BAB I - MAKALAH FOLKLOR Permainan Rakyat ”Sentrengan”

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

  Yang dinamakan “Sastra Lisan” adalah kesusastraan yang mencakup ekspresi kebudayaan yang disebarkan dan diturun-mtemurunkan secara lisan (dari mulut ke mulut) (Hutomo, 1991:1).

  Dalam sastra lisan dibedakan menjadi 2 : yang pertama adalah sastra lisan primer dengan cirri:penyebarannya melalui mulut, lahir didalam masyarakat yang bercorak desa, menggambarkan cirri-ciri budaya suatu masyarakat, anonim, tidak mementingkan fakta dan kebenaran, bercorak puitis, teratur dan lisan/dialek. (Hutomo, 1991:3-4)

  Sastra lisan yang kedua adalah sastra lisan sekunder (secondary orality) merupakan system reproduksi sastra tulis, sebagai peerwujudan, penyebarluasan informasi aatau sosialisassi sastra tulis. Sapadi Djoko Damono menyatakan perubahan kebudayaan dan teknologi mau tidak mau telah akan selalu mempengaruhi cara-cara itu.

  Orang Jawa mengenal berbagai macam jenis permainan tradisional, yang sekarang tidak lagi ditemukan. Berbagai macam permainan tradisional tersebut memberi ruang ketrampilan bagi pemakainya. Dalam kata lain, permainan tradisional Jawa tidak menempatkan relasinya hanya pasif. Lebih dari itu harus aktif dan kreatif. Sebab, permainan tradisional Jawa memberikan rangsangan kreatif bagi relasinya. Disadari atau tidak, arus deras mainan anak produksi luar negeri secara perlahan menggeser permainan tradisional yang penuh dengan nilai-nilai kearifan lokal dan benteng budaya.

  Sementara konsistensi pemerintah memberikan dukungan dalam mempertahankan nilai-nilai tradisi masih setengah-setengah.Berbeda dengan mainan anak tradisional, anak-anak dituntut kreatif sejak dalam proses pembuatannya yang harus berbaur dengan alam, karena bahan didapat dari lingkungan sekitar. Demikian pula saat memainkannya, selain dituntut kreatif juga harus memiliki strategi, kekuatan (tenaga), kebersamaan, kejujuran dan lainnya, yang berasal dari nilai-nilai kearifan lokal serta nilai-nilai tradisi. Permainan anak tradisional tidak bisa dipandang hanya sebagai salah satu bentuk permainan semata. Banyak nilai-nilai filosofis dan kearifan lokal yang tertanam di sana. Permainan tradisi juga merupakan salah satu bentuk ketahanan budaya, benteng budaya. Sejatinya permainan tradisi atau lebih dikenal dengan permainan rakyat merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk menghibur diri, tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan kenyamanan sosial.

  Selain itu, pelestarian budaya yang turun temurun penting untuk atau karet gelang yang beranggotakan minimal 3 orang, dua orang yang bertugas memgang dan meregang tali dan yang satunya lagi melompati tali.

  Atas dasar tersebut, permainan ”Sentengan” sangat menarik untuk menjadi satu bahan kajian dari mulai struktur permainan, proses permainan, teknik dan penentuan pemenang.

  1.2. RUMUSAN MASALAH

  Atas dasar yang dikemukakan dalam latar belakang masalah, peneliti selanjutnya merumuskan masalah penelitian:

  1. Bagaimanakah proses permainan” Sentrengan”?

  2. Bagaimanakah pemain tersebut dinyatakan sebagai pemenang?

  3. Apa manfaat permainan “Sentrengan” terhadap perkembangan anak?

  1.3. TUJUAN PENENLITIAN

  Adapun tujuan penelitian adalah:

  1. Memahami proses permainan rakyat ” Sentrengan”

  2. Memahami pemain yang bisa dinyatakan menjadi pemenang pada permainan rakyat ” Sentrengan”

  3. Memahami manfaat permainan “Sentrengan” terhadap perkembangan anak?

1.4. MANFAAT PENELITIAN

  1.4.1. Manfaat Teoritik

  Pada penelitian permainan rakyat ”Sentrengan” diharapkan dapat menghasilka temuan yang berupa konsep:

  1. Kemudahan dalam menginterpretasikan sastra lisan secara terpadu, tekstual, intertekstual, dan konseptual.

  2. Konvensi sastra oleh masyarakat Jawa khususnya dan nusantara pada umumnya.

  3. Sastra lisan disistematiskan dan dirumuskan dengan bahasa ilmiah.

  1.4.2. Manfaat Praktis

  Diharapkan dapat bermanfaat bagi para pemain permainan rakyat ini

  1. Membangkitkan kehidupan permainan rakyat yang sedikit terlupakan

  2. Menangkap nilai-nilai moral yang tersirat oleh pemain dan pendukungnya

  3. Sentrengan adalah permainan yang membutuhkan kebugaran dan semangat.

  4. Masyarakat dan para pendukung budaya rapatkan barisan untuk membuat sebuah cagar budaya ”Permainan Rakyat”

1.5. METODE PENELITIAN

1.5.1. Penentuan Setting Penelitian

  Dengan memperhatikan faktor-faktor dan manfaat dari permainan rakyat ”Sentrengan” penulis menetapkan setting penelitian/latar diperkirakan dapat memenuhi tuntutan tersebut. Penulis memilih masyarakat Dusun Gading Desa Gadingmangu kecamatan Perak Kabupaten Jombang dengan pertimbangan sebagai berikut:

  Pertama, masyarakat dusun Gading yang masih kental dengan

  acaranya yakni permainan rakyat yang berupa ” Sentrengan” akan menjadi menarik bila keramaian dan kesyikan permainan ini bila dijadikan obyek penelitian.

  Kedua, letak Dusun Gading yang begitu ramai sehingga respon masyarakat yang cukup banyak mengundang gelak tawa dan keramaian.

  Ada yang sebagai pemain, penonton yang begitu ramai dan masyarakat dusun Gading yang begitu majemuk.

1.5.2. Strategi Pelaksanaan Pengumpulan Data Di Lapangan

  Pelaksanaan pengumpulan data di lapangan diatur melalui strategi berikut ini:

  Pertama, pengamatan terhadap keberlangsungan permainan ”

  Sentrengan” di dusun Gading desa Gadingmangu dimana penulis para pemainnya, penonton yang antusias dan dampak keuasan psikologis para pemain dan para penonton.

  Kedua, kegiatan wawancara yang ditujukan pada informan.

  Mengenai awal dari permainan, jumlah pemain, teknik permainan, proses dan ketentuan pemenang.

  Ketiga, pelibatan diri untuk mengikuti alur permainan ini.

  Dengan cara penulis mengikuti/menjadi pemain didalamnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. KAJIAN TERDAHULU

  2.1.1. Pengertian ”Sentrengan”

  Permainan rakyat ”Sentrengan” dalam bahasa Indonesia kerap dikenal dengan istilah ”lompat tali”. Lompat tali atau "main karet" pernah populer di kalangan anak angkatan 70-an hingga 80-an. Permainan lompat tali ini menjadi favorit saat "keluar main" di sekolah dan setelah mandi sore di rumah. Sekarang, "main karet" mulai dilirik kembali antara lain karena ada sekolah dasar menugaskan murid- sarana bermain dan berolahraga.

  2.1.2. Proses Permainan ”Sentrengan”

  Cara bermainnya masih tetap sama, bisa dilakukan perorangan ataupun berkelompok. Jika hanya bermain seorang diri biasanya anak akan mengikatkan tali pada tiang, batang pohon atau pada apa pun yang memungkinkan, lalu melompatinya. Permainan secara soliter bisa juga dengan cara skipping, yaitu memegang kedua ujung tali kemudian mengayunkannya melewati kepala dan kaki sambil melompatinya.

  Jika bermain secara berkelompok biasanya melibatkan minimal 3 anak. Diawali dengan gambreng atau hompipah untuk menentukan dua anak yang kalah sebagai pemegang kedua ujung tali. Dua anak yang kalah akan memegang ujung tali; satu di bagian kiri, satu anak lagi di bagian kanan untuk meregangkan atau mengayunkan tali. Lalu anak lainnya akan melompati tali tersebut.

  Aturan permainannya simpel; bagi anak yang sedang mendapat giliran melompat, lalu gagal melompati tali, maka anak tersebut akan berganti dari posisi pelompat menjadi pemegang tali. Alat yang dibutuhkan cukup sederhana. Bisa berupa tali yang terbuat dari untaian karet gelang atau tali yang banyak dijual di pasaran yang dikenal dengan tali skipping.

  Sebenarnya, menurut DR. Anggani Sudono, MA, lompat tali sudah bisa dimainkan semenjak anak usia TK. Jadi sekitar 4-5 tahun karena motorik kasar mereka telah siap. Apalagi bermain lompat tali dapat menutupi keingintahuan mereka akan bagaimana rasanya melompat. Tapi umumnya permainan ini memang baru populer di usia sekolah atau sekitar usia 6 tahunan. Entah kenapa. Grafik kegemaran mereka akan lompat tali ini akan menurun seiring bertambahnya usia. "Biasanya anak kelas 5-6 sudah malu untuk main lompat tali karena orang dewasa di sekitarnya sering mencemooh, 'Kok sudah besar masih bermain lompat tali mereka akan semakin sigap dan terampil," ujar Anggani.

  Terlepas dari itu, menurut dosen Universitas Negeri Jakarta ini, jenis permainan lompat tali dapat dibagi menjadi dua; lompat tali yang bersifat santai dan yang berbau sport. Lompat tali yang santai kebanyakan dimainkan anak perempuan. Sedangkan yang untuk olahraga, seperti skipping umumnya digemari anak laki-laki. Meski demikian, menurut Anggani, segala permainan lompat tali sebetulnya bisa dimainkan anak laki-laki maupun perempuan tanpa memandang jender.

  Satu hal yang disarankan anggota Badan Pengembangan Akademik Perguruan Islam Al Izhar Pondok Labu Jakarta ini, yaitu menyuburkan kembali kegiatan lompat tali terutama di sekolah-sekolah.

  Bukan apa-apa, selain menyenangkan, permainan ini tak banyak memakan waktu, murah, dan menyehatkan. Jadi cocok untuk mengisi waktu senggang para murid ketimbang mereka main lari-larian tanpa tujuan. Salah satu cara yang diimbau Anggani dengan memberi kesempatan anak untuk main lompat tali di waktu istirahat. Atau saat ada pertemuan siswa, lakukan perlombaan lompat tali sehingga para murid makin bergairah memainkannya.

2.1.3. Proses Pemenangan Pemain

  Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam bermain “Sentrengan”/lompat tali diantaranya:

  • Ruangan / tempat

  Idealnya lompat tali dilakukan di ruang terbuka. Namun kalau tidak memungkinkan, di ruangan tertutup pun bisa. Tentu saja ruangan tersebut harus cukup lega dan lapang serta aman dari benda-benda yang dapat membahayakan seperti barang pecah belah.

  • Ukuran Tali Tali yang digunakan harus sesuai ukuran; tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. Jadi hendaknya ukuran tali dibuat pas dan tak banyak bersisa sehingga anak akan lebih mudah dan nyaman melompat.
  • Variasi Permainan Semakin bervariasi permainan lompat tali ini, makin anak mahir dan terampil dalam melakukan gerakan-gerakannya. Arti bervariasi di sini adalah anak tak hanya main tali yang dipegang lurus kedua ujungnya dan kemudian anak melompatinya, bisa juga dengan memutar-mutar tali dan anak melompat bersamaan dengan temannya. Atau anak dapat meningkatkan keahlian gerakannya dengan melakukan gerakan akrobatik. Misalnya dengan melakukan koprol untuk mencapai tali dengan ketinggian tertentu.
  • Waktu Terutama saat di sekolah, waktu permainan lompat tali biasanya sangat terbatas. Lantaran itu, Anggani mengimbau agar dalam setiap permainan masing-masing anak mendapatkan gilirannya, terlebih untuk lompat tali secara perorangan. Pastikan para murid mendapat giliran yang telah disepakati bersama sebelumnya.

  Dari berbagai hal yang harus diperhatikan dalam permainan ”Sentrengan” ini proses pemenangan atau pemain yang dinyatakan sebagai pemenang adalah jika seseorang atau sebuah kelompok yang paling jarang ”Dadi”.

  ”Dadi” dalam istilah bahasa Jawa adalah satu pihak pemain atau

  satu kelompok yang bergiliran menjadi lawan dan bertugas untuk menjalankan sebuah permainan (pekerja sebuah permainan bukan sebagai pemain). ”Dadi” bisa juga disebut sebagai pemain yang kalah atau sebagai pelengkap pemainnya. Dalam Sentrengan, anak yang

  ”Dadi” bertugas memegang tali karet dan mengayunkannya.

2.1.4. Manfaat Bagi Perkembangan Anak

  Menurut Anggani, ada beberapa manfaat perkembangan anak yang dapat distimulasi dengan permainan lompat tali ini: Main lompat tali merupakan suatu kegiatan yang baik bagi tubuh. Dengan bermain lompat tali motorik kasar akan terstimulasi sehingga secara fisik anak jadi lebih terampil, karena bisa belajar cara dan teknik melompat yang dalam permainan ini memang memerlukan keterampilan tersendiri. Lama-kelamaan, bila sering dilakukan, anak dapat tumbuh menjadi cekatan, tangkas dan dinamis. Otot-ototnya pun padat dan berisi, kuat serta terlatih. Lompat tali juga dapat membantu mengurangi kejadian obesitas pada anak.

  • Emosi Untuk melakukan suatu lompatan dengan tinggi tertentu dibutuhkan keberanian dari si anak. Berarti, secara emosi ia dituntut untuk membuat suatu keputusan besar; mau melakukan tindakan melompat atau tidak.
  • Ketelitian dan Akurasi Anak juga belajar melihat suatu ketepatan dan ketelitian. Misalnya, bagaimana ketika tali diayunkan, ia dapat melompat sedemikian rupa sehingga tak sampai terjerat tali dengan berusaha mengikuti ritme ayunan. Semakin cepat gerak ayunan tali, semakin cepat ia harus melompat.

  • Sosialisasi Untuk bermain tali secara berkelompok, anak membutuhkan teman yang berarti memberi kesempatannya untuk bersosialisasi. Ia dapat belajar berempati, bergiliran, menaati aturan, dan lainnya.
  • Intelektual Saat melakukan lompatan, terkadang anak perlu berhitung secara matematis agar lompatannya sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan dalam aturan permainan. Umpamanya, anak harus melakukan tujuh kali lompatan saat tali diayunkan. Bila lebih atau kurang, ia harus menjadi pemegang tali.

  Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori yaitu teori fungsi sosial folklor William R. Bascom dan Alan Dundes. Peneliti memanfaatkan konsep fungsi sosial folklor William R. Bascom dan Alan Dundes. Menurut William R. Bascom (1965:3-20; Dundes 1965:290-

  294) sastra lisan mempunyai 4 fungsi yaitu: (a) sebagai sebuah bentuk hiburan (b) sebagai alat untuk pengesahan pranata- pranata lembaga kebudayaan (c) sebagai alat pendidikan anak-anak (d) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.

  Sedangkan Alan Dundes (1965:277) menyatakan ada beberapa fungsi folklor yang bersifat umum, yakni: (a) Membantu pendidikan anak muda, (b) meningkatkan persaaan solidaritas suatu kelompok, (c) memberi sangsi sosial agar orang berperilaku baik atau memberi hukuman, (d) sebagai sarana kritik sosial, memberikan suatu pelarian yang menyenangkan dari kenyataan, dan (e) mengubah pekerjaan yang membosankan menjadi permainan.

  Pada permainan rakyat ”Sentrengan” terdapat beberapa unsur-unsurnya, diantara unsur-unsur tersebut adalah:

  1. Pemain Pemaian yang memainkan permainan ini adalah mayoritas anak-anak usia TK maupun SD. Namun tak jarang juga para remaja kerap memainkannya. Menurut DR. Anggani Sudono, MA, lompat tali sudah bisa dimainkan semenjak anak usia TK. Jadi sekitar 4-5 tahun karena motorik kasar mereka telah siap. Apalagi bermain lompat tali dapat menutupi keingintahuan mereka akan bagaimana rasanya melompat.

  2. Proses Cara bermainnya bisa dilakukan perorangan ataupun berkelompok. Jika hanya bermain seorang diri biasanya anak akan mengikatkan tali pada tiang, batang pohon atau pada apa pun yang memungkinkan, lalu yaitu memegang kedua ujung tali kemudian mengayunkannya melewati kepala dan kaki sambil melompatinya. Jika bermain secara berkelompok biasanya melibatkan minimal 3 anak. Diawali dengan gambreng atau

  hompipah untuk menentukan dua anak yang kalah sebagai pemegang

  kedua ujung tali. Dua anak yang kalah akan memegang ujung tali; satu di bagian kiri, satu anak lagi di bagian kanan untuk meregangkan atau mengayunkan tali. Lalu anak lainnya akan melompati tali tersebut.

  Aturan permainannya simpel, bagi anak yang sedang mendapat giliran melompat, lalu gagal melompati tali, maka anak tersebut akan berganti dari posisi pelompat menjadi pemegang tali. Alat yang dibutuhkan cukup sederhana. Bisa berupa tali yang terbuat dari untaian karet gelang atau tali yang banyak dijual di pasaran yang dikenal dengan tali skipping.

  3. Pemenanagan Dari berbagai hal yang harus diperhatikan dalam permainan

  ”Sentrengan” ini proses pemenangan atau pemain yang dinyatakan sebagai pemenang adalah jika seseorang atau sebuah kelompok yang paling jarang

  ”Dadi”.

  Pada permaianan “Sentrengan” atau lompat tali ini dapat kita ambil fungsi-fungsi menurut teori fungsi folklor William R. Bascom (1965:3-20; Dundes 1965:290-294)

  4. sebagai sebuah bentuk hiburan

BAB III SIMPULAN KESIMPULAN Permainan Rakyat ”Sentrengan” dalam bahasa Indonesia kerap dikenal

  dengan istilah ”lompat tali”. Lompat tali atau "main karet" pernah populer di kalangan anak angkatan 70-an hingga 80-an. Cara bermainnya masih tetap sama, bisa dilakukan perorangan ataupun berkelompok. Jika hanya bermain seorang diri biasanya anak akan mengikatkan tali pada tiang, batang pohon atau pada apa pun yang memungkinkan, lalu melompatinya. Permainan secara soliter bisa juga dengan cara skipping, yaitu memegang kedua ujung tali kemudian

  Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam bermain “Sentrengan”/lompat tali diantaranya:

  • Ruangan / tempat
  • Ukuran Tali  Variasi Permainan  Waktu Dari berbagai hal yang harus diperhatikan dalam permainan

  ”Sentrengan” ini proses pemenangan atau pemain yang dinyatakan sebagai pemenang adalah jika seseorang atau sebuah kelompok yang paling jarang

  ”Dadi”.

  Adapun manfaat untuk perkembangan anak adalah:

  • Motorik Kasar  Emosi  Ketelitian dan Akurasi  Sosialisasi  Intelektual

  DAFTAR PUSTAKA Sudikan, Yuwana. 2001. Metode Penelitian Sastra Lisan.

  Surabaya: Catur Wacana. Sa’diyah, Halimatus. 2009. Filologi Lisan.

  Jombang:Pustaka Budaya http :// www.safawihome // permainan tradisional // Aneka Manfaat Permainan Tradisional. Yahya Nur Sidik

  Diunduh pada tanggal 16 Januari 2010 http: // republika.co.id/koran_detail.asp?id=316914&kat_id=3 // Majalah Nakita, Wikipedia Indonesia

  Diunduh pada tanggal 16 Januari 2010

  PROPOSAL PERMAINAN RAKYAT “SENTRENGAN” DARI DUSUN GADING DESA GADINGMANGU

PERAK JOMBANG

  Dosen Pembimbing :

  Bpk. Asep Abdullah Abbas, M.Pd Disusun Oleh :

  Nama :HALIMATUS SA’DIYAH NIM :076197 Prodi/Kelas :B. Ina 2007/D

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI BAHASA DAN SATRA INDONESIA STKIP PGRI JOMBANG 2010

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancar sesuai dengan rencana yang telah dijadwalkan.

  Penelitian dengan judul Permainan Rakyat “Sentrengan” Dari Dusun Gading Desa Gadingmangu Perak Jombang diajukan sebagai persyaratan Ujian Akhir Semester (UAS) pada mata kuliah Folklor.

  Dengan selesainya tugas penelitian ini, tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara moril maupun materil dan juga secara langsung ataupun tidak langsung. kekurangan dan keterbatasan, baik dalam penyusunan maupun penulisan. Oleh karena itu, penulis berharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan dan menuju yang lebih baik.

  Akhirnya penulis berharap penelitian ini bisa bermanfaat bagi pembaca, khususnya pengembangan Ilmu Sastra Indonesia.

  Perak, 18 Januari 2010 Penulis

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................

  

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................................

  

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................

  1.1. Latar Belakang ..............................................................................................

  1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................

  1.3. Tujuan Penelitian ..........................................................................................

  1.4. Manfaat Penelitian.........................................................................................

  1.4.1. Manfaat Teoritik................................................................................

  1.4.2. Manfaat Praktis..................................................................................

  1.5. Metode Penelitian..........................................................................................

  1.5.1. Penentuan Setting Penelitian..............................................................

  1.5.2. Strrategi Pelaksanaan Pengumpulan Data Di Lapangan....................

  

BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................

  2.1. Kajian Terdahulu...........................................................................................

  2.1.1. Pengertian ”Sentrengan”....................................................................

  2.1.2. Proses Permainan ”Sentrengan”........................................................

  2.1.3. Proses Pemenangan Pemain...............................................................

  2.1.4. Manfaat Bagi Perkembangan Anak...................................................

  2.2. Landasan Teori...............................................................................................

  

BAB III SIMPULAN............................................................................................

  3.1. Kesimpulan....................................................................................................

  

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

LAMPIRAN...........................................................................................................