BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. URAIAN - Analisispengaruh Faktor Kekasaran Dengan Persamaan Hazen William Dan Darcy Weisbach Terhadap Kecepatan Aliran Dan Kehilangan Tenaga Pada Pipa Dengan Watercad Versi 8i

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. URAIAN

  Dalam menyusun skripsi ini, telah dilakukan tinjauan pustaka oleh penulis dan ternyata ada beberapa mahasiswa/I sebelumnya menulis dalam masalah yang hampir sama bahkan menyerupai dengan judul yang akan penulis buat. Oleh karena itu, untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti ”menduplikat” hasil karya orang lain, maka penulis perlu mempertegas perbedaan antara masing-masing judul dan masalah yang dibahas, yaitu sebagai berikut : “ Membandingkan Besar Kecepatan Aliran dan Kehilangan Tenaga antara Pipa Berbahan Tembaga dengan Berbahan Beton dengan Layout Jaringan Pipa serta Dimensi yang sama Menggunakan Metode Hardy-Cross dan juga Mensimulasikannya ke dalam Software WaterCAD V8i ” oleh LEO FERNANDO SITANGGANG/ NIM 100404078 .

  Sedangkan judul skripsi penulis “Analisis Pengaruh Faktor Kekasaran Dengan Persamaan Hazen William Dan Darcy Weisbach Terhadap Kecepatan Aliran Dan Kehilangan Tenaga Pada Pipa Dengan Watercad Versi 8i“

  Dari beberapa metode yang telah dikembangkan untuk analisis jaringan pipa, diantaranya adalah metode keseimbangan head. Metode keseimbangan head adalah metode yang paling awal digunakan untuk analisis jaringan pipa. Metode keseimbangan head dipakai untuk sistem pipa yang membeniuk loop tertutup.

  Dengan metode keseimbangan head laju aliran pipa diasumsikan ,memenuhi kebutuhan setiap jaring (loop), dan setiap percabangan laju aliran tersebut harus memenuhi kriteria kontinuitas. Laju aliran berturut-turut disesuaikan dari satu loop dengan loop yang lain, sampai laju aliran tiap-tiap loop dicukupi dalam suatu toleransi kecil yang telah ditetapkan (Cross, 1936).

2.2. DASAR TEORI

2.2.1. Metode Pendistribusian Air pada Pipa

  Di dalam pendistribusian air diperlukan cara untuk mengalirkan air agar air dapat mengalir dari sumber air ke semua pemakai air. Adapun metode pendistribusian air terdiri dari tiga tipe sistem yaitu Sistem Gravitasi, Sistem Pemompaan, dan Sistem Gabungan.

  2.2.1.1 Sistem Gravitasi

  Metode pendistribusian dengan sistem gravitasi bergantung pada topografi sumber daya air yang ada dan daerah pendistribusiannya. Biasanya sumber air ditempatkan pada daerah yang lebih tinggi dari daerah distribusinya, agar air yang didistribusikan dapat mengalir dengan sendirinya tanpa pompa. Adapun keuntungan dengan sistem ini yaitu energi yang dipakai tidak membutuhkan biaya dan sistem pemeliharaannya murah.

  2.2.1.2. Sistem Pemompaan

  Metode ini menggunakan pompa dalam mendistribusikan air menuju lokasi pemakaian air. Pompa langsung dihubungkan dengan pipa yang menangani pendistribusian. Dalam pengoperasiannya pompa terjadwal untuk beroperasi sehingga dapat menghemat pemakaian energi. Keuntungan dari metode ini yaitu tekanan pada daerah distribusi dapat terjaga.

  Metode ini merupakan gabungan antara metode gravitasi dan pemompaan yang biasa digunakan untuk daerah distribusi yang berbukit-bukit dan pendistribusian air di gedung bertingkat.

  Fluida

  2.3. Kecepatan dan Kapasitas Aliran

  Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang memungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga pengukuran kecepatan merupakan fase yang sangat penting dalam menganalisa suatu aliran fluida. Kecepatan dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap waktu yang dibutuhkan suatu partikel untuk bergerak sepanjang jarak yang telah ditentukan.

  Kapasitas aliran (Q) untuk fluida yang inkompresibel (Ihwanda,2000). yaitu:

  Q = A . v …………………………………………………………………….(2.1)

  Di mana:

  Q= Kapasitas aliran = (m3/s), A = luas penampang aliran (m2),

  v = kecepatan aliran fluida (m/s) Untuk nilai kecepatan searah gaya gravitasi, maka kecepatan dihitung berdasarkan tinggi jatuh air atau

  √(2gh) , maka diperoleh persamaan:

  2 Q = …….…………………………………………...(2.2)

  √(2gh) x 0,25 π D

  2.4. Jenis Aliran Fluida

  Aliran fluida dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu aliran laminar, aliran transisi, dan aliran turbulen. Jenis aliran ini didapat dari hasil eksperimen yang dilakukan oleh Osborne Reynold tahun 1883 yang mengklasifikasikan aliran menjadi 3 rata V maka dapat diketahui jenis aliran yang terjadi. Berdasarkan eksperimen tersebut maka didapatkan bilangan Reynold di mana bilangan ini tergantung pada kecepatan fluida, kerapatan, viskositas, dan diameter.

  Aliran dikatakan laminar jika partikel-partikel fluida yang bergerak teratur mengikuti lintasan yang sejajar pipa dan bergerak dengan kecepatan sama. Aliran ini terjadi apabila kecepatan kecil dan atau kekentalan besar. Aliran disebut turbulen jika tiap partikel fluida bergerak mengikuti lintasan sembarang di sepanjang pipa dan hanya gerakan rata-rata saja yang mengikuti sumbu pipa. Aliran ini terjadi apabila kecepatan besar dan kekentalan zat cair kecil.

  Aliran laminar Re < 2000 Aliran Turbulen Re > 4000 Aliran Transisi 2000 < Re < 4000 Bilangan Reynold (Re) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

  ρ . D .

  V Re ………………………………………………………………(2.3)

  = µ

  Di mana:

  ρ = massa jenis fluida (kg/m3), d = diameter pipa (m), V = kecepatan

  aliran fluida (m/s),

  μ = viskositas dinamik fluida (Pa.s)

  Karena viskositas dinamik dibagi dengan massa jenis fluida merupakan viskositas kinematik (v) maka bilangan Reynold dapat juga dinyatakan

  D .

  V

  …………………………………………………………..……..(2.4)

  Re = v

  Di bawah ini tabel nilai viskositas kinematik air :

Tabel 2.1. Nilai – nilai Viskositas Kinematik air, ν

  Sumber: Kerry J.Howe ,dkk, John Wiley & Sons, Inc. (2012). Principles of Water

  Treatment Head

2.5. Energi dan

  Energi biasanya didenefisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Kerja merupakan hasil pemanfaatan tenaga yang dimiliki secara langsung pada suatu jarak tertentu. Energi dan kerja dinyatakan dalam satuan N.m (Joule).

  Setiap fluida yang sedang bergerak selalu mempunyai energi. Dalam menganalisa masalah aliran fluida yang harus dipertimbangkan adalah mengenai energi potensial, energi kinetik dan energi tekanan.

  Energi potensial menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu aliran fluida karena adanya perbedaan ketinggian yang dimiliki fluida dengan tempat jatuhnya.

  Energi potensial (Ep) (Ihwanda,2000) dirumuskan sebagai:

  Ep = W z .

  ……………………………………………………………....(2.5) Di mana: W = berat fluida (N), z = beda ketinggian (m) Energi kinetik menunjukkan energi yang dimiliki oleh fluida karena pengaruh kecepatan yang dimilikinya. Energi kinetik dirumuskan sebagai:

  1 2 Ek = m . v

  2

  …………………………………………………………....(2.6) Di mana: m = massa fluida (kg), v = kecepatan aliran fluida (m/s2) m = W/g , maka 2

  1 W . v

  Ek =

  2 g …………………………………………………...……...(2.7)

  Energi tekanan disebut juga dengan energi aliran yaitu jumlah kerja yang dibutuhkan untuk memaksa elemen fluida bergerak menyilang pada jarak tertentu dan berlawanan dengan tekanan fluida. Besarnya energi yang disebabkan tekanan (Ef) dirumuskan sebagai:

  P . W Ef =

  γ ……………………………………………………………...…(2.8)

  Total energi yang terjadi merupakan penjumlahan dari ketiga macam energi diatas 2 1 . .

  W v P W

  • dirumuskan sebagai: E = W . Z 2 g γ

  …………………………..…..(2.9) Persamaan ini dapat dimodifikasi untuk menyatakan total energi dengan head (H) dengan membagi masing-masing variabel di sebelah kanan persamaan dengan W 2 1 v P

  • (berat fluida) dirumuskan sebagai: H = Z

  2

  g γ

  …………………….(2.10)

2.6. Kerugian Tinggi Tekan ( Head Loss)

  Kerugian tinggi-tekan terdiri atas kerugian tinggi-tekan mayor dan minor, atau head losses mayor dan head losses minor. Head losses mayor disebabkan karena kerugian gesek di dalam pipa-pipa, dan head losses minor disebabkan karena kerugian di dalam belokan-belokan, reduser, katup-katup, dan sebagainya.

  Istilah head loss muncul sejak diawalinya percobaan-percobaan hidrolika abad ke sembilan belas, yang sama dengan energi persatuan berat fluida. Arti head loss sendiri adalah hilangnya energi mekanik persatuan massa fluida. Sehingga satuan Head loss adalah satuan panjang yang setara dengan satu satuan energi yang dibutuhkan untuk memindahkan satu satuan massa fluida setinggi satu satun panjang yang bersesuaian.

  (Major Losses)

2.6.1Kerugian Tinggi Tekan Mayor

  Bila fluida mengalir melalui suatu pipa dan tekanan fluida diukur pada dua tempat sepanjang pipa, akan dijumpai kenyataan bahwa tekanan berkurang dalam arah aliran. Penurunan tekanan ini disebabkan karena gesekan fluida pada dinding pipa. Penurunan tekanan (

  ∆p) sepanjang pipa (L). Dalam kajian ini digunakan persamaan Hazen-Williams dan Darcy-

  Weisbach

2.6.1.1. Persamaan Hazen-Williams

  hf = S .L , jadi dapat diturunkan sebagai berikut: 1 . 85  

  Q hf = . L . 63

    hw * . 849 A C * R  

  • …………………………………………..(2.11)

  Dimana :

  0.63

0.54 Q = 0.849 . Chw . A . R . S ………………………….……………….(2.12)

  2

  , jadi : dengan mensubstitusi A = 0.25 π D

  2,63 0,54………..

  Q = 0,27853 C.D S …………………………….……………….(2.13)

3 Q = debit aliran pada pipa (m /det),

  0.849 = konstanta, Chw = koefisien kekasaran Hazen-Williams,

2 A = Luas penampang aliran (m ),

  2 π A . 25 . . D D

  R = Jari-jari hidrolis (m) = = = π

  P . D

  4

  h f

  S = kemiringan garis energi (m/m) =

  L

  hf = kehilangan tinggi tekan mayor (m), D= Diameter pipa (m), L = panjang pipa (m)

Tabel 2.2 Harga Koefisien Kekasaran Pipa Hazen- William

2.6.1.2. Persamaan Darcy-Weisbach

  Persamaan Darcy berlaku untuk aliran laminer atau turbulen. Faktor gesekan untuk laminer dapat dihitung secara analisis sedangkan untuk aliran turbulen harus ditentukan secara empiris. 2 f . L ..

  V

h = …………………...………………………….……………….(2.14)

F D .

  2 g Dimana: hf = kerugian head karena gesekan (m) f = faktor gesekan (diperoleh dari diagram Moody) D = diameter pipa (m) L = panjang pipa (m) V = kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/det) g = percepatan gravitasi = 9,81 m/det2 Q = A.V

  Diagram Moody memberikan faktor gesekan pipa. Faktor ini dapat ditentukan oleh bilangan Reynold dan kekasaran relatif dari pipa.Bila pipa semakin kasar, maka kemungkinan turbulent akan semakin besar. Kekasaran relatif dapat didefinisikan sebagai : e/D……………………………………………………………………………(2.15) dengan,e = absolute roughness atau kekasaran relatif,( tergantung oleh jenis bahan material pipa) Berikut ini tabel dari nilai absolute roughness ,e , untuk setiap jenis bahan material pipa:

Tabel 2.3. Nilai absolute roughness ,e

  Sumber : Houghtalen, Robert J (2010) D = diameter of pipe sedangkan bilangan reynold didefinisikan sebagai:

  D .

  V R = v

  dengan, R = Reynolds number D = diameter V = velocity

  ν = kenimatic viscosity of fluid NB: Faktor gesekan pada aliran turbulen

  • Tergantung pada bilangan Reynold dan kekasaran relative
  • Harus ditentukan secara empiris (grafik, tabel, persamaan empiris)

Gambar 2.1. Diagram Moody

  Sumber: Bambang Triatmodjo, 2013 Untuk aliran laminar nilai f dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

  64 f =

  Re

  Untuk aliran turbulen dapat digunakan persamaan Swamee-Jain yang dikembangkan untuk memperoleh faktor gesekan, f selain menggunakan diagram Moody dimana nilai Re dan e/d sudah diketahui : .

  25

  f

  = ..……………………………………………..(2.16) 2e / D 5 . 74 

   

      3 .

  • log

  7 Re  

   

  • 6 -2

  8

  syarat 10 <e/D <10 dan 5000 <Re < 10

2.6.2.Kerugian Head Minor (Minor Losses)

  Ada berbagai macam kehilangan tinggi tekan minor sebagai berikut:

  1. Kehilangan Tinggi Minor karena Pelebaran Pipa

  2. Kehilangan Tinggi Minor karena Penyempitan Mendadak pada Pipa

  3. Kehilangan Tinggi Minor karena Mulut

  4. Kehilangan Tinggi Minor karena Belokan pada Pipa 5. Kehilangan Tinggi Minor karena Sambungan dan Katup pada Pipa

2.7. ALIRAN DALAM SISTEM PIPA

  Sistem jaringan pipa berfungsi untuk mengalirkan zat cair dari satu tempat ke tempat lain. Aliran terjadi karena adanya perbedaan tinggi tekanan di kedua tempat, yang bisa terjadi karena adanya perbedaan elevasi muka air atau karena adanya tambahan energi dari pompa. Sistem jaringan pipa biasanya digunakan untuk mendistribusikan air di daerah perkotaan (air minum), mengalirkan minyak dari lokasi pengeboran ke lokasi pengolahan dan lain lain.

  Sistem distribusi jaringan pipa pada daerah perkotaan atau kawasan industri yang besar bisa sangat komplek. Pada bab ini akan dibahas sistem jaringan pipa yang sederhana, yang dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

  1. Aliran dalam pipa seri

  2. Aliran dalam pipa paralel 3. Aliran dalam jaringan pipa

2.7.1 Aliran Dalam Pipa Seri

  Bila dua buah pipa atau lebih yang mempunyai diameter atau kekasaran berbeda dihubungkan sehingga zat cair dapat mengalir dalam pipa yang satu ke

  8-1. menunjukkan suatu sistem yang terdiri dari dua buah reservoir yang dihubungkan dengan dua buah pipa yang dihubungkan secara seri.

  Persoalan pada pipa seri pada umumnya adalah menentukan besarnya debit aliran Q bila karakteristik masing-masing pipa, yaitu : panjang : L , L ; diameter : D ,

  1

  2

  1 D 2 ; koefisien gesekan f 1 , f 2 dan beda tinggi elevasi muka air pada kedua reservoir

  diketahui atau menentukan perbedaan elevasi muka air H bila debit dan karakteristik pipa diketahui.

Gambar 2.2. Pipa Seri

  Persamaan yang digunakan untuk menyelesaikan aliran dalam pipa seri adalah : Persamaan Kontinuitas :

  Q = Q = Q 1 2

  ...................................................................................(2.17) Persamaan Bernoulli di titik (1) dan titik (2) :

  • = + +

  H h h h h h c f 1 f 2 e d

  ...........................................................(2.18) Dengan menggunakan persamaan Darcy-Weisbach dan persamaan kehilangan energi sekunder, maka persamaan (3-2) menjadi : 2 2 2 2 2

  v L × v L × v ( vv ) v 1 1 1 2

2

1 2 2 H = 0 5 , f f 1 2 + + + + 2 × g D × × 1 2 g D × × 2 2 g 2 × g 2 × g

  …….…….(2.19)

  Q Q v = v = 1 1 2 2 1 2

  × × D × × D 4 π π 1 4 2

2.7.2 Aliran Dalam Pipa Paralel

  Kombinasi dari dua atau lebih pipa seperti ditunjukkan pada Gambar 8-3 sehingga aliran terbagi ke masing-masing pipa dan kemudian bergabung kembali, disebut sebagai susunan pipa paralel. Pada susunan pipa seri, debit aliran pada semua pipa adalah sama dan kehilangan energi merupakan penjumlahan dari kehilangan energi pada semua pipa, sedangkan dalam pipa paralel, kehilangan energi pada setiap pipa adalah sama dan debit aliran merupakan penjumlahan dari debit pada setiap pipa.

Gambar 2.3. Pipa Paralel

  Dalam perhitungan tinggi kecepatan biasanya diabaikan, sehingga garis energi berimpit dengan garis tekan.

  Dari Gambar 2.3 di atas, persamaan untuk menyelesaikan pipa paralel adalah :

  ppA B h = h = h = h = zz f 1 f 2 f 3 fAB A B + +

    γ γ

   

  ………….......(2.20)

  • Q = Q Q Q ………………………………………..(2.21)

  1

  2

  3

  dimana z A , z B adalah elevasi titik A dan B, dan Q adalah debit pada pipa utama Terdapat dua persoalan pada pipa paralel, yaitu :

  2) Diketahui Q, dicari distribusi debit pada setiap pipa dan besarnya kehilangan energi Pada kedua persoalan di atas, diameter pipa, sifat zat cair dan kekasaran pipa diketahui.

  Persoalan pertama, sesungguhnya merupakan persoalan pipa sederhana untuk menentukan debit, karena kehilangan energi sama dengan penurunan garis gradien hidrolik. Debit pada setiap pipa dijumlahkan untuk mendapatkan debit total. Persoalan kedua lebih rumit, karena baik kehilangan energi maupun besarnya debit untuk pipa yang manapun tidak diketahui. Untuk itu bisa digunakan langkah berikut untuk menyelesaikan masalah yang kedua. 1) Misalnya debit pada pipa 1 adalah Q 1 2 / 1 2 /

  

1

h = h h h

  2) ⇒ = f f f 1 f 2

  1

  2 × f × L × f × L

  8 1 1 2

  8 2

2

2 2 5 Q = Q atau 1 2

5

2

  π × × g D π × × g D 1 1 2 / 1 2 / 5 2 / 2

        f L D 1 1 2 Q Q 2 =      

1

f   L   D2 1 2 / 1 2 / 5 2 / 2 1       f L D 1 1 3 Q = Q 3      

1

f L D

        3 3 1

  , , 3) Q = Q Q Q , sehingga Q Q Q dapat dihitung + +

  1

  2

  3

  1

  2

  

3

  4) Hitung kehilangan energi

2.7.3. Aliran dalam jaringan Pipa

  Suatu jaringan pipa terbentuk dari pipa-pipa yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga aliran keluar pada suatu titik bisa berasal dari beberapa jalur pipa. Sistem jaringan pipa banyak dijumpai pada jaringan suplai air bersih kota. Suatu jaringan kota sering rumit dan diperlukan suatu desain sistem distribusi yang efisien dan efektif sehingga kriteria besarnya tekanan dan debit pada setiap titik dalam jaringan dapat dipenuhi.

  Analisis jaringan suatu kota cukup rumit dan memerlukan perhitungan yang besar, dalam banyak hal perhitungan dengan bantuan kalkulator tidak mampu, sehingga diperlukan bantuan komputer. Perangkat lunak untuk membantu kecepatan dan ketelitian perhitungan banyak tersedia di pasar dari yang sederhana sampai yang sangat rumit dan berharga mahal. Ada beberapa metoda untuk menyelesaikan perhitungan sistem jaringan pipa, diantaranya adalah metoda Hardy Cross dan metoda Matriks. Dalam skripsi ini perhitungan sistem jaringan pipa akan diselesaikan menggunakan metoda Hardy Cross.

Gambar 2.4. Jaringan Pipa

  Pada jaringan pipa yang kompleks pemakaian persamaan Hazen williams sangat mempermudah dibandingkan dengan persamaan lain. Perhitungan jaringan dan terdapat persyaratan yang harus dipenuhi pada sebuah lokasi serta proses interasi penentuan head loss pada tiap pipa. Sebuah jaringan yang terdiri dari beberapa pipa mungkin membentuk beberapa loop dan sebuah pipa mungkin dipakai secara bersama-sama oleh dua loop. Seperti Hukum Kirchoff pada rangkaian listrik, maka pada jaringan pipa terdapat dua syarat yang harus dipenuhi

  1. Aliran netto ke sebuah titik pertemuan harus sama dengan nol atau laju aliran ke arah titik pertemuan harus sama dengan laju aliran dari titik pertemuan yang sama

  2. Head loss netto di seputar sebuah loop harus sama dengan nol. Metode iterasi untuk perhitungan loop jaringan pipa disebut metode Hardy-Cross. Metode ini memberikan nilai koreksi kapasitas aliran pada tiap pipa dari perbandingan head loss yang diasumsikan sebelumnya.

  Metode Hardy Cross digunakan untuk jaringan pipa loop tertutup. Laju aliran keluar sistem secara umum diasumsikan untuk setiap percabangan, pengasumsian ini menentukan laju aliran yang seragam dalam saluran pipa yang dapat menyederhanakan analisis. Dengan mengetahui laju keluaran pada percabangan, metode Hardy Cross didasarkan dengan prosedursecara iterasi pada awal perhitungan laju aliran dalam pipa. Pada setiap percabangan laju aliran tersebut harus memenuhi kriteria kontinuitas. Setiap pipa dari sistem jaringan terdapat hubungan antara kehilangan tenaga dan debit.

  Langkah perhitungan dengan metode Hardy-Cross adalah sebagai berikut :

  1. Mengasumsikan besar dan arah kapasitas aliran pada tiap pipa dengan berpedoman pada syarat 1, yaitu total aliran pada tiap titik pertemuan mempunyai jurnlah aljabar sama dengan nol.

  2. Membuat tabel perhitungan untuk analisa tiap loop tertutup.

  3. Menghitung head loss dalam setiap pipa

  4. Menentukan arah aliran dan head loss, yaitu positif untuk arah aliran yang searah jarum jam dan negatif untuk arah aliran yang berlawanan dengan jarum jam

  5. Menghitung jumlah aljabar head loss pada setiap loop

  6. Menghitung total head loss per laju aliran, hf /Q untuk setiap pipa dan menentukan jumlah aljabar dari perbandingan tersebut untuk tiap loop.

  7. Menentukan koreksi aliran untuk tiap loop dengan rumus

  Σ h fQ = ............................................................................(2.22) 1 . 85 Σ h / Q * f

  Koreksi ini diberikan pada setiap pipa dalam loop dengan ketentuan ditambahkan untuk aliran yang searah jarum jam dan di kurangkan untuk aliran yang berlawanan dengan jarum jam. Untuk pipa yang digunakan secara bersama dengan loop lain, koreksi aliran untuk pipa tersebut adalah harga total dari koreksi-koreksi untuk kedua loop .

  8. Mengulangi langkah 1 sampai dengan langkah ke 7 sampai nilai koreksi aliran sekecil mungkin.

2.8. PENGENALAN TENTANG SOFTWARE WATERCAD V8I

  Beberapa program komputer di bidang rekayasa dan perencanaan sistem jaringan distribusi air bersih diantaranya adalah program Loops, Wadiso, Epanet 1.1, Epanet 2.0, WaterCAD, dan WaterNet. Dalam studi ini digunakan program

  

WaterCAD versi 8 i dikarenakan program ini tergolong baru dan belum banyak diketahui dalam fungsinya untuk menganalisis perbedaan kecepatan aliran dan mayor loss pada masing masing pipa .

  Berikut ini pengenalan singkat tentang software WaterCAD v8i:

Gambar 2.5. Tampilan Penuh Ruang Kerja pada WaterCAD v8iGambar 2.6. Tampilan Menubar pada WaterCAD v8iGambar 2.7. Toolbars pada WaterCAD v8iGambar 2.8. Layout Toolbars pada WaterCAD v8i

  Keterangan : Layout toolbar ini berfungsi mendefinisikan objek seperti reservoir, pipa, tank, junction, pompa pada jaringan pipa sehingga dapat disimulasikan layaknya sistem jaringan pipa sebenarnya.

Gambar 2.9. Tampilan Background Layers pada WaterCAD v8i Keterangan : Background layers berfungsi menampilkan peta layout jaringan pipa yang bersumber dari aplikasi lain seperti AutoCAD sehingga dapat diplot kedalam WaterCAD untuk dijadikan acuan gambar skema jaringan pipa.

Dokumen yang terkait

Analisispengaruh Faktor Kekasaran Dengan Persamaan Hazen William Dan Darcy Weisbach Terhadap Kecepatan Aliran Dan Kehilangan Tenaga Pada Pipa Dengan Watercad Versi 8i

37 265 123

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sepsis 2.1.1. Infeksi dan Inflamasi - Penurunan Kadar Laktat Pada Pemberian Norepinefrin Dengan Plasebo Dan Norepinefrin Dengan Adjuvan Vasopresin Pada Pasien Syok Sepsis

0 0 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pisau Egrek - Pengaruh Proses Deformasi Plastis Dengan Metode Hammering Terhadap Sifat Mekanis Dan Microstruktur Baja Bohler K460 (AISI O1)

0 0 33

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Pengeringan - Rancang Bangun Kompresor Dan Pipa Kapiler Untuk Mesin Pengering Pakaian Sistem Pompa Kalor Dengan Daya 1PK

0 1 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Dan Simulasi Keefektifan Alat Penukar Kalor Tabung Sepusat Dengan Variasi Kapasitas Aliran Fluida Panas, Kapasitas Aliran Fluida Dingin, Dan Suhu Masukan Fluida Panas Dengan Aliran Sejajar

1 3 42

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Garam 2.1.1. Pengertian Garam - Penetapan Kadar Iodium Pada Garam Konsumsi Beriodium Dan Garam Meja Dengan Metode Argentometri

0 1 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. BATASAN PERSALINAN ABNORMAL - Determinan Faktor Risiko Dalam Terjadinya Persalinan Dengan Tindakan Di RSUP.H.Adam Malik Medan Dan RSUD.Dr.Pirngadi Medan Selama Tahun 2012

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air 2.1.1. Sifat air - Analisa Kadar Klorida Pada Air Minum Dan Air Sumur Dengan Metode Argentometri

0 1 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Simulasi Analisa Suhu Pendingin Dan Aliran Fluida Pada Kotak Pendingin Yang Menggunakan Elemen Pendingin Termoelektrik Dengan Sumberenergi Surya

1 1 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori - Analisis Faktor Teknikal Dan Faktor Fundamental Pengaruhnya Terhadap Pengambilan Keputusan Pada Trading Forex

0 0 13