BAB III METODE PENELITIAN III.1 Bentuk Penelitian - Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) di Kota Padangsidimpuan (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan)
BAB III METODE PENELITIAN III.1 Bentuk Penelitian Bentuk yang akan digunakan oleh peneliti di dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang mengemukakan gejala /keadaan / peristiwa / masalah sebagaimana adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian analisa dan interpretasi.
III.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Badan Pertahanan Nasional Kota
Padangsidimpuan yang terletak di Jalan Raya Mandailing Komplek Perkantoran Pal IV Pijorkoling.
III.3 Informan Penelitian
Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan ini harus banyak pengalaman tentang penelitian, serta dapat memberikan pandangannya dari dalam tentang nilai-nilai, sikap, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat. Dalam penelitian ini ada tiga jenis informan yaitu informan kunci, informan utama dan informan tambahan. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan di dalam penelitian, informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti dan informan tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial. Dan informan utama yang dimaksudkan adalah Kepala Badan Pertanahan Nasional Padangsidimpuan, informan utama adalah staf atau pegawai BPN dan informan tambahan adalah masyarakat yang memanfaatkan program tersebut.
III.4 Teknik Pengumpulan Data 1.
Wawancara Sistematik Wawancara sistematik adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman (guide) tertulis tentang apa yang hendak ditanyakan kepada responden. Pedoman wawancara tersebut digunakan oleh pewawancara sebagai alur yang harus diikuti, mulai dari awal sampai akhir wawancara.
2. Observasi Observasi adalah pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian, data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan pancaindra.
3. Studi Dokumen (Dokumentasi) Studi dokumen yaitu cara pengumpulan data dan telaah pustaka, dimana dokumen-dokumen yang dianggap menunjang dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti baik berupa literatur, laporan tahunan, majalah, jurnal, tabel, karya tulis ilmiah dokumen peraturan pemerintah dan undang-undang yang telah tersedia pada lembaga yang terkait dipelajari, dikaji dan disusun/dikategorikan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh data guna memberikan informasi berkenaan dengan penelitian yang akan dilakukan.
III.5 Teknik Analisis Data
Dalam melakukan analisis data peneliti mengacu pada beberapa tahapan yang terdiri dari dari beberapa tahapan antara lain : a)
Pengumpulan informasi melalui wawancara terhadap informan kunci yang compatible terhadap penelitian kemudian observasi langsung ke lapangan untuk menunjang penelitian yang dilakukan agar mendapatkan sumber data yang diharapkan; b)
Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan selama meniliti tujuan diadakan transkip data (transformasi data) untuk memilih informasi mana yang dianggap sesuai dengan masalah yang menjadi pusat penelitian dilapangan; c)
Uji confirmability, berarti menguji hasil penelitian. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability-nya;
d) Penyajian data, yaitu kegiatan sekumpulan informasi dalam bentuk teks ssnaratif, grafik jaringan, tabel dan bagan yang bertujuan mempertajam pemahaman penelitian terhadap informasi yang dipilih kemudian disajikan dalam tabel ataupun uraian penjelasan.
e) Pada tahap akhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi, yang mencari arti pola-pola penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. Penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan di lapangan sehingga data-data di uji validitasnya.
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN IV.1 Sejarah Wilayah Nama kota ini berasal dari "padang na dimpu" (padang yang artinya ‘hamparan
luas’, na yang artinya ‘di’, dan dimpu yang artinya ‘tinggi’) sehingga padang sidimpuan berarti "hamparan rumput yang luas yang berada di tempat yang tinggi." Pada zaman dahulu daerah ini merupakan tempat persinggahan para pedagang dari berbagai daerah, pedangan ikan dan garam dari Sibolga- Padangsidimpuan-Panyabungan, Padang Bolak (paluta)-Padangsidimpuan- Sibolga.
Sebelumnya Padangsidimpuan merupakan Kota Administratif, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1982. Kemudian sejak tanggal 21 Juni 2001 , berdasarkan Undang – undang Nomor 4 Tahun 2001, Kota
Padangsidimpuan ditetapkan sebagai Daerah Otonom dan merupakan hasil penggabungan dari Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, Kecamatan Padangsidimmpuan Hutaimbaru, dan Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara yang sebelumnya masuk wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan.
IV.2 Letak Wilayah
Kota Padangsidimpuan dibentuk pada tahun 2001 berdasarkan Undang - Undang No. 04 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Padangsidimpuan. Secara geografis Kota Padangsidimpuan terletak pada posisi 01° 08’ 07’’- 01° 28’ 19’’ Lintang Utara dan 99° 13’ 53’- 99° 21’ 31’’ Bujur Timur. Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu kota yang terletak di Propinsi Sumatera Utara dan berada pada posisi sebelah selatan Kota Sibolga. Jarak dari Kota Padangsidimpuan ke Kota Sibolga adalah 88 Km dan dapat ditempuh dengan waktu lebih kurang 3 jam melalui jalan darat. Sedangkan jarak Kota Padangsidimpuan dengan Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah 389 Km dan dapat ditempuh dalam waktu lebih kurang 10 jam melalui jalan darat. Kota Padangsidimpuan terletak antara 260 - 1100 meter diatas permukaan laut (DPL). Dan Batas Wilayah Kota Padangsidimpuan terdiri atas : 1.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Angkola Timur KabupatenTapanuli Selatan.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan.
IV.3 Luas Wilayah
Secara geografis Kota Padangsidimpuan terletak pada posisi 01° 08’ 07’’- 01° 28’ 19’’ Lintang Utara dan 99° 13’ 53’- 99° 21’ 31’’ Bujur Timur dan berada pada 260 - 1100 meter diatas permukaan laut (DPL). Dan luas wilayah Kota
2 Padangsidimpuan ini adalah 114,85 km atau sekitar 0,16 % dari luas wilayah Sumatera Utara.
Kota Padangsidimpuan dikelilingi oleh Kabupaten Tapanuli Selatan, jadi semua wilayahnya berbatasan dengan kabupaten tersebut, wilayah ini terbagi atas 6 (enam) kecamatan dan 79 (tujuh puluh sembilan) kelurahan/desa.
IV.4 Administrasi Pemerintahan Kota Padangsidimpuan
Administrasi Pemerintahan Kota Padangsidimpuan terdiri atas enam kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Padangsidimpuan Selatan 2.
Kecamatan Padangsidimpuan Utara 3. Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua 4. Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru
5. Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu 6.
Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Wilayah administrasi dibawah kecamatan adalah desa/kelurahan yang terdiri dari 42 desa dan 37 kelurahan. Selanjutnya wilayah administrasi paling rendah adalah lingkungan dan dusun. Secara keseluruhan, jumlah lingkungan/dusun di Kota Padangsidimpuan mencapai 265 lingkungan/dusun. Serta instansi-instansi pemerintah yaitu enam badan :
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2.
Badan Kepegawaian Daerah 3. Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah 4. Badan KB, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 5. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian 6. Badan Rumah Sakit Umum Daerah
Dan terdiri dari empat belas dinas, yaitu : 1.
Sekretaris DPRD Kota Padangsidimpuan 2. Inspektorat Daerah 3. Sekretariat Kopri 4. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
5. Dinas Pekerjaan Umum Daerah 6.
Dinas Koperasi, UKM, Perindag dan Pasar 7. Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pencegahan Kebakaran 8. Dinas Pendidikan Daerah 9. Dinas Kesehatan Daerah 10.
Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan 11. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja 12. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika 13. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 14. Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata
Serta terdapat lima kantor, yaitu : 1.
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja 2. Kantor Kesbang, Politik dan Linmas 3. Kantor Lingkungan Hidup Daerah 4. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu 5. Kantor BNPB
Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Kecamatan Kota Padangsidimpuan
Luas Rasio
Jumlah No Kecamatan Wilayah Terhadap Desa/Kelurahan2 (km ) Total (%)
Kec. Padangsidimpuan
12 1. 15,81 10,84
Selatan Kec. Padangsidimpuan
2. 14,09 9,66
16 Utara Kec. Padangsidimpuan
3. 22,34 15,32
10 Hutaimbaru Kec. Padangsidimpuan
4. 28,18 19,32
8 Angkola Julu Kec. Padangsidimpuan
5. 38,74 25,88
15 Batunadua Kec. Padangsidimpuan
6. 27,69 18,99
18 Tenggara Jumlah/Total 146,85 100,00
79 Sumber : Padangsidimpuan Dalam Angka 2013 BPS Kota Padangsidimpuan Berikut ini adalah daftar walikota Padangsidimpuan :
Tabel 4.2 Daftar Walikota Kota PadangsidimpuanNo. Nama Walikota Mulai Jabatan Akhir Jabatan Keterangan
1. Drs. Zulkarnain Nasution
9 November 2001 2002 Pejabat Walikota
2. Drs. Zulkarnain Nasution 2003 2008 Walikota
3. Drs. Zulkarnain Nasution 2008 2013 Walikota
Andar Amin Harahap, S.Stp, 4.
13 Januari 2013 2018 Walikota M.Si
Sumber: padangsidimpuankota.go.id/index.php/2014-08-13-16-08 54/administrasi-pemerintahan
IV.5 Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Badan pertanahan nasional terbentuk sesuai dengan keputusan presiden republik Indonesia dengan nomor 26 tahun 1988, pada tahun 2006 diadakan perubahan struktur baik di BPN pusat, kanwil, maupun kantor pertanahan kota/kabupaten.
Berdasarkan peraturan kepala badan pertanahan nasional republik Indonesia untuk melaksanakan fungsi badan pertanahan nasional didaerah maka berdasarkan keputusan badan pertanahan nasional nomor 1 tahun 1989 dibentuklah kantor pertanahan ditingkat kota dan kabupaten.
Sebelas agenda Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia : 1.
Membangun kepercayaan masyarakat pada badan pertanahan nasional RI.
2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran tanah serta sertipikasi tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia.
3. Memastikan penguatan atas hak-hak tanah.
4. Menyelesaikan persoalan-persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana alam dan di daerah-daerah konflik diseluruh tanah air.
5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa dan konflik pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis.
6. Membangun sistem informasi dan manajemen pertanahan (SIMTANAS) dan sistem pengamanan dokumen pertanahan di seluruh Indonesia.
7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
8. Membangun database penguasaan dan pemilikan tanah 9.
Melakasanakan secara konsisten semua peraturan perundang- undangan pertanahan yang telah ditetapkan.
10. Menata kelembagaan pertanahan nasional.
11. Mengembangkan dan memperbaharui politik, hukum dan kebijakan pertanahan.
Lambang Badan Pertanahan Nasional adalah bentuk suatu kesatuan gambar dan tulisan terdiri dari:
- Gambar 4 (empat) butir padi melambangkan Kemakmuran dan kesejahteraan. Memaknai atau melambangkan 4 (empat) tujuan Penataan Pertanahan yang akan dan telah dilakukan BPN RI yaitu kemakmuran, keadilan, kesejahteraan sosial dan keberlanjutan.
- Gambar lingkaran bumi melambangkan sumber penghidupan manusia. Melambangkan wadah atau area untuk berkarya bagi BPN RI yang berhubungan langsung dengan unsur-unsur yang ada didalam bumi yang meliputi tanah, air dan udara.
- Gambar sumbu melambangkan poros keseimbangan. 3 (tiga) Garis
Lintang dan 3 (tiga) Garis Bujur Memaknai atau melambangkan pasal
33 ayat 3 UUD 45 yang mandasari lahirnya Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) nomor 5 tahun 1960.
- Gambar 11(sebelas) bidang grafis bumi memaknai atau melambangkan 11 (Sebelas) agenda pertanahan yang akan dan telah dilakukan BPN RI. Bidang pada sisi sebelah kiri melambangkan bidang bumi yang berada diluar jangkauan wilayah kerja BPN RI.
- Warna Coklat melambangkan bumi, alam raya dan cerminan dapat dipercaya dan teguh.
Warna Kuning Emas melambangkan kehangatan, pencerahan, intelektual
dan kemakmuran.- Warna Abu-abu melambangkan kebijaksanaan, kedewasaan serta keseimbangan.
2 Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan adalah 4620 m , sedangkan luas
2
bangunan adalah 400 m . Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan berlokasi di Jalan Raya Mandailing Komplek Perkantoran Pal
,
IV Pijorkoling keseluruhan wilayah berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan. Luas wilayah domain Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota
Padangsidimpuan seluas 14. 685. 680 Ha, dengan jumlah penduduk mencapai 193. 322 jiwa, serta berkewenangan mengurusi 6 Kecamatan dan 79 Desa/Kelurahan. Kondisi bangunan kantor pertanahan saat ini masih baik dan sangat layak sebagai Kantor Pelayanan, namun di beberapa tempat masih memerlukan perawatan secara rutin.
Gambaran lokasi Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan yang berada di kompleks perkantoran Pal IV Pijorkoling yang merupakan komplek dari kantor-kantor pemerintah lainnya bisa dikatakan hampir berada di pinggiran Kota Padangsidimpuan, lokasi kompleks yang sepi jauh dari kericuhan kota diharapkan dapat membantu para aparatur untuk lebih dapat berkonsentrasi untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam hal pemberian layanan publik kepada masyarakat. Namun jarak yang cukup jauh dari perkotaan dan permukiman warga dapat dikatakan menjadi suatu kendala bagi masyarakat untuk dapat mendapatkan pelayanan dari pemerintah sebagai pemberi layanan publik.
IV.6 Visi dan Misi Pelayanan Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Padangsidimpuan Visi
Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk sebesar- besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia.
Misi
Mengembangkan dan menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan untuk:
1. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan.
2. Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T).
3. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan penataan perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara di kemudian hari.
4. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan datang terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat.
5. Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas.
IV.7 Sumber Daya Manusia
a) Berdasarkan golongan :
- Golongan IV A : 1 (satu) orang
- Golongan III D : 5 (lima) orang
- Golongan III C : 2 (dua) orang
- Golongan III B : 7 (tujuh) orang
- Golongan II C : 1 (satu) orang
- Golongan II B : 1 (satu) orang
- Golongan II A : 1 (satu) orang
b) Berdasarkan sub-bagian dan seksi :
- Tata Usaha : 3 (tiga) orang
- Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan : 5 (lima orang)
- Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah : 4 (empat) orang
- Seksi Pengaturan dan Penataan Tanah : 3 (tiga) orang
- Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara : 2 (dua) orang
IV.8 Loket Pelayanan Kantor
Dalam Kantor Badan Pertanahan Nasionala Kota Padangsidimpuan untuk mengoptimalkan pelayanan maka dia lakukan dengan sistem loket, adapun loket- loket tersebut adalah : Loket 1 : Informasi Pelayanan Loket 2 : Berkas penerimaan permohonan 2a. Pelayanan :
- Kegiatan Pengukuran • Pengembalian Batas • Kutipan SU
2b. Pelayanan :
- Konversi/Pengakuan
- Pemberian Hak
- Peningkatan Hak 2c. Pelayanan :
- Pendaftaran SK
- Peningkatan hak RSS
- Pemecahan/Pemisahan/Penggabungan
- Penggantian Sertipikat 2d. Pelayanan :
- Pengecekan Sertipikat • SKPT
2e. Pelayanan :
- Peralihan Hak • Roya • Pemasangan Hak Tanggungan Loket 3 : Pelayanan Administrasi Pembayaran/Keuangan Loket 4 : Pelayanan administrasi Penyerahan Hasil Pekerjaan
Lantai 1 Luas No Pemanfaatan
2 (M )
1. Loket Pelayanan
10
2. Ruang Server
5
3. Lobby ( Ruang Tunggu Pelayanan ) +
15 Teras
4. Ruang Kepala Kantor
35
5. Ruang Sub Bagian Tata Usaha
40
6. Ruang Seksi Hak Tanah dan
40 Pendaftaran Tanah
7. Ruang Seksi Survey Pengukuran dan
40 Pemetaan
8. Ruang Seksi Pemberdayaan
40 Masyarakat
9. Ruang Seksi Sengketa Konflik dan
40 Perkara
10. Ruang Seksi Pengaturan dan Penataan
40 Pertanahan
11. Aula
30 Sumber: Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan
IV.9 Struktur Organisasi Badan Pertanahan Nasional
Kantor Badan Pertanahan Nasional kota Padangsidimpuan dipimpin oleh seorang kepala kantor yang bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional.
- Kepala kantor Badan Pertanahan Nasional kota Padangsidimpuan, membawahi :
- Kepala sub bagian tata usaha, membawahi :
- Kepala urusan umum dan kepegawaian
- Kepala urusan perencanaan dan keuangan
- Kepala seksi survey, pengukuran dan pemetaan, membawahi :
- Kepala sub seksi pengukuran dan pemetaan
- Kepala sub seksi tematik dan potensi tanah
- Kepala seksi hak tanah dan pendaftaran tanah, membawahi :
- Kepala sub seksi penetapan hak tanah
- Kepala sub seksi pengaturan tanah pemerintah
- Kepala sub seksi pendaftaran hak
- Kepala sub seksi peralihan, pembebanan hak dan PPAT
- Kepala seksi pengaturan dan penetaan pertanahan, membawahi :
- Kepala sub seksi penatagunaan tanah dan kawasan tertentu
- Kepala sub seksi landreform dan konsolidasi tanah
- Kepala seksi pengendalian dan pemberdayaan, membawahi :
- Kepala sub seksi pengendalian pertanahan
- Kepala sub seksi pemberdayaan masyarakat
- Kepala seksi sengketa, konflik dan perkara, membawahi :
- Kepala sub seksi perkara pertanahan
- Kepala sub seksi sengketa dan konflik pertanahan
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Drs. Hermansyah Kepala Urusan Perencanaan
Sengketa, Konflik dan Perkara Dapot Tua Simanjuntak, SH
Tanah Kasubsi Landreform dan Konsolidasi Tanah Suriati
Potensi Tanah Kasubsi Pengaturan Tanah Pemerintah Kasubsi Pendaftaran
Kasubsi Sengketa dan Konflik Masbulan, SH Kasubsi Tematik dan
H. Amril,SP Kasubsi Pemberdayaan Masyarakat
Hak Tanah Amri Rangkuti Kasubsi PGT dan Kawasan Tertentu
Kasubsi Pengukuran dan Pemetaan Bambang Sutomo, S. Sit Kasubsi Penetapan
Pertanahan dan Pemberdayaan Rifi Hamdani Kepala Seksi
Dan Keuangan Ardhi Jayali Lubis, S.IP
Bambang Hastiyanto, SH Kepala Seksi Pengendalian
Amri Siregar,SH Kepala Seksi Survey, Pengukuran Dan Pemetaan
S. Sit Kepala Seksi Hak Tanah Dan Pendaftaran Tanah
Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan Khairul Hasan Lubis,
Kepala Urusan Umum Dan Kepegawaian Romadhan Lubis,
Sumber : Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan Kepala Kantor Fachrul Husin Nasution, SH, M.Kn
Bagan 4.1. Struktur Organisasi Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota PadangsidimpuanKasubsi Pengendalian Pertanahan Kasubsi Perkara Pertanahan
Tabel 4.4 Daftar Pegawai Sipil Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan8. Andri Pratama
Sit 1978041
1 199803 1 002
III/b Penata Muda Tk.
I Kepala Sub Seksi Pengukuran dan
Pemetaan 7. Iman K. Yulianto
1973070
5 200312 1 004
II/b Pengatur Muda
TK. I Staf
Survei,Pengukuran dan Pemetaan
1986061
Kepala Seksi Survei,Pengukuran dan Pemetaan
7 200912 1 002
II/a Pengatur Muda
Staf Survei,Pengukuran dan Pemetaan
9. Amri Siregar,SH
1959123
1 198203 1 042
III/d Penata TK. I
Kepala Seksi Hak Tanah dan
Pendaftaran Tanah
10. Amri 1959081
III/a Kepala Sub Seksi
6. Bambang Sutomo, S.
III/d Penata TK. I
No . Nama Pegawai NIP Pangkat/Golong an Jabatan Foto Pegaw ai 1.
Keuangan 3. Romadhan Lubis, S.
Fachrul Husin
Nasution, SH, M.Kn
1971101
5 199303 1 002
III/d Penata TK. I
Kepala Kantor 2. Ardhi Jayali
Lubis, S.IP 1984120
9 200912 1 001
III/a Penata Muda
Kepala Urusan Perencanaan dan
Kom 1985052
8 198003 1 003
2 200912 1 002
III/a Penata Muda
Kepala Urusan Umum dan
Kepegawaian 4. Mardame
Pasaribu, Amd
1984120
6 200903 1 005
II/c Pengatur
Staf Tata Usaha 5. Bambang
Hastiyanto, SH
1958021
Kasubsi Peralihan, Pembebanan Hak dan PPAT Parlautan Harahap Rangkuti 198003 1 005
Penata Muda Penetapan Hak Tanah 11.
Kepala Sub Seksi Sengketa dan
7 199803 1 003
III/c Piñata
Kepala Seksi Pengendalian
Pertanahan dan Pemberdayaan 16.
Masbulan, SH
1961041
5 198303 2 001
III/d Penata TK. I
Konflik 17. Dapot Tua
Hamdani Rangkuti,
Simanjunta k, SH 1960020
7 198503 1 004
III/d Penata TK. I
Kepala Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara
18. Drs.
Hermansya h 1960010
2 198203 1 003
III/d Penata TK. I
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
S. Sit 1979022
Konsolidasi Tanah 15. Rifi
Parlautan Harahap
Kepala Seksi Pengaturan dan
1961032
3 198303 1 005
III/b Penata Muda Tk.
I Kepala Sub Seksi Peralihan,Pembeban an Hak dan PPAT
12. Khairul Hasan Lubis, S.
Sit 1970073
199103 1 002
III/c Penata
Penataan Pertanahan 13.
I Kepala Sub Seksi Landreform dan
H. Amril,SP
1961091
8 198603 1 002
III/b Penata Muda Tk.
I Kepala Sub Seksi PGT dan Kawasan
Tertentu
14. Suriati 1964083
198603 2 003
III/b Penata Muda Tk.
Sumber : Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan
Tabel 4.5 Struktur Organisasi LARASITA Kantor BPN Kota Padangsidimpuan
NO. NAMA/NIP/PANGKAT/GOL. JABATAN Ditunjuk
SebagaiFachrul Husin Nasution, SH, Penanggung
M.Kn 1.
Kepala Kantor Jawab 197110151993031002 Penata Tk I (III/d) Rifi Hamdani Rangkuti, S.Si.T Kepala Seksi
Pengendalian 19790227 199803 1 003
2. Koordinator
dan Penata (III/c) Pemberdayaan
Kasubsi Suriati
Landreform dan 3. 19640830 198603 2 003 Anggota
Konsolidasi Penata Muda Tk. I (III/b)
Tanah Masbulan, S.H. Kasubsi 4. 19610415 198303 2 001 Sengketa dan Anggota Penata Tk I (III/d) Konflik Andri Pratama Staf Seksi Anggota 5.
Survey, Pengukuran dan . 19860617 200912 1 002
Pemetaan Pengatur Muda (II/a)
Sumber: Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan
Dan berikut Tabel struktur Tim Pelaksana LARASITA pada Kantor Pertanahan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015:
Tabel 4.6 Struktur Tim LARASITA Kantor BPN Kota Padangsidimpuan NO. NAMA/NIP/PANGKAT/GOL. JABATAN DitunjukSebagai
Rifi Hamdani Rangkuti, S.Si.T Kepala Seksi Pengendalian 19790227 199803 1 003
1. Koordinator
dan Penata Muda Tk. I (III/b)
Pemberdayaan Romadhan Lubis, S.Kom Kepala Urusan Petugas 2. 19850522 200912 1 002 Umum dan Penerimaan Penata Muda (III/a) Kepegawaian Berkas Ardhi Jayali Lubis, S.IP.
Kepala Urusan Petugas 3. 19841209 200912 1 001 Perencanaan dan Penerimaan
Keuangan Berkas Penata Muda (III/a)
H. AMRIL, SP. Kepala Subseksi Penatagunaan 19610918 198603 1 002
Petugas Tanah dan 4.
Penerimaan Penata Muda Tk. I (III/b)
Kawasan Uang
Tertentu
Sumber: Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan, maka dapat digambarkan hasil penelitian sebagai berikut :
V.1 Implementasi LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah)
di Kota PadangsidimpuanImplementasi Program LARASITA di Kota Padangsidimpuan, dapat dilihat dengan membandingkan antara sasaran kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan penerima manfaat kebijakan. Artinya, apabila isi kebijakan yang dikeluarkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat penerima kebijakan maka kebijakan tersebut dianggap berhasil Sebaliknya, apabila Masyarakat mengangap bahwa program yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak cukup efektif maka kebijakan tersebut dianggap gagal . Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn (dalam Subarsono, 2005: 99) ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni : a)
Standar dan Sasaran kebijakan
b) Sumber Daya
c) Komunikasi antar organisasi
d) Karakteristik agen pelaksana
e) Kondisi sosial, ekonomi, dan politik.
f) Disposisi implementor Adapun sasaran dari pelaksanaan program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) adalah memudahkan masyarakat dalam pengurusan tanah utamanya masyarakat yang berada di daerah terpencil. Hal ini juga terdapat dalam UU No.18 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa LARASITA bersifat pendekatan terhadap masyarakat dalam rangka pengurusan tanah. Maka berdasarkan hasil wawancara dan observasi oleh peneliti, maka dapat dijabarkan sebagai berikut : Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan di Kota Padangsidimpuan berharap dengan adanya program LARASITA ini mengubah sifat BPN yang tadinya pasif menjadi aktif, selain itu program ini juga diharapkan akan mendekatkan masyarakat dengan BPN. Dan dengan program ini diharapkan pengurusan tanah yang dilakukan oleh masyarakat dapat diselesaikan dengan mudah dan cepat.
Terkait dengan program LARASITA ini, berikut tanggapan dari Kepala Kantor Pertanahan bahwa : “ Program LARASITA ini memberikan kemudahan bagi masyarakat, karena
dengan adanya program ini maka akan menghindarkan masyarakat dari calo.
Program ini dapat juga disebut dengan kantor berjalan, karena apapun yang
dilakukan dikantor dapat dilakukan pada program LARASITA ini. ” (Hasil wawancara 12 Maret 2015)Sama halnya dengan Kepala Kantor BPN, ini tanggapan dari Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan ; “ Program LARASITA ini merupakan pelayanan prima, yang artinya dimana
urusan mengenai masalah tanah yang bisa diselesaikan dalam satu hari dan
membayar sesuai dengan aturan. LARASITA ini dapat dikatakan dengan sistem
jemput bola, dimana kami mendatangi masyarakat langsung dan masyarakat juga
bisa langsung mengurus masalah tanah tanpa ada perantara ”.(Hasil wawancara 06 Maret 2015 ).
Berdasarkan hasil wawancara dapat saya simpulkan bahwa dengan adanya program LARASITA ini dianggap lebih memudahkan masyarakat dalam masalah kepengurusan tanah, dan dapat menghindarkan masyarakat dari jaringan penerima jasa atau yang biasa kita kenal dengan sebutan calo. Dan tanggapan masyarakat yang telah memanfaatkan program ini adalah :
“ Dulu saya malas mengurus hal-hal yang berkaitan dengan masalah tanah,
karena kantor BPN sangat jauh dari rumah saya. Tetapi dengan adanya program
ini saya sangat terbantu, selain menghemat waktu saya juga menghemat ongkos ”.(Hasil wawancara 26 Februari 2015)
Dengan program LARASITA ini diharapkan dapat memberikan pelayanan prima diseluruh kecamatan di kota Padangsidimpuan ini, sebagaimana dengan apa yang disampaikan oleh Kepala Seksi Kasi Pengendalian dan Pemberdayaan bahwa :
“Program LARASITA ini dilaksanakan diseluruh kecamatan yang ada dikota
Padangsidimpuan ini. Program ini dilaksanakan setiap hari Rabu dan Kamis,
dan kami berencana untuk membuat menjadi tiga kali dalam seminggu jika
memang bisa.”( Hasil wawancara 16 Maret 2015 ) Adapun lokasi Kegiatan LARASITA meliputi :
Tabel 5.1 Lokasi Kegiatan LARASITA No Kecamatan1. Kec. Padangsidimpuan Selatan
2. Kec. Padangsidimpuan Utara
3. Kec. Padangsidimpuan Hutaimbaru
4. Kec. Padangsidimpuan Angkola Julu
5. Kec. Padangsidimpuan Batunadua
6. Kec. Padangsidimpuan Tenggara
Sumber: Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan
V.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Implementasi
Dalam implementasi atau pelaksanaan suatu kebijakan dipengaruhi oleh berbagai faktor, begitu juga dengan pelaksanaan program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikat Tanah) di kota Padangsidimpuan. Adapun berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti, maka dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Standar dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya dari ukuran dan tujuan kebijakan yang bersifat realistis dengan sosio-kultur yang ada di level pelaksana kebijakan. Sama halnya pada kantor BPN kota Padangsidimpuan dimana dengan dikeluarkannya program LARASITA maka para implementor harus mengetahui sasaran dan tujuan dan kebijakan tersebut. Implementasi kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal ketika para pelaksana tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar dan tujuan kebijakan. Standar dan tujuan kebijakan memiliki hubungan yang erat dengan disposisi para implementor. Arah disposisi implementor terhadap standar dan tujuan kebijakan juga merupakan hal yang krusial. Implementor mungkin bisa jadi gagal dalam melaksanakan kebijakan, dikarenakan mereka tidak mengerti apa yang menjadi tujuan suatu kebijakan.
Sasaran dan tujuan yang jelas dan terarah sangatlah penting guna menyukseskan program yang ingin dilaksanakan.
Seperti hal yang diutarakan oleh Kepala Kantor BPN Kota Padangsidimpuan bahwa : “ Program LARASITA ini tujuannya adalah memudahkan masyarakat dalam
pengurusan permasalah tanah dengan cara mendatangi masyarakat disetiap
kecamatan yang menjadi sasaran dari program ini. Dan program ini juga akan
lebih mendekatkan masyarakat dengan BPN, dan menghilangkan stigma bahwa
mengurus permasalahan tanah itu sulit dan memakan biaya yang sangat mahal.” (Hasil wawancara 12 Maret 2015)Serupa dengan apa yang dikemukakan oleh Kepala Kantor BPN, Kepala Kasi Pengendalian dan Pemberdayaan mengatakan bahwa :
“ Program ini merupakan program jemput bola, dimana kami yang mendatangi
masyarakat dengan menggunakan mobil yang menjadi salah satu fasilitas dari
program ini. Dan program ini merupakan pelayanan prima, dimana masalah
tanah yang dapat diselesaikan dalam satu hari akan diselesaikan pada hari itu
juga dengan biaya yang sesuai dengan peraturan yang ada. Dapat dikatakan
apapun yang dilakukan di kantor dapat dilakukan di tengah-tengah masyarakat
dengan program ini.” (Hasil wawancara 06 Maret 2015)Berdasarkan hasil dari wawancara yang dilakukan, maka saya menarik kesimpulan bahwa sasaran dari program LARASITA adalah semua kecamatan yang ada di kota Padangsidimpuan, dan tujuannya adalah untuk memudahkan masyarakat dalam proses kepengurusan masalah tanah dan dengan program ini masyarakat dapat menghemat waktu dan juga biaya.
b. Sumber daya
Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia manusia, maupun non-manusia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Setiap tahap implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara politik. Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial dan waktu menjadi perhitungan penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan. Van Meter dan Van Horn (dalam Widodo 1974) menegaskan bahwa sumber daya kebijakan tidak kalah pentingnya dengan komunikasi. Sumber daya kebijakan ini juga harus tersedia dalam rangka untuk memperlancar administrasi implementasi suatu kebijakan. Sumber daya ini terdiri atas dana atau intensif lain dalam implementasi kebijakan adalah merupakan sumbangan besar terhadap gagalnya implementasi suatu kebijakan.
1. Kualitas dan Kuantitas Pelaksana
Dalam pelaksanaan suatu program tentu saja diperlukan pelaksana guna mendukung terlaksananya program dengan baik. Tanpa adanya personil untuk melaksanakan suatu program, maka kebijakan atau program apapun tidak dapat berjalan dengan baik dan hanya akan tinggal sebagai dokumen tanpa ada realisasinya. Oleh karena itu, ketersediaan pelaksana yang cukup serta berkompetensi dalam mendorong keberhasilan program sangat diperlukan.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan Kepala BPN kota Padangsidimpuan bahwa :
“ Pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada seluruh staff adalah dengan
memberi penjelasan tentang bagaimana jalannya program LARASITA dan apa
yang dibutuhkan dari program ini, sehingga dengan penjelasan seperti ini saja
seluruh staff akan mengerti harus bagaimana dan menjalankan program ini
sesuai dengan proses yang telah ditetapkan.”(Hasil wawancara 12 Maret 2015)
Hal tersebut juga dipertegas oleh Kasi Pengendalian dan Pemberdayaan bahwa :
“ Kami sudah memberikan bagaiman prosedur atau jalannya program ini, apa
yang diperlukan dan dibutuhkan juga sudah kami jelaskan kepada staff yang
bersangkutan. Saya rasa tidak sulit menjalankan program ini, cukup mengerti
tentang bagaimana menjalankan komputer yang sudah terkoneksi dengan
jaringan internet. Dan untuk bagian lain seperti, menyelesaikan masalah tanah
untuk pegawai BPN mustahil mereka tidak mengerti. “(Hasil wawancara 06 Maret 2015)
Dal hal ketersediaan sumber daya pelaksana, di dalam termasuk jumlah pelaksana atau kuantitas yang memadai. Mengenai hal ini, tanggapan dari Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah
“ Dulunya ada Seksi IV yang khusus menangani program ini, tetapi sekarang
Seksi IV ini dipindahkan ke BPN Tapsel, sehingga untuk kuantitas jelas disini
sangat kekurangan. Karena itu, sekarang seluruh staff di Kantor BPN ini ambil
bagian di program ini, tetapi diprioritaskan kepada pegawai di bagian
pemberdayaan dan pengendalian. “ (Hasil wawancara 06 Maret 2015).Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan, dapat diketahui bahwa kuantitas tidak memadai dikarenakan satu seksi dipindahkan, tetapi itu tidaklah menjadi cukup masalah karena yang terpenting adalah partisipasi yang aktif oleh pihak-pihak yang terkait.
Selain jumlah pelaksana yang memadai juga diperlukan adanya pelaksana yang kompeten dalam menjalankan program, karena apabila jumlah pelaksana mencukupi, namun tanpa diimbangi dengan kemampuan atau keahlian dalam menajalankan program, maka dalam proses pelaksanaannya tidak dapat berjalan maksimal, begitu juga sebaliknya. Ketersediaan sumber daya manusia yang terampil merupakan hal yang sangat penting agar pelaksanaan program lebih efektif dan efisien, dimana kadangkala pelaksanaan suatu kegiatan terhambat bukan karena jumlah pelaksana yang tidak memadai, tetapi lebih kepada kurangnya kualitas dari sumber daya manusia sebagai pelaksana.
Pada pelaksanaan program LARASITA ini, tanggapan dari Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan bahwa :
“ Walaupun jumlah pegawai kami dapat dikatakan tidak cukup atau kurang
memadai, tetapi kami secara umum memiliki kemampuan yang bisa dikatakan
memadai. Terlebih kami bekerja mengikuti prosedur yang ada, sehingga secara
langsung dapat menambah keahlian masing-masing pelaksana dalam
menjalankan tugasnya masing-masing.”(Hasil wawancara 06 Maret 2015)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa staff atau pegawai menjalankan program ini sesuai dengan prosedur yang ada dan secara umum keahlian dan keterampilan dari para staff atau pegawai dapat dikatakan sudah memadai.
2. Sumber Daya Kebijakan
Sumber daya kebijakan tidak kalah pentingnya dengan komunikasi. Sumber daya kebijakan ini juga harus tersedia dalam rangka untuk memperlancar administrasi implementasi suatu kebijakan. Kurangnya atau terbatasnya dana atau insentif lain dalam implementasi kebijakan adalah merupakan sumbangan besar terhadap gagalnya implementasi kebijakan.
Seperti yang dikemukakan Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah bahwa :
“ Untuk masalah dana kami mendapatkan dari pusat. Dan ditentukan oleh PNPB
sesuai dengan luas PP46. Pada program ini kami tidak mengalami kesulitan
masalah dana, baik itu dari segi kendaraan maupun komputer beserta
jaringannya semua dana itu dari pusat. Kami tidak pernah meminta tambahan
dana karena kami sadar ini tugas kami, apa yang kami lakukan dikantor akan
kami lakukan di mobil yang menjadi fasilitas LARASITA ini. “ (Hasil wawancara 06 Maret 2015)Hal yang sama juga dipertegas oleh Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan :
“ Kami tidak pernah mendapat kendala masalah dana untuk program LARASITA
ini. Dana yang diturunkan dari pusat akan di anggarkan oleh bendahara BPN,
sehingga segala jenis pendanaan dapat diproses lebih cepat. “ (Hasil wawancara 06 Maret 2015)Berdasarkan wawancara yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Kantor BPN Kota Padangsidimpuan mendapatkan dana dari pusat dan sudah terdistribusikan dengan baik, sehingga program dapat terlaksana dengan baik secara pendanaan.
c. Hubungan antar organisasi
Agar kebijakan publik ini dilaksanakan dengan efektif, menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Widodo 1974) apa yang menjadi standar tujuan harus dipahami oleh para individu (implementors). Yang bertanggungjawab atas pencapaian standar dan tujuan kebijakan, karena itu standar dan tujuan harus dikomunikasikan kepada para pelaksana. Komunikasi dalam kerangka penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan seragam dari berbagai sumber informasi.
Jika tidak ada kejelasan dan konsistensi serta keseragaman terhadap suatu standar dan tujuan kebijakan, maka yang menjadi standar dan tujuan kebijakan itu sulit untuk bisa dicapai. Dengan kejelasan itu, para pelaksana kebijakan dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya dan tahu apa yang harus dilakukannya.
Dalam suatu organisasi publik, pemerintah daerah misalnya, komunikasi sering merupakan proses tersulit dan kompleks. Prosese pentransferan berita kebawah di dalam organisasi atau dari suatu organisasi ke organisasi lain, dan ke komunikator lain, sering mengalami gangguan baik yang disengaja maupun tidak. Jika sumber komunikasi berbeda memberikan interpretasi yang tidak sama terhadap suatu standar dan tujuan, atau sumber informasi sama memberikan interpretasi yang penuh dengan pertentangan, maka pada suatu saat pelaksana kebijakan akan menemukan suatu kejadian yang lebih sulit untuk melaksanakan suatu kebijakan secara insentif. Proses penyampaian informasi antara pembuat kebijakan dengan pelaksanan menyangkut keterkaitan antara keputusan yang telah dibuat dengan aturan mengenai pelaksanaannya, termasuk petunjuk teknis pelaksanaan, sehingga pelaksana tidak mengalami kesalahan dalam melaksanakan program yang bersangkutan. Berdasarkan penjelasan Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah bahwa :
“ Proses penyampaian mengenai program ini dilakukan saat ada rapat-rapat
yang biasanya dilaksanakan setiap hari Senin dan Jumat. Sedangkan,
pelaksanaan mengenai program LARASITA ini kami mengikuti prosedur yang
ada.” (Hasil wawancara 06 Maret 2015)Hal yang serupa juga dijelaskan oleh Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan bahwa :
“ Pemberitahuan program ini pertama kali diketahui oleh Kepala BPN dan
setelah itu Kepala BPN akan menyampaikan mengenai program itu kepada kami
melalui rapat yang biasanya diadakan di hari Senin atau Jumat.” (Hasil wawancara 06 Maret 2015)Kesimpulan dari wawancara yang saya lakukan mengenai proses penyampaian informasi adalah bahwa program LARASITA ini disampaikan oleh Kepala BPN melalui rapat yang diadakan dua kali seminggu dan mengenai pelaksaannya staff mengikuti prosedur yang ada.