Pemeriksaan ekuitas merek di hotel

MAKALAH
PENGAUDITAN

PEMERIKSAAN EKUITAS

KELOMPOK 3
VALDHE KARUNDENG
APRISILIA TUMILANTOUW
RAHEL MANTIK
FORMA RAWIS

AKUNTANSI PUBLIK DAN PERPAJAKAN

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2012

PEMBAHASAN
PEMERIKSAAN EKUITAS

A. Sifat Dan Contoh Ekuitas

Dari segi perusahaan, modal merupakan kewajiban perusahaan kepada pemilik
perusahaan. Sedangkan daris egi pemilik perusahaan, modal adalah bagiann hak pemilik
atas kekayaab bersih perusahaan (harta dikurangi kewajiban).
Di dalam suatu perusahaan perorangan modal terdiri atas modal pemilik tunggal; laba
yang diperoleh dalam suatu periode dan tambahan setoran modal akan menambah saldo
modal, kerugian yang diderita dalam suatu periode dan pengambilan prive akan
mengurangi saldo modal.
Di dalam suatu firma (partnership) modal terdiri atas modal lebih dari satu partner.
Modal masing-masing partner akan bertambah dengan adanya pembagian laba atau
tambahan setoran modal dan akan berkurang dengan adanya pembagian kerugian atau
pengambilan prive.
Dalam badan hukum yang berbentuk koperasi, modal pokoknya adalah simpanan
pokok anggota yang tidak dapat dipindahtangankan dan dapat diambil kembali pada saat
seorang anggota mengundurkan diri. Kekayaan bersih koperasi adalah simpanan pokok,
simpanan lain, pinjaman-pinjaman, penyisihan hasil usaha termasuk cadangan.
Dalam badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas (PT), permodalannya
(ekuitas) terdiri dari :
o Modal menurut akte pendirian yang telah disahkan menteri Kehakiman dan
HAM:
-


Modal dasar (authorized capital)

-

Modal ditempatkan (issue capital)

-

Modal disetor (paid-uo/paid in capital)

Modal yang berasal dari sumbangan (donated capital)bisa dilaporkan sebagai
bagian daro tambahan modal disetor.
o Treasury Stock (saham perusahaan yang sudah beredar lalu dibeli kembali oleh
perusahaan).
o Premium (agio) atau Discount (Disagio) dari penjualan saham baik saham biasa
(common stock) maupun saham preferen (preffered stock).

o Selisih kurs atas modal disetor.
o Selisih penilaian kembali aktiva tetap, untuk perusahaan yang melakukan

revaluasi aktiva tetap berdasarkan peraturan pemerintah.
o Retained

Earnings

(Laba

ditahan/sisa

laba

tahun

lalu)

atau

Deficit/Accumulated Losses (sisa rugi tahun lalu).
Beberapa hal yang harus diperhentikan mangenai pemeriksaan ekuitas:
1. Jika akte pendirian suatu PT belum mendapat pengesahan dari menteri

kehakiman dan HAM menurut undang-undang perseroan terbatas no.1 tahun
1995, yang mulai berlaku tanggal 7 maret 1996, transaksi hukum perusahaan
(perjanjian- perjanjian yang dibuat perusahaan) belum dianggap sah.
2. Modal Disetor dan Modal Ditempatkan tidak dapat melebihi Modal Dasar. Jika
modal disetor melebihi modal dasar maka harus dilakukan perubahan akte
pendirian yang harus disahkan oleh menteri kehakiman dan HAM.
Akte pendirian yang telah disahkan Menteri Kehakiman dan HAM akan
diumumkan dalam berita negara (lembaran negara). Selama perubahan akte
belum disahkan Menteri kehakiman dan HAM, kelebihan modal disetor atas
modal dasar dilaporkan sebagai hutang pemegang saham.
3. Modal yang tercantum di neraca adalah Modal Disetor.
Contohnya :
Modal Dasar 100.000 lembar saham biasa = Rp. 1.000.000.000,(nilai nominal Rp. 10.000,- per lembar saham)
Modal ditempatkan 50.000 lembar saham biasa = Rp. 500.000.000,Modal Disetor 50% dari modal ditempatkan = Rp. 250.000.000,Jumlah yang tercantum dineraca adalah sebesar Rp.250.000.000,4. Tujuan pembelian kembali saham (treasury stock) adalah :
a. Untuk meningkatkan harga pasar saham perusahaan
b. Untuk dibagikan sebagai saham bonus kepada para manajer dan pegawai
perusahaan.
Perlu diperhatikan bahwa treasury stock tidak berhak atas pembagian dividen.
Karena itu jika suatu perusahaan yang memiliki treasury stock membagikan
cash dividend. Maka maka dividen per saham akan menjadi lebih besar.

Misalkan suatu perusahaan yang modal disetornya terdiri dari 100.000 lembar
saham dan treasury stocknya 20.000 lembar saham, membagikan cash dividend

sebesar Rp. 20.000.000,- karena ada treasury stock, maka dividen per sahamnya
adalah :
Rp. 20.000.000
-----------------------= Rp.250,100.000 – 20.000
Jika treasury stock tidak ada, maka dividen per saham adalah :
Rp.20.000.000
--------------------= Rp.200,100.000
Dengan lebih tingginya dividen per saham, diharapkan harga pasar saham
bisa mengikat.
5. Jika akumulasi kerugian suatu perusahaan mencapai 50% dari modal disetor,
perusahaan harus melaporkan hal tersebut ke pengadilan negeri untuk
diumumkan dalam berita negara.
Jika akumulasi kerugian perusahaan mencapai 75% dari modal disetor, maka
menurut kitab undang-undang Hukum Dagang (KUHD) di Indonesia, secara
hukum perusahaan harus bubar dan kalau masih diteruskan beroperasi maka
para manajer harus bertanggungjawab atas kewajiban perusahaan kepada pihak
ketiga jika suatu saat perusahaan dibubarkan.

Karena hal ini menyangkut kelangsungan hidup perusahaan ( going concern)
maka akan mempengaruhi opini yang diberikan KAP terhadap kewajaran
laporan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Kedua hal tersebut diatas
(kerugian mencapai 50% atau 75% dari modal disetor) harus diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan. Namun sejak berlakukannya Undangundang No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, ketentuan tersebut tidak
berlaku lagi.
6. Menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK) aktiva tetap
harus dicatat/disajikan dalam neraca berdasarkan harga perolehannya
(acquisition cost).
Namun demikian jika ada peraturan pemerintah yang memperbolehkannya,
perusahaan dapat melakukan evaluasi aktiva tetap. Pengaruh dari dilakukannya
revaluasi aktiva tetap adalah nilai aktiva tetap meningkat dan kenaikan nilai
tersebut dicatat disisi kredit sebagai “selisih penilaian kembali aktiva tetap”

yang nantinya, dengan persetujuan kantor pelayanan pajak dapat dikonversikan
sebagai modal. Atas selisih penilaian kembali aktiva tetap dikenakan PPh 10%.
7. Adjustment ke Retained earnings (deficit) hanya diperbolehkan jika
menyangkut laba rugi tahun lalu yang jumlahnya material (besar) atau
menyangkut pembayaran pajak yang berasal dari STP (Surat Tagihan Pajak).
Atau SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar) walaupun jumlahnya

kecil.
8. Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), harus menggunakan nilai wajar
aktiva bukan kas yang diserahkan (disetor), yaitu nilai appraisal yang disetujui
Dewan Komisaris untuk PT yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau nilai
yang disepakati oleh dewan komisaris dan penyetor bentuk barang.
9. Waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan ekuitas biasanya tidak banyak,
kecuali jika :
a. Perusahaan banyak membuat koreksi retained earnings (deficit) sehingga
auditor harus memeriksa koreksi tersebut secara rinci (detailed).
b. Perusahaan dalam proses go public.
B. Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectivies) Ekuitas
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas ekuitas, termasuk
internal control atas transaksi jual beli saham, pembayaran deviden dan sertifikat
saham.
2. Untuk memeriksa apakah struktur ekuitas yang tercantum di neraca sudah sesuai
dengan apa yang tercantum di akta pendirian perusahaan.
3. Untuk memeriksa apakah izin-izin yang diperlukan dari pemerintah yang
menyangkut ekuitas (misalkan dari Departemen Kehakiman dan HAM, BKPM,
BKPMD, BAPEPAM, KPP dan SK Presiden RI) telah dimiliki oleh perusahaan.
4. Untuk memeriksa apakah perubahan terhadap ekuitas telah mendapat otorisasi baik

dari pejabat perusahaan yang berwenang (direksi, dewan komisaris), rapat
pemegang saham (RUPS) maupun dari instansi pemeritah.
5. Untuk meeriksa apakah setiap perubahan pada Retained Earnings atau
Accumulated Losses didukung oleh bukti-bukti yang sah.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian ekuitas di neraca sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK) dan hal-hal yang penting sudah
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan Ekuitas :
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas ekuitas.
Beberapa ciri dari internal control yang baik atas ekuitas :
a. Setiap perubahan modal (penambahan atau pengurangan) harus diotorisasi oleh
pejabat perusahaan yang berwenang dan instansi pemerintah.
Untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), setiap perubahan
harus melalui perubahan akta pendirian dan pengesaan dari Menteri Kehakiman
dan HAM.
Untuk perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal dalam negeri
(PMDN) harus diotorisasi oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam
Negeri, untuk PMA harus diotorisasi oleh BKPM dan disetujui oleh Presiden
Republik Indonesia melalui SK Presiden.

Untuk perusahaan yang (akan) go public harus mendapat persetujuan dari
Ketua Bapepam.
b. Pembagian dan pembayaran dividen harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan
yang berwenang.
Besarnya dividen yang akan dibagikan, diusulkan oleh Direksi Perusahaan dan
disahkan dalam RUPS.
Untuk perusahaan go public selama tiga tahun berturut-turut tidak membagikan
deviden, akan dikenakan sangsi oleh Bapepam, yaitu harus delisting
(Dikeluarkan dari bursa saham).
Dividen yang dibagikan perusahaan bisa dalam bentuk : cash dividen, stock
dividen, property dividend dan liquidating dividend.
Contoh jurnal entry untuk pembagian dan pembayaran dividen (perusahaan
yang menerima dividen memiliki minority interest dan mencatat investasinya
dengan cost method) :

Perusahaan Yang
Membagi Dividen

Perusahaan Yang
Menerima Dividen


Saat Deklarasi Dividen :
Dr. Dividen Kas (RE)
Cr. Hutang Dividien
Dividen Kas
Saat Pembayaran Dividen :
Dr. Hutang Dividen

Dr.

Dividen Kas
Cr.

Cr.

Pendapatan Dividen

Cash

Saat Deklarasi Dividen :

Dr. Dividen Saham (RE)
Cr. Hutang Dividen
Dividen Saham
Saat Pembayaran Dividen :
Dr. Hutang Dividen

- No Entry -

Cr. Paid In Capital

Dalam hal ini pembagian dividen saham, jumlah stockholders’ equity tidak
berubah, karena retained earnings berkurang dan paid in capital bertambah
dalam jumlah yang sama.
c. Digunakannya biro administrasi efek (stock transfer agent) untuk mengurus
pengadministrasian

saham

dan

pembayaran

deviden,

terutama

untuk

perusahaan yang sudah go public.
Dengan adanya biro tersebut, perusahaan tidak direpotkan dalam pencatatan
mutasi saham yang sudah dijual ke masyarakat.
d. Setiap perubahan (adjustment) retained earnings/deficit diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang dan didukung oleh bukti-bukti yang lengkap.
2. Untuk memeriksa apakah struktur ekuitas yang tercantum di neraca sudah sesuai
dengan apa yang tercantum di akta pendirian perusahaan.
Maksudnya bahwa jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor, baik
dalam jumlah lembar saham maupun nilai nominal yang tercantum di akta
pendirian harus sesuai dengan jumlah yang tercantum di neraca.
Selain itu auditor harus memeriksa dan yakin bahwa modal disetor betul-betul
sudah disetor oleh pemegang saham.
3, 4 dan 5 sudah cukup jelas.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian ekuitas di neraca dan catatan atas laporan
keuangan sudah sesuai dengan SAK.

C. Prosedur Audit Yang Disarankan
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas ekuitas dan transaksi jual beli saham,
pembagian dan pembayaran dividen dan sertifikat saham.
2. Minta copy dari akta pendirian, SK Pengesahan Menteri Kehakiman dan HAM, SK
BKPM/BKPMD, SK Bapepam, SK Presiden, untuk disimpan dalam permanent
file.
3. Cocokkan data yang ada dalam akta pendirian tersebut dengan modal yang
tercantum di neraca dan penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan.
4. Untuk perusahaan yang baru didirikan dan perusahaan yang mempunyai tambahan
setoran modal dalam periode yang diperiksa, periksalah bukti setoran dan bukti
pembukuan lainnya serta otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang dan
instansi pemerintah.
5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan :
-

Beberapa modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor serta premium dan
discount dari penjualan saham.

-

Jenis saham yang dimiliki perusahaan, berapa jumlah

common stock dan

preferred stock baik dalam jumlah lembar maupun nilai nominalnya.
-

Rincian pemegang saham.

6. Periksa dokumenk pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan retained
earnings/deficit, untuk mengetahui apakah perubahan tersebut sudah diotorisasi
oleh pejabat perusahaan yang berwenang dan apakah adjustment ke retained
earnings/deficit memang reasonable dan jumlahnya cukup materil.
7. Seandainya ada pembagian dividen, periksa apakah :
-

Dividen dibagika dala betuk cash dividend, stock dividend, atau property
dividend.

-

Pencatatannya sudah benar (baik pada waktu deklarasi dividen maupun pada
saat pembayaran dividen)

-

Sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang (melalui notulen
rapat direksi dan rapat umum pemegang saham).

-

Aspek perpajakannya sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan (accumulated losses/deficit) sda
melebihi modal disetor, kalau ini terjadi pertimbangan going concern perusahaan.

9. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke pemegang saham atau biro
administrasi efek (stock transfer agent).
10. Seandainya ada treasury stock;
-

Periksa bukti pembelian dan otorisasinya.

-

Periksa bukti penjualannya dan otorisasinya (jika treasur stock dijual kembali)

-

Tanyakan kepada manajemen tujuan pembelian treasury stock (apakah untuk
memperbaiki harga pasar saham perusahaan atau untuk dibagikan sebagai
saham bonus)

-

Perhatikan bahwa treasury stock tidak berak atas pembagian deviden.

11. Periksa apakah penyajian ekuitas di neraca dan catatan atas laporan keuangan
sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK).
12. Buat kesimpulan mengenai kewaaran ekuitas.
Penjelasan Prosedur Audit
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas ekuitas.
Untuk mempelajari dan mengevaluasi internal control atas ekuitas biasanya
diguakan internal control questionnares (ICQ) atau penjelasan narrative.
Prosedur 2 dan 3 sudah cukup jelas.
4. Periksa bukti setoran dan otorisasi untuk penambahan setoran modal.
Caranya lihat buku besar untuk perkiraan modal, periksa apakah ada transaksi
kredit dalam perkiraan tersebut. Jika ada periksa apakah voucher referencenya
berapa journal vocher atau bukti penerimaan kas/bank.
Jika referencenya bukti penerimaan kas/bank berarti setoran modal dilakukan
dalam bentuk uang tunai (fresh money) dan auditor harus memeriksa bukti
penerimaan kas atau kredit nota dari bank.
Jika referencenya journal voucher, berarti setoran modal dilakukan dalam bentuk
aktiva non cash, misalnya aktiva tetap, persediaan, surat berharga dan lain-lain
(dalam bentuk inbreng).
Dalam hal ini auditor harus memeriksa journal voucher dan bukti pendukungnya,
biasanya jika disetor dalam bentuk inbreng ada laporan dari appraisal mengenai
nilai aktiva non cash yang dijadikan setoran modal.
Periksa apakah setoran modal dalam bentuk tunai, beberapa waktu kemudian
ditarik kembali oleh pemegang saham dan oleh perusahaan dicatat sebagai piutang

pemegang saham. Berdasarkan UU Perseroan Terbatas No. 1 Tahun 1995, hal
tersebut tidak diperbolehkan dan dari segi peraturan pajak jika ada piutang
pemegang saham akan dikenakan pajak penghasilan atas bunga.
Selain itu perusahaan go public bisa menambah modal disetornya dengan
melakukan right issue, yaitu mengeluarkan tambahan saham ditempatkan yang hak
utama untuk membelinya diberikan kepada pemegang saham lama (misalnya setiap
pemegang 3 saham lama diberi hak untuk membeli 1 saham baru). Jika pemegang
saham lama tidak ingin menggunakan haknya, hak tersebut bisa dialihkan ke pihak
lain.
5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan besarnya modal, jenis saham dan rincian
pemegang saham.
6. Periksa dokumen pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan retained
earnings/deficit.
Caranya periksa buku besar untuk perkiraan retained earnings/deficit, apakah ada
transaksi debit dan transaksi kredit. Jika ada periksa voucher referencenya dan
bukti pendukungnya.
Jika perusahaan membayar kekurangan penyetoran pajak untuk tahun-tahun yang
lalu, berikut dendanya, berdasarkan SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar), atau STP (Surat Tagihan Pajak), maka voucher referencenya berupa bukti
pengeluaran kas/bank dan bukti pendukungnya adalah SSP (Surat Setoran Pajak).
Jika koreksi ke Retained earnings/deficit berasal dari koreksi yang menyangkut
pendapatan atau biaya tahun-tahun yang lalu, harus diperiksa kewajaran alasannya
dan kelengkapan bukti pendukung serta otorisasinya dan jumlah harus material.
Jika jumlahnya tidak material, harus dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi
tahun berjalan.
Prosedur no.7 sudah cukup jelas
8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan sudah melebihi modal disetor.
Jika hal ini terjadi, auditor harus menjelaskan kepada klien bahwa hal ini
mempengaruhi keyakinan auditor terhadap kelangsungan hidup perusahaan (going
concern).
Dalam hal ini auditor tidak dapat memberikan unqualified opinion (pendapat wajar
tanpa pengecualian) karena going concern perusahaan diragukan. Namun jika
manajemen dapat meyakinkan auditor bahwa dalam waktu singkat akan dilakukan
tambahan setoran modal atau di tahun-tahun berikutnya, perusahaan akan dapat

meningkatkan efisiensi dan labanya, maka bisa saja auditor memberikan
unqualified opinion.
9. Pertimbangkan konfirmasi ke pemegang saham atau Biro Administrasi Efek.
Untuk perusahaan yang belum go public harus dipertimbangkan atau ditanyakan
dulu ke klien apakah ada pemegang saham yang keberatan jika dikirimi konfirmasi.
Sedangkan untuk perusahaan yang sudah go public, konfirmasi bisa dikirimkan ke
Biro administrasi efek yang ditugaskan oleh klien untuk mengelola administrasi
sahamnya.
10. Periksa treasury stock
Auditor perlu mengingat bahwa pembelian treasury stock biasanya dicatat dengan
menggunakan cost method.
Pada saat treasury stock dijual kembali akan timbul paid in capital trom sale of
treasury stock, sebesar selisih antara harga jual dan harga beli dari treasury stock
tersebut.
11. Periksa apakah penyajian ekuitas sudah sesuai dengan SAK.
12. Buat kesimpulan mengenai kewajaran ekuitas.

Lampiran 1.

Contoh Internal Control Questionnaires Atas Ekuitas

Lampiran 2.

Contoh Top Schedule Ekuitas

Lampiran 3.

Contoh Supporting Schedule Modal Disetor

Lampiran 4.

Contoh Supporting Schedule Laba (Rugi) Ditahan

Lampiran 5.

Contoh Penyajian Ekuitas di Neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan

DAFTAR PUSTAKA