Faktor Yang Mempengaruhi Keterbatasan Pe

Faktor Yang Mempengaruhi Keterbatasan Perempuan dalam Mengakses
Teknologi Komunikasi Dan Informasi
The Influenced Factors on Women Limitation Access
In Communication and Information Technology
F. Anita Herawati, dkk.
F. Anita Herawati, Dhyah Ayu Retno Widyastuti, Th. Diyah Wulandari,1 Yonathan Dri Handarkho2
Diterima 26 September 2013, direvisi 8 oktober 2013, disetujui 16 Oktober 2013

Abstract
Growing information based on internet technology is an opportunity for people to do easy
activity, although not all of the people can get access to it. In fact, there is a limit internet access for
women. It has been reflected among Indonesian and such a developed country like US, most of
internet user are male. In terms of Yogyakarta internet user phenomena, only five percent women can
access internet among 52 percent total internet user in Yogyakarta. The internet user gap among
male and female in Yogyakarta are amplified by many reasons. This article focused on the Influences
factors of internet access limitation and communication technology’s tools ability among female, the
internet use based on gender perspective. Social presence theory is used to crack the research
question. The research approach used is qualitative, by focus group discussion to observe the
information among target. It is hoped that the research has significant contribution for people to
empower women community.
Keywords:

Women, Information Communication Technology, Access, Social Presence Theory

Abstrak
Teknologi komunikasi dan informasi berbasis internet yang terus berkembang merupakan
suatu peluang bagi masyarakat untuk mengerjakan aktivitas dengan mudah. Realitasnya tidak semua
masyarakat mampu mengimbangi perkembangan yang makin pesat ini. Dilihat berdasarkan jenis
kelamin, perempuan cenderung memiliki keterbatasan dalam mengakses internet. Realitas ini secara
umum tercermin pada penggunaan internet di kalangan masyarakat Indonesia bahkan di negara maju
seperti Amerika Serikat, pengguna internet masih didominasi oleh laki-laki. Secara khusus di wilayah
Yogyakarta, dari 52 persen penduduk yang memiliki komputer dan juga internet, hanya lima persen
perempuan yang bisa menggunakan fasilitas ini.Ketimpangan dalam mengakses media informasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab. Kajian ini fokus pada: Faktor-faktor yang memengaruhi
keterbatasan perempuan menggunakan teknologi komunikasi dan informasi, penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi berdasarkan perspektif gender. Teori yang digunakan dalam kajian ini
adalah teori Social Presence Theory yang mengarah pada interaksi dan partisipasi kaum perempuan
melalui media komputer dan internet. Melalui pendekatan penelitian kualitatif dengan focus group
discussion, penulis menggali informasi guna menjawab persoalan penelitian. DIharapkan, kajian ini
mampu memberi kontribusi bagi masyarakat dalam memberdayakan komunitas perempuan.
Kata Kunci:
Perempuan, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Akses, Social Presence Theory


1

2

F. Anita Herawati, Dhyah Ayu Retno Widyastuti, Th. Diyah Wulandari adalah dosen di Program Studi Ilmu Komunikasi,
FISIP, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Yonathan Dri Handarkho adalah dosen di Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknolog Industri, Universitas Atma
Jaya Yogyakarta

di negara berkembang. Terry dan Gomez

A. Pendahuluan
Isu

kesetaraan

bertahun-tahun

menjadi


gender

selama

(2011) menjabarkan bahwa banyak kaum

inspirasi

banyak

perempuan

yang

masih

memperoleh

untuk mengupayakan


hambatan untuk memanfaatkan internet. Salah

aksi dan strategi pemberdayaan perempuan di

satu permasalahan yang dihadapi adalah

segala bidang dengan tujuan kesejahteraan.

ketersediaan

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dalam

disebabkan oleh tugas mereka sebagai ibu

artikel

rumah tangga.

elemen masyarakat


UN

Millenium

Project

(2009)

waktu

Realitas

menyebutkan bahwa penting untuk membahas

di

dan

biaya


Indonesia,

yang

internet

kesejahteraan perempuan dan pembangunan

merupakan bentuk media komunikasi yang

lingkungannya,

melalui

relatif baru dan terus berkembang selama

Harapannya,

beberapa dekade terakhir. Data WorldBank


perempuan memiliki kesamaan posisi dengan

menyebutkan sepanjang 2000-2009, jumlah

laki-laki di bidang ekonomi, memanfaatkan

pengguna internet di Indonesia meningkat dari

aset produksi, dan terbebas dari tekanan,

hanya 2 juta pengguna menjadi mencapai

kekerasan, serta penindasan.

lebih dari 30 juta pengguna, atau meningkat

pendidikan

salah


dan

satunya

pelatihan.

Sementara itu di era yang serba digital,

1400%. Dengan demikian dapat disimpulkan

pemakaian internet masih terkena imbas isu

bahwa lebih dari 87% penduduk Indonesia dari

bias

total penduduk mencapai lebih dari 240 juta

gender.


internet

Pada

kondisi

penggunaan

di negara maju seperti Amerika

Serikat, pernah diperoleh data pada tahun

jiwa

mengakses

internet

(www.data.worldbank.org).

Namun

2005 bahwa jumlah pengguna internet di

dari

pengguna

(Fallows, 2005:6). Demikian juga di Indonesia.

memanfaatkan untuk kepentingan peningkatan

Data indikator telematika pada tahun yang

ekonomi.

sama menyebutkan pengakses internet di

komunitas Kampung Cyber di RT 36 RW 09,


Indonesia masih didominasi laki-laki (75,86%),

Kelurahan

dan perempuan (24,14%). Ini menunjukkan

Yogyakarta3. Bisnis kreatif warga Kampung

bukti bahwa dikala itu internet masih dianggap

Cyber juga turut terangkat berkat adanya

sebagai

dan

jaringan internet tersebut. Keterbatasan akses

kecenderungan bersifat maskulin. Hal ini

informasi, keterbatasan sumber daya masih

diperkuat dengan pendapat Enochsson (2005)

menjadi persoalan dalam komunitas tersebut.

kaum

laki-laki

Sebagai

Hasil

yang mengatakan bahwa alasan dominasi laki-

Patehan,

hanya

contoh

sedikit

jumlah

negara tersebut masih didominasi laki-laki

komoditas

tersebut,

keseluruhan

realitas

Kecamatan

penelitian

yang

yaitu

Kraton,

Perbawaningsih,

laki terhadap piranti komputer dan internet

Wulandari dan Arifin (2012) menunjukkan

karena laki-laki lebih tertarik dengan teknologi

tingkat penggunaan internet di Kampung

internet jika dibandingkan dengan perempuan.

Cyber cenderung banyak dimanfaatkan oleh

Seiring dengan berjalannya waktu, dominasi

kaum laki-laki, di mana sebagian dari mereka

penggunaan internet saat ini mulai berimbang

sudah memanfaatkan jaringan internet untuk

antara laki laki dan perempuan, hanya saja hal

kegiatan perekonomian. Sebaliknya, kaum

tersebut belum seluruhnya tercapai terutama
3

Selanjutnya disebut Kampung Cyber

perempuan

belum

memanfaatkan

sarana

B. Kajian Teori

kegiatan

Penelitian ini merupakan suatu tindak

perekonomian karena adanya keterbatasan

lanjut dari penelitian yang sudah dilakukan

dalam akses informasi penggunaan internet

pada tahun 2011/2012 tentang “Pergeseran

dan pemanfaatannya.

Pola

tersebut

untuk

peningkatan

Komunikasi

Antarpersonal

Warga

Beberapa contoh pemanfaatan internet

Kampung Pasca Pemasangan Internet: Studi

untuk kegiatan perekonomian oleh warga laki-

Pemberdayaan Warga Kampung Cyber RT 36

laki Kampung Cyber antara lain pemanfaatan

Tamansari Yogyakarta”. Hasil dari penelitian

website untuk mempromosikan produk dari

ini menunjukkan bahwa pemanfaatan internet

Oemah Pancing, usaha batik, sablon, dan

di

usaha-usaha

Keberadaannya belum bisa dirasakan secara

lain.

perempuan

Sementara

hanya

itu

berperan

kaum
sebagai

Sejatinya internet dapat dimanfaatkan
piranti

merata

oleh

Cyber

belum

masyarakat.

maksimal.

Selain

sebagai

media informasi, internet sudah dimanfaatkan

pendukung, bukan inisiator.

sebagai

Kampung

penunjang

pembedayaan

perekonomian perempuan. Rhodes (2003)

untuk menunjang kegiatan produksi misalnya
pemasaran produk namun implementasinya
masih dalam jumlah yang terbatas.

dalam jurnalnya menjadi bukti pemanfaatan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut

jaringan internet untuk meningkatkan kegiatan

maka dirasa perlu untuk menggali lebih dalam

pemberdayaan

di

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

bidang ekonomi. Dalam penelitiannya Rhodes

keterbatasan perempuan dalam mengakses

mengatakan

perempuan,

Rural

khususnya

Women’s

Association

teknologi komunikasi dan informasi.
Secara

(RWA) pada wilayah daerah Sekhuhkuneland

khusus

kajian

ini

- Afrika Selatan mampu memberdayakan

mengedepankan teori kehadiran sosial (Social

potensi

Presence Theory) yang menjadi cikal bakal

perempuan

perekonomian

dari

serta

meningkatkan

anggota-anggotanya

kemunculan

Communication

Mediated

usaha

Computer Theory (CMC Theory), di mana teori

pemasaran dari berbagai usaha kecil yang

ini memaparkan temuan adanya interaksi

dikelola oleh mereka

melalui pemanfaatan

bersama dengan orang lain dalam ruang

ICT

Communication

seperti berbagi emosi atau pikiran antara

dengan

membantu

(Information,

memperluas

&

mereka

Technology).
Berdasarkan

pada

latar

belakang

yang

saling

berinteraksi

melalui

komunikasi yang termediasi. Teori kehadiran

tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah

sosial

untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

kesuksesan

mempengaruhi

perempuan

partisipan-partisipannya seperti hadir secara

dalam mengakses teknologi komunikasi dan

fisik; meski komunikasi tatap muka digunakan

informasi.

sebagai standar untuk penilaian (Rice, 2008;

keterbatasan

mempertimbangkan
media

cara-cara

membawa

makna

2010). Konsep mediasi dalam berinteraksi
bersama

inilah

yang

kegiatan

penelitian

ini,

diwujudkan
di

mana

dalam
kaum

perempuan dapat saling berinteraksi dengan

mediasi piranti komputer dan internet dan

a.Menggunakan

tulisan

untuk

pentingnya partisipasi meski dalam media

mendukung penyelidikan kolaboratif

komputer.

mengenai masalah masyarakat;
b.Memanggil publik
sasaran

1. Community Literacy
Secara

teori,

community

literacy

(komunitas

literasi)

adalah

program

keaksaraan

berbasis

masyarakat

c. Mengubah

eksklusivitas

dari

culture

literacy

sebuah
namun

kemudian muncul perubahan analisis oleh
Jeffrey Grabill (2001) yang mengatakan bahwa
community literacy merupakan dorongan bagi
orang maupun komunitas untuk mencari dan
mendapatkan profesi yang lebih luas di ranah
publik. Meski demikian dalam prakteknya
literasi masyarakat lebih pada memperluas
jaringan,

terdiri

dari

perpaduan

antara

kemahiran budaya dan kritis sebagai aktivitas
retoris baru yang terdiri dari aktivitas yang

pribadi

perbedaan.
Sementara itu pemanfaatan teknologi

universitas) bentuk pembelajaran. Community

sebagai

pengetahuan

antara individu dan kelompok lintas

tradisional belajar (perguruan tinggi, sekolah,

dipandang

menggunakan

melalui dialog/ musyawarah terbuka

umumnya disponsori luar lembaga formal atau

awalnya

penelitian

prosedur yang demokratis,

yang

literacy yang dikenal sejak 15 tahun yang lalu

lokal di sekitar

komunikasi

berbasis

internet

atau

dalam

bahasa asing dikenal sebagai information,
communication, and technology (ICT) telah
menjadi

bagian

penting

dan

vital

dari

perkembangan sebuah negara. Oleh karena
itu seluruh elemen masyarakat di belahan
dunia manapun banyak melakukan upaya
untuk melakukan pengembangunan komunitas
berbasis inklusivitas terhadap dunia digital.
Demikian juga di negara berkembang. Media
konvensional yang sebelumnya digunakan,
kini beralih pada media digital yang dikenal
dengan digital literacy.

meliputi seperangkat tujuan, praktik, sumber
daya, dan hubungan yang unik. Artinya pada

2. Digital Literacy
Digital

konsep awal, literasi berbasis masyarakat
merupakan

sebuah

pencarian

wacana

Literacy

menyediakan

dasar-

dasar untuk memahami pentingnya informasi,

alternatif, cara bagi orang untuk mengakui

yang

berbagai

keahlian

pemahaman seseorang terhadap sumber dan

melalui seni bicara dan teks untuk menarik

saluran informasi secara digitalisasi. Hal ini

perbedaan mereka sebagai sumber daya

dikaitkan dengan kebutuhan publik terhadap

untuk mengatasi masalah bersama (Peck,

kemampuan untuk memahami dan melakukan

Flower, Higgins, 2009: 205). Era selanjutnya,

evaluasi integrasi informasi dalam berbagai

community literacy mengacu pada seluruh

bentuk dan format yang ditawarkan oleh dunia

praktik melek huruf yang melibatkan keluarga

digital. Agar teknologi dapat efektif digunakan

dan sosial untuk pengorganisasian tindakan

dalam pemberdayaan masyarakat, ada tiga

masyarakat, terdiri dari:

aspek utama yang perlu diperhatikan.

bentuk

masing-masing

secara

sadar

akan

meningkatkan

Pertama, akses yang bermakna. Akses
internet

saat

ini

sangat

dibutuhkan

masyarakat. Bila seseorang memiliki intensitas

untuk menggunakan teknologi secara aktif

untuk mengakses internet, faktor yang perlu

dalam

diperhatikan bukan saja hanya dari segi

pengetahuan

infrastruktur, tetapi juga dari segi tingkat

yang lebih banyak terekspos teknologi dalam

literasi

lingkungannya, dialah yang lebih mampu

atau

kemampuan

menggunakan

rangka
dan

untuk

meningkatkan

perekonomian.

teknologi dan kompetensi kognitif. Oleh karena

untuk

itu untuk meningkatkan kehidupan sosial

pengembangan kehidupannya.

mengadopsi

Individu

teknologi

dalam

melalui pemanfaatan teknologi, publik harus
menyadari makna dari penggunaan ICT dari

3. Perempuan dan Teknologi

sudut pandang kapasitas masyarakat untuk
menggunakan teknologi tersebut.

satu kategori sosial dan alat analisis untuk

Model pada Gambar 1 di bawah ini
dapat

menjelaskan

karakteristik

Gender tidak hanya dipahami sebagai

yang

melihat perempuan dalam relasinya dengan
laki-laki dalam masyarakat. Dalam pengertian

memengaruhi keputusan seseorang untuk

abstrak,

menggunakan

“ideologi” untuk menerangkan realitas sosial

atau

tidak

menggunakan

internet.

gender

dipahami

dengan

arti

yang menempatkan perempuan dan laki-laki
dalam peran dan posisi yang berbeda.
Dalam kehidupan riil, “ideologi” gender
mempengaruhi tingkah laku dan pilihan-pilihan
perempuan dan laki-laki yang menentukan
hubungan sosial-ekonomi di antara mereka
dalam masyarakat (termasuk dalam keluarga
dan

dunia

mensosialisasikan

kerja).
diri

Perempuan

sebagai

kelompok

dengan ciri (stereotype) yang subordinat atau
mensubordinatkan

diri.

“Ideologi”

gender

mempengaruhi proses identifikasi pekerjaanpekerjaan
perempuan
Gambar 1. Linear acces to meaning- Bucy,
E.P. Newhagen (2010)

publik
yang

sesuai

dengan

sifat

lebih

feminin

dan

keterlibatannya sesuai dengan ukuran-ukuran
atau nilai yang dikenakan pada perempuan
sebagai jenis kelamin yang disubordinatkan.

Kedua,

motivasi.

Tidak

hanya

Dalam dunia kerja, perempuan banyak terlibat

bagaimana publik menggunakan teknologi

dalam pekerjaan yang dekat dengan “naluri

tersebut, namun sampai pada usaha mereka

perempuan” misalnya sebagai orang yang

untuk menggunakan teknologi tersebut dalam

bekerja di wilayah domestik sedangkan laki-

kehidupan sehari-hari.

laki lebih diposisikan pada area publik.
sosial.

Pemakaian piranti digital juga masih

Merupakan daya dukung sosial yang mampu

terkena imbas isu bias gender. Penelitian di

membuat seseorang merasa percaya diri

Amerika

Ketiga,

daya

dukung

Serikat

menyebutkan,

jumlah

pengguna internet di negara tersebut masih

memadai (Terry & Gomez, 2011). Tentunya

didominasi laki-laki. Laki-laki lebih tertarik

menjadi

mengakses internet dibanding perempuan.

tentang bagaimana keterbatasan yang dimiliki

Jika ada perempuan mengakses internet,

perempuan dijembatani dalam memanfatkan

kebutuhannya hanya sebatas untuk kegiatan

teknologi internet.

kekeluargaan,

4. Teknologi Informasi dan Komunikasi

pertemanan,

dan

sosial.

Sementara laki-laki, cenderung memanfaatkan

tantangan

yang

sangat

menarik

dalam Community Literacy

internet untuk kegiatan yang lebih kompleks,

Sejatinya internet dapat dimanfaatkan

misalnya untuk informasi pekerjaan, rekreasi,

sebagai

dan

perekonomian perempuan. Rhodes (2003)

bisnis

ternyata

(Fallows,

berbanding

2009:6).
lurus

Angka

dengan

ini

fakta

dalam

piranti

penunjang

jurnalnya

yang

pembedayaan

berjudul

Can

E-

pengguna internet di Indonesia. Data indikator

Commerce Enable Marketing in an African

telematika melalui situs www.iptek.net pada

Rural

2005 menyebutkan bahwa pengakses internet

Development

di

Indonesia

(75,86%),

masih

Women's

didominasi

laki-laki

pemanfaatan

sisanya

adalah

meningkatkan

sedangkan

Community

Organisation?
jaringan

Based

menjadi
internet

kegiatan

bukti
untuk

pemberdayaan

perempuan (24,14%). Hal ini menunjukkan

perempuan, khususnya di bidang ekonomi.

bukti kuat bahwa internet masih dianggap

Usaha

sebagai

Women’s Association (RWA) pada wilayah

komoditas

kaum

laki-laki

dan

sebuah

lembaga

swadaya

Rural

kecenderungan sifatnya maskulin. Dengan

daerah

demikian dapat disimpulkan bahwa dalam

mampu memberdayakan potensi perempuan

realitas

serta

teknologi

pekerjaan

perempuan

Sekhuhkuneland-Afrika

meningkatkan

Selatan

perekonomian

dari

cenderung jauh dari wilayah teknologi atau

anggota-anggotanya

hanya dalam kapasitas yang terbatas.

memperluas usaha pemasaran dari berbagai

Dari
Kementrian

data

yang

diperoleh

Pemberdayaan

dari

Perempuan,

dengan

membantu

usaha kecil yang di kelola oleh mereka
melalui

pemanfaatan

ICT

(Information,

teknologi masih sangat dekat dengan identitas

Communication

laki-laki sedangkan perempuan sering kali

mencoba membantu dengan menyediakan

hanya sebagai obyek. Padahal kuantitas

berbagai fasilitas dan infrastruktur yang terkait

jumlah

dari

dengan ICT seperti komputer, telpon, fax,

penduduk Indonesia yang merupakan potensi

akses internet, serta pelatihan yang terkait

jika diberdayakan dengan baik. Berbagai

penggunaan teknologi tersebut. Diharapkan

kendala yang dihadapi kaum perempuan

melalui fasilitas tersebut para wanita di wilayah

dalam

informasi

Sekhuhkuneland dapat memperoleh akses

diantaranya adalah tingkat ketrampilan dan

informasi yang lebih luas, terutama terkait

pendidikan yang rendah, masalah bahasa,

strategi marketing

keterbatasan waktu, masalah biaya akses

mengembangkan usaha kecil yang sudah

internet, keterbatasan lokasi fasilitas koneksi,

dirintis. RWA juga membangun sebuah model

norma budaya dan sosial, serta ketrampilan

E-Commerce

perempuan

mengakses

manajemen

dan

hampir

separuh

teknologi

komputer

yang

tidak

&

yang

Technology).

RWA

yang bertujuan untuk

dapat

membantu

memasarkan produk-produk yang di miliki oleh

internet

kaum perempuan di wilayah tersebut.

perekonomian masyarakat

Demikian

juga

di

Malaysia,

(3) Karakter

untuk

masyarakat

mengembangan

Kampung

Cyber

pemanfaatan teknologi komunikasi berbasis

RT36 yang memiliki etnografis hampir

internet (ICT) tidak hanya dilakukan oleh

sama dengan kawasan-kawasan kantong

perusahaan-perusahaan skala besar, namun

kemiskinan di Yogyakarta

turut

diadopsi

(Rosnafisah,

oleh

2009).

para

pelaku

UKM

Pemanfaatan ICT terbukti

mampu memberi perubahan yang signifikan

(4) Kampung Cyber menjadi rujukan referensi
beberapa

komunitas

lain

yang

ingin

membuat model serupa.

dalam kinerja usaha, budaya, strategi bisnis,
dan peningkatan produktivitas para pelaku

D. Akses Perempuan di Kampung

bisnis UKM. Oleh karena itu model-model

Cyber Yogyakarta

semacam ini tentunya dapat juga diadposi
untuk

kegiatan-kegiatan

Melalui

kegiatan

FGD,

peneliti

perekonomian

sekaligus dapat memperoleh data tentang

berbasis ICT di Yogyakarta yang bertujuan

peta persebaran internet. Berdasarkan hasil

untuk

dan

FGD tersebut terungkap bahwa kepemilikan

sebagai

atas komputer/laptop sebagai perangkat keras

meningkatkan

pemberdayaan

kaum

produktivitas
perempuan

salah satu upaya pengentasan kemiskinan.

untuk

bisa

mengakses

internet

beserta

kepemilikan akses internet. Berdasar data

C. Penggunaan Metode Penelitian
Untuk
tentang

apa

mempengaruhi

dapat
saja

menggali

faktor-faktor

keterbatasan

yang diperoleh dapat diidentifikasi dari 21

informasi
yang

perempuan

warga di Kampung Cyber yang mengikuti FGD
terdapat 61% memiliki komputer atau laptop
dan 42% sudah tersambung dengan internet.

dalam mengakses teknologi komunikasi dan

Selain informasi tentang kepemilikan

informasi dilakukan dengan melakukan Focus

komputer/laptop dan internet, dari hasil FGD

Group Disscusion (FGD). Pelaksanaan FGD

dapat ditemukan hal-hal berikut ini:

disesuaikan dengan pertemuan rutin yang

Perempuan

(ibu-ibu)

di

Kampung

diselenggarakan oleh ibu-ibu warga Kampung

Cyber tidak memiliki cukup waktu untuk belajar

Cyber yaitu dalam arisan bulanan. Jumlah

komputer. Hal ini disebabkan oleh aktivitas

peserta FGD sebanyak 21 orang.

rutin mereka sebagai ibu rumah tangga

Lokasi penelitian ini adalah Kampung
Cyber di RT 36 RW 09, Kelurahan Patehan,
Kecamatan

Kraton,

Kota

ataupun karena kesibukan beberapa ibu yang
lebih banyak mengelola usaha.

Yogyakarta.

Kecenderungan yang terjadi dalam

Pemilihan tempat ini karena pertimbangan;

rumah tangga para ibu tersebut, komputer

(1) Kampung Cyber RT36 telah mempelopori

lebih

banyak

digunakan

oleh

anak-anak

pengadaan sambungan internet secara

mereka untuk mengerjakan tugas sekolah

kolektif sejak tahun 2008 secara swadaya

ataupun untuk bermain games. Beberapa

dan merupakan yang pertama kali di DIY

ungkapan dari para ibu seperti, Mboke ngalah

(2) Warga

Kampung

Cyber

RT36

telah

memiliki gerakan pemanfaatan teknologi

(Ibunya mengalah) atau wong tuwa rasah
(sinau

komputer),

mending

masak

trus

ngumbahi (orang tua tidak perlu belajar

mengerti cara mengoperasikan kompueter),

komputer, lebih baik memasak dan mencuci).

atau Mbukak password durung isa (Membuka

Selain itu akses komputer juga lebih banyak

password belum bisa). Meskipun demikian,

digunakan oleh para suami, dan kaum ibu

ada beberapa orang ibu yang sudah biasa

tidak

menggunakan internet untuk akses Facebook

banyak

yang berkesempatan untuk

mengakses komputer.
Beberapa
enggan

belajar

dan email. Beberapa ibu dari generasi yang

ibu

juga

komputer

menyatakan

sendiri

karena

merasa lebih mudah berkomunikasi dengan
menggunakan

handphone

lebih muda, bahkan sudah menggunakan
Facebook sebagai media untuk memasarkan
produk usahanya.

daripada

Ketika pada ibu ditawari untuk diberi

menggunakan komunikasi berbasis komputer.

pelatihan tentang internet dan komputer,

Hal ini berhubungan dengan kesan sebagian

mereka memilih waktu pelatihan disesuaikan

warga yang mengidentikkan komputer dengan

dengan kesibukan warga. Beberapa alasana

akses Facebook, email, atau chatting untuk

yang

diungkapkan para ibu tersebut antara

berkomunikasi dengan orang lain.

lain

bahwa

“Ibu-ibu

tidak

ada

yang

Beberapa ibu belum mengetahui nilai

nganggur”karena disibukkan dengan usaha

lebih dari penggunaan komputer, sehingga

dagang dan urusan domestik rumah tangga.

dominasi

komputer

Mereka tertarik untuk mengikuti mengikuti

diserahkan kepada anak atau suami. Para ibu

pelatihan komputer agar dapat lebih maju,

juga merasa bersalah jika menggunakan

misalnya

waktunya untuk menggunakan internet, karena

undangan-undangan rapat, menjual barang,

dirasa mengabaikan tugas rutin sebagai ibu

mendesain produk, berkomunikasi dengan

rumah tangga. Para ibu di Kampung Cyber ini

orang lain, dan lain-lain.

aktivitas

penggunaan

dapat

memudahkan

pembuatan

tinggal dengan lokasi yang masih masuk

Selain itu mereke berkeinginan agar

dalam Beteng Kraton Kasultanan Yogyakarta,

ketika diberi pelatihan diberi tes terlebih

di mana pengaruh budaya Jawa sangat kuat.

dahulu,

Dalam pandangan masyarakat di Kampung

manapemahamannya

Cyber,

mereka

perempuan

yang

menggunakan

sehingga

dalam

dapat

diketahui sejauh

dan

kemampuan

menggunakan

komputer.

waktunya untuk mengakses internet, masih

Berdasarkan hasil tes tersebut dapat dilakukan

dianggap

pentahapan bagi ibu-ibu yang sama sekali

saru

mengabaikan

(tabu),

kewajiban

karena
untuk

dianggap
melakukan

belum

mengenal

komputer

dan

internet,

tugas sebagai ibu rumah tangga seperti

diawali dengan tahap pengenalan. Setelah

memasak, mencuci, mengurus anak dan

mereka paham dan mahir, baru bergabung

suami, dan lain-lain.

dengan para ibu lainnya yang sudah lebih

Sementara itu dari sisi kemampuan,
perempuan

Kampung

mengoperasikan

Cyber

komputer

dalam
memiliki

kemampuan bervariasi. Ini digambarkan dari
beberapa ungkapan seperti Ndemok wae,
urung dong (Hanya memegang saja, belum

mahir. Oleh karena itu, proses pelatihan yang
dilakukan

secara

bertahap,

yaitu

(1)

pengenalan; (2) menggali kemampuan; (3)
terampil menggunakan komputer

E. Penutup

misalnya

Berdasarkan penelitian di lapangan

dengan

memberikan

pelatihan-

pelatihan ICT

dapat diidentifikasi faktor-faktor yang yang
mempengaruhi

keterbatasan

perempuan

Pustaka Acuan

dalam mengakses teknologi komunikasi dan
informasi adalah: Kecenderungan rendahnya
kemampuan perempuan dalam menggunakan
komputer, Belum merasa membutuhkan serta
belum mengetahui manfaat komputer dan
internet. Perempuan cenderung mengalah
dengan

anak

dan

suami

dalam

hal

kesempatan mengakses computer. Pengaruh
budaya

di

mana

pandangan

sosial

di

masyarakat yang dianggap wajar, baik oleh
perempuan maupun keluarga, perempuan
lebih

cocok

sehingga

bekerja

tidak

di

ranah

domestik

membutuhkan

fasilitas

komputer. Dengan kata lain perempuan cukup
di ranah domestik. Keterbatasan waktu yang
dimiliki oleh perempuan untuk mengakses
internet karena kewajiban mengurus kegiatan
rutin rumah tangga. Konsep maskulinitas
Information

Technology,

di

mana

piranti

berbasis teknologi informasi hanya milik kaum
laki-laki saja
Saran yang bisa disampaikan adalah
sebagai berikut: Memberikan pelatihan tentang
komputer dan internet untuk kaum perempuan.
Memberikan sosialisasi manfaat komputer dan
internet

untuk

dirinya

sendiri,

keluarga

maupun

untuk

kegiatan

usaha

produktif.

Membentuk

kelompok

focal

point

untuk

menjadi fasilitator bagi kelompok perempuan
yang lain. Diperlukan partisipasi dari suami
dan anak untuk memberikan kesempatan
kepada

istri/ibu

mereka

untuk

belajar

mengakses komputer dan internet baik secara
mandiri maupun dalam kelompok-kelompok.
Diperlukan partisipasi dari pihak ekternal untuk
mengupayakan pemberdayaan perempuan,

Bucy, E.P., Newhagen, J.E. (2010). Media
access: Social and psychological
dimensions of new technology use.
Mahwah(NJ): LEA
Enochsson, A. (2005). A gender perspective
on Internet use: Consequences for
information
seeking.
Information
Research, 10(4)
Fallows, Deborah. (2009). How Women and
Men Use the Internet. Pew Internet &
American Life Project: New York
Grabill, Jeffrey T. (2001). Community Literacy
Programs and the Politics of Change.
Albany, NY: State U of New York P.
Higgins, L., Long, E,. & Flower, L., (1996).
Community Literacy: A Rhetorical Model
for Personal and Public Inquiry.
Pittsburgh, PA: Carnegie Mellon.
Peck, Wayne Campbell, Flower, Linda and
Lorraine Higgins. (2009). Community
Literacy College Composition and
Communication. 46(2): 199-222
Perbawaningsih, Yudi,
Pupung Arifin dan
Theresia D. Wulandari. (2012).
Pergeseran
Pola
Komunikasi
Antarpersonal Warga Kampung Pasca
Pemasangan Jaringan Internet (Studi
Pemberdayaan
Warga
Kampung
Cyber Rt.36 Tamansari Yogyakarta)
Rhodes,Jo. (2003). Can E- Commerce Enable
Marketing in an African Rural Women's
Community
Based Development
Organisation?
.Informing
Science
Journal : Special Series on Community
Informatics Volume 6, Cape Town
University, South Africa
Rice,
R.
(2008).
Computer-mediated
communication
and
Organizational
Innovation.
Journal
of
Communication,37(4), 65-94.
Rice, R. (2010). Media Appropriateness Using
social presence theory to compare
traditional and new organizational
media.
Human
Communication
Research, 19(4).

Riset dan Teknologi, Kementrian (2005).
Indikator telekomunikasi dan informatika
di Indonesia tahun 2005.
Rosnafisah, Sulaiman., et.al., (2009). The eBusiness Potential for Home-Based
Businesses in Malaysia: A. Qualitative
Study. International Journal of Cyber
Society and Education, Vol.2 Issue June
1, 2009
Terry, Allison; Gomez, Ricardo.2011. "Gender
and Public Access Computing: An
International
Perspective".System
Sciences (HICSS), 2011 44th Hawaii
International Conference on System
Science
http://data.worldbank.org, 5 Maret 2012
UN
Millenium
Project
(2009)
dalam
http://www.unmillenniumproject.org
/reports/ fullreport.htm, diakses 5 Maret
2013

Dokumen yang terkait

Analisis Komposisi Struktur Modal Yang Optimal Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Operasional Pada PT Telagamas Pertiwi Di Surabaya

1 65 76

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

PENGARUH CLIENT IMPORTANCE DAN AUDIT TENURE TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI)

4 86 21

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124

Pengaruh Rasio Harga Laba Dan Pengembalian Ekuitas Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 13 1

Pengaruh Modal Kerja Dan Leverage Keuangan Tehadap Profitabilitas (Penelitian Pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar Di BEI)

10 68 1

Oksidasi Baja Karbon Rendah AISI 1020 Pada Temperatur 700 °C Yang Dilapisi Aluminium Dengan Metode Celup Panas (Hot Dipping)

3 33 84