PENGARUH PENERAPAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP EFISIENSI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

TERHADAP EFISIENSI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Oleh: ANDREAS SURYO ADHITAMA NIM. F0308026 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

ii

commit to user

iii

commit to user

iv

Cast your cares on the LORD and He will sustain you, He will never let the righteous fall (Psalm 55 : 22)

Never was anything great achieved without danger (Nicholo Machiavelli)

To have courage for whatever comes in life - everything lies in that. (Saint Teresa Of Avila)

Accept yourself as you are. Otherwise you will never see opportunity. You will not feel free to move toward it, you will feel you are not deserving (Maxwell Maltz)

Life is not fair, get used to it (Bill Gates)

The purpose our lives is to be happy (Dalai Lama XIV Tenzin Gyatso )

七転び八起き

(nana kurobi ya oki)

commit to user

Aku persembahkan karyaku ini untuk Lord Jesus, Mother Mary, Saint Andreas of Constantinopel Serta semua temen temen dan pihak yang telah membantu selama kuliah ini.

Arigatou gozaimashita minna san~ Wasurenaide. Zutto kokoro no naka de

commit to user

vi

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

GOVERNANCE TERHADAP EFISIENSI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

Adapun skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai Gelar Sarjana Ekonomi pada Program S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

2. Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Arif Lukman Santoso, S.E., M.M., Master, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dalam penulisan skripsi ini.

commit to user

vii

5. Ibu Sri Murni, S.E., M.Si., Ak. selaku tim penguji skripsi.

6. Ibu Setyaningtyas Honggowati , M.M., Ak. yang menjadi Pembimbing Akademik selama ini

7. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih buat doa dan kepercayaan yang telah diberikan

8. Eyang putri dan Simbah putri tercinta terima kasih karena selalu mendoakan cucumu yang sangat baik ini.

9. Adikku tersayang Eva, Evi,dan Reni

10. Semua sahabat dekatku Vendy, Dio, Wis Wis, Isnan, Agung, yang telah membantu segalanya dalam suka, duka dan, derita sehingga aku bisa selesai kuliah sampai saat ini.

11. Semua anak Rumpun Woyo woyo FE yang telah memberi filosofi bahwa hidup ini mudah kalo dijalani dengan senyuman dan tanpa rasa takut.

12. Teman teman KMK FE St. Vincensius yang selalu memberikan warna baru, terimakasih menampung saya berorganisasi selama 4 tahun ini.

13. Semua pengurus HMJA periode 2009-2010 yang telah membuatku terbiasa dengan suasana ketertekanan mengurus proposal kegiatan yang selalu mepet karena kesulitan mencari dosen, persahabatan dalam ikatan ilmu, dan memberikan bekal berorganisasi secara resmi.

14. Teman-teman FORMASI ’08 yang tak pernah bisa kulupakan, tetap semangat dan jangan lupakan slogan kita semua “Who is the Best?”

commit to user

viii

berorganisasinya selama ini.

16. Anak anak B-LO (Beswan Djarum Solo) yang selama setahun kebelakang bersama sama berbagi keceriaan, tawa, dan kerepotan mengurus berbagai event.

17. Ketiga syrian hámsterku yang dengan wajah lucu dan anehnya selalu memberi penghiburan saat sedih dan tertekan selama kuliah ini.

18. Larry Page dan Sergey Brin yang telah menciptakan Google sehingga mumudahkan dalam pencarian data dan informasi yang berguna selama kuliah ini.

19. Semua kaskuser di Forsel, Forsex, BP, Forsup, Forum science yang sudah berbagi ilmu secara tidak langsung dan menemani waktu online.

20. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, 26 Juni 2012

Penulis

commit to user

A. Landasan Teori ................................................................................ 11

B. Corporate Governance .................................................................... 13

1. Struktur Kepemilikan ................................................................

17

a. Kepemilikan Manajerial ................................................

19

b. Kepemilikan Institusional ............................................

20

2. Struktur Dewan Komisaris ........................................................

23

a. Jumlah anggota dewan ...................................................

24

b. Proporsi Komisaris Independen .....................................

24

c. Proporsi Gaji Manager terhadap Aset ............................

26

3. Karakteristik Komite Audit ........................................................

26

a. Jumlah rapat Komite Audit ...........................................

27

b. Proporsi Komite Audit dengan keahlian akuntansi .......

27

c. Proporsi Komite Audit Independen ...............................

28

C. Efisiensi ............................................................................................ 28

D. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 30

E. Penelitian Sebelumnya ...................................................................... 31

F. Pengenbangan Hipotesis ................................................................... 36

1. Pengaruh Mekanisme GC terhadap efisiensi .............................. 37

2. Pengaruh struktur kepemilikan terhadap efisiensi perusahaan .. 37

3. Pengaruh struktur dewan komisaris terhadap efisiensi............... 40

commit to user

xii

2. Uji Multikolinearitas …………………………………………..... 69

3. Uji Autokorelasi ………………………………………………… 69

4. Uji Heteroskedastisitas ………………………………………….. 70

D. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 72

1. Uji ketepatan perkiraan (Uji R 2 ) ................................................... 72

2. Pengujian Signifikansi F ................................................................ 72

3. Pengujian Parameter Individual ....................................................... 73

D. Pembahasan ................................................................................... ...... 76

V. PENUTUP

A. Simpulan .........................................................................................

81

B. Keterbatasan Penelitian ..................................................................

82

C. Saran ...............................................................................................

83

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

84

LAMPIRAN ................................................................................................

88

commit to user

xiii

Tabel 4.1 Pengambilan Sampel ......................................................................

60

Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif ................................................................

62

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data ..............................................................

65

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas .............................................................

66

Tabel 4.5 Hasil Uji Run Test ..........................................................................

67

Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ..........................................................

68 Tabel 4.7 Hasil Uji Ketepatan Perkiraan (Uji R 2 ) ...........................................

69

Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi-F ..................................................................

70

Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikansi-t ...................................................................

71

commit to user

xiv

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ...................................................................

31

commit to user

xv

Lampiran I Data Penelitian ............................................................................. 88 Lampiran II Hasil Uji Analisis .............................................................. 83

commit to user

16

commit to user

TERHADAP EFISIENSI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Andreas Suryo Adhitama NIM. F0306026

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh penerapan mekanisme corporate governance terhadap efisiensi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk tujuan tersebut penelitian ini menggunakan 178 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dipilih dengan menggunakan purposive sampling.

Dalam penelitian ini, efisiensi diukur dengan cost efficiency menggunakan DEA (Data Envelopment Analysis). Dalam test data, penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan software komputer untuk statistik SPSS versi 13.0

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan proporsi komite audit independen berpengaruh terhadap efisiensi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian tidak berhasil memberikan bukti empiris yang mendukung temuan adanya pengaruh dari kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, proporsi gaji terhadap aset, jumlah rapat komite audit, dan proporsi komite audit berkeahlian akuntasi

Kata kunci: Corporate Governance, efisiensi, DEA (Data Envelopment Analysis)

commit to user

TERHADAP EFISIENSI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Andreas Suryo Adhitama NIM. F0306026

This study aims to obtain empirical evidence relating the influence of corporate governance mechanisms to efficiency on the company listed on the Indonesia Stock Exchange. For the purpose of this study using the 178 companies listed in Indonesia Stock Exchange selected by using purposive sampling.

In this study, efficiency was measured cost efficiency by DEA (Data Envelopment Analysis). In the test data, this study use multiple linear regression model with the help of computer software for statistical SPSS version 13.0.

This research find the effect of institutional ownership, proportion of independent commissioners, proportion of independent audit committees on efficiency of companies listed on the Indonesian Stock Exchange. The research does not provide empirical evidence to support the effect of managerial ownership, size of commissioners, proportion of salary management to the asset, audit committee frequency, and audit committee accounting expertise

Keywords: Corporate Governance mechanism, efficiency, DEA (Data Envelopment

Analyasis)

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penerapan mekanisme corporate governance telah menjadi kajian penelitian yang penting akhir-akhir ini. Krisis yang menimpa Asia di tahun 1997 serta terbukanya skandal keuangan berskala besar seperti skandal Enron, Barings, dan Worldcom telah mendorong perlunya corporate governance reform di tataran global (Demirag dan Solomon, 2003 dalam Huang et.al., 2008). Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan direksi, para pemegang saham dan stakeholders lainya (Organization for Economic Co-operation on Development /OECD, 1999 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007).

Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agent tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu terjadinya biaya keagenan (agency cost) . Agency cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengurangi masalah keagenan (agency problem ) yang meliputi

commit to user

Karina, 2007). Salah satu cara mengurangi masalah keagenan adalah dengan mensejajarkan kepentingan antara pemilik dengan manajer (Jensen dan Meckling, 1976). Pencapaian pensejajaran kepentingan antara pemilik dengan manajer tentu saja tidak lepas dari mekanisme corporate governance yang merupakan bagian penting dalam pengelolaan perusahaan. Menurut Boediono (2005) dalam Kaihatu (2009), mekanisme corporate governance adalah suatu sistem yang mengandalikan dan mengarahkan operasional perusahaan.

Corporate governance dapat dikategorikan menjadi mekanisme corporate governance eksternal dan internal. Mekanisme corporate governance eksternal mengukur kekuatan relative dari manajemen kepada manajemen kontrol melalui takeover defense, sedangkan mekanisme corporate governance internal fokus pada struktur kepemilikan manajerial, struktur komisaris, dan karakteristik sub committee komite audit atau kompensasi (Huang et.al., 2008). Lin et.al., (2008), dalam penelitian tentang penerapan corporate governance di China, menyatakan bahwa struktur kepemilikan mempunyai peran penting dalam menentukan efisiensi perusahaan. Hsu et.al., (2006) menggunakan struktur dewan komisaris yang tediri dari ukuran board director, duality CEO, proporsi board independent, gaji direkur dan supervisor. Pada penelitian ini CEO duality tidak digunakan karena tidak tersedianya data. Penelitian yang dilakukan oleh Jensen (1993) dalam Wu (2004) tentang ukuran dewan komisaris menemukan bahwa jumlah dewan komisaris yang besar akan menimbulkan ketidakefiensian karena

commit to user

sulit dicapai. Sedangkan hubungan proporsi komisaris independen terhadap efisiensi cenderung berbeda, tergantung fungsinya sebagai aktivitas monitoring atau advising (Huang et.al., 2008). Lebih lanjut penelitian Huang et.al., (2008) membagi karakteristik komite audit adalah jumlah rapat komite audit, proporsi komite audit dengan keahlian akuntansi, dan proporsi komite audit independen. Penelitian Fitriasari (2007) tentang jumlah rapat komite audit menyatakan aktivitas rapat komite audit dapat meningkatkan efisiensi perusahaan. Carcello et.al., (2006) menyelidiki hubungan antara keahlian komite audit di bidang keuangan dan manajemen laba. Hasil penelitiannya bahwa komite audit dapat mengurangi praktik earning management. Penelitian tentang proporsi komite audit independen yang dilakukan oleh Beasley (1996) dan Carcello dan Neal (2003) menyatakan kehadiran komite audit independen akan membuat monitoring menjadi lebih efektif.

Dengan penerapan mekanisme corporate governance inilah efisiensi perusahaan akan meningkat. Hal ini karena penerapan corporate governance dapat menurunkan monitoring cost, dengan adanya peningkatan pengawasan dan transparansi dalam pengelolaan perusahaan yang menerapkan mekanisme corporate governance (Kusumawati dan Bambang, 2005 dalam Nofiani dan Nurmayanti, 2010). Rendahnya penerapan mekanisme corporate governance juga akan mendorong terjadinya kecurangan dalam perusahaan. Ini dilandasi oleh penelitian sebelumnya, perusahaan yang punya tingkat corporate governance yang rendah cenderung mempunyai tingkat kecurangan yang

commit to user

yang menyatakan bahwa sampel kecurangan dari 87 perusahaan yang diidentifikasi SEC mempunyai mekanisme corporate governance yang lemah. Pendapat lain yang serupa dikemukakan oleh Farber (2005) dalam Sun dan Duncan (2008) menyatakan corporate governance yang kuat berhubungan dengan rendahnya insiden kecurangan finansial. Praktik kecurangan seperti ini akan mempengaruhi tingkat efisiensi manajemen. Dengan kuatnya penerapan mekanisme corporate governance maka kontrol terhadap aktivitas manajemen akan menjadi lebih baik yang mendorong meningkatnya efisiensi. Pendapat ini diperkuat oleh Brown and Caylor (2008) yang menyatakan bahwa penerapan mekanisme corporate governance yang baik akan membuat system control yang besar terhadap aksi manajemen, yang mana seharusnya dapat mengurangi permasalahan agency problem. Berkurangnya agency problem akan meningkatkan efisiensi perusahaan karena berkurangnya kecurangan dan agency cost.

Selain itu penerapan mekanisme corporate governance juga akan mendorong efisiensi alokasi penggunaan sumberdaya perusahaan. Hal ini tampak dalam peran penting good corporate governance dalam mendorong alokasi sumber daya (resources) perusahaan yang optimal ketika krisis ekonomi dan perbankan melanda kawasan Asia (Nofiani dan Nurmayanti, 2010). Penerapan Corporate governance melalui mekanismenya juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran (objectives) dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk mencapai

commit to user

kinerja yang efektif serta memberikan insentif yang tepat untuk dewan direksi dan menejemen dalam rangka mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan dari sisi kepentingan perusahaan sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan sumberdaya secara efisien (OECD, 1999 dalam dalam Ujiyantho, 2007).

Di Indonesia penerapan mekanisme corporate governance masih tergolong rendah. Hasil survei McKinsey and Company (2001) dalam Nofiani dan Nurmayanti (2010) menunjukkan bahwa tingkat kualitas corporate governance Indonesia paling rendah, yaitu nilainya 1,1 (dari 1 – 5 skala poin), di bawah Malaysia (1,3-1,7), Thailand (1,5-1,8), Korea (1,8- 2,2), Taiwan (2,3-2,6), dan Jepang (2,2-2,8). Bukti empiris riset Zhuang dalam Nofiani dan Nurmayanti (2010) pada tahun 2000 menunjukkan masih lemahnya perusahaan-perusahaan publik di Indonesia dalam mengelola perusahaan dibanding negara-negara Asia Tenggara. Hal ini ditunjukkan oleh masih lemahnya standar akuntansi dan regulasi, pertanggungjawaban terhadap para pemegang saham, standar pengungkapan dan transparasi serta proses- proses kepengurusan perusahaan (Nofiani dan Nurmayanti, 2010) . Hal ini secara tidak langsung menunjukkan masih lemahnya perusahaan-perusahaan publik di Indonesia dalam menjalankan manajemen yang baik dalam memuaskan stakeholder perusahaan. Penerapan mekanisme corporate governance yang lemah ini mendorong terjadinya kecurangan yang akan berujung pada ketidakefiensian. Kondisi yang buruk terjadi di Indonesia saat

commit to user

governance menjadi penyebab manipulasi yang terjadi di perusahaan publik, kondisi ini diperparah dengan fungsi agency cost yang tidak berjalan. Kajian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menunjukkan beberapa faktor yang memberi kontribusi pada krisis di Indonesia (Kaihatu, 2009). Pertama, konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi; kedua, tidak efektifnya fungsi pengawasan dewan komisaris, ketiga; inefisiensi dan rendahnya transparansi mengenai prosedur pengendalian merger dan akuisisi perusahaan; keempat, terlalu tingginya ketergantungan pada pendanaan eksternal; dan kelima, tidak memadainya pengawasan oleh para kreditor (Kaihatu, 2009). Penelitian di Indonesia dilakukan oleh Ratna (2010) menunjukkan bahwa heterogenitas kepentingan pemilik memperlemah monitoring , sehingga mendorong timbulnya tunneling melalui overpayment dalam transaksi yang menyebabkan ketidakefiensian. Efisiensi dalam penelitian ini diukur dengan DEA (Data Envelopment Analysis) adalah sebuah teknik program matematika yang dikembangkan oleh Charners et.al., (1978) pemrogaman matematis yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari sebuah kumpulan unit pembuat keputusan (Decision Making Unit) dalam mengelola sumberdaya (input) dengan jenis yang sama sehingga terjadi hasil (output) dengan jenis yang sama pula. Decision Making Unit (DMU) ini dapat berupa perusahaan yang mempunyai kesamaan karakteristik operasional.

Menurut

Huang

et.al., (2008) Skor efisiensi dapat dikategorikan menjadi skor efisiensi teknik (technical

commit to user

skor efisiensi biaya (cost efficiency scores). Skor efisiensi biaya adalah hasil perkalian dari skor efisiensi teknik dan skor efisiensi alokatif. Dikatakan unit pengambil keputusan adalah efisien apabila menghasilkan output dengan input yang sama (Huang et.al., 2008). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Huang, Gene C. Lai Min, Wen Ming (2008) dengan DEA, menemukan keterkaitan positif antara CG dengan efisiensi kinerja di perusahaan asuransi di US pada tahun 2002-2004, beberapa perusahaan yang terbukti menerapkan mekanisme corporate governance dengan baik punya efisiensi kinerja yang tinggi.

Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian Sun dan Duncan (2008) dengan perbedaan variabel independen yaitu perusahaan yang go pulblik di Indonesia. Penelitian ini juga didorong karena rendahnya penerapan mekanisme corporate governance di Indonesia (Nofiani dan Nurmayanti, 2010). Pada tahun-tahun sebelumnya upaya mengatasi rendahnya penerapan mekanisme corporate governance tersebut, para pelaku bisnis di Indonesia menyepakati penerapan good corporate governance sebagai suatu mekanisme pengelolaan perusahaan yang baik. Ini sesuai dengan penandatanganan perjanjian Letter of Intent (LOI) dengan IMF tahun 1998, yang salah satu isinya adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan di Indonesia (Sulistyanto, 2003 dalam Nofiani dan Nurmayanti, 2010).

Atas dasar paparan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian terkait pengaruh mekanisme corporate governance terhadap efisiensi

commit to user

dengan judul “PENGARUH PENERAPAN MEKANISME CORPORATE

GOVERNANCE TERHADAP EFISIENSI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan judul penelitian, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh mekanisme corporate governance yang diukur dengan struktur kepemilikan (ownership structure) terhadap efisiensi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

2. Apakah terdapat pengaruh mekanisme corporate governance yang diukur dengan struktur dewan komisaris (board structure) terhadap efisiensi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

3. Apakah terdapat pengaruh mekanisme corporate governance yang diukur dengan karakterisitik komite audit (committee audit characteristic) terhadap efisiensi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh struktur kepemilikan (ownership structure) terhadap efisiensi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

commit to user

komisaris (board structure) terhadap efisiensi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh karakterisitik komite audit (committee audit characteristic) terhadap efisiensi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat termasuk:

1. Dapat memberikan kontribusi terhadap literatur penelitian akuntansi khususnya mengenai praktik penerapan mekanisme corporate governance terhadap efisiensi perusahaan yang go public di Indonesia

2. Bagi Investor, dapat membantu memberikan gambaran mengenai efisiensi manajemen yang berkaitan dengan kinerja perusahaan dengan melihat penerapan mekanisme corporate governance sehingga dapat mengambil keputusan investasi yang tepat.

3. Bagi Perusahaan, dapat membantu memberikan gambaran perusahaan, dalam hal ini penerapan mekanisme corporate governance dan hubungannya dengan efisiensi manajemen.

4. Bagi kalangan akademis, bisa membantu referensi dalam penelitian- penelitian selanjutnya disamping sebagai sarana untuk menambah wawasan.

commit to user

E. Sistematika Penulisan

Penulisan dalam bab-bab berikutnya dipaparkan dengan sistematika sebagai berikut ini.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan pustaka yang memberi penjelasan mengenai corporate governance, efisiensi, serta review penelitian terdahulu yang mendukung penelitian, dilanjutkan kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

BAB III: METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dijelaskan ruang lingkup penelitian, populasi dan pemilihan sampel, pengumpulan data dan pengukuran variabel, dan prosedur analisis yang terdiri atas analisis regresi berganda.

BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai analisis data penelitian, pengujian hipotesis, dan interpretasi data.

BAB V: PENUTUP

Dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran bagi penelitian selanjutnya

commit to user

BAB II KERANGKA BERPIKIR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Dua teori utama yang berkaitan dengan corporate governance adalah stewardship theory dan agency theory (Chinn, 2000; Shaw, 2003 dalam Sam’ani, 2008). Stewardship theory dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, dan memiliki integritas serta kejujuran terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat dalam hubungan fidusia yang dikehendaki para pemegang saham. Dengan kata lain, stewardship theory memandang manajemen sebagai pihak yang dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik maupun stakeholder.

Sedangkan agency theory yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976) memandang bahwa manajemen perusahaan yang bertindak sebagai agen bagi para pemegang saham akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif, bijaksana serta adil terhadap pemegang saham. Pendapat lain yang serupa dikemukakan Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa agency theory menggunakan tiga asumsi sifat manusia, yaitu manusia pada umumnya

commit to user

mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Dalam perkembangannya, agency theory lebih banyak digunakan karena dipandang bisa lebih sesuai dengan keadaan yang terjadi di lapangan.

Dalam penelitian ini menggunakan agency theory (teori keagenan). Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak antara principal dengan agent . Corporate governance sendiri merupakan suatu mekanisme pengelolaan yang didasarkan pada teori keagenan. Penggunaan agency theory dalam penelitian ini berdasarkan referensi dari penelitian sebelumnya yang berdasar pada agency theory. Selain itu, efisiensi dalam penelitian ini juga akan dipengaruhi oleh agency problem (masalah dalam teori agensi).

Beberapa penelitian sebelumnya, Kesner (1987) menyatakan dalam penelitiannya tentang kaitan antara mekanisme corporate governance dengan efisiensi menyatakan bahwa salah satu proxy good corporate governce yaitu kepemilikan manajemen yang berkaitan positif dengan kinerja. Semakin banyak komisaris independen juga akan berpengaruh pada efisiensi. Semakin banyak komisaris independen maka pengawasan akan lebih efektif. Pengawasan ini bisa mengurangi aktivitas tunneling, transfer aset, maupun kesengajaan overpayment.

Intinya adalah semakin berkurangnya agency problem (masalah dalam teori agensi) maka efisiensi perusahaan akan meningkat. Dengan

commit to user

corporate governance pada perusahaan. Karena dengan penerapan good corporate governance maka masalah seperti pemegang saham mayoritas yang menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan sendiri (Johnson, 2000) dapat diatasi, juga masalah lain yang menyangkut mekanisme corporate governance seperti struktur kepemilikan, struktur dewan komisaris, dan karakteristik komite audit.

B. Mekanisme Corporate Governance

Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan. Kaen (2003) menyatakan corporate governance pada dasarnya menyangkut masalah siapa (who) yang seharusnya mengendalikan jalannya kegiatan korporasi dan mengapa (why) harus dilakukan pengendalian terhadap jalannya kegiatan korporasi.

Sistem corporate governance memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh return atas investasinya dengan benar. Good corporate governance juga

commit to user

yang efisien dan sustainable di sektor korporat. Salah satu penelitian terhadap pelaksanaan mekanisme corporate governance di Indonesia dilakukan oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) yang merupakan suatu lembaga independen. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dalam peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam pelaksanaan Corporate Governance, menggunakan pengertian dari Cadbury Committee dalam mendefinisikan Corporate Governance , yaitu:

“seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak- hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.”

Sementara kelompok lain yang terdiri dari negara maju (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD ) mendefinisikan corporate governance sebagai cara manajemen perusahaan bertanggung jawab pada shareholder-nya. Menurut ADB (Asian Deveopment Bank), mekanisme corporate governance mengandung empat nilai utama, yaitu : accountability, transparency, predictability, dan participation.

Ho dan Wong (2001) memandang corporate governance sebagai cara yang efektif untuk menggambarkan hak dan tanggung jawab masing-masing kelompok stakeholder dalam sebuah perusahaan dimana transparasi merupakan indikator utama standar corporate governance dalam sebuah

commit to user

keterkaitan positif antara good corporate governance dengan efisiensi kinerja perusahaan asuransi di US. Beberapa perusahaan yang terbukti menerapkan mekanisme corporate governance dengan baik punya efisiensi kinerja yang tinggi.

Pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat berikut ini (FCGI, 2001) :

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value.

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.

Menurut Boediono (2005) dalam Kaihatu (2009), mekanisme corporate governance adalah suatu sistem yang mengandalikan dan mengarahkan operasional perusahaan. Mekanisme corporate governance dapat dikategorikan menjadi mekanisme corporate governance eksternal dan internal (Huang et.al., 2008). Menurut Huang et.al., (2008) mekanisme corporate governance eksternal mengukur kekuatan relatif dari manajemen kepada manajemen kontrol melalui takeover defense, sedangkan mekanisme

commit to user

struktur komisaris, dan karakteristik sub komite (komite audit atau kompensasi).

Corporate governance dijalankan melalui beberapa mekanisme antara lain (1) board independence, (2) board size, (3) committee structure (4) board leadership , and (5) karakteristik spesifik pekerjaan atau keahlian dari direktur independen (Huang et.al., 2008). Sedangkan dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Sun dan Duncan (2008) dalam pengukuran di ISS menggunakan, (1) board structure and composition, (2) audit issues, (3) charter and bylaw provisions , (4) laws of the state of incorporation, (5) executive and director compensation , (6) qualitative factors, (7) director dan officer stock ownership , (8) director education. Penelitian Hsu et.al., (2006) menggunakan struktur kepemilikan manajemen (ukuran board director, duality CEO, proporsi board independent, gaji direktur) dan struktur pemegang saham (proporsi manager ownership, proporsi institusional shares, proporsi dari collateral shares antara direktur dan supervisor). Pada penelitian ini mekanisme corporate governance akan dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan penelitian Bernhart dan Rosenstein (1998); Huang et.al., (2008), Hsu et.al., (2006), yaitu:

1. Struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional),

commit to user

komisaris independen, dan proporsi gaji manajer terhadap aset)

3. Karakteristik komite audit (jumlah rapat komite audit, proporsi komite audit independen, dan proporsi komite audit dengan latar belakang akuntansi)

1. Struktur Kepemilikan

Berle dan Means (1932) dalam Wu et.al., (2004) menetapkan bahwa penyebaran kepemilikan (kepemilikan perusahaan) secara tidak langsung membedakan manajemen dari kepemilikan perusahaan. Penyebaran kepemilikan ini dapat berkontribusi pada agency problems antara manajer dan pemegang saham atau pemegang saham dan debitor (Jensen and Meckling, 1976 dalam Wu et.al., 2004). Struktur kepemilikan ikut menentukan arah kebijakan perusahaan yang akan diambil oleh pihak manajemen. Agency problems akan muncul ketika terjadi konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham.

Sementara Lin et.al., (2008), dalam penelitian tentang penerapan corporate governance di China, menyatakan bahwa struktur kepemilikan mempunyai peran penting dalam menentukan efisiensi perusahaan. Lebih lanjut diungkapkan bahwa efisiensi perusahaan berhubungan negatif dengan kepemilikan negara (state ownership) dan berhubungan positif dengan kepemilikan publik dan karyawan.

commit to user

berarti ada pihak yang kuat dalam stuktur kepemilikan perusahaan Selain itu kepemilikan yang terpusat juga akan menimbulkan tidak diperhatikannya kepentingan pemegang saham minoritas. Ini diperkuat oleh pendapat Morck et.al., (2000) dalam Lin et.al., (2008) bahwa controlling shareholders dapat mengejar kepentingan yang akan bertentangan dengan pemegang saham minoritas. Pendapat lain yang serupa dalam Laporta et.al., (1999, 2000) menyatakan masalah utama dalam konflik keagenan perusahaan besar yang telah terdaftar di bursa efek adalah membatasi pemanfaatan sumberdaya oleh pemegang saham mayoritas (yang merupakan pemegang saham pengendali) yang dapat merugikan kepentingan pemegang saham minoritas. Kecurangan akan rawan terjadi ketika menyangkut kepentingan pemegang saham mayoritas. Seperti praktek tunneling yang dilakukan karena kepentingan pemegang saham mayoritas pada penelitian Cheung (2005). Praktek kecurangan seperti ini akan membuat perusahaan mengalami ketidakefisienan dalam operasinya.

Penelitian Hsu et.al., (2006) menggunakan struktur kepemilikan yang terdiri dari veriabel proporsi manager ownership, proporsi institusional shares, proporsi dari collateral shares antara direktur dan supervisor. Istilah stuktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting di dalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah utang dan equity tetapi juga oleh prosentase

commit to user

Sesuai dengan penelitian Hsu et.al., (2006) struktur kepemilikan terdiri dari 2 variabel, yaitu :

a. Kepemilikan Manajerial (manajerial ownership)

tentang hubungan kepemilikan manajerial dan efisiensi menunjukan hasil yang bertentangan (Liao et.al., 2010). Jensen dan Meckling (1976) berpendapat bahwa salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen. Dengan peningkatan kepemilikan manajerial maka konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham (agency problem) dapat berkurang (Jensen dan Meckling, 1976). Kesner (1987) dalam Huang et.al., (2008) meneliti antara hubungan manajerial dan kinerja perusahaan dan menemukan bahwa ada hubungan positif antara keduanya. Penelitian lain oleh Vance (1964) juga menemukan hubungan yang positif antara kepemilikan manajerial terhadap profit margin , sedangkan Pfeffer (1972) menemukan hubungan yang positif dan signifikan antara profit margin dan return on equity (ROE) (Huang et.al., 2008). Proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham (outsider ownership), sehingga akan memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang diambil serta menanggung

commit to user

salah. Li et.al., (2004) dalam Liao et.al., (2010) menjelaskan hubungan antara kepemilikan manajerial dan dan efisiensi bank di Taiwan dan menemukan bahwa bank campuran punya efisiensi lebih tinggi daripada bank swasta. Mereka berpendapat bahwa kekuatan birokrasi dan skema insentif masih mempunyai pengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi.

Pendapat lain yang berbeda adalah hasil penelitian dari Liao et.al., (2010) dalam penelitiannya di Taiwan menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap efisiensi. Hasil ini dijelaskan dengan adanya family centric di kepemilikan manajerial serta tidak adanya outside block shareholder yang bukan keluarga atau asosiasi bisnis. Liao et.al., (2010) berpendapat bahwa adanya monitoring dari pihak eksternal lebih berpengaruh terhadap efisiensi daripada struktur kepemilikan.

b. Kepemilikan Institusional

Demsetz (1983) serta Shleifer dan Vishny (1986) dalam Aljifri dan Moustafa (2007) menyatakan bahwa kepemilikan Institusional bisa meningkatkan kinerja perusahaan. Pemilik saham bisa meningkatkan monitoring terhadap jajaran manajemen perusahaan sehingga operasi perusahaan akan menjadi efisien. Sebaliknya

commit to user

menyatakan bahwa bahwa kepemilikan Institusional berpengaruh negatif karena akan terjadi perbedaan strategi antara pemegang saham dan manajemen perusahan. Adanya perbedaan strategi ini bisa menyebabkan tabrakan kepentingan dan menimbulkan agency problem. Kepemilikan Institusional ini mendominasi kepemilikan saham pada perusahaan perusahaan besar di negara Anglo-American (Wikipedia). Hsu et.al., (2006) membagi kepemilikan institusional ke dalam saham pemerintah (state ownership), saham perusahaan lain, saham perusahaan lain dari luar negeri, saham financial company, dan saham organisasi legal (legal entities).

Saham Pemerintah ( state ownership)

Dalam penelitian Zelenyuk dan Zheka (2007) dinyatakan bahwa state ownership berhubungan positif dengan ketidakefisiensian perusahaan. Hal serupa juga dikemukan Lin et.al., (2008) dalam penelitiannya di China bahwa subsidi dan kepentingan politik dari pemerintah China menyebabkan perusahaan di China yang mempunyai state ownership besar menjadi tidak efisien. Kepemilikan Institusional oleh pemerintah menyebabkan politik ikut mempengaruhi strategi perusahaan.

commit to user

Saham perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan lain (perusahaan dalam negeri, perusahaan luar negeri, dan organisasi legal lain). Kepemilikan saham oleh perusahaan lain biasanya akan berpengaruh pada strategi perusahaan tersebut. Pada penelitian Lin et.al., (2008) kepemilikan yang terpusat pada perusahaan lain juga bisa mengakibatkan terjadinya aktivitas tunneling. Kepemilikan dari perusahaan lain juga akan meningkatkan monitoring terhadap kinerja manajemen dan keseluruhan perusahaan.

Saham Financial Company

Saham Financial Company adalah saham yang dimiliki oleh financial Institution seperti asuransi, bank (Wikipedia). Dalam empat tahun terakhir, terjadi peningkatan kepemilikan saham dari financial company dan penurunan kepemilikan individu di US-UK. Di Jepang dalam struktur keiretsu terdiri dari financial company dan industrial company . Dalam Japanesse system, keberadaan financial company dipandang bisa menjadi pihak yang ikut mengontrol keuangan perusahaan (Maher dan Andersson, 1990). Oleh karena itu, sebagian besar kepemilikan saham di Jepang dikuasai oleh financial company dan Industri company (Wikipedia).

Di Eropa, penelitian yang dilakukan oleh Chirinko et.al., (1999) menyatakan bahwa kepemilikan oleh financial company (dalam

commit to user

pendek perusahaan. Penelitian lain yang dilakukan Pyrkalo (2011) mengatakan bahwa kepemilikan oleh financial company (dalam kasus ini oleh bank) bisa membantu perusahaan untuk melaksanakan praktek mekanisme corporate governance yang lebih baik.

2. Struktur Dewan Komisaris

Veliyath (1999) dalam Wu (2004) menunjukan bahwa dewan komisaris menjalankan tugas sebagai jembatan penghubung antara pemilik dan manajer, kewajibannya adalah untuk melindungi kepentingan pemegang saham. Dewan komisaris bertugas sebagai pihak yang memonitor aktivitas manajemen. Sedangkan Liu dan Lu (2007) menyatakan bahwa dewan komisaris tidak hanya bertindak sebagai mekanisme kontrol dalam proses pembuatan laporan keuangan, tetapi juga dapat mencegah controlling shareholder untuk melakukan aktivitas yang dapat merugikan kepentingan pemegang saham lainnya. Pada penelitian sebelumnya, Hsu et.al., (2006) menggunakan struktur dewan komisaris yang tediri dari ukuran board director, duality CEO, proporsi board independent , gaji direkur dan supervisor. Sesuai dengan penelitian Hsu et.al., (2006), dalam penelitian ini struktur dewan komisaris akan dibagi dalam 3 varibel :

commit to user

a. Ukuran anggota dewan Komisaris

Jensen (1993) dan Lipton dan Lorsch (1992) dalam Beiner, Drobetz, Schmid, dan Zimmermann (2003) merupakan yang pertama menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris merupakan bagian dari mekanisme corporate governance ( Ujiyantho dan Pramuka, 2007) . Penelitian yang dilakukan oleh Jensen (1993) dalam Wu (2004) menemukan bahwa jumlah dewan komisaris yang besar akan menyebabkan pendapat yang bermacam macam yang akan mengakibatkan consensus akan sulit dicapai. Hal ini kemudian hal ini akan menyebabkan tingkat efisiensi menjadi rendah, situasinya akan lebih buruk kalau direktur juga mengalami peningkatan jumlah. Meskipun dewan komisaris bertindak sebagai mekanisme kontrol (Liu dan Lu, 2007) ukuran yang terlalu besar dapat menyebabkan terjadinya komunikasi yang tidak efisien, sulitnya menentukan pendapat, selain itu biaya yang dikeluarkan juga akan lebih besar. Lipton and Lorsch (1992) dalam Belkhir (2006) menyarankan untuk memakai jumlah dewan komisaris yang kecil dan merekomendasikan jumlah anggota dewan komisaris dibatasi tujuh sampai delapan orang.

b. Proporsi Komisaris Independen

Linck, Netter, dan Yang (2008), Adams dan Ferreira (2007), dan Raheja (2005) dalam Huang et.al., (2008) membagi aktivitas

commit to user

(2002) menemukan bahwa board of director dari pihak independen dapat lebih efektif dalam melakukan pengawasan. Dengan pengawasan yang efektif maka tindakan manajemen yang bisa mengarah ke penyimpangan seperti aktifitas tunneling atau transfer payment bisa berkurang dengan begitu efisiensi perusahaan akan meningkat. Fama (1980) dan Chaganti et.al. (1985) dalam Huang et.al. (2008) berpendapat bahwa semakin banyak komisaris yang independent maka semakin efektif mereka dapat memonitor kinerja manajerial. Beasley (1996), Fama dan Jensen (1983) dalam Huang et.al., (2008) menyediakan bukti yang menyatakan bahwa komisaris independent lebih bersedia (mau melakukan lebih) untuk menyediakan “effective oversight” dan pengungkapan dengan tujuan keinginan mereka untuk mempertahankan reputasi mereka.

Hasil yang berbeda akan terjadi apabila fungsi advising lebih tinggi daripada fungsi monitoring. Fungsi advising yang terlalu banyak porsinya akan menyebabkan ketidakefisiensian karena fungsi monitoring yang menjadi sedikit (Huang et.al., 2008). Berlebihnya fungsi advising ini akan mengakibatkan menurunnya kinerja perusahaan (Agrawal dan Knoeber, 1996 dalam Huang et.al., 2008).

commit to user

c. Proporsi Gaji Manajer terhadap Aset

Edwards et.al., (2007) dalam penelitiannya tentang struktur corporate governance di Jerman menemukan bahwa manager salary akan meningkatkan profitability perusahaan. Penelitian lain oleh Gerhart dan Milkovich (1990) dalam Cooper et.al., (2009) menyatakan insentif berpengaruh terhadap kinerja sedangkan salary base tidak berpengaruh terhadap kinerja. Kang et.al., (1998) gaji manager dapat mengurangi agency problem yang terjadi dengan para pemegang saham. Berkurangnya agency problem ini akan meningkatkan efisiensi perusahaan.

3. Karakteristik Komite Audit

Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Komite audit dapat menjadi pihak yang mengawasi atau memonitor perusahaan sehingga kecurangan yang mengarah ke ketidakefisienan operasi perusahan dapat diminimalkan. Ini diperkuat dengan penelitian Klein (2002) yang

commit to user

praktik earning management yang negatif. Beberapa penelitian membuktikan bahwa peranan sistem corporate governance yang baik, salah satunya komite audit, dapat membuat manajemen laba perusahaan menjadi lebih efisien (Bowen et.al., 2004; Kelley et.al., 2005 dalam Fitriasari, 2007). Huang et.al., (2008) dalam penelitiannya membagi karakteristik komite audit menjadi 3 variabel :

a. Jumlah rapat audit komite

Zhang et.al., (2007) dalam Xavier (2009) menyatakan rapat komite audit yang sering tidak efektif. Penelitian lain menyatakan bahwa hubungan aktivitas rapat audit dengan akrual diskresioner yang diuji secara individual maka aktivitas rapat ini terbukti dapat meningkatkan pengaturan laba perusahaan menjadi lebih efisien (Fitriasari, 2007).

b. Proporsi Komite Audit Dengan Keahlian Akuntansi

Carcello et.al., (2006) menyelidiki hubungan antara keahlian komite audit di bidang keuangan dan manajemen laba. Hasil penelitiannya bahwa komite audit dapat mengurangi praktik earning management . Tugas komite audit sebagai pengawasan pengelolaan perusahaan (Kep. 29/PM/2004), dengan begitu keahlian di bidang akuntansi sangat diperlukan terkait dengan laporan keuangan perusahaan.

commit to user

dalam Huang et.al., (2008) yang tidak menemukan efek signifikan adanya auditor yang bekeahlian akuntansi di komite audit. Diperkuat oleh Agrawal dan chandha (2005) dalam Huang et.al., (2008) yang menyatakan apabila anggota dengan keahlian akuntansi tidak melakukan monitoring secara efektif maka yang terjadi adalah penurunan performa perusahaan (inefficiency performance).

c. Proporsi Komite Audit Independen