BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi - Persepsi Remaja Tehadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1. Persepsi

  Menurut Thoha (1998: 23) persepsi adalah proses kognitif yang dialami penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Persepsi merupakan penafsiran yang unik dasar seperti berfikir, mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti sikap, kepercayaan dan pengharagaan yang kesemuanya merupakan faktor yang menentukan perilaku.

  2.2 Remaja

  Aristoteles mengatakan bahwa remaja adalah orang yang berumur 14-21 tahun. Menurut Stanley hall masa remaja itu berkisar dari umur 16-21 tahun. Sedangkan menurut DR. Zakiah Daradjat masa remaja itu lebih kurang antara13-21 tahun. (Sofyan, 2012:23)

  Remaja berasal dari kata Latin: adolensence, yang berari tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini mempunyai arti yang lebih luas lagi mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak juga dewasa atau tua. masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan, karena ia belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Tapi justru pada masa inilah butuh perhatian khusus karena remaja sedang berada pada proses pencarian jati diri. ibarat tubuh, masyarakat terkadang juga bisa ‘sakit’.

  Sebagai makhluk yang mempunyai sifat egoisme tinggi, maka remaja mempunyai pribadi yang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan luar. Seks bebas di kalangan generasi muda pun kian marak terjadi dan menjadi pembicaraan hangat. Mengurai ketimpangan tersebut, ada beberapa faktor yang menjadi akar penyebab dari seks bebas itu. Seperti pengaruh dari media massa, pengaruh budaya barat, kurangnya pendidikan agama, dan juga pengabaian dalam keluarga yang kemudian dijadikan sebagai sebuah cerminan. Hal itu menunjukkan bahwa selama Maret 2013 14:23 WIB).

2.3 Peranan

  Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). apabila seseorang yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan suatu peranan. peranan dapat membimbing seseorang dalam berprilaku, karena fungsi peran itu sendiri adalah :

  1. memberi arah pada proses sosialisasi.

  2. pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan.

  3. dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat.

  4. menghidupkan system pengendali dan control, sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat.(Narwoko, 2007 :160)

  Horton dan Hunt mengemukakan bahwa peran adalah perilaku yang di harapkan dari seseorang yang mempunyai status. Bahkan dalam suatu status tunggal pun orang dihadapkan dengan sekelompok peran yang disebut sebagai perangkat peran. Istilah seperangkat peran (role set) digunakan untuk menunjukkan bahwa satu status tidak hanya mempunyai satu peran tunggal, akan tetapi sejumlah peran yang saling berhubungan dan cocok (http://id.shvoong.com).

  Peranan mencangkup 3 (tiga) hal, yaitu : 1. peranan mengikuti dihubungkan dengan posisi dari tempat seseorang dalam masyarakat. peranan dalam arti merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

  3. peranan juga dapat dikatakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial.

  (Sunarto, 1996:55). Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Usman mengemukakan

  “peranan adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku (Eko, 2013).

  2.4 wilayatul hisbah

  Wilayatul Hisbah adalah Institusi yang bertugas mengawasi, membina, dan melakukan advokasi terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang Syari’at Islam dalam rangka amar ma’ruf nahi mungkar. Setiap petugas Wilayatul Hisbah disebut dengan Muhtasib. (Perda, 2006: 179).

  Untuk Aceh, hirarki struktural Wilayatul Hisbah berada di bawah Dinas Syari’at Islam. Posisinya sebagai "jantung" dalam dinas Syari’at Islam sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan dinas ini menegakkan Syari’at. Untuk itu landasan hukum tersendiri yang jelas yang mengatur tugas dan wewenang institusi hisbah sangat diperlukan di samping tekad yang kuat dari petugas Wilayatul Hisbah menegakkan Syari’at. (http://www.acehinstitute.org.)

  Lembaga semacam ini memang memiliki akar yang kuat dalam sejarah islam. tugas kemungkaran apabila jelas-jelas dilakukan. kewenangan lembaga ini meliputi hal-hal yang berkenaan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan sebagian tindak pidana ringan yang menhendaki penyelesaian segera. tujuan adanya lembaga ini adalah untuk menjaga ketertiban umum serta memelihara keutamaan moral dan ada dalam masyarakat. (Muhammad, 2003:136)

2.4.1 Peran Wilayatul Hisbah

  Dalam Peranan Wilayatul Hisbah juga terdapat beberapa unsur penting dalam pelaksanaan penegakan Syari’at Islam di antaranya sebagai berikut:

  1. Peran Wilayatul Hisbah yaitu :

  a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelanggaran peraturan perundang- undangan di bidang Syari’at Islam b. Melakukan pembinaan dan advokasi spritual terhadap setiap orang yang berdasarkan bukti permulaan patut diduga telah melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Syari’at Islam c. Pada saat tugas pembinaan mulai dilakukan Muhtasib (sebutan petugas Wilayatul Hisbah) perlu memberitahukan hal itu kepada penyidik terdekat atau kepada keuchik/Kepala Gampong dan keluarga pelaku d. Melimpahkan perkara pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang Syari’at

  Islam kepada penyidik

  2. Peran Wilayatul Hisbah yang terkait dengan mengawasi diantaranya: bidang Syari’at Islam.

  b. Menemukan adanya perbuatan pelanggaran terhadap ketentuan Syari’at Islam

  3. Peran Wilayatul Hisbah yang berhubungan dengan pembinaan meliputi:

  a. Menegur, memperingatkan dan menasehati seseorang yang patut di duga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Syari’at Islam b. Berupaya untuk menghentikan kegiatan/perbuatan yang patut diduga telah melanggar peraturan perundangan di bidang Syari’at Islam c. Menyelesaikan perkara pelanggaran tersebut melalui rapat Adat Gampong

  d. Memberitahukan pihak terkait tentang adanya dugaan telah terjadi penyalah gunaan izin penggunaan suatu tempat atau sarana.

  4. Wewenang Wilayatul Hisbah Sesuai dengan keputusan Gubernur Nomor 01 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata kerja Wilayatul Hisbah berwenang dalam penanganan setiap pelanggaran dan pembinaan Syari’at Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, wewenang tersebut tertuang dalam pasal 5 keputusan tersebut yaitu : a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan dan perundang-undangan di bidang Syari’at Islam b. Menegur, menasehati, mencegah dan melarang setiap orang yang patut diduga telah sedang atau akan melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Syari’at Islam (Sumber: Dinas Syari’at islam kota langsa).

  Wilayatul Hisbah melalui muhtasib mempunyai fungsi utama yaitu: menyuruh kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran. Adapun dari tugas utama tersebut dapat dibagi lagi kepada tiga kategori, yakni:

  1. Tugas yang berhubungan dengan Allah (hablum minallah). Kategori pertama yang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran yang terkait dengan hak-hak Allah meliputi kegiatan keagamaan, salah satunya perintah untuk Shalat berjamaah di Mesjid atau Musholah dan tidak menyendiri.

  2. Tugas yang berhubungan dengan manusia (Hablum minannas). Yaitu yang berhubungan dengan sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Seperti hubungan dalam bermuamalah atau transaksi jual beli.

  3. Tugas yang berhubungan dengan keduanya baik Allah dan Manusia (hablum minAllah wa hablum minanas). Ialah yang terkait antara hak Allah dan hak-hak manusia (Sumber: Dinas Syari’at islam kota langsa).

2.4.3 Konsep Pemberian Sanksi Terhadap Pelanggaran Oleh Wilayatul Hisbah

  Pelaksanaan dan pemberian sanksi terhadap pelaksanaan Syari’at Islam melalui proses jalan panjang, diawali dari proses pengindentifikasian pelanggaran baik dari laporan masyarakat, razia dan berbagai usaha lainnya, pemeriksaan jenis pelanggaran dan penyidikan guna pembuatan BAP untuk diserahkan kepada kejaksaan. Setelah sempurna, BAP diserahkan ke Mahkamah Syari’at untuk diproses di pengadilan. Dan penerapan sanksi berdasarkan keputusan

  Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) jenis pidana yang dikenal adalah :

  a. Pidana pokok, yang terdiri dari : Pidana mati, pidana penjara, kurungan, dan denda.

  b. Pidana tambahan: Pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu, pengumuman putusan hakim.

  Secara umum tujuan pemidanaan adalah memberikan efek jera bagi si pelaku dan pelajaran bagi orang lain untuk tidak melakukan hal serupa. Dalam Qanun yang menjadi area studi ini, terdapat tiga jenis uqubat (hukuman) yaitu Hukuman Cambuk, Kurungan dan Denda.

  Dalam beberapa Qanun yang menjadi area studi ini, terdapat tiga jenis uqubat (hukuman) yaitu :

  1. Hukuman cambuk, dengan angka yang variatif sesuai dengan jenis pidananya.

  2. Kurungan.

  3. Denda.

  Berikut ini beberapa perbuatan pidana dan sanksinya yang terkait dengan prilaku menyimpang yang telah diatur sanksi-sanksinya.

  Nomor Perbuatan Pidana/ Pelanggaran Hukum Syariat Islam

  Sanksi/Hukumannya

  1. Tidak melaksanakan Shalat Jum’at tiga kali berturut-turut tampa uzur syar’i Menyediakan fasilitas/peluang untuk tidak berpuasa bagi orang yang wajib berpuasa pada Ramadhan

  Penjara maksimal 6 (enam) bulan atau cambuk maksimal 3 (tiga) kali Penjara maksimal 1 (satu) tahun atau denda maksimal Rp.

  3.000.000 (tiga juta rupiah) atau cambuk 6 (enam) kali dan dicabut izin usahannya

  2 Makan dan minum (oleh orang yang wajib berpuasa) di tempat umum/di depan umum pada siang hari bulan Ramadhan

  Penajara maksimal 4 (empat) bulan atau Cambuk maksimal 2 (dua) kali

  3 Tidak berbusana Islami Mulai dengan hukuman yang paling ringan.

  4. Mengkonsumsi minuman khamar dan sejenisnya Cambuk 40 (empat puluh) kali

  5. Memproduksi, menyediakan, menju al, memasukkan, mengedarkan, men Kurungan maksimal 1 (satu) tahun, minimum 3 (tiga) bulan gangkut, menyimpan, menimbun, m emperdagangkan, menghadiahkan dan Atau denda maks Rp.

  75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah)

  6. Maisir (Perjudian) Orang yang berjudi Penyedia fasilitas, atau penyelenggara judi, pelindung atau pemberi izin berjudi 6 – 12 kali hukuman cambuk

  Denda 15-35 juta

  7. Pelaku mesum Penyedia fasilitas atau yang melindungi orang yang khlawat

  3 – 9 kali hukuman cambuk atau denda 2,5 – 10 juta Kurungan 2 – 6 bulan atau denda 5 – 15 juta

  Sumber: Dinas Syari’at Islam Kota Langsa

2.5 Seks Bebas

2.5.1 Defenisi Seks Bebas

  Kurangnya informasi tentang seks dapat menyebabkan anak mencari tahu mengenai hal itu dari berbagai sumber, termasuk melakukan eksperimen seksual. kalau sudah begini, bersiap- siaplah orang tua dalam menghadapi problematika seks bebas anak remajanya.

  Seks bebas adalah gaya hidup yang berasal dari barat. Dalam hidup seks bebas ini, manusia diberi kebebasan untuk melampiaskan hasrat seksualnya tanpa harus terikat pada norma, baik agama maupun lingkungan sosial. menurut mereka, tubuh dan seksualitas adalah murni urusan peribadi sehingga tidak seorangpun atau sesuatu pun yang berhak mengatur apalagi mengekang kebebasan tersebut. (Nawita, 2013:82-83) Pengertian seks bebas menurut Kartono merupakan perilaku yang didorong oleh hasrat seksual, dimana kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika dibandingkan dengan sistem regulasi tradisional dan bertentangan dengan sistem norma yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan menurut Desmita pengertian seks bebas adalah segala cara mengekspresikan dan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual, tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual (psycologymania, 2012).

  Nevid mengungkapkan bahwa perilaku seks pranikah adalah hubungan seks antara pria dan wanita meskipun tanpa adanya ikatan selama ada ketertarikan secara fisik. Terdapat kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi manusia, salah satunya adalah kebutuhan fisiologis mencakup kebutuhan dasar manusia dalam bertahan hidup, yaitu kebutuhan yang bersifat instinktif ini biasanya akan sukar untuk dikendalikan atau ditahan oleh individu, terutama dorongan seks. Lebih lanjut Cynthia seks juga diartikan sebagai hubungan seksual tanpa ikatan pada yang menyebabkan berganti-ganti pasangan. Berdasarkan penjabaran definisi di atas maka dapat disimpulkan pengertian seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual terhadap lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan di luar hubungan pernikahan mulai dari necking, petting sampai intercourse dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang tidak bisa diterima secara umum. (psycologymania, 2012)

2.5.2 Klasifikasi Seks Bebas

  Klasifikasi seks bebas yaitu : 1. Kissing yakni berciuman dengan bibir dan mulut terbuka serta termasuk menggunakan lidah.

  2. hickey yakni merasakan kenikmatan untuk menghisap atau menggigit dengan gemas pasangan mereka, kadang-kadang pada leher, buah dada, atau paha, yang menyebabkan

  3. necking yakni biasanya termasuk mencium wajah dan leher. umumnya digunakan untuk menggambarkan ciuman dan pelukan yang lebih mendalam, ciuman sambil memegang buah dada.

  4. petting yakni langkah yang lebih mendalam dari necking. ini termasuk merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan anda, termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, entah diluar atau didalam pakaian.

  • Baik necking dan petting sama-sama membahayakan . sebab ketika dua orang begitu terangsang secara seksual, mereka cenderung tidak mampu mencegah untuk tidak melakukan hubungan intim, atau tidak menggunakan alat mencegah kehamilan.

  5. foreplay yakni meliputi merangsang secara seksual melalui berciuman, necking, dan petting dalam persiapan untuk melakukan hubungan intim.

  6. hubungan intim yakni bersatunya dua orang secara seksual yang idealnya dilakukan setelah pasangan pria dan wanita menikah. dalam hubungan seksual manusia, penis laki- laki yang ereksi masuk ke dalam vagina perempuan (Masland, estride, 2006:79-80).

2.5.3 Faktor penyebab seks bebas

  Faktor-faktor penyebab terjadinya seks bebas : 1. Penyebaran nilai-nilai asing yang mudah masuk seiring derasnya arus informasi dan teknologi. ketidakmampuan dalam menyaring berbagai informasi yang masuk membuat generasi muda kita menjadi sasaran empuk penyebaran tata nilai yang bukan hanya berlawanan, tetapi juga menjerumuskan.

  Mudahnya akses konten pornografi, misalnya buku, majalah, keping VCD/DVD, serta internet. kita bias lihat bahwa file-file cabul dapat berpindah dari satu handphone ke handphone yang lain dengan mudah dan tidak berbiaya.

  3. Tata pergaulan anak zaman sekarang yang menyatakan bahwa free seks sebagai salah satu elemen modernitas. di mata mereka, melakukan seks diluar nikah dan bergonta- ganti pasangan adalah sebuah tuntutan logis perkembangan zaman. oleh karena itu, remaja yang tidak melakukan free seks akan dianggap kampungan dan akan dijauhi dari lingkungan pergaulan.

  4. lemahnya control orang tua terhadap anak. bagaimanapun juga, peran orang tua sangat berpengaruh dalam melindungi remaja/anak dari berbagai hal berbau pornografi. orang tua tidak bisa begitu saja mempercayai bimbingan moral yang didapatkan oleh anak di sekolah dan melepas sepenuhnya tanggung jawab pengawasan tumbuh kembang anak.

  5. kurang kuatnya penanaman nilai-nilai agama pada diri anak. penanaman nilai-nilai agamanya ini adalah tanggung jawab penuh orang tua. (Nawita, 2013:83-84)

2.5.4 Dampak Seks Bebas

  Dampak seks bebas yakni : 1. Kehamilan diluar nikah yang disebabkan oleh tindakan seks yang tidak bertanggung jawab yang dilakukan generasi muda kita. boleh jadi, hal ini akibat minimnya informasi mengenai alat-alat kontrasepsi ataupun bimbingan atau tata cara seks yang benar dan bertanggung jawab.

  Semangkin tingginya angka aborsi yang juga berbanding lurus dengan angka kematian ibu yang melakukan aborsi. ketakutan yang dialami oleh para penganut paham seks bebas (dalam hal ini kaum wanita) ketika mengetahui dirinya hamil membuat dia melakukan berbagai cara untuk menutupi aib tersebut tanpa peduli apakah langkah tersebut aman atau tidak bagi keselamtan jiwanya. selain oleh oknum tenaga medis, kita juga kerap melihat bahwa praktik aborsi dilakukan juga oleh orang-orang yang tidak kompeten sehingga aborsi dapat membahayakan jiwa pasien itu sendiri.

3. Semakin beresikonya terkena penyakit menular seksual (PMS).

  4. Keresahan sosial, meski bagaimanapun kasus seks bebas terlebih yang berujung kehamilan diluar nikah atau aborsi bukan hanya akan mencoreng nama baik keluarga yang bersangkutan. gunjingan dan cemoohan adalah konsekuensi logis atas perbuatan seks bebas. namun demikian, hal yang paling dikhawatirkan adalah perbuatan tersebut dicontoh oleh anak-anak yang lainnya.(Nawita, 2013:84-85)

2.6 Persepsi Remaja Terhadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas

  persepsi adalah proses kognitif yang dialami penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Persepsi merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi. Yang dimaksud dengan kognitif diatas adalah proses atau kegiatan mental yang dasar seperti berfikir, mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti sikap, kepercayaan dan pengharagaan yang kesemuanya merupakan faktor yang menentukan perilaku. Remaja memiliki rasa yang lebih labil.. Menurut Stanley hall masa remaja itu berkisar dari umur 16-21 tahun.

  Wilayatul Hisbah merupakan instusi resmi dari pemerintahan yang berada di Aceh bertugas mengawasi, membina, dan melakukan advokasi terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang Syari’at Islam yang salah satu kewenangan lembaga ini meliputi seks bebas dalam rangka amar ma’ruf nahi mungkar. seperti yang tertera dalam Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

  Peranan Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas adalah:

  a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelanggaran peraturan Qanun no.14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas)..

  b. Melakukan pembinaan dan advokasi spritual terhadap setiap orang yang berdasarkan bukti permulaan patut diduga telah melakukan pelanggaran terhadap Qanun no.14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

  c. Pada saat tugas pembinaan mulai dilakukan Muhtasib (sebutan petugas Wilayatul Hisbah) perlu memberitahukan hal itu kepada penyidik terdekat atau kepada keuchik/Kepala Gampong dan keluarga pelaku d. Melimpahkan perkara pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas) kepada penyidik (Sumber: Dinas Syari’at Islam Kota Langsa).

  Peran Wilayatul Hisbah yang terkait dengan mengawasi seks bebas adalah diantaranya:

  a. Memberitahukan kepada remaja tentang adanya peraturan perundang- undangan Qanun

  b. Menemukan adanya perbuatan pelanggaran terhadap ketentuan Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

  Peran Wilayatul Hisbah yang berhubungan dengan pembinaan meliputi:

  a. Menegur, memperingatkan dan menasehati seseorang yang patut di duga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

  b. Berupaya untuk menghentikan kegiatan/perbuatan yang patut diduga telah melanggar peraturan perundangan Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

  c. Menyelesaikan perkara pelanggaran tersebut melalui rapat Adat Gampong

  d. Memberitahukan pihak terkait tentang adanya dugaan telah terjadi penyalah gunaan izin penggunaan suatu tempat atau sarana terhadap Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas) (Sumber: Dinas Syari’at Islam Kota Langsa).

  Pelaksanaan dan pemberian sanksi terhadap pelanggaran Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas) melalui proses jalan panjang, diawali dari proses pengindentifikasian pelanggaran baik dari laporan masyarakat, razia dan berbagai usaha lainnya, pemeriksaan jenis pelanggaran dan penyidikan guna pembuatan BAP untuk diserahkan kepada kejaksaan. Setelah sempurna, BAP diserahkan ke Mahkamah Syari’at untuk diproses di pengadilan. Dan penerapan sanksi berdasarkan keputusan dari pengadilan.

  Adapun sanksi terhadap pelanggaran Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas) yakni : c)

  Pelaku mesum/ seks bebas akan diberikan sanksi 3 – 9 kali hukuman cambuk atau denda 2,5 – 10 juta.

  d) Penyedia fasilitas atau yang melindungi orang yang melakukan mesum/seks bebas diberikan sanksi Kurungan 2 – 6 bulan atau denda 5 – 15 juta (Sumber: Dinas

  Syari’at Islam Kota Langsa).

2.7 KERANGKA PEMIKIRAN

  Persepsi adalah proses kognitif yang dialami penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Persepsi merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi. Yang dimaksud dengan kognitif diatas adalah proses atau kegiatan mental yang dasar seperti berfikir, mengetahui, memahami, dan kegiatan konsepsi mental seperti sikap, kepercayaan dan pengharagaan yang kesemuanya merupakan faktor yang menentukan perilaku. mereka memiliki rasa yang lebih labil. Menurut Stanley hall masa remaja itu berkisar dari umur 16-21 tahun.

  Wilayatul Hisbah merupakan instusi resmi dari pemerintahan yang berada di Aceh bertugas mengawasi, membina, dan melakukan advokasi terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang Syari’at Islam yang salah satu kewenangan lembaga ini meliputi seks bebas dalam rangka amar ma’ruf nahi mungkar. Setiap petugas Wilayatul Hisbah disebut dengan Muhtasib. Hirarki struktural Wilayatul Hisbah berada di bawah Dinas Syari’at Islam.

  Diera modern saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa kebebasan Seks sangatlah sudah menjadi rahasia umum bagi masyarakat. Yang dimana akibat efek dari globalisasi dan lain-lainya telah merusak moral dan tingkahlaku kita, Bahkan tidak asing lagi buat kita untuk mendengar atau melihat hal-hal yang bernuansa Porno saat ini. Ini juga disebabkan oleh semakin kurangnya penanaman nilai-nilai bagi masyarakat, yang dalam proses perjalanan waktu terus memudar.

  Seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat Seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, mulai dari tingkah laku yang dilakukannya seperti sentuhan, berciuman kissing, hickey, necking, petting, foreplay, hubungan intim, yang dilakukan diluar hubungan pernikahan.

  Peranan Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas adalah :

  a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelanggaran peraturan Qanun no.14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

  b. Melakukan pembinaan dan advokasi spritual terhadap setiap orang yang berdasarkan bukti permulaan patut diduga telah melakukan pelanggaran terhadap Qanun no.14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

  Hisbah) perlu memberitahukan hal itu kepada penyidik terdekat atau kepada keuchik/Kepala Gampong dan keluarga pelaku d. Melimpahkan perkara pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang Qanun no.14 th 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas) kepada penyidik (Sumber:

  Dinas Syari’at Islam Kota Langsa).

  

Bagan Alur Pikiran.

  

Persepsi Remaja

Perananan Wilayatul Hisbah

   Pengawasan  Pembinaan  Pemberian sanksi

  Mengurangi Seks Bebas

2.8 Defenisi Konsep Dan Defenisi Operasional

2.8.1 Defenisi Konsep

  Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan pada ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena social yang akan dikaji. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep-konsep yang diteliti. Proses dan upaya sederhana defenisi diartikan sebagai batasan arti.

  Perumusan defenisi konsep dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa penelitian ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti. Dengan kata lain, peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil penelitian itu untuk memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh sipeneliti, jadi defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 136-138).

  Untuk lebih memahami konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut :

  1. Persepsi Remaja diartikan sebagai pandangan Remaja atau kelompok manusia yang muncul sebagai wujud pada sesuatu hal dalam hal ini tentang peran dan fungsi Wilayatul Hisbah sesuai dengan Qanun no.14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

2. Remaja dalam penelitian ini adalah orang yang berumur dari 16 tahun sampai dengan 21 tahun.

  3. Peranan dalam penelitian ini adalah tugas Wilayatul Hisbah yang nantinya akan bermanfaat untuk mengurangi seks bebas sesuai dengan Qanun no.14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

  4. Wilayatul Hisbah dalam penelitian ini adalah Institusi yang bertugas mengawasi, membina, dan melakukan advokasi terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang syari’at Islam khususnya Qanun no.14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan 5.

  Seks bebas dalam penelitian ini adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat Seksual, mulai dari tingkah laku yang dilakukannya seperti sentuhan, berciuman kissing, hickey, necking, petting, foreplay, hubungan intim, yang dilakukan diluar hubungan pernikahan.

2.8.2 Defenisi Operasional

  Defenisi operasional adalah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Jika perumusan defenisi konsep ditunjukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep baik berupa objek , peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya mentransformasikan konsep kedunia nyata sehingga konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011 : 141).

  Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah : a. Pengawasan : pengawasan terhadap pelaksanaan dan pelanggaran peraturan perundang undangan di bidang syari’at Islam terkhususkan tentang Qanun no.14 tahun 2003 tentang

  Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas). Dengan cara razia, Patroli, dan lain-lain. b.

  Pembinaan : dilakukan kepada masyarakat/ remaja terhadap pelaksanaan dan pelanggaran peraturan perundang undangan di bidang Qanun no.14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas). Dengan cara sosialisasi, dialog interaktif, ceramah, dan lain- lain.

  c.

  Pemberian Sanksi : dilakukan terhadap pelanggaran Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas) sesuai dengan Qanun no.14 tahun 2003 tentang Khalwat (perbuatan mesum/seks bebas).

Dokumen yang terkait

Persepsi Remaja Tehadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD

2 61 117

Pengaruh Pemberlakuan Hukum Syariat Islam Terhadap Gaya Hidup Remaja (Di Gampong Geudubang Jawa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa)

2 43 151

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Kader Posyandu Dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga di Puskesmas Langsa Baro Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa-NAD Tahun 2010

6 109 104

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Orang Tua dengan Perilaku Pencegahan Diare Di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa

0 4 25

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bidan Desa 2.1.1. Pengertian Bidan - Peran Pendampingan Bidan Desa terhadap Keberhasilan Program Pengembangan Desa Siaga di Kecamatan Langsa Kota Tahun 2014

0 1 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi - Persepsi Ayah dan Ibu Tentang Pendidikan Seks Bagi Remaja Putra Dan Putri Di Kelurahan Sitataring Kecamatan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi - Persepsi Mutu Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Di Puskesmas Medan Tuntungan Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2014.

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Teori 2.1.1. Remaja - Pernikahan Dini Pada Remaja Putri di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013.

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.4.6 Definisi Persepsi - Persepsi Lansia tentang Pelayanan Posyandu Lansia di Puskesmas Tarok Kecamatan Payakumbuh Utara Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.

0 0 22

Remaja Terhadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas Di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD”. maka saya yang

0 0 7