Komunikasi Kebijakan Publik Tentang Ener

~~

~o

TI M
REDAKSIywutsrponmlkjihgfedbaVUTSRPONMLKIGFEDCA
Pengarah
Rudiantara

(Menteri Kominfo)

Penanggung

jawab

Rosarita Niken Widiastuti

(Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik)

Pemimpin


Redaksi
Sunaryo

(Direktur Pengelolaan Media Publik)

Readaktur

Pelaksana

Mardianto

Soemaryo

(Kasubdit Media Cetak)

Tim

Tenaga

Ahli


Sugeng Bayu Wahyono
Lambang Trijono
Murti Kusuma Wirasti

Penyunting/

Editor
Nurlaili

(Kasubdit Media Online)
Dikdik Sadaka

(Kasubdit Media Luar Ruang dan Audio Visual)

Sekretaris

Redaksi

M. Taofik Rauf


Reporter
Elpira Inda Sari N.K.
Ignatius Yosua A.H.
Ardi Timbul H.S.
Resti Amlnanda
Nurita Widyanti
Muhammad

Arif Febrianto

Desain

Grafis

Danang Firmansyah

Sekretariat
Sarnubi
Inu Sudiati

Nixon Elyezer
Monang Hutabarat

KEMENTERIAN

KOMUNIKASI

DIREKTORAT JENDERAllNFORMASI
Direktorat Pengelolaan Media Publtk
'1'T--j."

IV

7'f~

'l+

RIwtlUTSRONMKJIFEDA
utlkbUPKB


DAN INFORMATIKA
DAN

jfT

'l.w4..._w..

KOMUNtKASt

PUB UK

DAFTARwutsrponmlkjihgfedcbaTSPONMKIED
ISI

I

Salam Redaksivi

vi


Dinamika Kelembagaan Komunikasi Nasional

1

pada Era Digital
Oleh Darmanto

II

Komunikasi Pembangunan Dan Kesenjangan Digital di Indonesia:

13

Ketersalingan New Media-Old Media
Oleh Puji RiantoVI

III

Tranformasi Struktural Komunikasi Publik untuk
Pembangunan Nasional

Oleh Dr. Priza Audermando

IV

23

Purba, M.Si

Komunikasi Kebijakan PublikTentang Energi Terbarukan

23

Menggunakan Prinsip Social Marketing
Oleh Yanuar Luqman

Laporan Studi Lapangan

42

JURNAL DIALOG


KEBIJAKAN PUBLIKurnlheaYU
EDISI20 IyvutsrqponmlkjihgfedcbaWUSPMLKD
Mei 2016

KOMUNIKASI KEBIJAKAN PUBLIK
TENTANGENERGITERBARUKAN
MENGGUNAKAN PRINSIP SOCIAL
MARKETING
ABSTRAKK
ebijakan

K

dan atau program yang dibuat untuk

kepentingan
dengan

Sebelum

program

masyarakat

hendaknya

disusun

tingkatutsrponmlkigecaS
acceptance.

memperhatikan

menyusun formulasi kebijakan dan atau
perlu dilakukan komunikasi yang optimal

guna menghasilkan kebijakan yang acceptance.

Setelah


kebijakan dan atau program terformulasi, maka perlu juga
disusun program komunikasi yang komprehensif, agar
kelompok sasaran memahami dengan baik tujuan dari
kebijakan dan atau program tersebut. Kebijakan energi
khususnya energi terbarukan

berkaitan dengan aspek

teknologi. Untuk itu perlu kajian yang mendalam tentang
bagaimana melakukan formulasi kebijakan yang nantinya
dapat diterima oleh masyarakat luas.

Disamping

itu,

perlu rancangan komunikasi yang baik untuk melakukan
difusi atau sosialisasi atas inovasi pengembangan energi
terbarukan. Perspektif sense making yang dikemukakan
oleh Weick dapat


dijadikan

dasar dalam

formulasi kebijakan pengembangan
Prinsip social marketing

membuat

energi terbarukan.

layak dipakai sebagai dasar

program komunikasi pengernbangan

energi terbarukan.

Social marketing cocok karena pengembangan energi
terbarukanmengedepankan social cause, ide atau perilaku.

Oleh Yanuar Luqmarn *)

1 *)wvutsrqponmlkjihgedcbaYUSPLKIFD
Yanuar Luqman, Dosen
IImu Komunikasi Fakultas
IImu Sosial dan IImu Politik
Universitas Diponegoro,
mahasiswa Doktoral
Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan
Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor

JURNAlOLIGDA
DIALOG
KEBIJAKAN PUBLIKunlhedaP
dengan lingkungan hidup serta model
komunikasi dalam upaya sosialisasi. Isu
Dalam
proses
formulasi
dan
lingkungan hidup yang dijadikan bahasan
implementasi kebijakan pada dasarnya
adalah masalah pemanfaatan energi non
n:emerlukan komunikasi. Komunikasi yang
fosil. Pengembangan energi non fosil
dibutuhkan dalam pembuatan kebijakan
adalah upaya untuk antisipasi krisis energi
adalah komunikasi organisasi yang matang
yang mungkin terjadi karena manajemen
pada proses formulasi serta komunikasi
energi yang tidak baik. Dalam Undangpublik yang baik pada proses implementasi
undang No. 30 tahun 2007, energi terdiri
kebijakan.
Komunikasi
organisasi
dari energi tidak terbarukan, energi baru
diperlukan oleh pembuat kebijakan untuk
dan energi terbarukan.
Energi tidak
merespon/interpretasi
lingkungan
dan
terbarukan (energi fosil) adalah sumber
bagaimana mengelola persepsi dalam
energi yang dihasilkan dari sumber daya
rangka membentuk kebijakan yang dipilih.
energi yang akan habis jika dieksploitasi
Peran masyarakat
merupakan
faktor
secara terus-menerus, antara lain minyak
penting dalam formulasi dan implementasi
bumi, gas bumi, batu bara, gambut, dan
kebijakan publik. Selain menjadi dasar
serpih bitumen. Sumber energi baru adalah
rujukan, masyarakat juga menjadi kekuatan
sumber energi yang dapat dihasilkan oleh
yang besar untuk mendukung implementasi
teknologi baru baik yang berasal dari
dari sebuah kebijakan. Sebuah kebijakan
sumber energi terbarukan maupun sumber
akan didukung penuh oleh masyarakat
energi tak terbarukan, antara lain nuklir
apabila
sejalan
dengan
kebutuhan
hidrogen, gas metana batubara (coal bed
m~syarakat. Perlu per an komunikasi yang
methane), batu bara tercairkan (liquified
baik untuk memberikan informasi yang
coal), dan batu bara tergaskan (gasified
komprehensif kepada masyarakat.
coal). Sedangkan energi terbarukan adalah
Dalam berbagai kebijakan, komunikasi
sumber energi yangdihasilkan dari sumber
antar sektoral serta komunikasi dengan
daya energi yang berkelanjutan jika dikelola
publik diperlukan untuk menciptakan
dengan baik, antara lain panas bumi.angin,
sinergi. Kebijakan yang menyangkut lintas
bioenergi, sinar matahari, aliran dan
sektoral dan membutuhkan
dukungan
terjunan air,serta gerakan dan perbedaan
secara luas dari sektor terkait dan
suhu lapis an laut.
masyarakat. Sebagai contoh, pemerintah
Pada konteks pembangunan
yang
dan LSM yang bergerak dalam isu
berkaitan
dengan
lingkungan
hidup
lingkungan hidup menurut Yearley dalam
khususnya pada sektor energi, jenis energi
Bucchi & Trench (2008:159) merupakanyutsrqonmlihgfedcba
terbarukan (ET) adalah sebuah usaha
mediator of scientific information. Pemerintah
dalam menjawab ancaman krisis energi
dan kelompok aksi lingkungan, lebih dari
yang disebabkan oleh ketergantungan
kebanyakan gerakan politik dan reformasi
energi fosil.
Berbagai kebijakan telah
lainnya, berperan sebagai communicators
dibuat
untuk
memayungi
kegiatanof science and technology karena inti pes an
kegiatan pengembangan
ET. Persoalan
mereka adalah fakta empiris, keadaan
pengembangan
energi
terbarukan
lingkungan alamo Di negara maju, seringkali
terhambat karena belum adanya sinergi
komunikasi publik (kampanye) bahkan
antar sektor seperti yang dikatakan Renaldy
harus berhadapan dengan orientasi sebagian
Dalimi dalam Kompas, Kamis 7 Mei 2015,
besar "kemapanan" ilmiah dan teknologi,
menyatakan bahwa usaha pemerintah
dan menerapkan alat argumentasi ilmiah
mengembangkan
ET sudah
gencar.
yang sepadan.
Namun, tujuan pengembangan tak tercapai
ini
membahas
tentang
Tulisan
s.epe.nuhnya karena kerap terjadi tumpang
komunikasi organisasi yang terjadi dalam
tmdih aturan dan kebijakan.
Sebagai
proses formulasi kebijakan yang berkaitan

Pendahuluan

• ') I GJ

~

5"'-.J

o

C~.
:J:'·.GL~-"'-~
3hG~PEMilA
'GUNA
'-AM
MEurniheUSONMLIGEDA
SU,(Sr:S
A

OMu

NASIO
EDISI20

contoh, proyek penanaman tanaman untuk
bioenergi terhambat
karena kebijakan
bidang pertanian yang lebih mengutamakan
lahan untuk pangan. Oleh karena itu, faktor
komunikasi antar sektoral merupakan hal
yang serius untuk diperhatikan.
Di Indonesia, untuk mengatasi persoalan
komunikasi
lint as
sektor/kementerian
dibentuklah Dewan Energi Nasional (DEN),
yang secara spesifik bertugas merancang
kebijakan energi nasional, menetapkan
langkah-langkah penanggulangan kondisi
krisis dan darurat energi dan mengawasi
pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang
bersifat lintas sektoral. Pemerintah, sebagai
regulator melalui Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM), Direktorat
Jenderal Energi Baru Terbarukan dan
Konservasi Energi (EBTKE), mempunyai
tugas merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standar teknis di bidang energi
baru-terbarukan (EBT)dan konservasi energi
(Pasal 210 Peraturan Presiden Republik
Indonesia No. 24/2010 tentang Susunan
Organisasi Kementerian Negara) dengan
prioritas penyediaan dan pemanfaatan
EBT. Terdapat kebijakan publik mengenai
energi secara nasional pengaturan tentang
EBT diatur dengan Peraturan Presiden RI
No.5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi
Nasional. Perpres ini bertujuan untuk
menjamin keamanan pasokan energi dalam
negeri dan mendukung pembangunan yang
berkelanjutan.
Dalam
konteks
kebijakan
energi,
pemerintah
Indonesia
mewadahinya
dengan menyusun Peraturan Pemerintah
No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan
Energi Nasional (KEN). Kebijakan Energi
suatu negara secara umum ditujukan
untuk menjamin ketahanan energi dari
suatu negara. Sebagaimana diketahui
ketahanan
energi
merupakan
suatu
kondisi dimana kebutuhan masyarakat
luas akan energi terjamin pemenuhannya
secaraberkelanjutan. Dalam KEN,
EBT
menjadi prioritas dalam pengembangan
energi seperti tertulis pada Paragraf 2.
Pada peragraf 3, EBT menjadi strategi

AS
AL

I Mei

2016

pemanfaatan sumber daya energi nasional.
Dalam dokumen Rencana Pembangunan
Jangka
Menengah
(RPJM) 2015-2019
dipaparkan
tentang pemanfaatan
EBT
untuk mengatasi kemungkinan krisis yang
dapat terjadi karena menipisnya cadangan
energi fosil.
Dalam
pengembangan
energi
terbarukan (ET),pemerintah telah membuat
beberapa kebijakan. Untuk mendapatkan
hasil yang maksimal atas pengembangan
ET perlu adanya proses komunikasi
yang komprehensif.
Pengembangan ET
yang telah dilandasi dengan kebijakan
pemerintah
belum
berjalan
optimal.
Terdapat beberapa
faktor yang bisa
menyebabkan pengembangan ET belum
optimal. Kemungkinan salah satu faktor
penyebab ketidakoptimalan pengembangan
ET adalah faktor komunikasi. Terdapat
beberapa
kemungkinan
antara
lain
komunikasi kebijakan tentang ET ada
namun belum efektif. Kemungkinan lain,
pada proses pembuatan kebijakan ET tidak
didasarkan dengan komunikasi organisasi
yang baik atau setelah kebijakan ET tersebut
tersusun tidak dikomunikasikan dengan
baik. Komunikasi organisasi menjadi kunci
dalam proses konstruksi kebijakan publik
mengenai ET.
Diperlukan model komunikasi yang
memadai karena kebijakan publik tentang
energi,
merupakan
kebijakan
yang
menyangkut langsung kebutuhan dasar
masyarakat. Isu krisis energi dimulai dari
peningkatan
aktivitas manusia
secara
signifikan meningkatkan pula kebutuhan
atas sumber daya pendukung. Selama ini
kebutuhan energi dibangkitkan dengan
menggunakan energi yang berasal dari fosil
yaitu minyak bumi, batu bara dan gas. Sifat
energi fosil yang tidak bisa diperbaharui
dan terbatas menjadi masalah besar dan
potensial
menimbulkan
krisis energi.
Hampir semua energi yang dipakai berasal
bahan bakar fosil berupa batubara, minyak
dan gas alam, selebihnya adalah non fosil.
Krisis terjadi karena adanya peningkatan
konsumsi energi yang tidak diimbangi oleh

JURNALOLIGDA
DIALOG
KEBljAKAN PUBLIK
produksi energi yang mencukupi.srnmlheaP

Permasalahan
Salah
satu
jalan
keluar
untuk
mengatasi krisis energi adalah dengan
pengembangan ET. Perlu kebijakan publik
untuk mengantisipasi potensi krisis energi
tersebut. Komunikasi kebijakan publik
yang tepat pada sasaran diperlukan untuk
mendapatkan respon baik dan dukungan
dari masyarakat. Komunikasi organisasi
diperlukan oleh pembuat kebijakan untuk
merespon/meng-interpretasi
lingkungan
dan bagaimana mengelola persepsi dalam
rangka membentuk kebijakan yang dipilih.
Peran masyarakat
merupakan
faktor
penting dalam formulasi dan implementasi
kebijakan publik. Selain menjadi dasar
rujukan, pemahaman masyarakat juga
menjadi kekuatan yang besar untuk
mendukung implementasi dari sebuah
kebijakan.
Media massa mempunyai peran besar
dalam membangun kesadaran tentang
krisis energi. Kompas, Karnis 5 Maret
2015 memberitakan bahwa Indonesia,
diperkirakan dalam 11 tahun mendatang
cadangan minyak bumi akan habis. Dalam
usaha untuk mengantisipasi terjadinya
krisis energi, perlu adanya kesadaran
masyarakat beserta pemerintah untuk
melakukan terobosan yang nyata, sistematis
dan terstruktur dalam usaha penghematan
energi maupun mengembangkan energi
yang berasal dari non-fosil. Jalan keluar
untuk mengatasi krisis energi adalah
dengan melakukan penghematan
dan
mengembangkan energi ET. Pengembangan
ET menurut Keraf (Kompas, Selasa 24 Mei
2015) bisa membangkitkan kemandirian
bangsa dengan melibatkan lebih banyak
masyarakat dalam produksi. Misalnya
untuk memproduksi biofuel dan biomass
bisa melibatkan banyak petani untuk
menanam sumber energi.
Fakih
(2001) menyatakan
bahwa
disadari atau tidak, pembuat kebijakan
komunikasi, bergerak antara dasar teoritik
dengan visi ideologis perubahan sosial

yang hendak dikomunikasikan dan di sisi
lain aktivitas praktis berjalan sehari-hari.
Ketegangan antara landasan ideologis,
metode pengolahan informasi empirik, dan
kapasitas lokal yang seringkali dituding
sebagai penyebab rendahnya partisipasi
publik pad a dasarnya tak terhindarkan
pada ide-ide perubahan sosial yang datang
(exogeneous) seperti ET (Fakih,
dari luarxusonge
2001 : 3-4). Dalam studi ini persoalan
energi tidak lepas dari aspek lingkungan
yang
berkaitan
dengan
paradigma
pembangunan berkelanjutan adalah tema
yang selalu dibicarakan jika berhubungan
dengan lingkungan hidup. Pembangunan
berkelanjutan
adalah
upaya
untuk
mensinkronkan,
mengintegrasikan
dan
memberi bobot yang sarna bagi tiga aspek
utama pembangunan, yaitu aspek ekonomi,
sosial-budaya
dan lingkungan
hidup
(Keraf, 2005:168).Tiga aspek pembangunan
harus dipandang sebagai terkait erat
satu sarna lain, sehingga unsur-unsurnya
saling terkait dan tak terpisahkan atau
saling bertentangan. Dalam pembangunan
berkelanjutan titik berat bukan hanya pada
aspek ekonomi saja narnun juga aspek sosial
budaya dan lingkungan hidup.
Masalah
ET
adalah
masalah
pembangunan berkelanjutan juga karena
mencakup tiga aspek di atas.
Pola
developmentalis yang selama ini berjalan
mengutamakan
pertumbuhan
dan
kemajuan ekonomi harus diubah dengan
pendekatan yang holistik dan integratif yang
menyeimbangkan tiga aspek pembangunan.
Eksplorasi sumber daya alam .untuk diolah
sebagai bahan bakar yang besar-besaran
untuk kepentingan ekonorni membawa
kerusakan yang signifikan di sisi sosialbudaya dan lingkungan hidup. Dalam
prinsip
keberlanjutan,
pembangunan
dirancang visioner jangka panjang, hal
tersebut berguna untuk melihat dampak
negatif maupun positif dalam semua aspek.
Prinsip keberlanjutan sesuai dengan fakta
bahwa sumber daya ekonomi bersifat
terbatas, lain halnya dengan aspek sosial
budaya dan lingkungan hidup. Aspek sosial

PARADIGMA

BARU
DAN
PENGUATAN
DALAM
MENSUKSESKAN

KELEMBAGAAN
PEMBANGUNAN

KOMUNIKASI
NASIONALzywvutsrponmlk
EDISI20

budaya dan lingkungan hidup adalah aspek
yang jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi nasional menjadi
prioritas pemerintah dalam upaya memberi
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
tersebut, maka iklim investasi di segala
sektor harus berkembang khususnya di
sektor industri dan transportasi. Salah satu
faktor kunci adalah ketersediaan energi.
Gairah investasi di bidang industri dan
energi yang secara simultan dilakukan
akan berimplikasi kepada pertumbuhan
ekonomi positif yang akan dapat dirasakan
oleh seluruh komponen bangsa, dengan
demikian
Pembangunan
Berkelanjutan
dengan berwawasan ekonomi, sosial budaya
dan lingkungan
hidup dapat berjalan
dengan baik.
Untuk
dapat
memenuhi
aspek
keberlanjutan,
perlu
upaya
alternatif
pembangunan yang lebih hemat sumber
daya. Penghematan
sumber daya bisa
dilakukan dengan us aha konservasi yang
dikombinasikan dengan model pemanfaatan
yang arif. ET mungkin adalah jawaban dari
tuntutan prinsip keberlanjutan.
Dengan
ET pembangunan
dapat
menghemat
energi, bahan baku dan hemat sumber
daya alamo Penghematan tersebut karena
dengan menggunakan energi yang bersih,
konsumsi akan jauh lebih efisien. Hemat
karena tidak hanya mengandalkan energi
fosil. Prinsip keberlanjutan juga menunjang
prinsip keadilan antar generasi. Dengan
pemikiran yang jangka panjang, tidak hanya
memikirkan
kebutuhan
jangka pendek
saja sehingga tidak memikirkan generasi
mendatang dalam mengkonsumsi energi.
Kerugian jangka panjang apabila tidak
dipenuhinya prinsip keberlanjutan, tidak
hanya pada aspek ekonomi saja. Kerugian
yang mungkin terjadi juga pada aspek
mental, spiritual, kesehatan, sosial budaya
dan nilai serta mutu kehidupan manusia
(Keraf, 2005: ISO).
Dalam
membangun
dukungan
kebijakan
dari
stakeholder
tentang
pengembangan
ET bioenergi diperlukanSIED

I Me;

2016

kom unikasi. Isukeber lanju tan pembangunan
serta partisipasi masyarakat menjadi titik
tekan dalam komunikasi kebijakan publik
yang menyangkut isu lingkungan hidup.
Proses komunikasi pada tahap formulasi
kebijakan tidak hanya melibatkan unsur
internal pembuat kebijakan. Perlu adanya
proses dialog dengan stakeholder
dan
mempelajari karakteristik target kebijakan.
Komunikasi
organisasi yang dilakukan
hendaknya memperhatikan aspek internal
maupun
eksternal.
Siapapun
pelaku
komunikasi kebijakan publik hendaknya
memperhatikan
kemampuan
internal
dan kebutuhan eksternal atas kebijakan
tersebut. Keberhasilan sebuah komunikasi
kebijakan publik tidak bisa hanya dihitung
dengan tercapai tidaknya tujuan kebijakan
publik tersebut. Lebih jauh keberhasilan
komunikasi
diukur
dengan
tingkat
partisipasi masyarakat dalam formulasi,
irnplementasi dan evaluasi kebijakan.
Komunikasi
kebijakan
publik
(kampanye)
menjadi
penting
untuk
dijadikan bahasan, ET bioenergi merupakan
konsep penanganan
lingkungan
hid up _
yang harus segera diimplementasikan.
Keterlibatan masyarakat perlu didorong
untuk mempercepat program ET bioenergi
dengan program difusi. Hal ini menjadi
penting karena kondisi lingkungan yang
sangat mengkhawatirkan
karena dampak
yang ditimbulkan dari penggunaan energi
yang berasal dari fosil. Berdasarkan definisi,
kampanye mempunyai 4 elemen dasar.
Pertama,
kampanye
bersifatvusrpoie
purposive
(berkaitan dengah hal yang spesifik). Kedua,
kampanye ditujukan untuk khalayak yang
lebih besar. Ketiga, kampanye terjadi selama
jangka waktu tertentu. Keempat, kampanye
melibatkan
serangkaian
kegiatan
yang
diselenggarakan
komunikasi.
Kampanye
melibatkan produksi dan distribusi pesan
(Win dahl, Signitzer & Olson, 2010 : 132)
Pengembangan
ET bioenergi banyak
mengandung unsur penggunaan teknologi.
Kebijakan publik ten tang pengembangan
EBT perlu
dikomunikasikan
dengan
cara sosialisasi, deseminasi dan difusi.

JURNALOLIGDA
DIALOG
KEBUAKAN PUBLIK
hanya beberapa tindakan dan interpretasi
Dengan menggunakan konsepvtsronmlkihgfedcaSPB
sensemaking
(Weick), bahwa dalam membuat sebuah
dipertahankan. Seorang pirnpinan dalam
konstruksi kebijakan publik ET bioenergi
organisasi perlu tahu hanya cukup tentang
harus memperhatikan aspek budaya dan
apa yang mereka pikirkan untuk bertindak,
kemampuan ekonomi masyarakat sebagai
sehingga kecukupan menjadi lebih penting
target komunikasi. Dalam menciptakan
daripada ketepatan. Weick menyatakan
kebijakan komunikasi publik mengenai
bahwa tindakan kacau lebih baik daripada
ET bioenergi harus memenuhi syarat
tidak bertindak tertib. Berbagi makna terjadi
akuntabilitas. Akuntabilitas akan tercapai
tidak setelah banyak perencanaan yang
apabila dalam pembuatan
keputusan
matang, tapi setelah aksi pengorganisasian
memperhatikan peristiwa-peristiwa komuyang efektif. Weick juga menunjukkan
nikasi dan non komunikasi kemudian diolah
bahwa ada perbedaan antara pengambilan
menjadi sebuah penjelasan yang masuk akal
keputusan, yang mendorong pimpinan
tentang implikasi agar dapat diterima oleh
untuk menyalahkan, dan sensemaking,
khalayak spesifik yang sesuai dengan tujuan
yang mendorong pandangan orang-orang
komunikasi publik.snmhebaP
baik berjuang untuk memahami situasi
yang kompleks. Sensemaking adalah sosial
dan berkelanjutan. Kadang-kadang pelaku
Pembahasan
memberikan terlalu banyak kepercayaan
Tulisan ini adalah studi yang melihat
kepada pengalaman mas a lalu (Littlejohn &
komunikasi yang terjadi dalam konteks
Foss 2009:876).
organisasi tentang perencanaan komunikasi
Ito dan Inohara (2015) dalam [umal
publik.Teori
Sensemaking
berdasarkan
Procedia - Social and Behavioral Sciences
definisi adalah proses di mana anggota
memahami sensemaking sebuah pendekatan
organisasi memahami peristiwa organisasi
alternatif komunikasi organisasi yang
dengan
me-ekstraksi
isyarat
untuk
memaharni lingkungan dengan menetapkan
membuat penjelasan yang masuk akal.
makna dan peduli atas bagaimana individu
Asumsinya, sensemaking adalah pendekatan
memahami atau menetapkan pengalaman
yang
membahas
dan
melaksanakan
(Kramer, 2010). Menurut Louis (1980),
penelitian komunikasi dan praktek serta
sensemaking
dapat dilihat sebagai siklus
desain komunikasi berdasarkan sistem dan
berulang terdiri dari urutan peristiwa yang
kegiatan-kegiatan komunikasi organisasi.niI
terjadi dari waktu ke waktu. Selain itu, Weick
Ini terdiri dari satu rangkaian asumsi
(1995) mencatat bahwa sensemaking bukan
pokok filsafat, proposisi subtantif, framing
proses individu, tetapi proses kolektif di
metodological dan metode (Weick, 1995).
mana individu intersubyektif menciptakan
Ide kunci dalam pendekatan sensemaking
makna untuk situasi. Oleh karena itu proses
Weick
meliputi
konsep
retrospektif
pembuatan keputusan harus diperlukan
sensemaking.
Weick menunjukkan bahwa
terus dan berinteraksi satu sama lain dari
individu tidak dapat mengetahui apa yang
waktu ke waktu.
individu pikirkan sampai individu telah
Brown, Colville dan Pye (2015)mlda
dalam
melihat apa yang telah individu katakan.
Jurnal Organization Studies menyatakan
Semen tara organisasi
(dan individu)
proses sensemaking dalam studi organisasi
mungkin lebih memilih untuk menganggap
menjelaskan
bagaimana
orang-orang
diri mereka sebagai cukup rasional, membuat
dalam
organisasi
ketika berhadapan
keputusan setelah berpikir lebih hati-hati
dengan peristiwa untuk bernegosiasi dan
dan perencanaan, Weick menyatakan bahwa
mempertahankan makna yang mengizinkan
organisasi bertindak pertama dan make sense.
terkoordinasi, tindakan rasional. Interaksi
Aktor hanya bisa menafsirkan tindakan
pengalaman, berarti anggapan dan tindakan
yang telah mereka ambil. Ini adalah
dalam proses yang dirancang untuk
kunci untuk enactment karena, sekali lagi,

36

PARADIGMA

BARU
DAN
PENGUATAN
DALAM
MENSUKSESKAN

KELEMBAGAAN
PEMBANGUNAN

KOMUNIKASI
NASIONALyxwvutsrponm
EDISI20

I Me; 2016

mengurangi ketidakjelasan dan atribut rasa
thinking and re-tooling the social marketing
masuk akal dengan cara yang membuat
mix yang dimuat dalam Jurnal Australasian
dunia tampak stabil dan abadi adalah dasar
Marketing Journal (2012) memetakan
bagi kehidupan sosial. StudiyxwutsrponmlkihgfedcaSRJ
sensemaking
perbedaan antara commercial marketing
dengan sosial marketing. Pemetaan tersebut
digunakan
untuk
memaharni
'proses
masih menggunakan formula 4Ps yaitu
rnikro yang mendasari proses makro'
: product, price, place dan promotion. Tabel
Banyak makalah dalam perspektif fokus
2 merupakan penjelasan dari perbedaan
pada skala kecil, lokal, proses individual
tersebut yang merupakan elaborasi elemen
dim ana memahami cara-cara yang, pada
akhirnya,
yang
ditemukan
memiliki
marketing mix dari McCarthy dan konsep
konsekuensi mendalam. Isu tersebut tidak
social marketing mix.
hanya menarik ilrniah tetapi signifikansi
Dalam
family
tree
komunikasi
praktis yang lebih mendesak. Fenomena
pembangunan yang ditulis oleh Waisbord,
organisasi
kontemporer
mensyaratkan
pemasaran sosial tidak keluar dari difusi
untuk kombinasi diperlukan kompleksitas
atau partisipatif teori. Fokus pemasaran
sensemaking dan kesederhanaan tindakan
sosial
pada
perubahan
perilaku,
pemahaman komunikasi sebagai persuasi
(simplexityJ.
Masalah
sentral
dalam
sensemaking akan menjadi cara di mana
("transmisi informasi"), dan pendekatan
orang-orang memindahkan konsep untuk
top-down
untuk perubahan
instrumen
menangkal persepsi buta, dan mengarahkan
mempunyai kesamaan dengan modernisasi
dan teori difusi inovasi. Mirip dengan
persepsi untuk menangkal konsepsi kosong.
Dalam konteks organisasi teori ini
teori difusi, itu konseptual merujuk model
memberikan landasan penelitian bahwa
sekuensial perubahan perilaku di mana
dalam menciptakan kebijakan komunikasi
individu kognitif bergerak dari akuisisi
publik mengenai ET harus memenuhi
pengetahuan untuk penyesuaian sikap
syarat akuntabilitas. Akuntabilitas akan
terhadap perubahan perilaku.
tercapai
apabila
dalam
pembuatan
Salah satu definisi standar pemasaran
sosial menyatakan bahwa "sebuah desain,
keputusan
memperhatikan
peristiwaperistiwa komunikasi dan non komunikasi
implementasi, dan pengendalian program
dil1itung untuk mempengaruhi penerimaan
kemudian diolah menjadi sebuah penjelasan
ide-ide sosial dan melibatkan pertimbangan
yang masuk akal agar dapat diterima oleh
perencanaan produk, harga, komunikasi,
khalayak spesifik yang sesuai dengan tujuan
distribusi, dan riset pemasaran" (Kotler dan
komunikasi publik.
Zaltman 1971). Baru-baru ini, Andreasen
Social marketing atau Pemasaran sosial
didefinisikan pada tahun 1971 oleh Kotler
(1994)
telah
didefinisikan
sebagai
"adaptasi teknologi pemasaran komersial
P, Zaltman G sebagai: desain, implementasi,
dan pengendalian program dirancang untuk
untuk program yang dirancang untuk
mempengaruhi perilaku sukarela khalayak
memengaruhi
penerimaan perencanaan
sasaran untuk meningkatkan kesejahteraan
produk, harga, komunikasi, distribusi, dan
personal dan masyarakat di mana mereka
riset pemasaran. Hal melibatkan banyak
bidang lain seperti psikologi, sosiologi,
menjadi bagian".
Secara teori dan praktis, komunikasi
antropologi dan teori komunikasi untuk
partisipatif merupakan kritik yang kuat
memahami
bagaimana
mempengaruhi
dari pemasaran sosial. Pemasaran sosial
perilaku manusia. Pada dasarnya, social
adalah strategi non-partisipatif karena
marketing adalah adopsi dan adaptasi teori
memperlakukan
kebanyakan
orang
pemasaran komersial dan praktek untuk
sebagai konsumen daripada protagonis.
program perubahan sosial,. dan kampanye
Karena memmJam teknik dari iklan,
(DalID S 2006).
Ross Gordon dalam tulisannya Re-SIED perhatian dengan menjual produk daripada

JURNALOLIGDA
DIALOG
KEBl]AKAN PUBLIK
ide atau perilaku. Lebih khusus: Social
partisipasi. Untuk kritik, pemasaran sosial
Marketing
adalah desain, implementasi,
berkaitan dengan individu, bukan dengan
dan pengendalian program yang berusaha
kelompok atau organisasi. Pernasaran sosial
untuk meningkatkan penerimaan gagasan
dilihat sebagai pendekatan yang bertujuan
sosial atau cause of target. Dalam hal ini Social
untuk membujuk orang untuk terlibat dalam
Marketing menggunakan konsep segmentasi
perilaku tertentu yang telah diputuskan oleh
pemasaran, riset konsumen, pengembangan
lembaga dan perencana. Tidak melibatkan
konsepsi, komunikasi, fasilitasi, insentif dan
masyarakat dalam memutuskan masalah
teori pertukaran untuk memaksimalkan
dan program tindakan. Pemasar sosial
respon kelom pok sasaran (Windahl, Signilzer
telah menepis kritik-kritik ini, menekankan
& Olson 2010). Komunikasi publik tentang
bahwa pemasaran sosial adalah proses dua
ET merupakan kegiatan Social Marketing
arah. lnilah sebabnya mengapa masukan
yang dijalankan oleh pemerintah dan LSM
dari masyarakat sasaran, yang dikumpulkan
yang bergerak dalam sektor lingkungan
melalui metode kualitatif seperti kelompok
hidup. Pihak-pihak yang berkompeten
fokus
dan
wawancara
mendalam,
tersebut
mempunyai
tujuan
untuk
merupakan dasar untuk merancang kegiatan
melakukan perubahan sosial mengenai ET
kampanye dan konten. Pemasaran sosial
bioenergi. Dalam Social Marketing tentang
yang didasarkan pada gagasan saling tukar
ETbioenergi harus mengenai sasaran publik
antara lembaga dan masyarakat. Pemasaran
yang tepat. Sarna seperti dalam pendekatan
membutuhkan orientasi konsumen dengan
lain untuk komunikasi, penetapan tujuan
asumsi bahwa keberhasilan intervensi hasil
yang direncanakan, sangat penting dalam
dari evaluasi yang akurat dari persepsi,
pemasaran sosial, karena tujuan dari
kebutuhan, dan keinginan target pasar yang
pemasaran sosial akan perubahan sosial.utpneP
menginformasikan
desain, komunikasi,
harga, dan pengiriman dari penawaran
yang sesuai.
Penutup
Pemasaran
sosial
memungkinkan
Komunikasi pembangunan di dalamnya
masyarakat untuk berpartisipasi dengan
membahas
masalah pemanfaatan alam
bertindak pada ranah kesehatan, lingkungan
dan
lingkungan
hidup. Untuk mengatasi
dan rnasalah lainnya. Tanpa informasi, tidak
kemiskinan
sekaligus
kerusakan lingkungan
ada partisipasi dan ini adalah apa yang
diperlukan
inovasi
yang
bisa digunakan
ditawarkan pemasaran sosial. Partisipasi
(diadopsi)
untuk
kepentingan
masyarakat
bersifat sukarela: Individu, kelompok,
(Rogers,
2003:229-258).
Perubahan
ke model
dan organisasi tidak dipaksa untuk
pembangunan yang lebih berkelanjutan
berpartisipasi,
tetapi yang ditawarkan
menyebabkan pergeseran paradigma besar.
kesempatan
untuk
mendapatkan
Dengan memperhitungkan
karakteristik
keuntungan tertentu. Penjelasan tersebut
spesifik
pembangunan
berkelanjutan
tidak memuaskan
untuk
pendukung
memiliki implikasi besar bagi proses
komunikasi partisipatif yang merespon
komunikasi diterapkan untuk memfasilitasi
bahwa perna saran sosial tidak benarinisiatif pembangunan tersebut. Komunikasi
benar melibatkan partisipasi. Pemasaran
pembangunan tidak bisa lagi mengandalkan
sosial menawarkan penampilan untuk
pendekatan
monologic.
Pembangunan
meningkatkan intervensi yang terpusat.
yang berkaitan dengan sektor lingkungan
Komunikasi
kebijakan
publik
dan
energi
menggunakan
perspektif
tentang ET menggunakan prinsiputsronmlkigfecaSM
Social
pembangunan
berkelanjutan
ditujukan
Marketing. Menurut Kotler, Social Marketing
pada
komunikasi
dialogis,
yang
didasarkan
dideskripsikan
dengan
menggunakan
pada pendekatan partisipatif interaktif
prinsip-prinsip
pemasaran
dan teknik
(Quarry dan Ramirez ,2009).
untuk
mengedepankan
social
cause,
Salah satu permasalahan lingkungan

PARADIGMA

BARU
DAN
PENGUATAN
DALAM
MENSUKSESKAN

KELEMBAGAAN
PEMBANGUNAN

KOMUNIKASI
NASIONALzywvutsrponm
EDISI20

I Mei

2016

hidup adalah krisis energi. Krisis energi
Pembuat
kebijakan
dan
program
terjadi karena tidak imbangnya antara
komunikasi ten tang EBT hanya bisa
kebutuhan dan pasokan energi. Selama ini
menafsirkan tindakan yang telah mereka
energi didapatkan dengan mengandalkan
ambil. Ini adalah kunci untuk enactment
eksplorasi energi yang berasal dari fosil
karena, sekali lagi, hanya beberapa tindakan
seperti gas dan minyak bumi. Eksplorasi
dan interpretasi dipertahankan. Seorang
cadangan minyak baru semakin sulit apalagi
pimpinan dalam organisasi perlu tahu
dengan kondisi harga minyak yang rendah
hanya cukup tentang apa yang dipikirkan
sehingga investasi menjadi tidak ekonomis.
untuk bertindak, sehingga kecukupan
Menurut Rezavidi (2012) terdapat 4
menjadi lebih penting daripada ketepatan.
masalah pokok dalam pemanfaatan energi
Sensemaking adalah sosial dan berkelanjutan.
nasional : 90 persen energi nasional masih
(Littlejohn & Foss 2009 : 876).
didominasi energi fosil, kendala distribusi
Pembahasan
EBT erat
kaitannya
karena
kondisi
geografis,
kerusakan
dengan proses adopsi-inovasi.
Menurut
lingkungan
karena proses eksploitasi
Seligman dalam
European Journal of
serta ketergantungan pengolahan energi
Innovation Management Vol. 9 No. I, 2006
pada negara asing.
Dengan berbagai
pp. 108-120 yang berjudul Sensemaking
macam keunggulan dan keterbatasan, EBT
throughout
adoption and the innovationadalah solusi yang harus dibangun mulai
decision process menyimpulkan terdapat
dari proses formulasi, implementasi dan
faktor yang mempengaruhi adopsi, harus
evaluasi. Program pengembangan EBTtidak
dipahami adopsi sebagai suatu proses,
dan untuk mengeksplorasi
subproses
dapat berjalan dengan optimal apabila tidak
didukung peran serta masyarakat (publik).
yang mempengaruhi persepsi dan sikap.
Deskripsi
Weick tentang
sensemaking
Komunikasi dalam bentuk sosialiasasi,
sebagai model adopter berpusat pada proses
diseminasi dan difusi diperlukan agar
publik peduli
kemudian
mendukung
perilaku yang berkaitan dengan adopsi
program pengembangan EBT.
teknologi ..
Perspektif sensemaking jika dibandingkan
Dalam
menyusun
kebijakan
dengan
Innovation-Decision
Process
pengembangan beserta program komunikasi
model(IDPM)
Rogers maka perspektif
tentang EBT, diperlukan diskusi dalam
sensemaking
digambarkan
sebagai
konteks komunikasi dalam organisasi.
pandangan-tingkat yang lebih rendah dari
Tulisan ini menelaah komunikasi organisasi
kegiatan pada setiap tahap IDPM tersebut.
yang terjadi dalam institusi/ lembaga
Setiap tahap IDPM itu dijelaskan dalam hal
yang membuat kebijakan dan program
sifat sensemaking. Meskipun ini adalah awal
komunikasi tentang EBT. Berkaitan dengan
dari pemahaman proses perilaku adopsi,
proses
komunikasi
organisasi
dalam
ada banyak lagi yang harus dilakukan.
pengambilan keputusan Weick meliputi
tidak termasuk
Perspektif sensemaking
konsep retrospektifvutsrponmlkihgedcaSPMID
sensemaking.
Weick
pandangan
mendalam pada tindakanmenunjukkan bahwa pembuat kebijakan dan
tindakan yang orang melakukan sebelum,
program komunikasi tentang ETtidak dapat
selama, dan setelah pengalaman mereka
mengetahui apa yang dipikirkan sampai
dengan teknologi.
terlihat apa yang telah dikatakan. Sementara
Selain itu, perspektif sensemaking tidak
organisasi (dan individu) mungkin lebih
termasuk rincian tentang isu-isu yang sangat
memilih untuk menganggap
pembuat
penting dari bagaimana perilaku terbentuk,
kebijakan dan program komunikasi tentang
dan apa yang mendorong
tindakan.
ETmereka sebagai cukup rasional, membuat
Selanjutnya, sedikit yang diketahui tentang
keputusan setelah berpikir lebih hati-hati
peran besar yang impuls, kebiasaan, emosi,
dan perencanaan, Weick menyatakan bahwa
organisasi bertindak pertama dan make sense.SIED dll bermain di adopsi teknologi. Eksplorasi

JURNALOLIGDA
DIALOGniUPNLKIEBA
KEBUAKAN PUBLIK
isu-isu ini akan menghasilkan, pemahaman
Social Marketing
menggunakan
konsep
kompleks sangat kaya adopsi.
segmentasi pemasaran, riset konsumen,
Program komunikasi kebijakan publik
pengembangan
konsepsi,
komunikasi,
tentang EBT menggunakan prinsiputsronlkigfecaSM
fasilitasi, insentif dan teori pertukaran
Social
untuk memaksimalkan respon kelompok
Marketing. Menurut Kotler, Social Marketing
sasaran (Windahl, Signitzer & Olson 2010 :
dideskripsikan
dengan
menggunakan
prinsip-prinsip
pemasaran
dan teknik
123). Program komunikasi publik tentang
untuk mengedepankan social cause, ide
ET merupakan kegiatan Social Marketing
atau perilaku.
Lebih khusus: Social
yang dijalankan oleh pemerintah dan LSM
Marketing
adalah desain, implementasi,
yang bergerak dalam sektor pengembangan
dan pengendalian program yang berusaha
ET. Pihak-pihak yang berkompeten tersebut
untuk meningkatkan penerimaan gagasan
mempunyai
tujuan untuk
melakukan
sosial atau cause of target. Dalam hal ini
perubahan sosial berkaitan dengan ET.

PARADIGMA

BARU
DAN
PENGUATAN
DALAM
MENSUKSESKAN

KELEM8AGAAN
PEMBANGUNAN

KOMUNIKASI
NASIONAL
EDISI20

Daftar

PustakazyxwvutsrponmlkjihgfedcbaZYWUTSRQPONMLKJIGFEDCBA

Brown AD, Colville, lan, Pye Annie. 2015. Making sense of sensemaking in organization studies. Organization Studies. 36(2):265-277doi

: 10.1177/0170840614559259

Bucchi M, Trench B. 2008.zywvutsrponmlkihgfedcbaYUTSPONMLJIHGFEDCBA
Handbook of Public Communication o(Science and Technology. New York
(US): Routledge.
Dann S. 2006. Social marketing in the age of direct benefit and upstream marketing. Proceedings of the third
Australasian non-profit and social marketing conference August 10-11. Australian National University
Fakih, M. 200l. Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globa/isasi.Yogyakarta

(ID): Insist Pro

Gordon R. 2012. Re-thinking and re-tooling the social marketing. Australasian Marketing Journal. 20 (2)
:122-126 doi: 10.10 I6/j.ausmj.201l. I0.005
Ito K, lnohara T. 2015 .A model of sense-making process for adapting new organizational settings; based on
case study of executive leaders in work transitions. Procedia - Social and Behavior Sciences. I 72: 142
-149 doi: 10.1016/j.sbspro.2015.01.347
Keraf S. A. 2005. Etika Lingkungan. Jakarta (ID): Kompas.
Kotler P, Zaltrnan

G. 1971. Social marketing:

an approach

to planned

social change. [ournalof

Mar-

keting. 35 (3) :3-12 doi : 10.2307/1249783
Kompas.

Kamis 5 Maret 2015. Keamanan

Kompas.Kamis
Kompas.

7 Mei 2015.Energi,

Nasional

: Indonesia

Tujuan Pengembangan

di Ambang

Krisis Energi, him 1

Tak Tercapai, hlm 13

Selasa 24 Mei 2015. Tenaga Nuklir, PLTN Dinilai Ancam Kemandirian,

hlm 14

Kramer MW. 2010. Organizational Socialization; Joining and leaving organizations. Cambridge

(GB)

Polity Press.
Louis, MR. 1980. Surprise

and sense making:

miliar organizational

What newcomers

settings. Administrative

experience

Science Quarterly.

in entering

unfa-

24(2):227-251 doi :

10.2307/2392453
Littlejohn

SW, Foss KA. 2009. Encyclopedia of communication

Publications,
Peraturan

theory. Thousand

Oaks. (US) SAGE

Inc.

Pemerintah

Republik

Indonesia

NomOI 79 Tahun 2014 Tentang

Kebijakan

Energi Nasi-

onal
Peraturan
Quarry

Presiden

Republik

W. Ramirez

Indonesia

No.5 Tahun 2006 tentang

Kebijakan

Energi Nasional

R.2009. Communication for Another Development: Listening before Telling,London

(GB) Zed Books
Arya (2012) Membaca Nasib Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia[Internet]

Rezavidi

http://www.

meti.or.id/subpage.php?page=6&mode=content&idcontent=132&judul=Membaca%20
Nasib%20Energi%20Baru%20dan%20Terbarukan%20di%20Indonesia.html&lang=id

Diak-

ses tanggal 8 Juni 2015
Rogers, E M. 2003. Diffusion afInnovations.New
Seligman,

1. 2006. Sensemaking

pean Journal

throughout

of Innovation

York (US):Free Pr.
adoption

Management.

and the innovation-decision

process.Eu.ro-

9(1):108-120 doi : 10.1108/14601060610640050

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi
Waisbord,

Silvio. Family Tree of Theories, Meth01ologies and Strategies in Development Communication,

The Rockefeller
lytree.pdf

Foundation

diakses

[Internet]

www.comrnllnicationforsocialchange.org/pdf/fami-

8 [uni 2015

Weick KE.l995. Sensemaking in organizations. Thousand
Windahl

S, Signitzer B, Olson

JT. 2010.

Oak (US) Sage Publications.

Using Communication

munication, London (GB): SAGE Publications.

Theory, An Introduction to Planned Com-

I Me;

2016

utsrkfa

Dokumen yang terkait

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2

Komunikasi antarpribadi antara guru dan murid dalam memotivasi belajar di Sekolah Dasar Annajah Jakarta

17 110 92

Pengaruh Etika Profesi dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment (Penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang Terdaftar di BPK RI)

24 152 62

Pengaruh Kebijakan Hutang Dan Struktur Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Deviden Pada PT. Indosat

8 108 124

Perilaku Komunikasi Waria Di Yayasan Srikandi Pasundan (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Waria di Yayasan Srikandi Pasundan di Kota Bandung)

3 50 1

Eksistensi Diri Penari Jaipong di Kota Sukabumi (Studi Deskriptif Tentang Eksistensi Diri Penari Jaipong di Kota Sukabumi)

4 40 1

Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Sistem Komputerisasi Kantor Pertahanan (KKP) Terhadap Kualitas Pelayanan Sertifikasi Tanah Di Kantor Pertanahan Kota Cimahi

24 81 167

Peranan Komunikasi Antar Pribadi Antara Pengajar Muda dan Peserta Didik Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar ( Studi pada Program Lampung Mengajar di SDN 01 Pulau Legundi Kabupaten Pesawaran )

3 53 80