
bagian integral dari Republik Indonesia,10 terlihat seakan tidak konsisten dengan sikapnya
tersebut. Berbagai pernyataan resmi yang dikeluarkan pemerintah Australia yang bersifat

mendukung kedaulatan Indonesia atas Papua kebanyakan terjadi setelah adanya sikap dari
pemerintah atau aktor non-negara Australia yang mendukung OPM.Pernyataan Perdana
Menteri Australia, John Howard pada tahun 2006 yang menegaskan sikap Australia akan
kedaulatan Indonesia dikeluarkan setelah keputusan negaranya memberikan visa sementara
kepada 42 pencari suaka Papua. 11Pemberian visa tersebut melibatkan senator Kerry Nettle,
anggota parlemen dari Partai Hijau, bahkan ia mendapatkan penghargaan “Mahkota Papua”
darikelompok pro-separatis di Sydney, pada tanggal 2April 2006.

12

Akibat dari pemberian

visa sementara tersebut, pemerintah Indonesia memprotes dengan menarik dutabesarnya dari
Canberra.13Setelah itu, pada 13 November 2006 Indonesia dan Australia menandatangani
Perjanjian Lombok (Lombok Treaty) yang diratifikasi pada 7 Februari 2008. 14Perjanjian yang
berupa kerja sama keamanan ini diharapkan bisa menjadi jaminan Australia untuk tidak akan
merecoki urusan dalam negeri Indonesia lagi, serta perjanjian ini menjadi landasan hukum
yang lebih kuat terhadap pengakuan Australia terhadap kedaulatan Indonesia atas Papua.15
Namun, setelah adanya Lombok Treaty, sikap Australia terhadap OPM dan Indonesia
yang tidak konsisten terulang kembali. Hal ini dapat kita lihat dari munculnya kekhawatiran

terhadap parlemen Australia yang akan mengintervesi NKRI. Menurut Wakil Ketua Komisi I
Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi PDI-P, Tubagus Hasanuddin, aktivis dan anggota
parlemen Australia dan negara sekitar pasifik akan berkumpul dalam kaukus Parlementarian
For West, selain itu Tubagus mengutip pernyataan anggota Parlemen Australia, Richard,
mengatakan, bahwa Papua harus diberi kesempatan menentukan pilihannya sebagai
bangsa.16Selain itu, pada tahun yang sama (2012), terjadi pengibaran bendera OPM di
10Ibid.
11BBC Indonesia,Howard Soal Visa bagi Warga Papua,
, diakses 6
November 2013.
12M.Fathoni Hakim,Perjanjian Keamanan Indonesia-Australia;Upaya Indonesia untuk Mencegah Gerakan
Separatisme di Indonesia Timur,, diunduh 4 November 2013.
13BBC Indonesia,Op.Cit.
14IMA,Perjanjian Keamanan RI-Australia Resmi
Berlaku, diakses 6 November 2013.
15Kementerian Dalam Negeri,Australia Resmi Akui Papua,
, diakses 6 November 2013.
16Sandro Gatra,DPR: Parlemen Australia Akan Intervensi
NKRI,, diakses 6 November 2013.
17Chairul Akhamd,BenderaOPM Berkibar, Kemhan Pertanyakan Komitmen

Australia,, diakses 6 November 2013.
18Office of Benny Wenda,Benny Wenda Speaks at TEDxSidney, atau , diakses 6
November 2013.
19Henri Salomo Siagian,TNI Diperintahkan Bersiap Hadapi Kedatangan Kapal Pembawa Aktivis
Australia,http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/08/18/1/175647/TNI-Diperintahkan-BersiapHadapi-Kedatangan-Kapal-Pembawa-Aktivis-Australia, diakses 6 November 2013.
20Ibid.
21Kedutaan Besar Australia Indonesia,Interview: Senator the Hon. Bob Carr, Australian Minister for Foreign
Affairs,, diakses 3 November 2013.
22ABC Radio Australia,Senator Australia Rencana Bawa Jurnalis ke
Papua,, diakses 6 November 2013.

5

Widyastuti Lintang Sari
2013/347053/SP/25627/Z

berasal dari Partai Liberal telah menyerahkan mengenai masalah Papua termasuk
permasalahan HAM nya ditangan Indonesia.
Selain, aktor non-negara dan komponen pemerintahan sendiri yang terlibat dalam
mendukung gerakan separatisme di Papua, media massa juga berpengaruh dalam menggiring

opini masyarakat. Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, mengkritik
pemberitaan media Australia soal Papua yang berat sebelah dan tidak pernah menyiarkan
keberhasilan pembanguan serta kekejamaan anggota Organisasi Papua Merdeka.23Selain itu,
redaktur New Internationalist Magazine,Christ Richard, menulis tulisan
yang profokatif dan mendukung OPM dengan judul West Papua Rising,
didalamnya terdapat tulisan “West Papua Rising.West Papuans want
Independence,Indonesians gun them down. But dead spirits free hearts.” 24
Sesuai dengan konsep kedaulatan negara, negara lain tidak berhak ikut campur dalam
urusan negara lain. Australia sebagai negara tetangga Indonesia yang juga memiliki hubungan
bilateral yang baik dengan Indonesia sudah seharusnya mematuhi kedaulatan Indonesia,
termasuk terhadap Papua.Namun, sikap pemerintah Australia seperti dengan hubungan
bilateral dengan Indonesia yang pasang surut, mengalami inkonsistensi dalam menyikapi
persoalan Papua. Walau, pernyataan resmi dari Pemerintah Australia selalu mendukung
kedaulatan Indonesia, komponen pemerintah Australia justru berpandangan dan bertindak tak
sejalan dengan hal itu. Selain itu, munculnya peran-peran non-negara yang berisi warga
Australia juga semakin membuat posisi Australia menjadi tidak jelas. Kita tahu sebagai
sebuah negara yang berdaulat, Australia seharusnya dapat mempertegas posisi nya terhadap
OPM dan Indonesia dihadapan rakyatnya, sehingga tidak akan didapati lagi aktor non-negara
yang mendukung gerakan separatisme tersebut. Pada akhirnya, posisi atau wajah Australia di
antara OPM dan Indonesia bisa kita katakan tidak konsisten. Oleh karena itu, perlu penegasan

kembali baik terhadap Pemerintah Australia dan elemen masyarakatnya untuk mendukung
kedaulatan Indonesia secara penuh.
Daftar Pustaka

23Rilis KBRI Australia,Dubes RI Kritik Media Australia soal
Papua,, diakses 4 November 2013.
24News Internationalist Magazine,West Papua
Rising,, diakses 6 November 2013.

6

Widyastuti Lintang Sari
2013/347053/SP/25627/Z

ABC

Radio

Australia.2013.Senator

Australia

Rencana

Bawa

Jurnalis

ke

Papua.http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-10-10/senator-australiaberencana-bawa-jurnalis-ke-papua/1202980.6 November 2013.
Akhamd,Chairul.2012.Bendera

OPM

Berkibar,

Kemhan

Pertanyakan

Komitmen

Australia.http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/08/23/m97mmbbendera-opm-berkibar-kemhan-pertanyakan-komitmen-australia.diakses 6 November
2013.
Australia-Indonesia

Institute.Hubungan

antara

Australia

dan

Indonesia.

http://www.dfat.gov.au/AII/publications/bab11/index.html.6 November 2013.
Baylis,John dan Steve Smith.2001.The Globalization of World Politics.New York: Oxford
University Press Inc.
BBC Indonesia.Howard Soal Visa bagi Warga Papua.
http://www.bbc.co.uk/indonesian/learningenglish/story/2006/03/060326_bilingual.shtm
l.6 November 2013.
Fathoni Hakim,M.2010.Perjanjian Keamanan Indonesia-Australia;Upaya Indonesia untuk
Mencegah Gerakan Separatisme di Indonesia Timur. http://lontar.ui.ac.id/file?
file=digital/135537-T%2027969-Perjanjian%20keamanan-Tinjauan%20literatur.pdf. 4
November 2013.
Gatra,S.2012.DPR:

Parlemen

Australia

Akan

Intervensi

NKRI.http://nasional.kompas.com/read/2012/02/25/19333935/DPR.Parlemen.Australia.
Akan.Intervensi.NKRI.6 November 2013.
ICNL,

Undang

Undang

RI

NO

17

TAHUN

2011

Tentang

Intelijen

Negara,http://www.icnl.org/research/library/files/Indonesia/UU.pdf. 5 November 2013.
IMA.2008.Perjanjian

Keamanan

RI-Australia

Resmi

Berlaku.http://internasional.kompas.com/read/2008/02/07/16475529/Perjanjian.Keama
nan.RIAustralia.Resmi.Berlaku.6 November 2013.
JR, Charles W.Kegley dan Shannon L. Blanton.2011.World Politics Trend and
Transformation.Boston: Wadsworth Cengage Learning.

7

Widyastuti Lintang Sari
2013/347053/SP/25627/Z

Kedutaan Besar Australia Indonesia.2013.
Interview:

Senator

the

Hon.

Bob

Carr, Australian

Minister

for

Foreign

Affairs.http://www.indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/SM13_030.html.3
November 2013.
Kementerian Dalam Negeri.2006.Australia Resmi Akui Papua.
http://www.kemendagri.go.id/news/2006/05/22/australia-resmi-akui-papua.6November
2013.
Kusumohamudjojo.1993.Pengantar Ilmu Hubungan Internasional.Jakarta:Gramedia.
News

Internationalist

Magazine.2002.West

Papua

Rising.

http://www.newint.org/issue344/keynote.htm.6 November 2013.
Office

of

Benny

Wenda.2013.Benny

Wenda

Speaks

at

TEDxSidney.http://bennywenda.org/2013/benny-wenda-speaks-at-tedx-in-sydneyaustralia/, atau http://www.youtube.com/watch?v=WbkHkjg5Kac.6 November 2013.
Rilis

KBRI

Australia.2013.Dubes

RI

Kritik

Media

Australia

soal

Papua.http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:http://www.tempo.co/read/news/2013/05/20/078481881/Dubes-RI-KritikMedia-Australia-soal-Papua,4 November 2013.
Robert, Jean dan Feilleux Legeuy.2009.The Dynamic Of Diplomacy.London:Lynne Rienner
Publishers,Inc.
S,Henri Salomo.2013.TNI Diperintahkan Bersiap Hadapi Kedatangan Kapal Pembawa
AktivisAustralia.http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/08/18/1/175647/T
NI-Diperintahkan-Bersiap-Hadapi-Kedatangan-Kapal-Pembawa-Aktivis-Australia.6
November 2013.
Taufik Andrianto,Tuhana.2001.Mengapa Papua Bergolak.Yogyakarta : Gama Global Media.

8

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24