Kajian Terhadap Peraturan Daerah tentang
PERTIMBANGAN HUKUM TERHADAP KEBERADAAN
PERATURAN DAERAH/BUPATI
NOMOR
TAHUN
1996
beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan terkait mengenai
penghapusan pungutan retribusi bagi nelayan kecil di Kab. Soppeng:
Pertama:
Terdapat ketidakadilan bagi nelayan kecil, atas retribusi yang
bebankan kepadanya. Karena retribusi yang sama tidak dibebankan
untuk pengusaha besar, seperti pengusaha kayu dan gabah, yang kita
ketahui merupakan salah satu sumber daya utama kab. Soppeng.
Tentunya
hal
ini
merupakan
ketimpangan
dalam
pengelolaan
anggaran pendapatan daerah. Dengan demikian saya mengatakan
bahwa peraturan ini di bentuk dengan “Tidak Tepat Sasaran”.
Kedua:
Pungutan retribusi terhadap nelayan saya rasa bertentangan dengan
asas pengelolaan pemerintahan yang baik, yakni efesiensi dan
efektifitas anggaran. Tentu pembentukan peraturan ini menggunakan
biaya yang sedikit/banyaknya di bebankan kepada APBD Kab.
Soppeng. Sementara tujuan pembentukan peraturan ini tidak lain
adalah untuk menambah pendapatan daerah. Berdasarkan hasil
pengkajian saya, jumlah pendapatan yang dihasilkan dari adanya
pungutan retribusi ini, tidak lebih dari Rp. 20.000.000 per tahunnya.
Dan mungkin saja, biaya yang digunakan dalam pembentukan
peraturan ini lebih banyak dari jumlah retribusi yang dihasilkan.
Dengan kata lain saya mengatakan bahwa pungutan retribusi ini tidak
dilakukan berdasarkan “asas efisiensi dan efektifitas tata kelola
pemerintahan yang baik”.
Ketiga:
Ini adalah pertimbangan yang terakhir dan juga paling utama,
mengapa peraturan ini harus segera di hapuskan/dibatalkan.
1
Berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 45 Tahun
2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
Tentang Perikanan
Khususnya ketentuan Pasal 48 ayat (1), (2), dan ayat (3), dijelaskan
bahwa:
(1)
Setiap orang yang memperoleh manfaat langsung dari sumber
daya ikan dan lingkungannya di wilayah pengelolaan perikanan
Negara Republik Indonesia dan di luar wilayah pengelolaan
perikanan
Negara
Republik
Indonesia
dikenakan
pungutan
perikanan.
(1a) Pungutan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan penerimaan negara bukan pajak.
(2)
Pungutan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dikenakan bagi nelayan kecil dan pembudi daya-ikan
kecil.
Dalam Undang-Undang ini, lebih lanjut dijelaskan bahwa, yang
dimaksud dengan Nelayan Kecil adalah:
Nelayan
Kecil
adalah
orang
yang
mata
pencahariannya
melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan
hidup
sehari-hari
yang
menggunakan
kapal
perikanan
berukuran paling besar 5 (lima) grosston (GT).
Yang dimaksud dengan 5 (lima) grosston (GT) adalah:
Kapal beserta muatan yang ada di dalamnya (termasuk mesin dan
perlengkapannya) mencapai berat 5 Ton.
Sementara jika kita lihat nelayan yang ada di Kab. Soppeng, tidak
ditemukan nelayan yang memiliki kapal dengan kapasitas yang
melebihi 5 (lima) grosston (GT).
2
Sehingga dapat dikatakan bahwa semua nelayan
yang ada di Kab.
Soppeng, semuanya adalah Nelayan Kecil.
3
Berdasarkan
pengkajian
yang
saya
lakukan
terhadap
peraturan tentang pungutan retribusi usaha perikanan ini,
saya berpendapat bahwa keberadaan peraturan ini :
Pertama
: tidak tepat sasaran dan sangat tidak
mencerminkan
Kedua
asas keadilan.
: Tidak efektif dan efisien sebagaimana
tata kelola pemerintahan yang baik.
Ketiga
: bertentangan
dengan
Undang-Undang
Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan.
Berdasarkan ketiga hal tersebut, saya selaku anggota DPRD
Kab. Soppeng masa bakti 2014-2019, menyatakan untuk
menggunakan
Hak
Interpelasi
untuk
meminta
keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan
pungutan retribusi usaha perikanan di kab. Soppeng.
Oleh karena itu, kepada ibu Ketua DPR agar kiranya segera
menindaklanjuti permasalahan ini dengan memfasilitasi DPR
dan Pemerintah Kab, Soppeng dalam hal ini dinas terkait,
agar dapat duduk bersama membahas hal yang penting ini.
Terimakasih.
4
HAK-HAK ANGGOTA DPR
1. Hak interpelasi
Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada
Pemerintah
mengenai
kebijakan
Pemerintah
yang
penting
dan
strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
2. Hak angket
Hak
angket
adalah
hak
DPR
untuk
melakukan
penyelidikan
terhadap pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan
Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan
berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundangundangan.
3. Hak imunitas
Hak imunitas adalah kekebalan hukum dimana setiap anggota DPR
tidak dapat dituntut di hadapan dan di luar pengadilan karena
pernyataan, pertanyaan/pendapat yang dikemukakan secara lisan
ataupun tertulis dalam rapat-rapat DPR, sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Tata Tertib dan kode etik.
4. Hak menyatakan pendapat
Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR untuk menyatakan
pendapat atas:
a. Kebijakan Pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang
terjadi di tanah air atau di dunia internasional
b. Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket
c. Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan
pelanggaran
hukum
baik
berupa
pengkhianatan
terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya,
maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil
5
Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau
Wakil Presiden.
6
FUNGSI ANGGOTA DPR
1. Legislasi
Fungsi Legislasi dilaksanakan untuk membentuk undangundang bersama presiden.
2.Anggaran
Fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan
memberikan
persetujuan
atau
tidak
memberikan
persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang
APBN yang diajukan oleh Presiden.
3.Pengawasan
Fungsi pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan
atas pelaksanaan undang-undang dan APBN.
7
PERATURAN DAERAH/BUPATI
NOMOR
TAHUN
1996
beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan terkait mengenai
penghapusan pungutan retribusi bagi nelayan kecil di Kab. Soppeng:
Pertama:
Terdapat ketidakadilan bagi nelayan kecil, atas retribusi yang
bebankan kepadanya. Karena retribusi yang sama tidak dibebankan
untuk pengusaha besar, seperti pengusaha kayu dan gabah, yang kita
ketahui merupakan salah satu sumber daya utama kab. Soppeng.
Tentunya
hal
ini
merupakan
ketimpangan
dalam
pengelolaan
anggaran pendapatan daerah. Dengan demikian saya mengatakan
bahwa peraturan ini di bentuk dengan “Tidak Tepat Sasaran”.
Kedua:
Pungutan retribusi terhadap nelayan saya rasa bertentangan dengan
asas pengelolaan pemerintahan yang baik, yakni efesiensi dan
efektifitas anggaran. Tentu pembentukan peraturan ini menggunakan
biaya yang sedikit/banyaknya di bebankan kepada APBD Kab.
Soppeng. Sementara tujuan pembentukan peraturan ini tidak lain
adalah untuk menambah pendapatan daerah. Berdasarkan hasil
pengkajian saya, jumlah pendapatan yang dihasilkan dari adanya
pungutan retribusi ini, tidak lebih dari Rp. 20.000.000 per tahunnya.
Dan mungkin saja, biaya yang digunakan dalam pembentukan
peraturan ini lebih banyak dari jumlah retribusi yang dihasilkan.
Dengan kata lain saya mengatakan bahwa pungutan retribusi ini tidak
dilakukan berdasarkan “asas efisiensi dan efektifitas tata kelola
pemerintahan yang baik”.
Ketiga:
Ini adalah pertimbangan yang terakhir dan juga paling utama,
mengapa peraturan ini harus segera di hapuskan/dibatalkan.
1
Berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 45 Tahun
2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
Tentang Perikanan
Khususnya ketentuan Pasal 48 ayat (1), (2), dan ayat (3), dijelaskan
bahwa:
(1)
Setiap orang yang memperoleh manfaat langsung dari sumber
daya ikan dan lingkungannya di wilayah pengelolaan perikanan
Negara Republik Indonesia dan di luar wilayah pengelolaan
perikanan
Negara
Republik
Indonesia
dikenakan
pungutan
perikanan.
(1a) Pungutan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan penerimaan negara bukan pajak.
(2)
Pungutan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dikenakan bagi nelayan kecil dan pembudi daya-ikan
kecil.
Dalam Undang-Undang ini, lebih lanjut dijelaskan bahwa, yang
dimaksud dengan Nelayan Kecil adalah:
Nelayan
Kecil
adalah
orang
yang
mata
pencahariannya
melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan
hidup
sehari-hari
yang
menggunakan
kapal
perikanan
berukuran paling besar 5 (lima) grosston (GT).
Yang dimaksud dengan 5 (lima) grosston (GT) adalah:
Kapal beserta muatan yang ada di dalamnya (termasuk mesin dan
perlengkapannya) mencapai berat 5 Ton.
Sementara jika kita lihat nelayan yang ada di Kab. Soppeng, tidak
ditemukan nelayan yang memiliki kapal dengan kapasitas yang
melebihi 5 (lima) grosston (GT).
2
Sehingga dapat dikatakan bahwa semua nelayan
yang ada di Kab.
Soppeng, semuanya adalah Nelayan Kecil.
3
Berdasarkan
pengkajian
yang
saya
lakukan
terhadap
peraturan tentang pungutan retribusi usaha perikanan ini,
saya berpendapat bahwa keberadaan peraturan ini :
Pertama
: tidak tepat sasaran dan sangat tidak
mencerminkan
Kedua
asas keadilan.
: Tidak efektif dan efisien sebagaimana
tata kelola pemerintahan yang baik.
Ketiga
: bertentangan
dengan
Undang-Undang
Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan.
Berdasarkan ketiga hal tersebut, saya selaku anggota DPRD
Kab. Soppeng masa bakti 2014-2019, menyatakan untuk
menggunakan
Hak
Interpelasi
untuk
meminta
keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan
pungutan retribusi usaha perikanan di kab. Soppeng.
Oleh karena itu, kepada ibu Ketua DPR agar kiranya segera
menindaklanjuti permasalahan ini dengan memfasilitasi DPR
dan Pemerintah Kab, Soppeng dalam hal ini dinas terkait,
agar dapat duduk bersama membahas hal yang penting ini.
Terimakasih.
4
HAK-HAK ANGGOTA DPR
1. Hak interpelasi
Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada
Pemerintah
mengenai
kebijakan
Pemerintah
yang
penting
dan
strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
2. Hak angket
Hak
angket
adalah
hak
DPR
untuk
melakukan
penyelidikan
terhadap pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan
Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan
berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundangundangan.
3. Hak imunitas
Hak imunitas adalah kekebalan hukum dimana setiap anggota DPR
tidak dapat dituntut di hadapan dan di luar pengadilan karena
pernyataan, pertanyaan/pendapat yang dikemukakan secara lisan
ataupun tertulis dalam rapat-rapat DPR, sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Tata Tertib dan kode etik.
4. Hak menyatakan pendapat
Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR untuk menyatakan
pendapat atas:
a. Kebijakan Pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang
terjadi di tanah air atau di dunia internasional
b. Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket
c. Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan
pelanggaran
hukum
baik
berupa
pengkhianatan
terhadap
negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya,
maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil
5
Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau
Wakil Presiden.
6
FUNGSI ANGGOTA DPR
1. Legislasi
Fungsi Legislasi dilaksanakan untuk membentuk undangundang bersama presiden.
2.Anggaran
Fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan
memberikan
persetujuan
atau
tidak
memberikan
persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang
APBN yang diajukan oleh Presiden.
3.Pengawasan
Fungsi pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan
atas pelaksanaan undang-undang dan APBN.
7