BAB II DASAR TEORI - Teknik Penjadwalan Berbasis Fitur Subjektif pada WiMAX untuk Layanan Video on Demand

BAB II DASAR TEORI

  2.1 Umum

  Bab ini menjelaskan sekilas tentang teknologi Worldwide Interoperability (WiMAX), teknik penjadwalan pada jaringanWiMAX, sistem

  Microwave Acces video on demand (VoD), parameter pengukuran kinerja teknik penjadwalan dan

  penjelasan software yang digunakan.

  2.2 Worldwide Interoperability Microwave Acces (WiMAX) Worldwide Interoperability Microwave Acces (WiMAX) didefinisikan

  sebagai standar teknologi yang memungkinkan broadband wireless acces (BWA) sebagai alternatif teknologi broadband kabel atau DSL. WiMAX menyediakan layanan fixed, nomadic, portable, dan mobile untuk koneksi wireless dengan kondisi line of-sight (LOS) maupun Non Line-of-sight (NLOS) dengan sel radius 3-10 km. WiMAX memberikan kapasitas layanan hingga 40 Mbps per channel untuk layanan fixed dan portable. Sementara layanan mobile menyediakan hingga

  15 Mbps dalam radius 3 km [4].

  Secara umum sistem WiMAX terdiri dari Base Station (BS), Subsriber Station (SS) dan back-end server, seperti Network Management System (NMS).

  Konfigurasi WiMAX diperlihatkan pada Gambar 2.1. Subsriber Station terletak di lingkungan pelanggan, fixed maupun mobile. Base Station umumnya terletak satu lokasi dengan jaringan operator.

Gambar 2.1 Konfigurasi Jaringan WiMAX [4]

2.2.1 Standarisasi WiMAX

  Standar WiMAX mengacu pada standar Institue of Electrical and

  

Electronics Engineering (IEEE) 802.16. Standar ini dikembangkan lebih lanjut

  oleh forum gabungan antar perusahaan-perusahaan terkait dalam WiMAX FORUM. Forum ini memastikan kemampuan interoperability perangkat perangkat broadband wireless acces (BWA) yang akan diproduksi.

  Secara sederhana perkembangan standar WiMAX IEEE 802.16 dapat diuraikan sebagai berikut [5].

  a.

  IEEE 802.16 Standar ini mengatur pemanfaatan di rentang frekuensi 10 –66 GHz. Aplikasi yang mampu didukung pada standar ini baru sebatas dalam kondisi Line of Sight (LOS).

  b.

  IEEE 802.16a Standar ini menggunakan rentang frekuensi 2

  • –11 GHz, dapat digunakan untuk layanan Non Line of Sight (NLOS). Standar ini difinalisasi pada Januari 2003.
Terdapat 3 spesifikasi pada physical layer di dalam IEEE 802.16a, yaitu : Wireless MAN-SC: menggunakan format modulasi single carrier.

  • Wireless MAN-OFDM: menggunakan Orthogonal Frequency Division - (OFDM) dengan 256 point Fast Fourier Transform (FFT).

  Multiplexing

  • Multiple Access (OFDMA) dengan 2048 point FFT.

  Wireless MAN-OFDMA: menggunakan Orthogonal Frequency Division

  c.

  IEEE 802.16d Merupakan standar yang berbasis IEEE 802.16 dan IEEE 802.16a dengan beberapa perbaikan. IEEE 802.16d juga dikenal sebagai IEEE 802.16-2004.

  Frekuensi yang digunakan sampai 11 GHz. Standar ini telah difinalisasi pada

  24 Juni 2004. Terdapat dua pilihan dalam transmisi pada IEEE 802.16d yaitu Time Division Duplex (TDD) maupun Frequency Division Duplex (FDD).

  d.

  IEEE 802.16e Standar ini memenuhi kapabilitas untuk aplikasi portability dan mobility.

  Standar ini telah difinalisasi di akhir tahun 2005. Berbeda dengan standar sebelumnya, maka antara standar IEEE 802.16d dan IEEE 802.16e tidak bisa dilakukan interoperabilitas sehingga diperlukan hardware tambahan bila akan mengoperasikan IEEE 802.16e.

  Sampai saat ini, standar WiMAX yang dikenal adalah 2 tipe standar yaitu

  IEEE 802.16d (IEEE 802.16-2004) untuk aplikasi fixed (tetap) dan standar IEEE 802.16e (IEEE 802.16-2005) untuk aplikasi portable dan mobile. Karakteristik dasar dari berbagai standar IEEE 802.16 akan ditunjukkan dalam Tabel 2.1. [5]

  • – 6 GHz untuk

  10 MHz, 15 MHz,

  TDM/TDMA

  Burst

  TDM/TDMA/OFDMA

  Burst

  TDM/TDMA/OFDMA

  Duplexing TDD dan FDD TDD dan FDD TDD dan FDD

  Lebar pita kanal

  20 MHz, 25 MHz, 28 MHz

  1.75 MHz, 3.5 MHz,

  7MHz, 14 MHz,

  1.25 MHz, 5 MHz,

  8.75 MHz

  1 Mbps-75 Mbps

  1.75MHz, 3.5MHz,

  7MHz,14MHz,

  1.25MHz, 5MHz,

  10MHz, 15MHz,

  8.75MHz Implementasi

  WiMAX Tidak ada

  256

  Fixed WiMAX Scalable OFDM

  sebagaiMobile WiMAX

  Konfigurasi jaringan WiMAX secara umum dibagi menjadi 2 bagian yaitu

  Subscriber Station (SS) dan Base Station (BS). Subsriber Station terletak di

  Multiplexing Burst

  1 Mbps - 75 Mbps

  Aplikasi Fixed LOS Fixed NLOS

  32 Mbps-134.4 Mbps

  Status Selesai pada

  Desember 2001 Selesai pada Juni 2004

  Selesai pada Desember 2005

  Frekuensi Kerja

  10 GHz - 66 GHz

  2 GHz -11 GHz

  2 GHz -11 GHz untuk

  fixed ,

  2 GHz

  mobile

  Fixed dan mobile

Tabel 2.1 Perbandingan Standar IEEE 802.16

  NLOS Arsitektur

  MAC

  Point-to- multipoint, mesh Point-to-multipoint, mesh

  Point-to-multipoint, mesh

  Skema transmisi

  Single carrier Single carrier ,

  256 OFDM atau 2048 OFDM

  Single carrier ,

  256 OFDM atau scalableOFDM dengan 128, 512, 1024 atau

  2048 subcarrier Laju data

  Standar 802.16 802.16d 802.15e

  • – OFDM sebagai

2.2.2 Aliran Trafik pada WiMAX

  lingkungan pelanggan, sedangkan Base Station terletak satu lokasi dengan jaringan operator. Aliran trafik pada WiMAX mengikuti proses seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 [4].

  • Subsriber Station mengirimkan permintaan bandwidth ke Base Station jika memiliki trafik untuk dikirimkan.
  • Base Station akan menerima permintaan bandwidth, untuk kemudian memberi alokasi kanal kepada Subscriber Station.
  • Alokasi kanal tersebut diinformasikan melalui kanal downlink di bagian

  mapping pada Base Station.

  • Subscriber Station membaca alokasi kanal yang diberikan dan mengirim trafik sesuai dengan alokasi yang diberikan oleh Base Station.
  • Base Station akan meneruskan data trafik yang dikirimkan oleh Base Station ke jaringan yang digunakan, dalam hal ini yaitu Internet Service Provider (ISP) melalui switching center.

Gambar 2.2 Aliran Trafik pada WiMAX [4]

  2.2.3 Lapisan Fisik ( Phy Layer) pada WiMAX

  Lapisan fisik (Phy Layer) berfungsi untuk membangun koneksi fisik antara pengirim dan penerima melalui dua jalur komunikasi (uplink dan downlink).

  WiMAX merupakan teknologi digital sehingga lapisan fisik bertanggung jawab dalam pentransmisian urutan bit. Lapisan ini juga menentukan jenis sinyal yang digunakan, jenis modulasi dan demodulasi, daya transmisi, dan juga karakteristik fisik lainnya [5].

  Lapisan fisik WiMAX bekerja berdasarkan pada teknologi Orthogonal Division Multiplexing (OFDM). OFDM termasuk kedalam teknik

  Frequency

  transmisi modulasi multicarrier, dimana aliran data serial laju bit tinggi dibagi kedalam beberapa aliran data paralel dengan laju bit rendah. Masing-masing aliran data paralel ini dimodulasikan pada carrier yang terpisah-pisah yang disebut sebagai subcarrier, subcarrier tersebut diatur orthogonal satu dengan yang lain selama durasi simbol untuk mengeliminasi interferensi antar simbol [5].

  2.2.4 Struktur Slot dan Frame pada WiMAX

  Lapisan fisik WiMAX juga bertanggung jawab untuk pengalokasian slot dan frame. Waktu dan frekuensi minimum yang dialokasikan oleh sistem WiMAX pada sebuah link transmisi disebut dengan slot. Urutan dari slot berdampingan yang diberikan kepada user dinamakan region data, alogoritma penjadwalan mengalokasikan region data untuk user yang berbeda berdasarkan pada kebutuhan QoS dan kondisi kanal [5]. Gambar 2.3 menunjukan struktur slot dan frame pada WiMAX.

  Suatu frame OFDM dapat beroperasi pada mode TDD (Time Division

  Duplexing ) dan mode Frequecy Division Duplexing (FDD). Ketika frame OFDM beroperasi pada mode TDD, frame tersebut dibagi kedalam dua subframe, satu subframe downlink dan satu subframe uplink [5]. Proses framing TDD bersifat adaptif, dimana bandwidth yang dialokasikan untuk downlink dengan uplink dapat berubah [5].

Gambar 2.3 Struktur Slot dan Frame pada WiMAX [5]

  WiMAX juga mendukung frequency Division Duplexing (FDD), dimana struktur frame adalah sama, kecuali pada downlink dan uplink yang ditransmisikan secara simultan melalui carrier yang berbeda. Pada mode FDD, kanal uplink dan dialokasikan pada frekuensi yang berbeda [5].

  downlink

  Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3, subframe downlink dimulai dengan sebuah downlink premble yang digunakan sebagai prosedur lapis fisik seperti sinkronisasi waktu dan frekuensi. Downlink preamble diikuti oleh frame control

  header (FCH) yang memberikan informasi konfigurasi frame seperti panjang

  paket, skema modulasi dan pengkodean. Satu frame downlink tunggal dapat terdiri dari beberapa burst berbeda ukuran dan jenis yang membawa data untuk beberapa pengguna. Ukuran frame juga bervariasi dan setiap burst dapat mengandung serangkaian paket dengan ukuran tetap atau bervariasi [5].

  Subframe uplink terbuat dari beberapa burst uplink dari user yang berbeda.

  Sebagian subframe uplink disisihkan untuk akses yang bersifat contention yang akan digunakan untuk berbagai macam keperluan. Subframe ini biasa digunakan sebagai kanal ranging, yaitu kanal untuk sinkronisasi simbol dan ekualisasi level daya diantara user yang aktif.

2.2.5 Lapisan MAC pada WiMAX

  Lapisan MAC (Medium Access Control) berfungsi memberikan interface antara transport layer dengan phy layer pada WiMAX. Lapisan MAC akan

  unit (MSDU) dan mengatur paket ini menjadi MAC protocol data unit (MPDU)

  untuk transmisi pada bagian pengirim. Untuk bagian penerima, lapisan MAC melakukan hal yang sebaliknya [5]. Lapisan MAC pada WiMAX diperlihatkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 MAC Layer pada WiMAX [5] Beberapa fungsi lainnya dari lapis MAC adalah [1]: Memilih profil burst dan level daya yang sesuai untuk transmisi MAC - PDU.

  Melakukan retransmisi MAC PDU yang rusak ketika automatic repeat - request (ARQ) digunakan.

  • Mengatur fungsi sekuritas (keamanan) dan mengatur operasi penghematan - daya. Lapis MAC bertanggung jawab untuk alokasi bandwidth kepada semua

  Mengatur kualitas pelayanan (QoS) dan skema prioritas untuk MAC PDU.

  user baik untuk uplink maupun downlink. Semua penjadwalan pada uplink dan downlink diatur oleh MAC pada Base Station (BS). Standar WiMAX mendukung

  mekanisme dimana user dapat meminta dan mendapatkan bandwidth uplink bergantung pada kualitas pelayanan (QoS) tertentu dan parameter yang berkaitan dengan pelayanan [5].

  Mekanisme ini disebut dengan polling. BS mengalokasikan resource jumlah bandwidth yang ada secara dedicated ataupun shared kepada setiap user, yang nantinya dapat digunakan oleh user untuk meminta bandwidth. Polling dapat dilakukan baik secara individu (unicast) maupun secara berkelompok (multicast). secara multicast dilakukan ketika bandwidth yang diperlukan tidak

  Polling

  mencukupi untuk melakukan poll setiap user secara individual. Ketika polling dilakukan secara multicast, slot yang dialokasikan untuk melakukan permintaan

  bandwidth adalah sebuah slot bersama (shared), dimana setiap user akan berusaha menggunakan slot tersebut [5].

2.2.7 Quality of Service (QoS) pada WiMAX

  Quality of Service (QoS) atau sering disebut kualitas layanan adalah

  kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan pelayanan yang berbeda-beda kepada jenis trafik jaringan tertentu. Tujuan akhir dari QoS adalah memberikan

  

network service yang lebih baik dan terencana dengan bandwidth yang dapat

diatur sesuai dengan aplikasi yang digunakan dan layanan yang diharapkan [5].

  Pada jaringan WiMAX, fungsi pengaturan QoS dijalankan oleh Medium

  Access Control (MAC). QoS pada WiMAX menggunakan arsitektur MAC

  , yaitu semua koneksi downlink dan uplink akan dikendalikan

  connection-oriented

  oleh Base Station (BS). Sebelum transmisi data dilangsungkan, BS dan SS akan membentuk link satu arah untuk koneksi antara MAC layer. Setiap koneksi diidentifikasikan dengan sebuah connection identifier (CID) yang menjadi alamat sementara untuk transmisi data pada link tertentu [5].

  Berdasarkan sifat pelayanannya maka QoS pada WiMAX dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu: [5] a.

  Unsolicited Grant Service (UGS) Didesain untuk mendukung penggunaan layanan pada ukuran paket data tetap (fixedsize) dengan laju bit konstan. QoS ini efektif untuk layanan yang sensitif terhadap throughput, latency dan jitter. Contoh penggunaan layanan QoS ini yaitu pada aplikasi T1/E1 dan VoIP tanpa silence supression.

  b.

  Real-Time Polling Service (rtPS) Didesain untuk mendukung layanan real-time dengan laju bit variabel seperti aplikasi video MPEG dan video streaming yang menggunakan ukuran paket data variabel. QoS ini efektif untuk layanan yang sensitif terhadap

  throughput dan latency namun dengan toleransi yang lebih longgar dibandingkan dengan UGS.

  c.

  Non-Real-Time Polling Service (nrtPS) Didesain untuk mendukung aliran data yang bersifat toleransi terhadap

  delay dan membutuhkan aliran data dengan ukuran variabel non-real time dan

  laju minimum. QoS ini efektif untuk aplikasi yang membutuhkan throughput yang intensif seperti pada FTP (File Transfer Protocol).

  d.

   Best-Effort (BE) Service

  Didesain untuk mendukung aliran data yang tidak memerlukan jaminan pelayanan minimum, seperti web browsing dan email. QoS ini tidak memberikan garansi terhadap laju data dan delay.

  e.

  Extended Real-Time Variable Rate (ERT-VR) Service Didesain untuk mendukung aplikasi real-time yang mempunyai laju data variabel dan memerlukan jaminan terhadap throuhgput dan delay, seperti

  VoIP dengan silence supression.

2.3 Teknik Penjadwalan Pada WiMAX

  Teknik penjadwalan adalah suatu metode akses yang digunakan untuk alokasi trafik permintaan bandwidth user pada jaringan WiMAX 801.16 [2].

  Teknik penjadwalan adalah suatu cara yang digunakan pada base station (BS) untuk menentukan urutan pelayanan terhadap user yang telah melakukan permintaan trafik. Teknik penjadwalan pada dasarnya bergantung terhadap layanan aplikasi yang memanfaatkannya dan tidak didefinisikan secara baku oleh suatu standar [3].

  Beberapa teknik penjadwalan yang dapat digunakan pada WiMAX adalah

  Round Robin (RR), First In First Out (FIFO), maximum Signal to Noise Ratio

  (mSNR), Proportional Fair (PF) [3], Maximum Proportional Constraints (MPCA) [6], Bandwidth Assignment Based on SNR (BABS) [7].

  Algorithm

  Penjadwalan RR mengalokasikan bandwidth pada user berdasarkan urutan yang tetap. Sedangkan penjadwalan FIFO memberi prioritas bandwidth untuk

  user berdasarkan waktu kedatangan. Penjadwalan mSNR menggunakan teknik cross-layer untuk koneksi jamak dengan memanfaatkan informasi dari signal to

  (SNR) dan akan mengalokasikan kanal pada user berdasarkan tingkat

  noise ratio

  maksimum dari SNR. Teknik penjadwalan PF merupakan pengembangan dari teknik mSNR yang mampu meningkatkan performansi jaringan dari segi fairness dan delay, tetapi menurunkan troughput sistem [3]. Prinsip dasarnya adalah mengalokasikan permintaan user berdasarkan jumlah tingkat SNR per satuan waktu tertentu.

  Teknik penjadwalan MPCA mengalokasikan kanal pada user berdasarkan jenis layanan trafik permintaan, teknik penjadwalan ini tidak sesuai untuk jenis trafik yang heterogen [6]. Sedangkan teknik penjadwalan BABS menggunakan persyaratan tingkat SNR rata-rata dari setiap user dan jumlah besar paket yang diminta oleh user untuk menentukan kanal dan alokasi bandwidth yang akan diberikan [7].

  Selain yang telah disebutkan diatas, masih terdapat beberapa teknik

  scheduling yang digunakan pada jaringan WiMAX seperti Weighted Round Robin

  (WRR) dan Deficit Round Robin (DRR), kedua teknik tersebut merupakan modifikasi dari teknik Round Robin dengan menerapkan nilai pengali yang bergantung pada frekuensi permintaan yang datang dari user. Beberapa teknik penjadwalan lainnya yang digunakan pada WiMAX yaitu Earliest Deadline First (EDF) yang bekerja berdasarkan permintaan yang datang dari user dengan tenggat waktu terpendek dan juga Weighted Fair Queuing (WFQ) yang menggunakan modifikasi FIFO untuk memproses permintaan berdasarkan kapasitas antrian user. Teknik penjadwalan seperti EDF dan WFQ tidak sesuai untuk aplikasi dengan trafik seragam seperti aplikasi Video on demand [3].

  Banyak teknik penjadwalan yang didesain untuk berbagai aplikasi menggunakan jaringan WiMAX. Contohnya pada [8], teknik yang diajukan adalah untuk aplikasi voice over internet protocol (VoIP). Sedangkan pada [9] teknik penjadwalan didesain untuk aplikasi internet protocol based television (IPTV). Untuk layanan aplikasi video, jenis paket menjadi penting disebabkan oleh video codec membangkitkan frame dengan prioritas yang berbeda. Teknik penjadwalan yang didesain untuk aplikasi video diajukan pada [10], yaitu teknik penjadwalan berbasis frame (Frame Based).

  Video on Demand

2.4 Sistem

  Video on demand adalah sistem video interaktif berbasis pada jaringan

  internet yang memberi kebebasan kepada user untuk mengontrol atau memilih sendiri pilihan video yang ingin ditonton [1]. Secara umum sistem video on

  demand diperlihatkan pada Gambar 2.5.

  Video on demand merupakan sebuah istilah penyajian video yang bisa

  diakses secara online melalui jaringan. Video bisa disajikan langsung secara

  streaming atau di download. Fungsi video on demand layaknya seperti video

  rental, di mana pelanggan dapat memilih program dan tontonan yang ingin ditayangkan [11]. Salah satu hal yang ingin dicapai dari industri komunikasi video on demand adalah memberikan kontrol penuh terhadap para penggunanya.

Gambar 2.5 Sistem Video on demand [10]

2.5 Parameter Pengukuran Kinerja

  Parameter pengukuran kinerja untuk teknik penjadwalan yang digunakan pada Tugas Akhir ini yaitu Peak Signal to Noise Ratio (PSNR), Packet Loss, dan

  Network utility .

2.5.1 Peak Signal to Noise Ratio

  Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) adalah perbandingan antara nilai

  maksimum dari sinyal yang diukur terhadap besarnya derau yang mempengaruhi sinyal tersebut. Nilai PSNR biasanya diukur dalam satuan decibel (dB). Untuk menentukan PSNR, terlebih dahulu ditentukan nilai Mean Square Error (MSE), diamana MSE adalah nilai error kuadrat rata-rata antara gambar asli dan gambar penyisipan dalam kasus video [12].

  Peak Signal to Noise Ratio merupakan parameter untuk mengukur kualitas

  hasil kompresi. Nilai PSNR membandingkan perubahan bentuk pada video hasil kompresi dengan video aslinya. Nilai PSNR ditentukan oleh besar atau kecilnya perubahan yang terjadi pada video [12].

  Dalam data video yang terdiri dari beberapa gambar, suatu pengembangan dan pelaksanaan rekonstruksi gambar diperlukan perbandingan antara gambar hasil rekonstruksi dengan gambar asli. Nilai PSNR yang lebih tinggi mengindikasikan kemiripan yang lebih erat antara hasil rekonstruksi dan gambar asli. Besaran PSNR didefinisikan sebagai berikut [12].

  (1) ( ) MSE didefinisikan sebagai berikut [11].

  (2) ∑ ∑ ( )

  Dimana x dan y adalah koordinat dari gambar, sedangkan M dan N adalah dimensi dari gambar. S xy menyatakan gambar asli dan C xy menyatakan gambar

  2

  yang disisipkan. C Max merupakan jumlah banyaknya gambar hasil kompresi dibanding dengan gambar asli. Semakin besar nilai PSNR yang dihasilkan maka semakin baik pula kualitas dari video tersebut. Sebaliknya, semakin kecil nilai PSNR maka semakin buruk pula kualitas dari video tersebut.

2.5.2 Packet Loss

  Packet loss merupakan suatu parameter yang menunjukkan jumlah total

  paket yang hilang, dapat terjadi karena tabrakan antar paket (collision) dan penuhnya trafik (congestion) pada jaringan [13]. Packet loss merupakan jumlah total paket data yang hilang pada saat pentransmisian. Untuk trafik video yang digunakan pada Tugas Akhir ini, data paket video dikirim oleh server dengan format User Datagram Protocol (UDP). Data paket video kemudian diubah menjadi segmen-segmen UDP, selanjutnya segmen tersebut akan dienkapsulasi ke dalam format datagram IP untuk membuat jalur pengiriman menuju ke penerima.

  Ketika datagram IP melewati jaringan, buffer dan antrian yang terdapat pada BS kemungkinan terdapat dalam kondisi penuh sehingga akan menolak datagram IP yang masuk kedalamnya. Dalam hal ini datagram IP tersebut akan dibuang dan menjadi paket yang hilang [14].

  Paket yang hilang sangat mempengaruhi kualitas video yang dihasilkan. Paket yang dibangkitkan pada trafik video adalah berupa jenis-jenis frame yang berbeda ( frame I dan frame P). Frame I adalah gambar asli dari video sedangkan

  frame P merupakan gambar sisipan yang berkolerasi dari frame I. Dengan

  demikian, packet loss yang terjadi pada frame I akan sangat mempengaruhi kualitas video yang dihasilkan bila dibandingkan dengan packet loss yang terjadi pada frame P [14].

2.6 Perangkat Lunak yang Digunakan

  Perangkat lunak yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu Netbeans [15] dan Evaluation Video (EvalVid) [16]. Netbeans digunakan untuk merancang simulasi. Sedangkan EvalVid digunakan untuk evaluasi kualitas video hasil simulasi.

2.6.1 Perangkat Lunak Netbeans

  Netbeans adalah sebuah aplikasi Integrated Development Environment

  (IDE) yang berbasiskan Java dari Sun Microsystems. Netbeans IDE merupakan sebuah IDE opensource yang ditulis sepenuhnya dengan bahasa pemrograman java menggunakan platform netbeans. NetBeans IDE mendukung pengembangan semua tipe aplikasi Java (J2SE, web, EJB, dan aplikasi mobile) [17].

  Beberapa Fitur yang terdapat dalam netbeans antara lain [17]: 1. Smart Code Completion: untuk mengusulkan nama variabel dari suatu tipe, melengkapi keyword dan mengusulkan tipe parameter dari sebuah

  method .

  2. Book marking: fitur yang digunakan untuk menandai baris yang suatu saat hendak kita modifikasi.

  3. Go to commands: fitur yang digunakan untuk jump ke deklarasi variabel, source code atau file yang ada pada project yang sama.

2.6.2 Evaluation Video (EvalVid)

  Evaluation Video (EvalVid) merupakan framework dan tool-set untuk

  mengevaluasi kualitas video yang ditransmisikan melalui jaringan komunikasi secara real atau simulasi [14]. Framework ini berisi prose transmisi lengkap mulai dari source video, reordering pada source, encoding, paketisasi, transmisi jaringan, decoding, hingga tampilan video yang diterima oleh end-user. Data yang diproses pada arus transmisi akan ditandai dan disimpan pada file-file yang beranekaragam, kemudian file-file ini digunakan untuk memperoleh hasil parameter yang diinginkan seperti loss rate, jitter, dan kualitas video (PSNR).

  Selain untuk mengukur parameter QoS pada jaringan, EvalVid juga mendukung evaluasi kualitas video subjektif dari video yang diterima berdasarkan perhitungan PSNR frame-by-frame. Perangkat lunak EvalVid menggunakan struktur modular, sehingga user mudah mengganti codec dan memungkinkan dilakukannya pertukaran jaringan [14].

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Keluarga 1.1. Pengertian Keluarga - Hubungan Dukungan Keluarga dengan Konsep Diri Lansia di Lingkungan XI Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli

0 0 29

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang - Hubungan Dukungan Keluarga dengan Konsep Diri Lansia di Lingkungan XI Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi - Perbandingan Kadar Kalium Darah Antara Penderita Preeklampsia Berat/Eklampsia Dengan Kehamilan Normal

0 1 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Risiko 2.1.1. Pengertian Manajemen Risiko - Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja pada Bagian Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) di PTPN IV Kebun Sosa Tahun 2015

0 1 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja pada Bagian Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) di PTPN IV Kebun Sosa Tahun 2015

0 3 9

Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja pada Bagian Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) di PTPN IV Kebun Sosa Tahun 2015

0 0 14

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

0 1 63

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Pengaruh Kebijakan Pendanaan, Risk Based Capital dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan Asuransi dengan Laba Perusahaan sebagai Variabel Moderating

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan pasar modal yang demikian pesat, terutama - Pengaruh Kebijakan Pendanaan, Risk Based Capital dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan Asuransi dengan Laba Perusahaan sebag

0 0 10

Permenpan RB Nomor 2 Tahun 2019 Tentang Pengadaan PPPK Untuk Guru, Dosen, Tenaga Kesehatan, Dan Penyuluh Pertanian - Berkas Edukasi

0 0 13