PERANAN ORANG TUA SEBAGAI MOTIVATOR BELAJAR SISWA DALAM PENCAPAIAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PAI DI KELAS XII-C SMA PGRI 1 MAJALENGKA (Pokok Bahasan Al-Qur’an tentang Etos Kerja) BAB I PENDAHULUAN - PERANAN ORANGTUA SEBAGAI MOTIVATOR BELAJAR SI

  

PERANAN ORANG TUA SEBAGAI MOTIVATOR BELAJAR SISWA

DALAM PENCAPAIAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA

PELAJARAN PAI

DI KELAS XII-C SMA PGRI 1 MAJALENGKA

(Pokok Bahasan Al-Qur’an tentang Etos Kerja)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia hidup untuk memenuhi kebutuhannya, dan

  dalam rangka tersebut manusia melakukan aktivitas yang didorong oleh motivasi. Motivasi adalah daya penggerak yang menjadikan manusia melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya. Motivasi oleh Esyenk dan kawan-kawan dalam bukunya yang berjudul belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dan tingkah laku manusia (Slameto, 1995:170). Demikian pula halnya siswa yang sedang menjalani aktivitas belajar disekolah, karena didorong oleh motivasi dalam diri masing-masing. Motivasi belajar merupakan daya penggerak dari berbagai motif yang ada pada diri individu dan diarahkan pada tujuan tertentu. Untuk memepelajari suatu ilmu dengan baik dibutuhkan motivasi, sebab motivasi berkaitan dengan semangat dan kegairahan seseorang untuk

  Belajar merupakan usaha menggunakan setiap sarana atau sumber, baik di dalam maupun di luar pranata pendidikan, guna perkembangan dan pertumbuhan pribadi (Y.B. Sudarmanto, 1993:2). Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa atau lingkungan. Oleh sebab itu keberhasilan seorang siswa dalam meraih prestasi disekolah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor guru dan siswa. Peranan orang tua sebagai motivator sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam meraih prestasi disekolah.

  Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah baik negeri maupun swasta mempunyai andil dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu perlu adanya perhatian serius agar tujuan pendidikan agama yang merupakan sub sistem dari pendidikan nasional dapat terealisasi.

  Pendidikan Agama Islam merupakan usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan siswa agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam (Achmadi, 1992:20)

  Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri dan hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. Adapun ruang lingkup bahan pelajarannya meliputi : keimanan, ibadah, akhlak, al-Quran, muamalah, syariah dan tarikh (sejarah

  Pola pembinaan Pendidikan Agama Islam dikembangkan dengan menekankan keterpaduan antara tiga lingkungan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Sehingga ruang lingkup pembinaan yang dilakukan oleh Guru Pendidikan Agama Islam terhadap siswa juga meliputi ketiga lingkungan tersebut.

  Pendidikan Agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadimanusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (GBPP PAI Depdikbud, 1995:2)

  Mengingat pentingnya tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah, maka siswa yang sedang melakukan aktivitas belajar, khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut memerlukan dorongan atau motivasi yang kuat. Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah bagi kegiatan belajar tersebut sehingga tujuan belajar siswa dapat tercapai.

  Motivasi belajar timbul karena siswa merasakan kebutuhan akan belajar. Motivasi bisa datang dari dalam diri siswa sendiri maupun dari luar siswa. Motivasi dari dalam sering disebut dengan motivasi intrinsik, sedangkan motivasi dari luar disebut dengan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik biasanya lebih kuat dan lebih tahan lama. Melalui motivasi intrinsik siswa belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari dalam diri sehingga siswa belajar atas kesadaran sendiri.

  Motivasi ekstrinsik tumbuh dari rangsangan luar atau dari pihak luar. Meskipun berasal dari luar, namun motivasi ekstrinsik tidak dapat diabaikan. Kadang kala siswa mengalami perubahan kondisi psikologis yang menyebabkan menurunnya motivasi belajar yang berakibat pada menurunnya prestasi belajar siswa tersebut. Misalnya karena jenuh ataupun bosan, maka siswa membutuhkan rangsangan dari luar untuk memulihkan dan membangkitkan kembali motivasi belajarnya.

  Salah satu motivator siswa adalah orang tua. Oleh karena itu peranan orang tua memegang peranan yang sangat vital yang berfungsi menimbulkan, mendasari, menggerakkan perbuatan belajar. Seseorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya seseorang yang motivasinya lemah tanpak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak menuju pada pelajaran, akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.

  Upaya peningkatan proses dan hasil belajar perlu diwujudkan agar diperoleh kualitas sumber daya manusia yang dapat menunjang pembangunan nasional, upaya tersebut menjadi tugas dan tanggung jawab semua tenaga pendidik. Baik orang tua, guru maupun masyarakat.

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah

1. Rumusan Masalah

  Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang memfokuskan masalah penelitianya pada hubungan peranan orang tua pelajaran PAI pada Standar Kompetensi memahami ayat-ayat Al-Quran tentang etos kerja di kelas XII-C SMA PGRI 1 Majalengka. Adapun rumusan masalahnya adalah :

  a. Seberapa besarkah motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI Kelas XII-C di SMA PGRI 1 Majalengka?

  b. Seberapa besarkah tingkat prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI Kelas XII-C di SMA PGRI 1 Majalengka?

  c. Bagaimana pengaruh peranan orang tua sebagai motivator belajar siswa dalam pencapaian prestasi belajar pada mata pelajaran PAI di Kelas XII-C SMA PGRI 1 Majalengka?

2. Pemecahan Masalah

  Firman Allah SWT yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At-Tahrim : 6).

  Menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

  Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:756) motivator sendiri adalah orang ( perangsang ) yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu.

  C. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui besarnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI Kelas XII-C di SMA PGRI 1 Majalengka.

  2. Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI Kelas XII-C di SMA PGRI 1 Majalengka.

  3. Untuk mengetahui hubungan antara peranan orang tua sebagai motivator dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di Kelas XII-C SMA PGRI 1 Majalengka.

  D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

  1. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada Mata Pelajaran PAI

  2. Bagi guru, dapat meningkatkan pengetahuan dan penguasaan keterampilan mengelola proses belajar mengajar.

  3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan strategi pembelajaran yang kreatif dan dinamis dalam upaya mencapai prestasi belajar siswa yang melibatkan tiga ranah lingkungan yaitu, sekolah, keluarga dan masyarakat.

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori

  1. Hakikat Peran Orang Tua dalam Pendidikan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:802) orang tua adalah ayah atau ibu kandung. Sebagai pemimpin dalam keluarga orang tua harus mendahulukan pendidikan dalam keluarganya agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak baik. Peran orang tua sangat menentukan keberhasilan pendidikan anak-anaknya, di antaranya orang tua berperan sebagai : a. Pendidik (edukator)

  Pendidik dalam Islam yang pertama dan utama adalah orang tua, yang bertanggung jawab terhadap anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif dan potensi psikomotor (Noeng Muhadjir, 1993:167).

  b. Pendorong (motivator) Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Motivasi bisa berasal dari dalam diri

  (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu. Dan motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru, teman-teman dan anggota

  Di sinilah orang tua berperan menumbuhkan motivasi atau rangsangan dari luar yang kemudian mampu secara alamiah menumbuhkan motivasi dari dalam diri anak tersebut.

  c. Fasilitator Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku dan lain-lain (Slameto, 1995:63). Jadi orang tua berkewajiban memenuhi fasilitas belajar agar proses belajar berjalan dengan lancar.

  d. Pembimbing Sebagai orang tua tidak hanya berkewajiban memberikan fasilitas dan biaya sekolah saja. Tetapi anak juga membutuhkan bimbingan dari orang tuanya.

  Sekolah merupakan kegiatan yang berat dalam proses belajar banyak dijumpai kesulitan, kadang-kadang anak mengalami lemah semangat. Orang tua wajib memberikan pengertian dan mendorongnya membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah (Slameto, 1995:64)

  Oleh sebab itu orang tua harus mempunyai waktu dalam mendampingi anak-anaknya. Pada saat itulah anak diberi pengarahan dan nasehat agar lebih giat belajar.

  2. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah hasil yang dapat dicapai pada suatu saat belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pengajaran pada waktu tertentu yang diwujudkan dalam bentuk nilai.

  Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut : a. Daya serap terhadap pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok.

  b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/intruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok.

  Namun demikian, indicator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap (Djamarah, 1997:20). Lebih lanjut Syaiful Bahri mengemukakan bahwa setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai ditingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai.

  Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses belajar mengajar ini dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai siswa.

  2. Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (75%-90%) bahan pelajaran yang diajarkan dikuasai siswa.

  3. Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60%- 75% saja dikuasai siswa.

  4. Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang 60% dikuasai siswa.

  Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa pada mata pelajaran dan prosentase siswa dalam mencapai tujuan pengajaran/intruksionbal khusus dapat diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan siswa dan guru (Djamarah, 1997:120). Untuk mendapatkan umpan balik tentang daya serap siswa terhadap materi pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam satuan pokok bahasan baik secara individu maupun klasikal/kelompok diperlukan analisis ulangan atau analisis hasil uji kompetensi.

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Menurut Muhibin Syah (1995:32), factor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : factor internal (factor dari dalam diri siswa), factor eksternal (factor dari luar diri siswa) dan factor pendekatan belajar (Approach to learning). Prestasi belajar siswa pada hakekatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai fantor tersebut.

a. Faktor Internal (factor dari dalam siswa)

  Faktor internal yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa yang meliputi dua aspek, yaitu : aspek fisiologis yang bersifat jasmaniah dan aspek psikologis yang bersifat rohaniah (Muhibin Syah, 1995:132).

  1) Aspek Fisiologis

  Kondisi Jasmani dan tonus (Tegangan Otot) yang menandai kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensits siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas sehingga akan berpengaruh terhadap prestasi yang diperoleh siswa.

  2) Aspek Psikologis Kondisi rohaniah dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas prestasi belajar siswa. Aspek psikologis atau rohaniah siswa tersebut meliputi :

   Tingkat kecerdasan/intelegensi siswa Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan atau prestasi siswa. Semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa maka semakin besar peluang untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi siswa maka semakin kecil peluang untuk memperoleh suskes atau prestasi tinggi.

   Sikap siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara relatif tetap terhadap obyek, orang, batang dan sebagainya terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut, sehingga akan berpengaruh terhadap prestasi siswa. Sebaliknya, sikap siswa yang negatif terhadap guru dan mata pelajaran dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa dan mempengaruhi perolehan prestasi yang berkurang.  Bakat siswa

  Menurut Chaplin dan Raber yang dikutif Muhibin Syah (1995:135), bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating. Bakat juga diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa bergantung pada upaya pendidik atau paltih. Bakan akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.

   Minat siswa Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Besar kecilnya minat siswa terhadap proses belajar akan mempengaruhi prestasi yang diperoleh siswa.

   Motivasi siswa Menurut Glietman yang dikutif Muhibin Syah

  (1995:136) motivasi adalah keadaan internal organisme (baik manusia ataupun hewan) yang mendorongnya untuk berbuat untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi dibedakan menjadi dua yaitu : motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

  Motivasi intrinsik adalah hal yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk motivasi ini adalah perasaan menyenangi materi pelajaran dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.

  Motivasi ekstrinsik tumbuh dari rangsangan luar atau dari pihak luar. Meskipun berasal dari luar, namun motivasi ekstrinsik tidak dapat diabaikan. Kadang kala siswa mengalami perubahan kondisi psikologis yang menyebabkan menurunnya motivasi belajar yang berakibat pada menurunnya prestasi belajar siswa tersebut. Misalnya karena jenuh ataupun bosan, maka siswa membutuhkan rangsangan dari luar untuk memulihkan dan membangkitkan kembali motivasi belajarnya.

  Salah satu motivator siswa adalah orang tua. Oleh karena itu peranan orang tua memegang peranan yang sangat vital yang berfungsi menimbulkan, mendasari, menggerakkan perbuatan belajar. Seseorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya seseorang yang motivasinya lemah tanpak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak menuju pada pelajaran, akibatnya

  b. Faktor Eksternal (factor dari luar siswa)

  Yaitu kondisi lingkungan disekitar siswa, factor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu : 1) Lingkungan Sosial

  Lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Lingkungan masyarakat dan tetangga juga teman- teman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa juga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Lingkungan sosial yang paling banyak mempengaruhi lingkungan belajar ialah oaring tua atau keluarga siswa sendiri. 2) Lingkungan Nonsosial

  Factor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya.

  c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning)

  Yang dimaksud factor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

  4. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Belajar bisa membawa suatu perubahan pada indiIVdu yang belajar.Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan dan memerlukan pengorbanan dan memerlukan dasar pikiran.

  Berdasarkan uraian diatas bisa dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.Pencapaian hasil belajar tersebut bisa diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar.Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru bisa mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar dilingkungan sekolah serta bisa melihat output dari anak.

  Sejalan dengan prestasi belajar, maka bisa diartikan bahwa prestasi belajar Pendidikan Agama Islam adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam.

B. Anggapan Dasar dan Hipotesis

  1. Anggapan Dasar Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pendidikan Agama

  Islam maka diperlukan adanya kerjasama antara orang tua, anak didik tersebut sangat bermanfaat memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan sekolah pada umumnya dan anak didik khususnya atau dengan kata lain internalisasi nilai pendidikan agama itu membutuhkan sinergitas baik sekolah, keluarga maupun masyarakat. Jadi semakin tinggi partisipasi dari orang tua/wali siswa maka akan semakin meningkatnya mutu pendidikan agama Islam, namun sebaliknya apabila kurang partisipasi dari orang tua maka akan kurangnya kualitas pendidikan agama Islam tersebut.

  2. Hipotesis Berdasarkan anggapan dasar tersebut diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa dalam penelitian ini yaitu “Peranan orang tua sebagai motivator dalam meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA PGRI 1 Majalengka kelas XII- C memiliki pengaruh yang cukup besar”.

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Dalam penelitian tindakan kelas ini, merujuk pada model Kurt Lewin

  yang menunjuk empat komponen pokok penelitian yakni :

  1. Perencanaan (planning)

  2. Tindakan (acting)

  3. Pengamatan (observing) 4. Refleksi (reflecting) (Aqib, 2006:21).

  Model Kurt Lewin tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

  Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas XII-C SMA PGRI 1 Majalengka yang berjumlah 30 orang yang terdiri dari 10 laki- laki dan 20 perempuan. Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi sebelumnya diketahui bahwasanya nilai siswa pada kelas XII-C memiliki kemampuan yang rendah dibandingkan kelas lain.

  Planning Acting Observing Reflecting

B. Subyek yang Diteliti

  Sehingga peneliti memilih kelas tersebut untuk dijadikan sebagai subyek penelitian yang nantinya diharapkan dapat membantu kelancaran dalam proses pengambilan data dan prosedur kerja penelitian.

  C. Faktor yang Diteliti

  Faktor yang diteliti meliputi faktor guru, siswa, orang tua dan proses pembelajaran.

  1. Faktor Guru Yaitu kemampuan dan keterampilan guru dalam merencanakan dan mengembangkan kegiatan pembelajaran apakan sudah sesuai dengan langkah-langkah yang telah disusun.

  2. Faktor Siswa Yaitu keaktifan siswa selama proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa.

  3. Faktor Orang Tua Siswa Yaitu peranan orang tua dalam membimbing, mengarahkan dan memotivasi anaknya untuk belajar.

  4. Proses Pembelajaran Yaitu proses yang terjadi selama pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa dan interaksi aktif dari berbagai unsure kegiatan pembelajaran.

  D. Prosedur Kerja dalam Penelitian

  Penelitian ini dirancang sebagai suatu penelitian tindakan kelas yang lain, untuk bersama-sama melakukan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan guru yang lain bertindak sebagai observer. Proses penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari tiga siklus. Setiap siklus ada empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki.

  Siklus I

  1. Perencanaan

  a. Menyusun rencana pembelajaran

  b. Merancang pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar siswa, tiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang tempat duduknya saling berdekatan.

  c. Menentukan kolaborasi dengan teman sejawat sebagai patner penelitian d. Merancang lembar observasi

  e. Merancang LKS dan kunci jawaban

  f. Merancang soal kuis dan kunci jawaban

  2. Tindakan a. Menyiapkan alat peraga yang diperlukan.

  b. Mengadakan presensi terhadap siswa.

  c. Mengadakan tanya jawab yang mengarah pada materi pelajaran.

  d. Dengan metode ceramah bervariasi, guru menjelaskan materi e. Membagi siswa dalam kelompok secara heterogen sesuai dengan tempat duduk (dua atau tiga meja yang berdekatan) f. Membagi LKS untuk dikerjakan secara berkelompok. Tiap-tiap kelompok mengerjakan LKS yang dipimpin oleh ketua kelompok.

  g. Guru berkeliling untuk membimbing siswa belajar dalam kelompok.

  h. Dengan bimbingan guru masing-masing wakil dari kelompok mengerjakan lembar kerja dipapan tulis. i. Memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan/sanggahan/untuk mengkritisi. j. Membuat kesimpulan pembelajaran pada materi tersebut. k. Siswa mengerjakan kuis pada akhir pelajaran secara individu.

  3. Pengamatan Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

  Dalam tahap ini aspek-aspek yang diamati adalah prilaku guru dan aktivitas siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar melalui lembar observasi.

  4. Refleksi Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis hasil kerja siswa.

  Analisis dilakukan untuk mengukur baik kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada siklus I, kemudian mendiskusikan hasil analisis secara kolaborasi untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus II.

  Siklus II a. Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan refleksi pada siklus I.

  b. Menyusun rencana pembelajaran

  c. Merancang kembali pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar siswa, tiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang tempat duduknya saling berdekatan.

  d. Menentukan kembali kolaborasi dengan teman sejawat sebagai patner penelitian.

  e. Merancang kembali lembar observasi.

  f. Merancang kembali LKS dan kunci jawaban.

  g. Mernacang kembali soal kuis dan kunci jawaban.

  2. Tindakan a. Menyiapkan alat peraga yang diperlukan.

  b. Mengadakan presensi terhadap siswa.

  c. Mengadakan Tanya jawab yang mengarah pada materi pembelajaran.

  d. Dengan metode ceramah bervariasi, guru menjelaskan materi pelajaran selanjutnya.

  e. Membagi kembali siswa dalam kelompok.

  f. Menbagikan kembali LKS untuk dikerjakan secara kelompok dengan berdiskusi.

  g. Guru berkeliling untuk membimbing siswa belajar dalam kelompok.

  h. Dengan bimbingan guru masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan kelompok lain mengkritisinya atau i. Bersama-sama menyimpulakn materi pelajaran. j. Siswa mengerjakan kusi secara individu.

  3. Pengamatan Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

  Dalam tahap ini aspek-aspek yang diamati adalah prilaku guru dan aktivitas siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar melalui lembar observasi.

  4. Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis hasil kerja siswa. Analisis dilakukan untuk mengukur baik kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada siklus II, kemudian mendiskusikan hasil analisis secara kolaborasi untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus III.

  Siklus III

  1. Perencanaan

  a. Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan refleksi pada siklus I.

  b. Menyusun rencana pembelajaran

  c. Merancang kembali pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar siswa, tiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang tempat duduknya saling berdekatan.

  d. Menentukan kembali kolaborasi dengan teman sejawat sebagai patner penelitian. f. Merancang kembali LKS dan kunci jawaban.

  g. Mernacang kembali soal kuis dan kunci jawaban.

  2. Tindakan a. Menyiapkan alat peraga yang diperlukan.

  b. Mengadakan presensi terhadap siswa.

  c. Mengadakan Tanya jawab yang mengarah pada materi pembelajaran.

  d. Dengan metode ceramah bervariasi, guru menjelaskan materi pelajaran selanjutnya.

  e. Membagi kembali siswa dalam kelompok.

  f. Menbagikan kembali LKS untuk dikerjakan secara kelompok dengan berdiskusi.

  g. Guru berkeliling untuk membimbing siswa belajar dalam kelompok.

  h. Dengan bimbingan guru masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan kelompok lain mengkritisinya atau menanggapi. i. Bersama-sama menyimpulakn materi pelajaran. j. Siswa mengerjakan kusi secara individu. k. Membagikan angket.

  3. Pengamatan Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

  Dalam tahap ini aspek-aspek yang diamati adalah prilaku guru dan aktivitas siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar melalui lembar observasi.

  Menganalisis kembali untuk mendapatkan kesimpulan apakah hipotesis tindakan tercapai atau tidak. Maka diharapakan pada akhir siklus

  III ini, kenyataannya motivasi dan prestasi siswa kelas XII-C SMA PGRI 1 Majalengka dapat ditingkatkan.

E. Sumber Data dan Cara Pengambilan Data

  1. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  a. Hasil pengamatan dari teman sejawat yang membawahi sebagai observer b. Hasil kuis atau tes tertulis siswa kelas XII-C SMA PGRI 1 Majalengka.

  c. Hasil angket

  2. Cara Pengambilan Data Cara pengambilan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  a. Data tentang kinerja guru dikaitkan antara RPP dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi.

  b. Data prestasi belajar siswa yang diperoleh dari tes tertulis yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus.

  c. Data aktivitas siswa yang diperoleh dari lembar observasi dari teman sejawat sebagai observer.

  d. Data tanggapan siswa terhadap proses belajar mengajar PAI yang diperoleh melalui angket.

  F. Indikator Keberhasilan

  Adapun yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila prestasi belajar PAI siswa meningkat, yaitu nilai yang dihasilkan sudah mencapai lebih dari rata-rata 75 (tujuh puluh lima) dengan prosentase 75% dan ketuntasan kelas harus diatas 75%.

  G. Teknik Analisis Data

  Setelah data-data diperoleh langkah selanjutnya adalah menganalisis serta mengolah data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif prosentase.

  Analisis diperlukan untuk mengetahui prosentase dan aktivitas belajar siswa. Rumusan analisisnya adalah sebagai berikut : % = n n X 100 N Keterangan : % = prosentase dari suatu nilai n = jumlah nilai yang diperoleh N = Jumlah seluruh nilai (Ali, 1993:186)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

  1. Prasiklus Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada minggu pertama yaitu mengajukan surat ijin riset kepada Kepala SMA PGRI 1 Majalengka yaitu dengan Bapak Drs. Oding Abdul Djalil, M.Pd., guna memperoleh ijin untuk melakukan penelitian berkaitan penelitian penulis tentang upaya meningkatkan prestasi belajar PAI siswa melalui pemberian motivasi.

  Setelah mendapat persetujuan peneliti langsung mengadakan observasi tentang keadaan sekolah, baik keadaan guru, siswa, keadaan sarana prasarana dan lain sebagainya. Kemudian mengutarakan niat penelitian yaitu pada kelas XII-C untuk melakukan penelitiannya, karena yang dianggap sudah bisa diajak kerja sama dan meminta bantuan guru bidang PAI yaitu Pak Ibnu Robbani untuk menjadi kolaborator. Juga tidak luput menyusun rencana bersama kolaborator guna persiapan pelaksanaan penelitian bagaimana pelaksanaannya dan kapan waktunya pelaksanaannya.

  Bersama guru PAI yang lain dan juga sekaligus kolaborator dan juga bersama guru PAI yaitu Bapak Iwan Kiswanto, peneliti melakukan wawancara tentang kondisi obyek penelitian dalam hal ini siswa kelas XII- C tentang bagaimana prestasi belajar PAI selama ini dan bagaimana keaktifan siswa ketika mengikuti pembelajaran. Dan juga tidak luput keadaan di rumah masing-masing, karena kondisi di rumah sangat mempengaruhi prestasi siswa. Karena orang tua ketika siswa di rumah adalah guru mereka. Setelah melakukan wawancara peneliti mendapat informasi yaitu yang menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran PAI belum mampu memaksimalkan potensi para siswa, prestasi setiap kali diadakan evaluasi hanya beberapa yang bisa lulus atau dengan nilai lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Serta masih terjadi komunikasi satu arah artinya siswa cenderung pasif dan kurang mempunyai pengalaman belajar dalam pembelajaran. Sehingga siswa kurang menyukai pelajaran PAI dan menyebabkan hasil belajar rendah.

  Hal ini terbukti dengan rata-rata hasil belajar dan prosentase ketuntasan belajar siswa yaitu nilai formatif semester I siswa kelas XII-C pada tahun ajaran 2012-2013 terakhir adalah 65

  2. Hasil Siklus I

  a. perencanaan Pada hasil penelitian yang peneliti lakukan di SMA PGRI 1

  Majalengka pada tahap siklus I ini pada awalnya peneliti melakukan pembelajaran seperti biasa yaitu melakukan pemelajaran PAI secara konvesional. Tetapi kemudian setelah dianggap materi sudah disampaikan secara keseluruhan yaitu pada pada materi pokok bahasan standar kompetensi melafalkan dan mengartikan surat pendek pilihan dengan kompetensi dasar membaca surat Al Maidah ayat 3 dan surat Al Hujurat ayat 13 dengan indikator (1). Melafalkan kata dan

  Mengartikan kata dan kalimat surat Al Maidah ayat 3 dan surat Al Hujurat ayat 13.

  Dari materi di atas untuk siklus I ini peneliti mengambil pada materi ayat yang pertama dengan indikator melafalkan dan mengartikan kata dan kalimat surat Al Maidah ayat 3. Materi dibagi menjadi dua karena nantinya yang satunya lagi untuk pelaksanaan pada siklus berikutnya. Jadi dengan indikator yang sama tinggal materi yang berbeda.

  Kemudian peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kegiatan pembelajaran. Pada perencanaan pembuatan RPP ini peneliti berkonsultasi dengan guru PAI karena akan menyesuaikan materi yang telah dibahas di kelas XII. Agar pembelajaran tidak terganggu, sesuai dengan kalender akademik atau progran tahunan yang sudah dibuat oleh guru PAI.

  b. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I di kelas XII-C SMA PGRI 1 Majalengka ini penyampaian materi dilakukan oleh penelti.

  Sedangkan guru PAI lain sebagai observer (kolaborator). Hal ini dilakukan guna apa yang sudah direncanakan sesuai dengan pelaksanaannya, dan sesuai dengan harapan hasil yang akan dicapai. Pembelajaran pokok bahasan melafalkan dan mengartikan surat Al Maidah ayat 3 ini dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah skenario pembelajaran yang telah direncanakan pada tahap direncanakan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Yaitu peneliti dalam menanamkan konsep tentang materi melafalkan dan mengartikan kata dan kalimat surat Al Maidah ayat 3 mula-mula menggunakan metode konvensional.

  Dalam penanaman konsep ini haruslah benar-benar sampai matang, karena kalau tidak nantinya siswa akan merasa kesulitan dikala melihat tulisan yang ditulis terpotong-potong. Mana arti dari kata-kata yang dipotong ini, karena taunya cuma keseluruhannya saja.

  Oleh karenanya guru pertama menulis di depan kelas atau menyediakan tulisan dari rumah yang sudah ditulis dengan baik secara keseluruhan yaitu surat Al Miadah ayat 3. Kemudian guru menuliskannya secara terpotong-potong sebelum membacakannya kepada siswa. Setelah selesai, guru membacakannya secara keseluruhan dari satu ayat tersebut denga pelan dan jelas supaya siswa mendengarnya jelas sehingga menirukannya pun tidak salah ucap. Setelah guru membacaknnya siswa menirukannya bersamasama. Kemudian siswa menirukannya per baris tempat duduk dan terakhir ditirukannya secara individu.

  Setelah semuanya membaca ayat secara keseluruhan, untuk menguatkan dan mempermudah dan memperjelas pelafalannya guru membacakan ayat yang ditulis secara terpotong. Guru melafalkan dari satu potong kata ayat surat Al Miadah ayat 3 ditirukan siswa per potong juga supaya jelas pelafalannya. Kemudian berlanjut sampai selesai melafalkan potongan-potongan ayat dari surat Al Maidah ayat 3.

  Setelah melafalkan dirasa sudah baik, guru menuliskan arti kata-kata dari surat Al Maidah ayat 3 secara terpotong-potong. Setelah selesai ditulis guru membacakannya dan diikuti para siswa. Ditirukan secara bersamasama diteruskan menurut barisan duduk siswa dan secara individu. Begitu seterusnya untuk setia kata dilakukan.

  Setelah selesai mengartikan per kata, kemudian guru mengartikan secara keseluruhan dari surat Al Maidah ayat 3 ini. Dan ditirukan siswa secara keseluruhan dilanjutkan secara kelompok baris dan terakhir secara individu. Setelah semuanya dilafalkan dan diartikan, untuk penguatan guru membagi kelompok siswa menjadi dua bagian di setiap tempat duduknya. Karena setiap meja ditempati oleh dua siswa, maka dibagi menjadi sisi kanan dan sisi kiri. Terlebih dahulu semua siswa yang menempati duduk di sebelah sisi kanan menunjuk kata dari bagian surat Al Maidah ayat 3 kemudian siswa yang duduk di sebelah kiri melafalkannya, begitu seterusnya sampai semua siswa yang sebelah kiri membaca semua bagian dari surat Al Maidah ayat 3. Setelah semuanya selesai kemudian gentian dengan siswa yang duduk di bagian sebelah kanan tadinya mendapat tugas menunjuk kata, sekarang siswa yang berada di sebelah kiri menunjuk kata dan yang berada di sebelah kanan membaca kata yang ditunjuk temannya.

  Setelah semuanya melafalkan secara bergantian, kemudian yang tadinya melafalkan sekarang diganti mengartikan dengan formasi pembagian tugas seperti tadi. Yaitu dimulai dari siswa yang duduk di sebelah kanan menunjuk kata kemudian yang sebelah kiri mengartikannya. Begitu seterusnya kemudian bergantian. Menunjuk kata mulai dari urut kemudian secara acak sampai temannya bisa melafalkan dan mengartikan surat Al Maidah ayat 3.

  c. Pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan pada pembelajaran pada siklus I ini, peneliti menyampaikan materi tentang melafalkan dan mengartikan surat Al Maidah ayat 3 baik secara perkata dan per kalimat. Dan yang paling terakhir merupakan bisa melafalkan dan mengartikan surat Al Maidah ayat 3secara keseluruhan itu sendiri. Dalam pelaksanaannya guru melaksanakan tindakan pembelajaran dengan cukup lancar dari awal sampai akhir karena sudah sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tetapi ada beberapa siswa mengikuti pembelajaran kurang begitu antusias, yaitu dengan bergurau, lesu, tidak konsentrasi dan bahkan ada yang ramai dikarenakan siswa dalam mempraktikkan bersamasama masih banyak yang bergurau.

  d. Evaluasi Tahap berikutnya dari pembelajaran pokok bahasan melafalkan dan mengartikan surat Al Maidah ayat 3 ini setelah individu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar yang telah dilaksaanakan. Pada siklus I ini hasil belajar siswa yang diperoleh sudah mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan kondisi awal sebelum pelaksanan tindakan, namun masih belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Hasil belajar yang diperoleh pada siklus I adalah nilai rata-rata 67,5. Dengan keaktifan siswa sebesar 70,4% diperoleh dari hasil observasi kolaborator ketika melihat proses pembelajaran berlangsung.

  Hasil tes yang diperoleh tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan diberi motivasi oleh guru. Selain itu juga digunakan untuk membangkitkan semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, karena pembelajaran akan lebih menarik tidak hanya guru yang aktif tetapi siswa juga bisa berperan aktif. Jadi dengan siswa bersemangat mengikuti proses pembelajaran pastilah akan banyak yang paham karena ada minat dari diri siswa itu sendiri.

  Dengan demikian, diharapkan sikap ketergantungan siswa akan guru yang selalu memberi masukan bisa teratasi, karena dengan termotivasi siswa bisa mengikuti secara aktif dan bisa mengembangkan materi pembelajaran sendiri di rumah di perpustakaan dan tempat lain yang kondusif karena termotivasi. Sehingga keaktifan siswa dan hasil belajar siswa akan meningkat. Sedang dari pihak orang tua ternyata walaupun sudah diarahkan oleh memotivasi anak mereka sendiri. Oleh karena kesibukan, kurang pemahaman akan cara dan pentingnya motivasi dari guru kepada siswanya sendiri maupun pemahaman tentang motivasi itu sendiri oleh guru.

  e. Refleksi Berdasarkan hasil penelitian siklus I, kemudian dilakukan refleksi terhadap langkah-langkah yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut:

  1) Guru diharapkan mampu meningkatkan pengelolaan waktu dalam kegiatan pembelajaran materi melafalkan dan mengartikan surat Al Maidah ayat 3 yang diterapkan di kelas XII-C SMA 1 PGRI Majalengka, karena kalau tidak diatur sedemikian terencana banyak siswa yang bergurau ketika mengikuti guru melafalkan bersama-sama. 2) Dalam penyampaian secara ceramah yang pokok-pokok saja, sehingga bisa lebih banyak waktu ketika melakukan di lakukan bersama siswa, sehingga siswa ikut berperan aktif. 3) Guru bersama kolaborator memantau siswa secara terbagi agar siswa tidak ramai ketika melakukan tebak kata dan arti bersama teman sebangkunya. 4) Lebih menekankan kepada guru untuk memaksimalkan motivasi mereka, meluangkan waktu untuk mereka dalam memotivasi. Dan peneliti lebih menanamkan tentang pemahaman tentang motivasi itu sendiri baik macam-macam motivasi, cara dan kapan baiknya memberikan motivasi itu sendiri.

  5) Untuk mempermudah siswa dalam membantu pemahaman awal pada siklus II, peneliti bersama kolaborator menyusun skenario dalam proses pembelajaran pokok bahasan melafalkan dan mengartikan kata dan kalimat surat Al Hujurat ayat 13 dibuat kelompok kecil ketika menirukan sehingga permasalahannya akan lebih terlihat ketika ada yang merasa kesulitan. Hasil belajar siswa belum mencapai indikator yang ditentukan sehingga perlu dilakukan peningkatan aktivitas belajar di siklus II.

  3. Hasil Siklus II

  a. Perencanaan Pada siklus II ini guru kembali menyiapkan Rencana

  Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam perencanaan ini peneliti juga meminta bantuan terhadap guru PAI berkaitan materi yang akan diajarkan pada siklus II ini. Selain perencanaan yang dibuat untuk siklus II ini, peneliti juga mewawancarai orangtua siswa tentang peran mereka selama pelaksanaan pada siklus I. Pada sebelum pelaksanaan siklus I sudah diberi masukan oleh kolaborator, bagaimana cara memotivasi siswa dan bagaimana caranya. Setelah guru diberi pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya motivasi guru, dan diharap selalu memotivasi siswa mereka guna kemajuan siswa mereka sendiri, kemudian peneliti mulai membagi siswa dalam kelompok kecil untuk belajar di rumah.

  Merangsang para orangtua untuk memantau perkembangan pelajaran anak mereka di sekolah. Setiap siswa di bentuk kelompok dengan anggota yang rumahnya berdekatan supada mempermudah akses berkumpul. Dan juga memotivasi siswa karena dengan belajar bersama siswa akan ada teman untuk bertanya ketika ada kesulitan yang kira-kira bisa diselesaikan mereka sendiri.

  b. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran siklus II di kelas XII-C SMA PGRI

  1 Majalengka yang juga dilakukan oleh peneliti. Karena supaya yang telah direncanakan bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Pada siklus II ini, materi yang disampaikan tentang melafalkan dan mengartikan kata dan kalimat tetapi berbeda dengan materi yang disampaikan pada siklus I. pada siklus I materi yang disampaikan adalah surat Al Maidah ayat 3. Sedangkan yang disampaikan pada siklus II ini adalah surat Al Hujurat ayat 13. Karena sama-sama melafalkan dan mengartikan kata dan kalimat, jadi hampir sama dengan materi pada siklus I. Pada pembelajaran siklus II ini guru menguraikan materi dengan metode konvensional dengan waktu singkat, hanya materi-materi pokok saja.

  Karena siswa sudah mulai pengalaman tentang pembelajaran yang peneliti tempuh. Karena juga materi yang dipelajari hampir sama pembelajaran dilakukan siswa di tanyai tentang motivasi yang diberikan orangtua mereka masing-masing. Dari tindakan siklus II ini, secara garis besar guru sudah mampu melaksanakan tindakan pembelajaran dengan baik sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran secara antusias.