BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Perilaku Bahaya Kerja Terhadap Risiko Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di PT Subur Sari Lastderich (SSL) Humbang Hasundutan Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat Indonesia makin cepat dengan berdirinya perusahaan dan tempat kerja yang beraneka ragam. Perkembangan industri yang pesat ini diiringi pula oleh adanya risiko bahaya yang lebih besar dan beraneka ragam. Hal ini dapat menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010).

  Terjadinya kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja merupakan dampak dari paparan risiko yang akan selalu ada di setiap tempat dan proses kerja, bahkan di setiap tempat kegiatan manusia. Banyak sekali jenis risiko dan setiap risiko memiliki dampak yang berlainan. Secara garis besar risiko terdiri dari risiko keselamatan kerja dan risiko kesehatan kerja. Risiko keselamatan kerja biasanya bersifat akut (mendadak) dan menyebabkan terjadinya cedera. Sedangkan risiko kesehaatan kerja biasanya bersifat kronik (paparan dalam jangka waktu lama) dan menyebabkan gangguan kesehatan pekerja (Syaaf, 2008).

  Secara naluriah, manusia menghindari kecelakaan. Hal ini merupakan sifat kodrat manusia untuk menjauhi hal-hal yang tidak diinginkan atau tidak disenanginya. Keinginan ini tidak terbatas pada orang-orang yang memang telah mempersiapkan diri agar kecelakaan tidak terjadi, melainkan juga berlaku untuk semua orang, bahkan orang yang perilakunya membahayakan sekalipun tidak menginginkan kecelakaan menimpa dirinya.

  Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada pekerja di perusahaan. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi.

  Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi (Hadiguna, 2009).

  Secara terus menerus, manusia berusaha mencapai kesejahteraan dan kemajuan dalam kehidupannya. Salah satu dampak negatif akibat kemajuan teknologi yang dirasakan oleh orang Amerika (Brauer, 1990) adalah semakin meningkatnya kejadian-kejadian kecelakaan, baik yang terjadi ditempat kerja, jalan raya, atau di rumah. Setiap tahun terdapat lebih dari 100.000 kecelakaan yang menyebabkan kematian dan hampir 11 juta orang menjadi cacat. Menurut statistik yang dikeluarkan

  Nationat Safety Council, lebih dari 2 juta orang yang terluka dan ada sekitar 13.000

  pekerja yang mati karena kecelakaan setiap tahunnya. Sedangkan kecelakaan yang terjadi di rumah yang menyebabkan korban cacat sejumlah 3,5 juta orang dan mati sejumlah 23.000 orang per tahun.

  Ratusan juta tenaga kerja di seluruh dunia saat ini bekerja pada kondisi yang tidak aman dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Menurut Intenational

  Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1.100.000 kematian yang disebabkan

  oleh karena penyakit kerja atau kecelakaan kerja akibat hubungan pekerjaan. Sekitar

  300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan pekerjaan, di mana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya (Depnakertrans, 2010).

  Setiap jamnya, sedikitnya terjadi satu kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyebutkan bahwa pada tahun 2010 sedikitnya terjadi 65.000 kasus kecelakaan kerja dimana jumlah ini telah mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2009 sebanyak 96.314 kasus kecelakaan kerja. Walaupun demikian, kasus kecelakaan kerja di Indonesia relatif tinggi bila dibandingkan dengan negara lain. Berdasarkan ILO mengenai standar kecelakaan kerja, Indonesia menempati urutan ke 152 dari 153 negara yang diteliti (Depnakertrans, 2010).

  Tingginya angka kecelakaan kerja baik tingkat kekerapan maupun tingkat keparahannya menjadi salah satu faktor yang meningkatkan biaya dan menyebabkan kerugian secara ekonomi. Masih tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia antara lain disebabkan masih rendahnya tingkat kesadaran pengusaha dan pekerja terhadap pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (Menakertrans, 2011).

  Faktor-faktor yang memiliki kontribusi dalam kecelakaan, menurut Gross mencakup 4 M, yaitu : man, machine, media, and management. Karakteristik man atau manusia meliputi umur, gender, kemampuan, ketrampilan, training yang ikut, kekuatan, motivasi, keadaan emosi, dan lain-lain. Media yang meliputi lingkungan kerja misalnya suhu, kebisingan, getaran, gedung, jalan, ruang kerja, dan sebagainya. Karakteristik machine atau mesin meliputi ukuran, bobot, bentuk, sumber energi, cara kerja, tipe gerakan, dan bahan mesin itu sendiri. Sedangkan management adalah konteks dimana ketiga faktor itu berada dan dijalankan, hal ini bisa meliputi gaya manejemen, struktur organisasi, komunikasi, kebijakan dan prosedur-prosedur yang dijalankan di organisasi. Pada banyak kejadian kecelakaan atau sekitar 70% sampai 80% penyebabnya adalah kesalahan manusia atau human error.

  Demikian juga penelitian yang dilakukan Winarsunu (2000) di beberapa perusahaan baja ditemukan hal yang sama, yaitu kecelakaan kerja dipengaruhi oleh beberapa variabel yang saling berinteraksi. Variabel yang menjadi penyebab langsung terjadinya kecelakaan kerja adalah perilaku berbahaya (accident/ unsafe behavior) yang dilakukan oleh para pekerja ketika menyelesaikan tugas-tugasnya. Sedangkan variabel perilaku berbahaya disebabkan oleh sikap terhadap keselamatan kerja, persepsi terhadap bahaya, iklim keselamatan kerja, dan sumber-sumber stress di tempat kerja.

  Menurut Heinrich dalam Winarsunu (2008) juga hampir sama melaporkan bahwa terjadinya kecelakaan kerja disebabkan 88% oleh karena unsafe acts of

  person , 10% oleh unsafe condition dan 2% oleh sebab-sebab lain yang tidak dapat

  dipelajari. Dalam teori yang diciptakannya, yaitu teori urutan domino (domino

  sequence ) menyatakan bahwa terjadinya kecelakaan kerja ditentukan oleh lima faktor

  yang digambarkannya sebagai lima kartu domino yang berdiri berjajar secara berurutan yang membentuk suatu urutan kecelakaan. Faktor yang merupakan urutan pertama adalah faktor lingkungan sosial (social environment), faktor kedua adalah sifat-sifat tidak baik (undesirable traits), ketiga adalah tindakan dan kondisi yang berbahaya (unsafe act and condition hazard), keempat adalah kejadian kecelakaan (accident), dan kelima adalah luka (injury). Urutan faktor-faktor itu saling bergantung satu sama lain. Menurut Lawton dalam Winarsunu (2008) menyatakan bahwa 80% sampai 90% kecelakaan kerja disebabkan oleh human error.

  Menurut Suma’mur (1987), penyebab kecelakaan secara umum adalah karena adanya kondisi yang tidak aman dan tindakan yang tidak aman dari pekerja. Khusus mengenai tindakan tidak aman sangat erat kaitannya dengan faktor manusia atau terjadi karena kesalahan manusia. Pekerja cenderung untuk berperilaku dengan mengabaikan kesalamatan walaupun itu sangat berguna untuk kepentingannya sendiri. Misalnya dalam melaksanakan tugasnya pekerja seringkali tidak mengikuti

  (SOP) dan hanya bekerja berdasarkan pengalaman

  Standard Operating Procedure

  saja. Atau masalah lain adalah pekerja seringkali tidak mau menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sudah disediakan untuk dipakai saat melaksanakan pekerjaannya dengan berbagai alasan (Syaaf, 2008).

  Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor manusia merupakan penentu utama yang dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Oleh karena itu faktor-faktor manusia yang lain seperti keadaan emosi, kognisi, sikap, dan karakteristik perilaku umum yang lain yang diduga dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku berbahaya. Perilaku berbahaya merupakan tindakan tidak aman dalam bekerja yang sangat potensial menyebabkan kecelakaan kerja. Perilaku bahaya kerja berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan karyawan saat melaksanakan pekerjaannya terhadap bahaya yang ada disekitarnya.

  Sikap terhadap keselamatan kerja adalah intensi tingkah laku karyawan terhadap keselamatan kerja.

  PT Subur Sari Lastderich (SSL) merupakan salah satu perusahaan swasta yang telah ikut berperan aktif dalam pembangunan di Indonesia, khususnya dalam bidang pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan pengelolaan Asphal Mixing Plant yang berdiri tahun 1995. Jumlah karyawan saat ini adalah 52 orang. Berdasarkan survei pendahuluan dan wawancara yang telah dilakukan dengan manajemen PT SSL, bahwa K3 belum diterapkan secara optimal. Manajamen memberikan penjelasan tentang penggunaan alat pelindung diri seperti pakaian, helm, sepatu, dan peralatan lainnya tidak rutin. Mereka tetap memantau pekerja agar tetap mematuhi aspek K3 sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP). Setiap pekerja memang diawasi oleh pengawas tetapi ada pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri diperbolehkan memasuki tempat kerja dan tetap bekerja.

  Jenis pabrik ini tergolong tempat kerja yang mempunyai risiko kejadian kecelakaan kerja pada pekerja yang cukup tinggi. Pekerja yang setiap melaksanakan pekerjaannya harus berhadapan dengan lingkungan, peralatan kerja dan bahan-bahan yang berbahaya. Perilaku kerja yang tidak aman seperti merokok, bercanda dengan rekan kerja saat bekerja, tidak menggunakan alat pelindung diri, tidak berhati-hati dan tidak menjalankan prosedur kerja yang ditetapkan oleh manajemen atau perusahaan.

  Perilaku kerja yang tidak aman seperti ini dapat berakibat fatal terhadap terjadinya suatu kecelakaan kerja. Peralatan kerja seperti mesin, lori, alat berat dan bahan kimia berbahaya atau bahan-bahan pembuatan aspal, serpihan batu serta suhu lingkungan kerja yang panas dapat berisiko tinggi bagi pekerja yang memiliki pengetahuan, sikap dan tindakan kerja yang tidak mendukung.

  Pihak manajemen perusahaan mengatakan bahwa kecelakaan kerja di perusahaan yang pernah terjadi sampai tahun 2014 dibagi dalam 2 jenis: First Aid yaitu kecelakaan kerja yang hanya membutuhkan pertolongan pertama (kotak P3K) dan Medical Aid yaitu kecelakaan kerja yang membutuhkan pengobatan medis.

  Angka kejadian kecelakaan kerja yang terdapat diperusahaan tidak pernah dicatat. Namun, jika terjadi kasus kecelakaan kerja pada pekerja yang mengalaminya segera dilakukan pertolongan pertama atau dibawa ke rumah sakit. Kasus kecelakaan kerja banyak terjadi akibat tidak menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan sewaktu kerja sehingga tangannya mengalami luka, tidak menggunakan sepatu boot hanya memakai sandal saat bekerja, luka dibagian kepala karena tidak menggunakan helm pengaman, dan kasus kecelakaan disebabkan sewaktu bekerja kurang berhati- hati serta tidak menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) atau kecelakaan yang terjadi masih cenderung diakibatkan oleh tindakan tidak aman atau karena perilaku berbahaya.

  Dari latar belakang di atas terdapat beberapa faktor-faktor bahaya kerja yang dapat mengakibatkan terjadinya permasalahan atau kecelakaan kerja salah satunya adalah perilaku berbahaya dari pekerja. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh perilaku bahaya kerja terhadap risiko kejadian kecelakaan kerja pada pekerja di PT Subur Sari Lastderich (SSL) di Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015.

1.2 Perumusan Masalah

   Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam

  penelitian ini adalah belum diketahuinya pengaruh perilaku bahaya kerja terhadap risiko kejadian kecelakaan kerja pada pekerja di PT SSL (Subur Sari Lastderich) di Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum

  Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh perilaku bahaya kerja terhadap risiko kejadian kecelakaan kerja pada pekerja di PT Subur Sari Lastderich (SSL) di Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015.

  1.3.2 Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui karakteristik pekerja PT Subur Sari Lastderich (SSL) Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015.

  2. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan pekerja mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan risiko kejadian kecelakaan kerja pada pekerja di PT Subur Sari Lastderich (SSL) Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015.

  3. Untuk mengetahui hubungan sikap kerja dengan risiko kejadian kecelakaan kerja pada pekerja di PT Subur Sari Lastderich (SSL) Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015.

  4. Untuk mengetahui hubungan tindakan kerja dengan risiko kejadian kecelakaan kerja pada pekerja di PT Subur Sari Lastderich (SSL) Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015.

  1.4 Hipotesis Penelitian

  Perilaku bahaya kerja berpengaruh secara signifikan terhadap risiko kejadian kecelakaan kerja di PT Subur Sari Lastderich (SSL) Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015.

  1.5 Manfaat Penelitian

  1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan mengenai perilaku bahaya kerja yang mempunyai risiko kecelakaan kerja guna mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja.

  2. Sebagai bahan masukan kepada para pekerja mengenai perilaku bahaya kerja.

  3. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan kepada penulis khususnya tentang pengaruh perilaku bahaya kerja tehadap risiko kejadian kecelakaan kerja pada suatu perusahaan khususnya bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi dan pengelolaan aspal.

Dokumen yang terkait

Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 1 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi parasit soil-transmitted helminth 2.1.1. Definisi - Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 18

Pengaruh Mikoriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan dan Serapan Pb dan Cd Tanaman Mucuna pruriens pada Tanah yang Dicemari Logam Berat

0 0 5

Pengaruh Mikoriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan dan Serapan Pb dan Cd Tanaman Mucuna pruriens pada Tanah yang Dicemari Logam Berat

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Manajemen Pelaksanaan Imunisasi oleh Puskesmas Kaitannya dengan Pencapaian Universal Child Immunization di Puskesmas Siak Hulu III Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar

0 1 28

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Manajemen Pelaksanaan Imunisasi oleh Puskesmas Kaitannya dengan Pencapaian Universal Child Immunization di Puskesmas Siak Hulu III Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar

0 1 7

Analisis Manajemen Pelaksanaan Imunisasi oleh Puskesmas Kaitannya dengan Pencapaian Universal Child Immunization di Puskesmas Siak Hulu III Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep dan Peranan Anggaran - Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Perusahaan Melalui Kecukupan Anggaran, Komitmen Organisasi, Komitmen Tujuan Anggaran, Dan Job Rel

0 0 14

III. Kuesioner Risiko Kecelakaan Kerja - Pengaruh Perilaku Bahaya Kerja Terhadap Risiko Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di PT Subur Sari Lastderich (SSL) Humbang Hasundutan Tahun 2015

0 1 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Bahaya Kerja 2.1.1 Definisi - Pengaruh Perilaku Bahaya Kerja Terhadap Risiko Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di PT Subur Sari Lastderich (SSL) Humbang Hasundutan Tahun 2015

0 0 32