Bab 3 Kerangka Penelitian - Dukungan Keluarga dan Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

Bab 3 Kerangka Penelitian

  1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual dalam penelitian ini memberikan gambaran tentang

  Dukungan keluarga dengan mengkategorikan dukungan keluarga dalam tiga tingkatan yaitu rendah, cukup dan tinggi dan kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-haridengan mengkategorikan ke dalam tingkat kemandirian mandiri, ringan, sedang, berat, dan total di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

  Skema1. Gambaran Dukungan Keluarga dan Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja

Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

  Dukungan Keluarga terhadap Kemandirian Lansia dalam klien : Aktivitas Sehari-hari, meliputi:

  • Dukungan emosional - BAB/BAK
  • Dukungan informasional - Membersihkan diri
  • Dukungan instrumental - Penggunaan toilet
  • Dukungan penilaian - Makan - Berpindah po
  • Mobilitas/berjalan
  • Mandi - Berpakaian - Naik/turun tangga

  Dikategorikan : Dikategorikan :

  • mandiri
  • re>ringan
  • c
  • sedang
  • tinggi

  2 Definisi Operasional - berat

  • total

  29

  2. Definisi Operaional Dukungan keluarga adalah suatu proses yang terjadi secara terus menerus sepanjang masa kehidupan seorang dengan lainnya yang saling berikatan dan membantu satu sama lain dalam wadah kelompok kecil sesuai tahap-tahap siklus kehidupan, dukungan keluarga meliputi dukungan emosional, dukungan informasional, dukungan instrumental dan dukungan penilaian.

  Dukungan emosional adalah bantuan yang diberikan secara emosional dalam bentuk perhatian dari keluarga dengan adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan serta pengharapan dalam kehidupan.

  Dukungan informasional adalah bantuan keluarga yang diberikan dalam bentuk saran, usulan, nasehat, petunjuk dan pemberi informasi.

  Dukungan instrumental adalah bentuk yang diberikan keluarga dalam bentuk bantuan pendampingan, pemberian dana dan meluangkan waktu untuk melayani dan mendengarkan klien anggota keluarga dalam menyampaikan perasaan dan hal-hal yang dialami.

  Dukungan penilaian adalah bantuan dari keluarga dalam memberikan penghargaan, perhatian, dan pujian kepada sesama anggota keluarga yang telah memberikan respon positif.

  Dukungan keluarga dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Kuesioner Dukungan Keluarga (KDK) dalam bentuk skala likert dengan menggunakan skala ukur ordinal dengan hasil rendah, cukup, tinggi.

  Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Kemandirian lansia adalah suatu keadaan dimana seorang lansia berupaya untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari berdasarkan tingkat ketergantungan terhadap keluarga meliputi kemampuan dalam buang air besar, kemampuan dalam buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur, cuci muka), mandi, penggunaan toilet (masuk dan keluar WC, melepas/memakai celana, menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya, mobilitas/berjalan, berpakaian dan naik/turun tangga.

  Kemandirian lansia dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Kuesioner Aktivitas Sehari-hari (KKLAS) Indeks Barthel dalam bentuk skala likert dengan menggunakan skala ukur ordinal dengan hasil ketergantungan Total, Berat, Sedang, Ringan, Mandiri.

Bab 4 Metode Penelitian

  1. Desain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif.

  Notoatmodjo (2012) memaparkan bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang mendeskripsikan atau menggambarkan suatu keadaan yang terjadi di dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dukungan keluarga dan kemandirian lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

  2. Populasi dan Sampel

  2.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi penelitian ini adalah lansia yang dibina oleh Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan yang terdapat pada 20 posyandu lansia yang sebanyak 665 orang tercatat sampai dengan pada bulan November 2014.

  2.2 Sampel Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah lansia yang dibina di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan.

  32 Penentuan jumlah sampel penelitian didasarkan pada ketentuan rumus dari Arikunto tahun 2010 yaitu jika populasi lebih dari 100 orang, dapat diambil jumlah sampel 10%-15% dari sejumlah populasi yang dianggap representatif. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menetapkan jumlah responden 10% dari jumlah populasi. Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 67 orang. Adapun kriteria inklusif responden dalam penelitian ini adalah lansia yang dibina di Posyandu Lansia, lansia yang berusia lebih dari 60 tahun, lansia yang memiliki masalah kesehatan, lansia yang tinggal bersama keluarga, tidak sedang mengalami disorientasi tempat, waktu, orang, dapat berkomunikasi dengan berbahasa indonesia dan bersedia menjadi responden.

  2.3 Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan Quota

  , yaitu teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menetapkan

   Sampling sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah (Notoatmodjo, 2012).

  3. Lokasi dan Waktu Penelitian inidilakukan di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas

  Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan. Adapun alasan pemilihan lokasi karena pada survey awal penelitian diketahui bahwa Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan memiliki kegiatan Posyandu lansia yang aktif sehingga terdapat jumlah sampel penelitian yang memadai sesuai dengan kriteria sampel penelitian. Lokasi ini jugamudah untuk dijangkau peneliti dan belum ada peneliti yang melakukan penelitian tentang dukungan keluarga dan kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan sehingga peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian.

  Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 11 April sampai dengan 8 Juni 2015.

  4. Pertimbangan Etik Perkembangan etik dimulai dari proses administrasi penelitian yaitu setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan

  USU) dan izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan, selanjutnya peneliti melakukan beberapa langkah-langkah penelitian mulai dari pertimbangan etik penelitian yang meliputi: persetujuan dari responden penelitian (Informed Consent), lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan dan disertai judul penelitian, bila responden tidak bersedia menjadi responden maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghargai hak-hak responden. Penelitian dilakukan dengan rahasia (Anomity), dan untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, maka waktu penelitian ini peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode penelitian (Confidentiality), kerahasian informasiresponden dijamin oleh peneliti sebagai kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Penelitian ini tidak menyakiti aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual dari responden.

  5. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang terdiri dari 3 bagian berisi: Kuesioner Data Demografi (KDD), Kuesioner Dukungan Keluarga (KDK) dan Kuesioner Kemandirian Lansia dalam Aktivitas sehari-hari (KKLAS).

  Kuesioner tentang data demografi adalah aspek data tentang responden meliputi kode nomor, jenis kelamin, umur, tinggal dengan, agama, suku, masalah kesehatan, pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. Data demografi ini diisi pada bagian yang telah disediakan pada lembar kuesioner.

  Kuesioner dukungan keluarga diidentifikasikan berdasarkan konsep dari Caplan pada tahun 1976dan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian.

  Penelitian dengan menggunakan skala likert yaitu untuk penilaian dukungan keluarga yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang meliputi empat komponen dukungan keluarga yang diterima oleh lansia berupa dukungan emosional (1-5), dukungan informasi (6-10), dukungan instrumental (11-15), dan dukungan pengharapan (16-20). Kuesioner ini disusun dalam bentuk pertanyaan positifdengan empat alternatif jawaban yang terdiri dari selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), tidak pernah (TD).

  Pertanyaan-pertanyaan positif terdapat pada nomor 1-20. Skor nilai yang diberikan untuk setiap pertanyaan 1 sampai 4, dimana jawaban selalu (SL) nilai 4, sering (SR) nilai 3, kadang-kadang (KD) nilai 2, tidak pernah (TD) nilai 1. Dengan total skor 20-80. Semakin tinggi jumlah skor maka dukungan keluarga semakin baik.

  Dukungan keluarga terhadap lansia akan dikategorikan berdasarkan rumus statistika menurut Hidayat (2009).

  Dimana i merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurangi nilai terendah). Dan hasil skoring dukungan keluarga nilai tertinggi 80 dan nilai terendah adalah 20, maka rentang kelas adalah 60 dengan 3 kategori banyak kelas, sehingga diperoleh panjang kelas sebesar 20. Data untuk kuesioner dukungan keluarga (KDK) dikategorikan sebagai berikut: 20-40 adalah dukungan keluarga rendah, 41-60 adalah dukungan keluarga cukup dan 61-80 adalah dukungan keluarga tinggi.

  Kuesioner kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari (KKLAS) meliputikemampuan dalam buang air besar, kemampuan dalam buang air kecil, membersihkan diri (memasang gigi palsu, sikat gigi, sisir rambut, bercukur, cuci muka), mandi, penggunaan toilet (masuk dan keluar WC, melepas/memakai celana, menyeka, menyiram), makan, berpindah posisi dari tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya, mobilitas/berjalan, berpakaian dan naik/turun tangga.Kuesioner aktivitas sehari-hari diukur dengan menggunakan indeks barthel yaitu mandiri dengan skor 20, ketergantungan ringan 12-19, ketergantungan sedang 9-11, ketergantungan berat 5-8 dan ketergantungan total 0-4. Pertanyaan yang diajukan terdiri dari 10 butir yang merupakan pertanyaan yang terstruktur yaitu menjawab sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan.

  6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

  6.1. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan- tingkatan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan memenuhi unsur penting dengan menentukan validitas pengukuran instrumen yaitu: relevansi isi, instrumen disesuaikan dengan tujuan penelitian agar dapat mengukur objek dengan jelas. Pada penelitian ini akan dilakukan penyesuaian instrumen penelitian sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu relevan pada sasaran subjek dan cara pengukuran melalui instrumen yang disusun sesuai dengan tinjauan pustaka.

  Instrumen penelitian berupa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini divalidasikan oleh Dosen Fakultas Keperawatan USU yang memiliki kesesuaian bidang ilmu terkait dukungan keluarga yaitu oleh Ibu Lufthiani S.Kp, Ns, M.Kes dan nilai valid yang didapat yaitu 0,9 karena nilai valid lebih besar dari 0,7 maka kuesioner dukungan keluarga telah valid. Untuk instrumen penelitian Kuesioner Kemandirian Lansia dalam Aktivitas sehari-hari kuesioner ini diadopsi langsung dari indeks barthel dengan menerjemahkan indeks barthel ke dalam bahasa Indonesia. Kuesioner ini telah diuji validitas oleh Agung (2006) dengan Coefficient Alpha Cronbach 0,938.

  6.2. Reliabilitas Sebagai pemeriksaan pendahuluan sebelum melakukan penelitian, menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012). Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat mengukur secara konsisten objek yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel yang sama.

  Uji Reliabiitas ini dilakukan terhadap responden yang tidak termasuk dalam jumlah sampel penelitian dengan menggunakan metode uji

  

Cronbach’s Alpha untuk Kuesioner Dukungan Keluarga (KDK). Uji

  reliabilitas penelitian ini dilakukan terhadap responden yang memenuhi kriteria sampel penelitian kemudian jawaban dari responden diolah menggunakan komputerisasi. Bila dilakukan uji reliabilitas diperoleh nilai

  Cronbach’s Alpha (α) lebih dari 0,70 maka instrumen dinyatakan reliabel

  (Polit & Hungler, 1995). Hasil uji reliabilitas terhadap kuesioner dukungan keluarga adalah 0,902 dan untuk uji reliabilitas kuesioner kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari adalah 0,969 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.

  7. Pengumpulan Data Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) kemudian mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ke Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk meneliti di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Percut Sei Tuan. Peneliti menentukan responden yang sesuai dengan kriteria insklusi yang telah ditetapkan. Setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada responden tersebut tentang tujuan, manfaat dan cara pengisian kuesioner. Kemudian bagi calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani informed consent. Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara peneliti membacakan isi kuesioner kepada responden dan responden menjawab pertanyaan. Jawaban yang diberikan oleh responden juga disesuaikan peneliti dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti saat pengisian kuesioner berlangsung dan selanjutnya peneliti menandai jawaban yang diberikan responden di lembar kuesioner. Selesai pengisian, peneliti memeriksa kelengkapan data. Jika data yang kurang lengkap, data dapat langsung dilengkapi selanjutnya data yang terkumpul dianalisa.

  Revisi Pengumpulan data penelitian, peneliti hanya melakukan pengumpulan data di 10 posyandu lansia hal ini dikarenakan bahwa posyandu lansia yang aktif hanya 10 posyandu lansia dari 20 posyandu lansia.

  8. Analisa Data Analisa data dilakukan setelah semua data dalam kuesioner dikumpulkan melalui beberapa tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Kemudian memasukkan (entry) data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi. Dilakukan dengan pengolahan data dengan menggunakan program komputerisasi. Pengolahan data dilakukan dengan cara univariat, dimana data univariat untuk menampilkan data demografi yang terdiri dari usia, jenis kelamin, bertempat tinggal dengan, agama, suku, masalah kesehatan, pekerjaan, penghasilan, pendidikan, dukungan keluarga dan kemandirian aktivitas sehari-hari dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Bab 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian

  Pada bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang dukungan keluarga dan kemandirian lansia di posyandu lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan, yang dilakukan dari tanggal 11 April sampai dengan 8 Juni 2015. Penyajian data meliputi data demografi responden, dukungan keluarga yang diterima responden dan tingkat kemandirian responden terhadap aktivitas sehari-hari.

1.1 Demografi Responden

  Dari hasil penelitian yang dilakukan karakteristik responden, yaitu mayoritas responden berada dalam kelompok umur 60-74 tahun (61%) dengan rata-rata umur 62 tahun (SD=10,19). Berdasarkan jenis kelamin responden wanita lebih banyak daripada pria (66%), umumnya responden beragama Islam (82%), bersuku Jawa (58%), tinggal bersama anak mereka (55%). Data masalah kesehatan yang banyak dialami responden umumnya masalah kesehatan Rematik (30%), pekerjaan responden sebagai petani (42%), berpenghasilan <1.650.0000 (55%) dan berdasarkan jenjang pendidikan responden rata-rata adalah SD (52%).

  41

  Tabel 1 Distribusi Frekuensi Demografi Responden di Posyandu Lansia

Puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan (n=67)

  Data Demografi Frekuensi Persentase Usia

  60-74 (erderly)

  41

  61 75-90 (old)

  21

  31 >90 (very olds)

  5

  8 Mean= 72,72 SD= 10,19 Jenis Kelamin

  Pria

  23

  34 Wanita

  44

  66 Tinggal dengan Suami/istri

  26

  39 Anak

  37

  55 Cucu

  4

  6 Agama Islam

  55

  82 Kristen

  12

  18 Suku Batak Toba

  12

  18 Jawa

  39

  58 Melayu

  7

  10 Mandailing

  9

  14 Masalah kesehatan Rematik

  19

  30 Hipertensi

  16

  24 Paru-paru

  14

  21 Diabetes Militus

  8

  12 Gastritis

  4

  6 Stroke

  3

  4 Jantung

  2

  3

  Tabel 1 (Lanjutan)

  Pekerjaaan Pegawai swasta

  2

  3 Wirausaha

  26

  39 Petani

  28

  42 IRT/Tidak bekerja

  11

  16 Pendidikan Tidak sekolah

  24

  36 SD

  35

  52 SMP

  7

  10 SMA

  1

  2

1.2 Dukungan Keluarga terhadap Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

  Hasil penelitian tentang menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang diberikan keluarga kepada responden mayoritas ada dalam kategori tinggi yaitu (79%), kategori cukup (18%) dan dukungan keluarga yang diberikan keluarga kepada rensponden dalam kategori rendah terdapat (3%).

  

Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Keluarga terhadap

Lansia di Posyandu LansiaPuskesmas Bandar Khalipah Kec.

  Percut Sei Tuan (n=67)

  Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase Tinggi (61-80)

  53

  79 Cukup (41-60)

  12

  18 Rendah (20-40)

  2

  3 Mean=2,76 SD=0,495

1.3 Dukungan Emosional terhadap Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa (69%) menyatakan keluarga selalu memberikan tempat tinggal yang nyaman dan tenang bagi lansia, keluarga selalu memberikan perhatian dengan menciptakan suasana lingkungan rumah yang aman bagi lansia (67%), keluarga selalu memberikan kepercayaan kepada lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari (46%), keluarga sering mendengarkan keluhan lansia ketika lansia bersedih (46%), keluarga selalu memberikan kasih sayang kepada lansia dalam setiap aktivitas yang dilakukan lansia (49%).

  Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Emosional terhadap Lansia di Posyandu LansiaPuskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan (n=67)

  Uraian Tidak Pernah n (%)

  Kadang- kadang n (%)

  Sering n (%) Selalu n (%)

  Keluarga adalah tempat tinggal yang nyaman dan tenang bagi saya

  3 (4) 18 (27) 46 (69)

  Keluarga memberikan perhatian dengan menciptakan suasana lingkungan rumah yang aman bagi saya untuk beraktivitas

  4(6) 18 (27) 45 (67)

  Keluarga memberikan kepercayaan kepada saya melakukan aktivitas 9 (14) 27 (40) 31 (46)

  Keluarga mendengarkan keluhan saya ketika saya sedih 2(3) 6 (9) 31 (46) 28 (42)

  Keluarga memberikan kasih sayang dengan memperhatikan saya saat beraktivitas 6 (9) 28 (42) 33 (49)

1.4 Dukungan Informasi terhadap Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa (63%) keluarga selalu mencari informasi tentang masalah kesehatan yang dialami melalui majalah dan ahli, keluarga sering menyarankan lansia untuk datang berkunjung ke posyandu lansia (46%), keluarga selalu mengingatkan hal-hal yang harus dihindari yang dapat menbuat lansia terserang penyakit (46%), keluarga sering mengingatkan lansia untuk tetap menjaga kesehatan (51%), keluarga sering memberikan solusi permasalahan kepada lansiadalamaktivitas sehari-hari (52%).

  

Tabel 4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Informasi Keluarga

terhadap Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan (n=67)

  Uraian Tidak Kadang- Sering Selalu pernah kadang n (%) n (%) n (%) n (%)

  Keluarga mencari 2(3) 5 (7) 18 (27) 42 (63) informasi masalah kesehatan melalui majalah, ahli, dll

  Keluarga menyarankan 4(6) 8 (12) 31 (46) 24 (36) saya ke posyandu lansia

  Keluarga mengingatkan 1 (2) 6(9) 28 (43) 31 (46) hal-hal yang harus dihindari yang dapat membuat terserang penyakit

  Keluarga mengingatkan 6(9) 34 (51) 27 (40) saya menjaga kesehatan Keluarga memberikan 11 (17) 35 (52) 21 (31) solusi permasalahan aktivitas sehari-hari

1.5 Dukungan Instrumental terhadap Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga sering memberikan fasilitas yang diperlukan lansia melakukan aktivitas (49%), keluarga sering meluangkan waktu menemani lansia agar lansia tetap beraktivitas (49%), keluarga selalu menyediakan transportasi yang mempermudah lansia melakukan aktivitas (48%), keluarga sering mengantar kemana saja lansia akan pergi (45%), dan keluarga sering membantu lansia ketika lansia mengalami kendala dalam melakukan aktivitas (45%).

  Tabel 5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Instrumental Keluarga terhadap Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan (n=67)

  Uraian Tidak Kadang- Sering Selalu pernah kadang n (%) n (%) n (%) n (%)

  Keluarga memberikan 3 (5) 8 (12) 33 (49) 23 (34) fasilitasyang saya perlukan untuk melakukan aktivitas

  Keluarga meluangkan waktu 1 (2) 17 (25) 33 (49) 16(24) menemani beraktivitas Keluarga menyediakan 1 (2) 5 (7) 29 (43) 32 (48) transportasi untuk melakukan aktivitas

  Keluarga mengantarkan saya 2(3) 10 (15) 30 (45) 25 (37) pergi Keluarga membantu saya ketika 4(6) 6(9) 30 (45) 27 (40) saya mengalami kendala dalam beraktivitas

1.6 Dukungan Penilaian terhadap Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga selalu membimbing lansia agar tetap menjaga kondisi kesehatan (45%), keluarga sering menunjukkan rasa perduli terhadap lansia (52%), keluarga selalu menghormati setiap keputusan yang diungkapkan oleh lansia (66%), keluarga selalu menyarankan lansia agar tetap menjalin hubungan sosial dengan orang lain atau rekan sebaya (58%), dan keluarga sering memotivasi lansia untuk tetap menjalankan kegiatan atau hobby (46%).

  

Tabel 6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Penilaian Keluarga

terhadap Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan (n=67)

  Uraian Tidak Kadang- Sering Selalu pernah kadang n (%) n (%) n (%) n (%)

  Keluarga membimbing saya 8 (12) 29 (43) 30 (45) agar tetap menjaga kesehatan

  Keluarga menunjukkan bahwa 1 (2) 5 (7) 35 (52) 26 (39) keluarga memperdulikan saya

  Keluarga menghormati 7 (10) 16 (24) 44 (66) keputusan saya Keluarga menyarankan saya 2 (3) 8 (12) 18 (27) 39 (58) agar tetap menjalin hubungan sosial dengan orang lain/rekan

  Keluarga memotivasi saya 12 24 (36) (18) 31 (46) untuk tetap menjalankan kegiatan/hobby

  1.7 Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari

  Hasil analisa data tingkat kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan mayoritas ada dalam kategori mandiri yaitu (46%).

  

Tabel 7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Tingkat

Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan (n=67)

  Kategori Frekuensi Persentase Mandiri

  31

  46 Ketergantungan ringan

  29

  43 Ketergantungan sedang

  7

  11 Ketergantungan berat Ketergantungan total

  1.8 Aktivitas sehari-hari

  Hasil analisa aktivitas sehari-hari responden dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini

  Tabel 8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden berdasarkan Aktivitas Sehari-hari di Posyandu Lansia Puskesmas Bandar Khalipah Kec. Percut Sei Tuan (n=67)

  Pertanyaan Frekuensi Persentase

  Transfer Bagaimana kemampuan transfer (perpindahan posisi tidur ke posisi duduk? Mandiri

  59

  88 Dibantu satu orang

  7

  10 Dibantu dua orang

  1

  2 Tidak mampu

  Tabel 8 (Lanjutan)

  Mobilisasi Bagaimana kemampuan berjalan (mobilisasi) Bapak/Ibu? Mandiri

  53

  79 Dibantu satu orang

  13

  19 Dibantu dua orang

  1

  2 Tidak mampu Pergi ke toilet Bagaimana penggunaan toilet seperti menyiram BAB/BAK? Mandiri

  59

  88 Perlu pertolongan orang lain

  8

  12 Tergantung orang lain Membersikan diri Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu dalam membersihkan diri seperti lap muka, sisir rambut dan sikat gigi? Mandiri

  63

  94 Perlu pertolongan orang lain

  4

  6 BAB Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu dalam buang air besar? Mandiri

  59

  88 Dibantu satu orang

  8

  12 Tidak mampu BAK Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu dalam buang air kecil? Mandiri

  59

  88 Dibantu satu orang

  8

  12 Tidak mampu Mandi Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu dalam hal mandi? Mandiri

  62

  93 Tergantung orang lain

  5

  7

  Tabel 8 (Lanjutan)

  Berpakaian Bagaimana kemampuan Bapak/Ibu dalam berpakaian? Mandiri

  60

  90 Sebagian dibantu

  7

  10 Tergantung pertolongan orang lain Naik turun tangga Bagaimana kemampuan Bapa/Ibu untuk naik turun tangga? Mandiri

  33

  49 Perlu pertolongan

  32

  48 Tidak mampu

  2

  3

2.Pembahasan

  Hasil penelitian ini membahas tentang dukungan keluarga dan kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

  2.1 Dukunga Keluarga terhadap Lansia Secara teoritis dukungan keluarga adalah suatu bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk dukungan emosional, informasi, instrumental dan penilaian (Hause, 2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang diberikan keluarga kepada responden mayoritas dalam kategori tinggi (79%), cukup (18%) dan rendah (3%). Hasil penelitian ini sejalan dengan Herlinah (2013) tentang hubungan dukungan keluarga dengan perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi di Jakarta menunjukkan hasil bahwa dukungan keluarga baik dengan mayoritas dukungan yang diberikan adalah dukungan emosional (67,9%) dari 99 responden. Dan hasil penelitian ini juga didukung oleh Khulaifah, dkk (2013) di Dusun Sembayat Timur Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik menunjukkan hasil bahwa dukungan keluarga yang diterima lansia dari keluarga yaitu baik dengan dukungan yang mayoritas diberikan keluarga adalah dukungan penghargaan (82,4%).Dukungan keluarga yang tinggi dalam penelitian ini juga dimungkinkan karena suku responden yang mayoritas Jawa (58%) dan responden yang mayoritas tinggal bersama anaknya (55%), dimana dalam budaya orang Jawa umumnya orang tua mengikuti anaknya dan sebagai anak harus bisa menjaga dan merawat orang tuanya (Zakariya A, 2011).

  Dukungan keluarga terdiri dari empat dukungan keluarga meliputi dukungan emosional, informasi, instrumental dan penilaian. Bomar (2004) menyatakanbahwa dukungan emosional keluarga mempengaruhi status alam perasaan dan motivasi diri dalam mengikuti terapi dan dukungan emosional merupakan fungsi efektif keluarga yang harus diberikan pada seluruh anggota keluarga termasuk kepada lansia dengan penyakit kronis Friedman (2010). Dari hasil penelitian, dukungan emosional yang terutama didapatkan lansia dari keluarga adalah lansia merasa nyaman dan tenang tinggal bersama keluarga (69%) dankeluarga selalu memberikan perhatian dengan menciptakan lingkungan yang aman bagi lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari(67%). Hasil penelitian ini dimungkinkan karena masih banyak lansia yang tinggal dengan anaknya sebanyak(55%) dimana ini bisa menunjukkan bahwa lansia masih sangat nyaman untuk tinggal bersama dengan keluarga mereka dan responden juga menyatakan bahwa mereka lebih nyaman tinggal bersama dengan keluarga daripada tinggal sendiri. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Khulaifah, dkk (2013) bahwa dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga berupa kepedulian terhadap kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari karena lansia tidak hanya membutuhkan dukungan fisik saja tetapi hubungan emosional antar keluarga akan sangat mendukung lansia dalam mempertahankan kemandiriannya. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa keluargasering mendengarkan keluhan lansia ketika mereka sedih (46%), lansia menyatakan bahwa biasanya keluarga mereka masih sering meluangkan waktu bersama mereka untuk mendengarkan keluhan-keluhan mereka ketika keluarga sudah pulang bekerja ataupun ketika waktu luang keluarga kosong. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Husain (2013) tentang hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Tualango Kecamatan Tilingo Kabupaten Gorontalo yang pada penelitiannya menunjukkan 67,7% dari 31 responden menjawab bahwa keluarga tidak mendengarkan keluhan- keluhan lansia. Dan pada hasil penelitian di Posyandu Lansia Puskesamas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan juga menunjukkan bahwa keluarga memberikan kasih sayang dan perhatian kepada lansia dalam setiap aktivitas yang dilakukan (49%). Hal ini sependapat dengan penelitian Khulaifah, dkk (2013) tentang hubungan dukunngan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan activitie daily living di Dusun Sembayat Timur Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik pada 34 responden bahwa dukungan emosional terutama dari keluarga adalah kasih sayang dan berkaitan dengan persepsi serta perhatian terhadap kebutuhan sosio emosional para keluarga.

  Dukungan informasi adalah bantuan keluarga yang diberikan dalam bentuk saran, usulan, nasehat, petunjuk dan pemberi informasi. Dukungan informasi yang baik akan meningkatkan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Dari hasil penelitian dukungan informasi yang banyak diterima lansia dari keluarga adalah keluarga selalu mencari informasi tentang masalah kesehatan melalui majalah dan ahli (63%) dan keluarga sering menyarankan lansia untuk datang berkunjung ke posyandu lansia sebanyak (46%).Hasil penelitian tidak sejalan dengan Bratanegara, dkk (2012) tentang dukungan keluarga terhadap pemanfaatan posbindu lansia di Kelurahan Karasak Kota Bandungyang melakukan penelitian pada 77 responden bahwa hasil penelitiannya menunjukkan keluarga tidak mendukung dalam pemberian informasi (82%) meliputi tidak mencari informasi tentang masalah kesehatan lansia, tidak pernah mengingatkan untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia serta tidak mengingatkan untuk selalu menjaga kesehatan hal ini dikarenakan pada penelitian tersebut mayoritas keluarga responden dalam ekonomi rendah dan pendidikan rendah. Namun pendapat Bratanegara, dkk (2012) tidak sejalan dengan penelitian ini, dimana penelitian ini mendapatkan dukungan informasi yang tinggi meskipun tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah. Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa keluarga mengingatkan hal-hal yang harus dihindari agar tidak terserang penyakit (46%) dan keluarga mengingatkan lansia menjaga kesehatan (51%). Hasil ini sejalan dengan penelitian Marlina (2010) tentang dukungan keluarga terhadap pengontrolan hipertensi pada anggota keluarga lansia di Gampoeng Aceh Darussalam yang menyatakan bahwa keluarga atau teman dapat memberikan saran dan nasehat tentang apa saja yang harus dilakukan lansia untuk menghadapi lansia baik fisik maupun psikologis dan lansia kebanyakan menerima saran serta nasehat yaitu dari keluarga. Hal ini juga sependapat dengan Soejono (2002) bahwa Lingkungan tempat tinggal di daerah perkotaan, memudahkan keluarga yang memiliki lansia untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya baik melalui media cetak ataupun orang yang lebih ahli serta fasilitas kesehatan yang lengkap di daerah perkotaan.

  Dukungan penilaian terjadi lewat rasa hormat (penghargaan positif) atau pujian dan dorongan agar lansia mandiri dalam aktivitas sehari-hari. Dukungan penilaian atau penghargaan menyebabkan lansia merasa bahwa dirinya dianggap dan dihargai sehingga akan menaikkan harga diri dan meningkatkan kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari (House, 2002). Hasil penelitian menunjukkan dukungan penilaian yang diterima lansia sebanyak (79%)meliputi keluarga selalu menghormati setiap keputusan yang diungkapkan oleh lansia (66%). Responden dalam penelitian ini menyatakan keluarga masih sangat menghormati keputusan dari lansia karena bagi keluarga mereka terutama anak-anak mereka menganggap bahwa orang tua adalah sosok yang harus sangat dihormati. Hal ini sebanding dengan teori yang dijabarkan oleh Murodion (2006) bahwa di Indonesia sudah menjadi budaya bahwa orang tua merupakan tempat meminta saran dan pertimbangan terhadap masalah yang terjadi di keluarga maupun di masyarakat. Dalam keluarga, kakek dan nenek mempunyai peranan sangat penting sebagai warga tertua yang penuh pengalaman dan kebijakan.Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa keluarga selalu menyarankan lansia agar tetap menjalin hubungan sosial dengan orang lain (58%). Namun tidak jarang lansia merasa tidak dibutuhkan lagi, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian oleh Rinajumita (2011) bahwa sebagian besar keluarga dapat menghormati lansia sebagai orang tua mereka (93%), jika mereka jauh dari lansia maka mereka akan sering menjenguk atau menanyakan kondisi responden melalui telepon. Namun keluarga masih kurang memotivasi keluarga untuk mendorong lansia untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Hal ini disebabkan sikap proteksi yang berlebihan dari keluarga, keluarga menganggap lansia tidak mampu lagi untuk beraktifitas di luar rumah.

  Namun hasil penelitian Rinajumita (2011) tidak sesuai dengan hasilpenelitian ini dimana peneliti mendapatkan hasil persentase yang tinggi untuk pernyataan keluarga menyarankan lansia untuk tetap menjalin hubungan sosial dengan orang lain dan tetap membiarkan lansia untuk tetap menjalankan kegiatan/hobby lansia, dimana hal ini dapat dilihat dari hasil data demografi menunjukkan bahwa masih banyak lansia yang bekerja sebagai petani sebanyak (42%) dan responden juga menyatakan bahwa apabila mereka dirumah terus mereka merasa kesepian karena anak-anak mereka sibuk bekerja dan karena hal itulah maka anak-anak mereka menyarankan untuk responden agar tetap melakukan kegiatan di luar rumah.

  Dukungan instrumental merupakanbentuk yang diberikan keluarga dalam bentuk bantuan pendampingan, pemberian dana dan meluangkan waktu untuk melayani dan mendengarkan klien anggota keluarga dalam menyampaikan perasaan dan hal-hal yang dialami. Dukungan instrumental yang diterima lansia di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah umumnya meliputi keluarga selalu menyediakan transportasi yang akan mempermudah lansia untuk beraktivitas sebanyak (48%) dan keluarga mengantar kemana lansia pergi (45%). Hal ini sependapatdengan penelitian yang dilakukan Lehman (2005) bahwa lansia tidak saja ditandai oleh kemunduran fisik tetapi dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut usia seseorang kesibukan sosialnya akan semakin berkurang hal mana dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungan. Selain itu, lansia jarang dan bahkan tidak pernah berpergian dan kemungkinan menggunakan alat transportasi pun berkurang, namun sesuai dengan hasil penelitian di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah didapat bahwa masih banyak lansia yang ingin melakukan aktivitas berpergian untuk aktivitas sosial seperti mengaji dan bekerja dan pergi ke kegiatan posyandu lansia sehingga untuk itulah dukungan instrumental diperlukan. Dukungan instrumental lainnya meliputi keluarga menyediakan alat mandi, makan, pakaian lansia, dan lain-lainnamun bukan berarti lansia menjadi tidak mandiri dengan disediakan alat-alat tersebut. Karena hal yang dilihat adalah bagaimana kemandirian lansia dalam menggunakan alat-alat tersebut (Khulaifah dkk, 2013) dan responden di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah dalam hal keluarga memberikan fasilitas untuk melakukan aktivitas seperti alat mandi, makan, berjalan (49%). Hal ini dikarenakan responden pada penelitian ini mayoritas tidak mengalami gangguan fungsiologis sehingga lansia masih bisa mandiri menggunakan alat-alat tersebut. Lansia mengalami banyak perubahan fisiologis menyebabkan lansia membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari (Darmojo, 2004).

  Berdasarkan hasil penelitian ini maka ketika seseorang memasuki masa lanjut usia, dukungan keluarga sangatlah berharga dan akan menambah ketentraman hidup lansia. Walupun demikian, dengan dukungan keluarga itu tidaklah berarti bahwa lansia tinggal duduk, diam, tenang dan berdiam diri saja, untuk menjaga kesehatan fisik maupun kejiwaannya, lansia justru tetap harus melakukan aktivitas sehari-hari yang berguna bagi kehidupan para lansia (Kuntjoro, 2002). Selain itu dukungan keluarga mampu meningkatkan semangat lansia dalam menghadapi masa tuanya dengan baik (Romadlani, 2013).

  2.3 Kemandirian Lansia dalam Aktivitas Sehari-hari Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden pada tingkat kemandirian lansia (46%) yang termasuk mandiri dan dalam kategori ketergantungan ringan (43%), kategori ketergantungan sedang (11%) dan tidak ada yang dalam kategori ketergantungan berat. Hasil penelitian ini sejalan dengan Kobayashi (2009) menunjukkan bahwa 64% lansia memiliki tingkat kemandirian yang tinggi dalam ADL. Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak mengalami kemunduran fisik, kemampuan kognitif serta psikologis artinya lansia mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan- perubahan yang mengarah pada perubahan negatif (Nugroho, 2000). Akibatnya perubahan fisik lansia akan mengalami gangguan mobilitas fisik yang akan membatasi kemandirian lansia dalam memenuhi aktivitas sehari-hari (Romadlani, 2013).

  Kemandirian seorang lansia dapat dilihat dari kualitas hidup lansia itu sendiri, dimana kualitas hidup tersebut dapat dinilai dari Activity of Daily Living (ADL) (Maryam, 2008). Kemandirian yang dimaksud disini adalah kemandirian lansia dalam merawat diri seperti makan, berpakaian, berpindah, buang air besar/kecil dan mandi. Dan dari hasil penelitian didapatkan bahwa lansia masih dapat transfer, mampu toileting, kemampuan dalam buang air besar dan buang air kecil secara mandiri (88%), lansia mampu berjalan mandiri (79%), lansia mampu membersihkan diri sendiri (94%), lansia mampu mandi secara mandiri (92%), lansia mampu makan dan berpakaian secara mandiri (90%) dan lansia naik turun tangga secara mandiri (49%). Dari hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa 88% dari responden masih mampu mandiri dalam melakukan transfer dan 49% responden mampu naik turun tangga secara mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sedikit lansia yang mengalami gangguan dalam aktivitas transfer (tidur ke duduk) dan sebagian besar mengalami gangguan dalam aktivitas naik turun tangga, dan gangguan aktivitas ini disebabkan karena mayoritas responden dalam penelitian ini mengalami masalah kesehatan rematik sebanyak 30%. Ini sejalan dengan hasil penelitian Napitupulu (2010) yang menunjukkan bahwa 82,8% lansia mandiri dalam transfer dan 9,4% lansia mandiri dalam naik turun tangga. Dan dalam penelitian ini mayoritas lansia masih mandiri dalam kemampuan membersihkan diri sebanyak 63 orang (94%).

  Keating dan Wetle (2008 dalam Napitupulu, 2010) dalam penelitian menyatakan bahwa penyakit kronis yang diderita lansia sangat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Hal ini dikarenakan lansia akan kehilangan kemampuan secara mandiri karena penyakit kronis sangat bergantung dengan orang lain dan membutuhkan perhatian. Kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari- hari di Kecamatan Percut Sei Tuan masih dalam kategori mandiri kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi hasil penelitian yang menunjukkan bahwa masalah kesahatan yang mayoritas diderita oleh lansia adalah rematik dengan 30% dan dimana dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada saat melakukan pengumpulan data responden berpendapat bahwa penyakit rematik akan menimbulkan gangguan aktivitas hanya pada saat mengalami kekambuhan.

  Faktor lain dikarenakan umur lansia dalam penelitian ini mayoritas masuk ke dalam kategori kelompok umur (60-74) sebanyak 61%. Hali ini seperti dipaparkan oleh Sampelan (2010) menjabarkan bahwa semakin tinggi usia seseorang akan beresiko mengalami masalah kesehatan karena adanya faktor-faktor penuaan lansia akan mengalami perubahan dalam hal fisik, ekonomi, psikososial, kognitif dan spiritual. Dan akibat usia yang bertambah dan perubahan-perubahan terjadi dalam diri lansia makan akan terjadi kemunduran fisik yang dapat menyebabkan ketergantungan dalam masalah aktivitas sehari-hari (Nugroho, 2008), selain itu kemungkinan karenajumlah responden yang mayoritas wanita (66%) dan responden yang lebih banyak tinggal bersama dengan keluarga mereka yaitu anaknya (55%) serta dukungan keluarga yang didapat dalam penelitian ini pun mayoritas dalam kategori tinggi, dimana dengan pemberian dukungan keluarga yang tepat akan memperbaiki dan mempertahankan kemampuan aktivitas sehari- hari lansia (Soejono, 2002).

Bab 6 Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan

  dan saran mengenai dukungan keluarga dan kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan .

1. Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa mayoritas dukungan keluarga yang diterima responden adalah dalam kategori tinggi (79%) dari 67 responden dan yang menerima dukungan keluarga rendah (3%) dari 67 responden.

  Responden pada penelitian ini memiliki tingkat kemandirian yang tergolong mandiri sebanyak 31 orang (46%), tergolong ketergantungan ringan sebanyak 29 orang (43%), dan tergolong ketergantungan sedang sebanyak 7 orang (11%). Aktivitas dengan persentase tertinggi dari keseluruhan aktivitas, yang dapat dilakukan lansia dengan mandiri adalah aktivitas membersihkan diri (94%) sedangkan aktivitas terendah dari keseluruhan, yang dapat dilakukan lansia secara mandiri adalah aktivitas naik turun tangga (49%).

  60

  2. Saran