Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Kader Posyandu Dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga di Puskesmas Langsa Baro Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa-NAD Tahun 2010

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN KADER POSYANDU DALAM USAHA PERBAIKAN GIZI KELUARGA DI PUSKESMAS LANGSA BARO KECAMATAN LANGSA BARO

KOTA LANGSA – NAD TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 081000231 HARDIAN PINEM

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN KADER POSYANDU DALAM USAHA PERBAIKAN GIZI KELUARGA DI PUSKESMAS LANGSA BARO KECAMATAN LANGSA BARO

KOTA LANGSA – NAD TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 081000231 HARDIAN PINEM

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judu l :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN KADER POSYANDU DALAM USAHA PERBAIKAN GIZI KELUARGA DI PUSKESMAS LANGSA BARO KECAMATAN LANGSA BARO

KOTA LANGSA – NAD TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh: NIM. 081000213

HARDIAN PINEM

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 14 Juni 2010

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

TIM PENGUJI

Ketua Penguji Penguji I

Ernawati Nasution, SKM.MKes

NIP. 197002121995012001 NIP. 198207292008122002 Fitri Ardiani, SKM, MPH

Penguji II Penguji III

Dr. Ir.Zulhaida Lubis, M.Kes

NIP. 196806161993032003 NIP. 195803151988112001 Dra. Jumirah, Apt. Mkes

Medan, 14 Juni 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP. 195310181982032001 dr. Ria Masniari Lubis, MSi


(4)

ABSTRAK

Keberadaan kader dianggap penting dan mempunyai peran besar dalam penyampaian informasi kesehatan kepada masyarakat. Namun keberadaan kader relatif labil karena partisipasinya bersifat sukarela sehingga tidak ada jaminan bahwa para kader akan tetap menjalankan fungsinya dengan baik seperti yang diharapkan. Maka penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kader posyandu dalam usaha perbaikan gizi keluarga di Puskesmas Langsa Baro Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa Tahun 2010.

Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan pendekatan cross

sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader posyandu di Puskesmas

Langsa Baro Kota Langsa dengan jumlah kader 160 orang. Sampel yang diambil sejumlah 61 orang yang diperoleh dengan menggunakan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Data yang diperoleh dalam penelitian di analisa dengan uji linier regresi berganda dengan α 0,05.

Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan faktor pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan terhadap keaktifan kader dengan nilai p value = 0,03 (p > α 0,05). Sedangkan delapan variabel yang lainnya (usia, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, pelatihan dan pembinaan, kelengkapan infrastruktur, dukungan instansi terkait, penghargaan dan insentif) tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap keaktifan kader dalam kegiatan UPGK di Puskesmas Langsa Baro Kota Langsa tahun 2010, dimana nilai p value < α.

Disarankan kepada Kepala Dinas Kesehatan mengusulkan kepada Walikota untuk melibatkan tokoh muspida dan muspika maupun perangkat desa untuk melakukan promosi dalam kegiatan UPGK, khususnya untuk memotifasi kader dan membangun kesadaran masyarakat agar lebih memahami pentingnya UPGK. Kepada Kepala Puskesmas hendaknya mengadakan pelatihan, supervisi dan evaluasi kegiatan secara berkala sehingga mampu memotivasi kader untuk mengajak masyarakat berperan aktif dalam kegiatan UPGK.


(5)

ABSTRACK

The existance cadre is important to consider and to have a rank in the conveying information of health in the society. Although the existence of cadre is labile because the quality of participat is voluntary until their is no guarantee that the of cadre will be perform with a good function like which a wish. The purpose of this research is to know the factors which influence the activity cadre in The Implementation of the Improvement in Family Nutrient (UPGK) in Puskesmas Langsa Baro District Langsa in 2010.

The kind of this research was the discriptif survey with the cross sectional approach. The population in this research were the cadres in all whole posyandu in the Puskesmas Langsa Baro district Langsa with the number ofcadres 160 people. The sample that was taken by an amount 61 people who were accepted by using the random sampling. The instrument that was used in this research was questioner. The data that was accepted in the research was processed with the multiple regression test with α 0,05.

The result of the research and discussion can be concluded the kowladge factor has sicnificant relationship with the active cadre the mark p value = 0,03 (p>0,05), meanwhile the eight another variable (age, maritel status, accupation, knowladge, training and conseling, the completeness of the infrastructure, support by institution, appreciation and gift) ware not significant relationship to activity UPGK in Puskesmas Langsa Baro district Langsa in 2010, whare p value < α.

Suggestion to the Head official of public health service to Head of District to involve the Muspida and muspika (council for sub-district level officials) and

perangkat desa (village apparatus) to promote the UPGK activities, especially to

motivate the cadres and make the community aware and understand more about the importance of UPGK. The head of puskesmas (Primary Health Center) is suggested to follow some training on supervision and gradual evaluation of the activities that they can motivate the cadres to ask the community to play and active in the UPGK activities.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hardian Pinem

Tempat / Tanggal Lahir : Cot Girek / 03 November 1982

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Saudara : 3 ( tiga) orang

Alamat Rumah : Jln. Bawang I No.39 Perumnas Simalingkar Medan

Riwayat Pendidikan : 1. MIS Cot Girek

2. SLTP N2 Lhok Sukon 3. SMKN 2 Lhok Seumawe 4. Poltekes Negeri Medan

Riwayat Pekerjaan : 1. Puskesmas Pinggir Kab. Bengkalis 2. RS. Cut Meutia Langsa

3. Puskesmas Langsa Barat – Langsa 5. Dinkes Kota Langsa


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufiq dan hidayah Nya sehingga skripsi dengan judul” Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Kader Posyandu Dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga di Puskesmas Langsa Baro Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa – NAD Tahun 2010“ ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat kelulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Selama dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menyadari sekali hambatan-hambatan yang penulis hadapi, akan tetapi berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak dan khususnya pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan penelitian di Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat dr. Ria Masriari Lubis M.Si 2. Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat dra. Jumirah Apt, M.Kes

3. Pembimbing I Ernawati Nasution, SKM., M.Kes yang telah membimbing, memberikan arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

4. Pembimbing II Fitri Adriani, SKM., MPH yang telah membimbing, memberikan arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

5. Pembimbing Akademik Penulis drh. Hiswani, M.Kes

6. dr. Dahniar M.Kes dan dr. Maizawarni atas izin yang diberikan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan.


(8)

7. Kepala Puskesmas Langsa Baro drg. Rudi. H. Zakaria., M.Kes atas izin penelitiannya.

8. K’Sri, K’Er, K’Juli, Hary, Ami, Irfan, Devina, rekan-rekan mahasiswa angkatan 2008 dan peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat, terima kasih atas dukungan dan bantuan dalam penyelesaian skripsi.

9. Secara kusus penulis mengaucapkan terimakasih dan penghargaan yang tak terhinga kepada ayahanda dan ibunda atas motivasi, dukungan dan doa yang tidak pernah hentinya disetiap usaha dan langkah penulis.

10. Kepada abang dan adikku yang selalu memberikan dukungan dan motivasi. 11. Semua pihak yang telah terlibat dan memberikan bantuan sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangannya, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juni 2010


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... ... v

Daftar Isi ... ... vi

Daftar Tabel ... ... ix

Daftar Bagan ... ... x

Daftar Lampiran ... ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kader ... ... 8

2.1.1. Pengertian dan Tugas Kader ... 8

2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan keder ... 11

2.1.2.1. Faktor Predisposisi ... 14

2.1.2.2. Faktor Pendukung ... 16

2.1.2.3. Faktor Penguat ... 18

2.2. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga... 19

2.2.1. Pengertian Usaha Perbaikan Gizi Keluarga ... 19

2.2.2. Sejarah Usaha Perbaikan Gizi Keluarga ... 20

2.2.3. Tujuan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga ... 21

2.2.4. Pelaksanaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga ... 22

2.3. Posyandu ... 23

2.3.1. Pengertian Posyandu ... 23

2.3.2. Sejarah Posyandu ... 23

2.3.3. Kegiatan-kegiatan Posyandu ... 25

2.3.3.1. Kegiatan Utama ... 25

2.3.3.2. Kegiatan pengambangan / tambahan ... 28

2.3.4. Penyelenggaraan Posyandu ... 29

2.3.5. Tingkat perkembangan Posyandu ... 31

2.4. Hubungan antara kegiatan UPGK dan kegiatan Posyandu ... 32

2.5. Kerangka Konsep ... 35


(10)

BAB III METODE PENELITIN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 37

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.3. Populasi dan Sampel penelitian ... 37

3.4. Metoda Pengumpulan Data ... 38

3.4.1. Data primer ... 38

3.4.2. Data skunder ... 38

3.5. Definisi Operasional Variabel ... 38

3.6. Aspek Pengukuran ... 41

3.7. Teknik Pengolahan dan Analaisa Data ... 43

3.7.1. Pengolahan data ... 43

3.7.2. Analisa data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Diskripsi Lokasi Penelitian ... 45

4.1.1. KeadaanGeografis dan Demografi ... 45

4.2. Karakteristik Responden ... 46

4.3. Faktor Pendukung ... 48

4.3.1. Pelatihan dan Pembinaan ... 48

4.3.2. Kelengkapan Infrastuktur ... 50

4.4. Faktor Penguat ... 53

4.4.1. Dukungan Instansi Terkait ... 53

4.4.2. Penghargaan dan Insentif ... 55

4.5. Keaktifan Kader ... 57

4.6. Hasil Uji Statistik ... 61

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Faktor Predisposisi ... 63 5.1.1. Pengaruh Umur Terhadap Keaktifan Responden Dalam rogram UPGK ... 63

5.1.2. Pengaruh Pendidikan Terhadap Keaktifan Responden Dalam Program UPGK ... 64

5.1.3. Pengaruh Status Perkawinan Terhadap Keaktifan Responden Dalam Program UPGK ... 65

5.1.4. Pengaruh Pekerjaan Terhadap Keaktifan Responden Dalam Program UPGK ... 66

5.1.5. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Keaktifan Responden Dalam Program UPGK ... 66

5.2. Faktor Pendukung ... 67

5.2.1. Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan Terhadap Keaktifan Responden Dalam Program UPGK ... 67

5.2.2. Pengaruh Kelengkapan Infrastruktur Terhadap Keaktifan Responden Dalam Program UPGK ... 69


(11)

5.3. Faktor Penguat ... 70 5.3.1. Pengaruh Dukungan Terhadap Keaktifan Responden Dalam

Program UPGK ... 70 5.3.2. Pengaruh Penghargaan dan Insentif Terhadap Keaktifan

Responden Dalam Program UPGK ... 71 5.4. Keaktifan Kader ...

72

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Ksimpulan ... 74 6.2. Saran ... ... 75 Daftar Pustaka ... 76


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah – langkah dan pelaksanaaan kegiatan Posyandu ... 30 Tabel 2.2 Tingkat perkembangan Posyandu ... 31 Tabel 4.1 Distribusi desa di Kecamatan Langsa Baro berdasarkan wilayah/

Jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga

(KK) tahun 2010 ... 45 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kecamatan Langsa

Baro Kota Langsa Tahun 2010 ... 46 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pelatihan dan Pembinaan Kader di Kecamatan

Langsa Baro Kota Langsa Tahun 2010 ... 48 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Pelatihan dan Pembinaan Kader di

Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa Tahun 2010 ... 48 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Komulatif Persepsi Responden Berdasarkan Kele-

ngkapan Infrastruktur di Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa Tahun

2010 ... 50 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Terhadap Kelengkapan Infrastruktur di Kecamatan

Langsa Baro Kota Langsa Tahun 2010 ... 53 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Komulatif Persepsi Responden Terhadap

Dukungan Instansi Terkait di Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa

Tahun 2010 ... 53 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Instansi Terkait di

Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa Tahun 2010 ... 53 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Komulatif Persepsi Responden Terhadap Penghat

Penghargaan dan Insentif Yang di Terima di Kecamatan Langsa Baro

Kota Langsa Tahun 2010 ... 55 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Penghargaan dan insentif terhadap responden di

Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa Tahun 2010 ... 55 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Keaktifan Responden Dalam Program UPGK di

Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa Tahun 2010 ... 57 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Keaktifan Responden Berdasarkan Jawaban di

Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa Tahun 2010 ... 57 Tabel 4.13 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Variabel Independen Terhadap


(13)

DAFTAR BAGAN

1. Konsep Teoritis dan Faktor Determinan Perilaku Kader ... 34 2. Kerangka Konsep ... 35


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuisioner ... 80 Lampiran II Hasil pengolahan data ... 88


(15)

ABSTRAK

Keberadaan kader dianggap penting dan mempunyai peran besar dalam penyampaian informasi kesehatan kepada masyarakat. Namun keberadaan kader relatif labil karena partisipasinya bersifat sukarela sehingga tidak ada jaminan bahwa para kader akan tetap menjalankan fungsinya dengan baik seperti yang diharapkan. Maka penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kader posyandu dalam usaha perbaikan gizi keluarga di Puskesmas Langsa Baro Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa Tahun 2010.

Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan pendekatan cross

sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader posyandu di Puskesmas

Langsa Baro Kota Langsa dengan jumlah kader 160 orang. Sampel yang diambil sejumlah 61 orang yang diperoleh dengan menggunakan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Data yang diperoleh dalam penelitian di analisa dengan uji linier regresi berganda dengan α 0,05.

Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan faktor pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan terhadap keaktifan kader dengan nilai p value = 0,03 (p > α 0,05). Sedangkan delapan variabel yang lainnya (usia, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, pelatihan dan pembinaan, kelengkapan infrastruktur, dukungan instansi terkait, penghargaan dan insentif) tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap keaktifan kader dalam kegiatan UPGK di Puskesmas Langsa Baro Kota Langsa tahun 2010, dimana nilai p value < α.

Disarankan kepada Kepala Dinas Kesehatan mengusulkan kepada Walikota untuk melibatkan tokoh muspida dan muspika maupun perangkat desa untuk melakukan promosi dalam kegiatan UPGK, khususnya untuk memotifasi kader dan membangun kesadaran masyarakat agar lebih memahami pentingnya UPGK. Kepada Kepala Puskesmas hendaknya mengadakan pelatihan, supervisi dan evaluasi kegiatan secara berkala sehingga mampu memotivasi kader untuk mengajak masyarakat berperan aktif dalam kegiatan UPGK.


(16)

ABSTRACK

The existance cadre is important to consider and to have a rank in the conveying information of health in the society. Although the existence of cadre is labile because the quality of participat is voluntary until their is no guarantee that the of cadre will be perform with a good function like which a wish. The purpose of this research is to know the factors which influence the activity cadre in The Implementation of the Improvement in Family Nutrient (UPGK) in Puskesmas Langsa Baro District Langsa in 2010.

The kind of this research was the discriptif survey with the cross sectional approach. The population in this research were the cadres in all whole posyandu in the Puskesmas Langsa Baro district Langsa with the number ofcadres 160 people. The sample that was taken by an amount 61 people who were accepted by using the random sampling. The instrument that was used in this research was questioner. The data that was accepted in the research was processed with the multiple regression test with α 0,05.

The result of the research and discussion can be concluded the kowladge factor has sicnificant relationship with the active cadre the mark p value = 0,03 (p>0,05), meanwhile the eight another variable (age, maritel status, accupation, knowladge, training and conseling, the completeness of the infrastructure, support by institution, appreciation and gift) ware not significant relationship to activity UPGK in Puskesmas Langsa Baro district Langsa in 2010, whare p value < α.

Suggestion to the Head official of public health service to Head of District to involve the Muspida and muspika (council for sub-district level officials) and

perangkat desa (village apparatus) to promote the UPGK activities, especially to

motivate the cadres and make the community aware and understand more about the importance of UPGK. The head of puskesmas (Primary Health Center) is suggested to follow some training on supervision and gradual evaluation of the activities that they can motivate the cadres to ask the community to play and active in the UPGK activities.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kader merupakan relawan yang berasal dari masyarakat yang mempunyai peranan besar dalam penyampaian informasi kesehatan kepada masyarakat. Kader-kader posyandu pada umumnya adalah relawan yang berasal dari tokoh masyarakat yang dipandang memiliki kemampuan lebih dibanding anggota masyarakat lainnya. Mereka inilah yang memiliki peranan besar dalam memperlancar proses pelayanan kesehatan primer. Namun keberadaan kader relatif labil karena partisipasinya bersifat sukarela sehingga tidak ada jaminan bahwa para kader akan tetap menjalankan fungsinya dengan baik seperti yang diharapkan. Jika ada kepentingan keluarga atau kepentingan lainnya maka kader akan lebih memilih untuk meninggalkan tugasnya.

Keberadaan kader dianggap penting karena sesuai dengan perkembangan paradigma pembangunan telah ditetapkan arah kebijakan pembangunan kesehatan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004 – 2009 Bidang Kesehatan, yang lebih mengutamakan pada upaya preventif, promotif dan pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan (Depkes RI, 2006).

Upaya-upaya tersebut dilakukan melalui pusat-pusat kesehatan masyarakat, pos pelayanan terpadu serta berbagai kegiatan masyarakat lainnya. Dengan demikian perlu dikembangkan sistem kesehatan nasional yang terpadu yang dapat mendorong


(18)

partisipasi masyarakat termasuk swasta untuk mewujudkan tingkat kesehatan yang lebih baik (Depkes RI, 1992).

Salah satu upaya di dalam meningkatkan kesehatan masyarakat terutama dari aspek gizi masyarakat adalah melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang sebahagian kegiatannya dilaksanakan di posyandu dengan tujuan akhir menuju keluarga kecil, bahagia, sehat dan sejahtera. Dalam kegiatanya UPGK di jalankan sepenuhnya dengan bantuan kader. UPGK selama ini dititik beratkan pada kegiatan penyuluhan gizi dengan menggunakan pesan-pesan gizi sederhana, pelayanan gizi, pemanfaatan lahan pekarangan yang secara keseluruhan kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh masyarakat (Depkes RI, 2006).

Hakikatnya UPGK adalah upaya merubah tingkah laku anggota keluarga dan masyarakat yang dilaksanakan melalui alih teknologi gizi. Dengan adanya beberapa faktor penentu pemecahan masalah gizi melalui program UPGK tidak hanya dilakukan oleh sektor kesehatan saja tetapi dari berbagai sudut sehingga program UPGK merupakan salah satu paket kerja sama lintas sektoral, kegiatan UPGK pada dasarnya dilakukan sendiri oleh masyarakat dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi milik masyarakat untuk mengatasi masalah gizi serta meningkatkan status gizi. Dalam hubungan ini puskesmas hanya memberikan bimbingan dan bantuan teknis dalam hal yang tidak dapat dilakukan dan disediakan sendiri oleh masyarakat (Depkes RI, 2006).

Kegiatan UPGK sebahagian besar dilakukan di posyandu. Secara kualitas, perkembangan jumlah posyandu di Indonesia sangat menggembirakan, karena disetiap desa ditemuka n sekitar 3-4 posyandu. Pada saat posyandu dirancang pada


(19)

tahun 1986, jumlah posyandu tercatat sebanyak 25.000 posyandu, sedangkan pada tahun 2004, meningkat menjadi 238.699 posyandu, tahun 2005 menjadi 315.921 posyandu dan pada tahun 2006 menurun menjadi 269.202 posyandu. Namun bila ditinjau dari aspek kualitas, masih banyak ditemukan masalah, antara lain kelengkapan sarana dan keterampilan kader yang belum memadai (Depkes RI, 2006d).

Menurut Hemas (2005), pada beberapa tahun terakhir ini, tingkat kinerja dan partisipasi kader posyandu dirasakan menurun, hal ini disebabkan antara lain karena krisis ekonomi, kejenuhan kader karena kegiatan yang rutin, kurang dihayati sehingga kurang menarik, atau juga mungkin karena jarang dikunjungi petugas. Sedangkan posyandu merupakan institusi strategis, karena melalui posyandu berbagai permasalahan kesehatan seperti gizi dan KB dapat diketahui sejak dini, termasuk jika ada anak balita yang mengalami gangguan tumbuh kembang.

Menurut Suryatim (2001) partisipasi dan keaktifan kader Posyandu dipengaruhi oleh status pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pengetahuan serta keikutsertaan dengan organisasi lain. Masalah Posyandu dapat pula dilihat dari hasil survei yang dilakukan oleh Universitas Andalas, Universitas Hasanudin dan Sekolah Tinggi Ilmu Gizi pada tahun 2009 mencatat sebagian besar posyandu belum memiliki kader yang cukup bila dibandingkan dengan sasaran, dan hanya terdapat 30% kader yang terlatih. Selain itu mereka menemukan sebahagian besar kader posyandu sangat tergantung pada petugas puskesmas dan cakupan kunjungan posyandu sangatlah rendah yaitu masih dibawah 50% (Depkes RI, 2006)


(20)

Masalah posyandu ini terjadi pula pada Provinsi NAD, dengan rasio jumlah posyandu dengan penduduk yang kecil (0.93%), masalah klasik seperti cakupan program penimbangan dan jumlah kader yang terlatih masih terjadi pula pada daerah ini. Dari hasil survei data kesehatan NAD diketahui bahwa terjadi penurunan cakupan penimbangan yang terjadi posyandu, antara lain cakupan K/S pada tahun 2000 sebesar 98,1% dan pada tahun 2001 menjadi 94,6%, sedangkan cakupan N/S dari 65,8% pada tahun 2000 menjadi 62,5% pada tahun 2001.

Pada tahun 2006 jumlah posyandu yang berada di Provinsi NAD sebanyak 5.576 posyandu, dimana sebanyak 112 berada dalam wilayah Kota Langsa. Dari laporan posyandu di Kota Langsa pada tahun 2009, terdapat 112 posyandu yang aktif degan jumlah kader aktif sebanyak 360 orang dari yang seharusnya 560 orang kader posyandu. Menurut laporan Riskesdas tahun 2007 terdapat 31,5% balita 6-59 bulan yang tidak pernah ditimbang, dan anak yang rutin ditimbang ≥4 kali dalam enam bulan terakhir sebanyak 57,4%. Sedangkan menurut profil Kota Langsa cakupan program N/D Dinas Kesehatan Kota Langsa sebesar 44,4% dengan jumlah balita yang masuk dalam kategori BGM sebanyak 4,45%.

Puskesmas Langsa Baro terletak di Kecamatan Langsa Baro merupakan salah satu puskesmas yang berada di dalam wilayah Kota Langsa. Puskesmas Langsa Baro merupakan puskesmas dengan kategori puskesmas pemberi pelayanan prima terbaik nasional sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor. 346/KEP/MenPan/10/2008.

Walaupun Puskesmas Langsa Baro adalah puskesmas dengan kategori pemberi pelayanan prima tingkat nasional, akan tetapi masih banyak ditemukan anak dengan


(21)

masalah gizi, hal ini dapat dilihat dari cakupan program posyandu D/S tahun 2008 sebesar 61,7% dan terdapat anak dengan indikasi dibawah garis merah sebanyak 4,45%. Selain itu dari laporan penilaian status gizi tahun 2008 diketahui sebanyak 17 orang balita terdeteksi menderita gizi buruk dan 143 anak lainnya mengalami gizi kurang dari 2746 anak yang diukur.

Seiring dengan perkembangan wilayah di Kota Langsa, maka pada pertengahan tahun 2009 terjadi penambahan jumlah desa didalam wilayah kerja Puskesmas Langsa Baro, yaitu dari 7 menjadi 10 desa. Dengan bertambahnya desa tersebut, maka jumlah posyandu juga bertambah dari 19 menjadi 33 posyandu dengan jumlah kader 160 orang. Melihat proporsi antara jumlah Posyandu dengan kader maka dapat diketahui bahwa jumlah kader masih kurang, hal ini dikarenakan setiap posyandu seharusnya memiliki lima orang kader aktif didalam melakukan kegiatannya.

Dari survey pendahuluan yang dilakukan diketahui bahwa pemberian PMT tidak rutin dilakukan, dan kader cenderung hanya melakukan kegiatan pada hari kegiatan Posyandu. Selain itu pembagian tugas dan fungsi kader belumlah jelas, dimana belum ada pembagian tugas yang jelas dan tegas di dalam melaksanakan kegiatan, ditambah lagi dengan banyaknya kader yang tidak mengetahui apa itu program UPGK yang saat ini dimasukkan kedalam program posyandu.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka pelaksana program UPGK yang dilakukan di dalam kegiatan posyandu sangat tergantung pada keaktifan kader. Untuk itu maka perlu dilakukan kajian/penelitian faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keaktifan kader di dalam menjalankan tugasnya, agar program UPGK dapat berhasil sesuai harapan.


(22)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : “Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keaktifan kader di dalam melaksanakan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga”.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kader posyandu dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga di Puskesmas Langsa Baro Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui faktor predisposisi (umur, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan dan pengetahuan) terhadap keaktifan kader di dalam menjalankan program UPGK

2. Mengetahui faktor pendukung (pelatihan dan pembinaan, kelengkapan infrastruktur) terhadap keaktifan kader di dalam menjalankan program UPGK 3. Mengetahui faktor penguat (dukungan, penghargaan dan insentif) terhadap


(23)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi Puskesmas dalam rangka peningkatan kinerja dan partisipasi kader Posyandu.

2. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan dan BAPEDA Kota Langsa dalam merumuskan kebijakan-kebijakan guna mendukung peningkatan keaktifan kader.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kader

2.1.1. Pengertian dan Tugas Kader

Secara umum kader diartikan sebagai tenaga sukarela yang tertarik dalam bidang tertentu yang tumbuh di masyarakat yang merasa berkewajiban untuk melaksanakan dan meningkatkan serta membina kesejahteraan termasuk bidang kesehatan.

Kader adalah seorang atau tim sebagai tenaga Posyandu yang berasal dari dan dipilih oleh masyarakat setempat yang memenuhi ketentuan dan diberi tugas serta tanggung jawab untuk melaksanakan pemantauan, pertumbuhan dan perkembangan Balita dan memfasilitasi kegiatan lain (Pemprof NAD, 2006). Keriteria kader Posyandu adalah sebagai berikut:

a. Di utamakan berasal dari anggota masyarakat setempat. b. Dapat membaca dan menulis huruf latin.

c. Mempunyai jiwa pelopor, pembaharuan dan penggerak masyarakat. d. Bersedia bekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang.

Mengingat tugas kader bukanlah tenaga profesional dan teknis, melainkan hanya membantu di dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar, untuk itu perlu adanya pembagian tugas yang di emban padanya, baik menyangkut jumlah maupu jenis pelayan.


(25)

Adapun tugas kader adalah sebagai berikut : A. Pada hari buka Posyandu (Depkes, 2006):

a. Menyiapkan tempat pelaksanaan, peralatan, sarana dan prasarana Posyandu termasuk menyiapkan dan memberikan makana tambahan.

b. Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu.

c. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yag berkunjung ke Posyandu.

d. Mencatat hasil penimbangan di KMS atau buku KIA dan mengisi buku register Posyandu.

e. Memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai dengan kewenangannya. Misalnya memberikan Vitamin A, pemberian tabelt zat besi, oralit, pil KB, Kondom. Apabila pada hari buka tenaga kesehatan Puskesmas datang berkunjung, penyelenggaraan pelayanan dan KB ini dilakukan bersama petugas kesehatan.

f. Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan tindaklanjut.

B. Diluar hari buka Posyandu antara lain :

a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu: 1. Bayi

2. Anak Balita 3. Ibu Hamil 4. Ibu Menyusui


(26)

b. Membuat grafik SKDN, yaitu :

1. S : Seluruh balita yang bertempat tingal diwilayah kerja Posyandu 2. K : Jumlah balita yang mempunya Kartu MenujuSehat atau buku KIA 3. D : Jumlah balita yang datang dan ditimbang pada hari buka Posyandu 4. N : Jumlah balita yang ditimbang berat badannya dan berat badannya

naik.

c. Melakukan tindak lanjut terhadap : 1. Sasaran yang tidak datang

2. Sasaran yang memerlukan penyuluhan lebih lanjut

3. Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu pada hari buka

4. Melakuakn kunjungan tatap muka ketokoh masyarakat, dan menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan.

Melihat tugas-tugas kader di atas maka dapat di ketahui bahwa program UPGK yang di tetapkan di dalam kategori kegiatan UPGK lengkap di lakukan oleh kader di Posyandu.

Salah satu permasalahan yang berkaitan dengan kader dewasa ini adalah tingginya angka drop out kader. Persentase kader aktif secara nasional adalah 69,2%, sehingga angka drop out kader sekitar 30,8% ( Wiku.A, 2007).


(27)

2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keaktifan Kader

Keaktifan kader adalah keterlibatan kader didalam kegiatan kemasyarakatan yang merupakan pencerminan akan usahanya untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang dirasakan dan pengabdian terhadap pekerjaannya sebagai kader. Keaktifan kader Posyandu tersebut dari ada atau tidaknya dilaksanakannya kegiatan-kegiatan Posyandu sebagai tugas yang diembankan kepadanya. Kegiatan ini akan berjalan dengan baik jika didukung dengan fasilitas yang memadai. Fasilitas yang disediakan hendaknya harus cukup dan sesuai dengan tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan serta ada tersedianya waktu, tempat yang tepat, sesuai dan layak untuk menunjang kegiatan Posyandu. (Depkes RI, 2006b).

Pakar manajemen, George Terry dalam LAN (1999) menyatakan bahwa pencapaian tujuan (out put) dalam proses suatu kegiatan di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :

a. Perencanaan ( planning )

b. Pengorganisasian ( Organizing ) c. Pelaksanaan ( Actuating ) d. Pengawasan ( Controling )

Menurut Gibson dkk (1996), bahwa kinerja individu dapat diartikan sebagai perilaku dan prestasi kerja individu yang dipengaruhi oleh variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis.

Teori harapan mengatakan bahwa kekuatan dari kecederungan untuk bertindak dengan cara tertentu tergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan


(28)

tersebut akan diikuti dengan hasil tertentu serta pada dayatarik hasil tersebut bagi individu. Dalam hal ini ada tiga variabel yang dikemukakan, yaitu (Robbins, 2002):

a. Daya tarik : Pentingnya individu mengharapkan out come dan penghargaan yang mungkin dapat dicapai dalam bekerja. Variabel ini mempertimbangkan kebutuhan–kebutuhan individu yang tidak terpuaskan.

b. Kaitan kinerja-penghargaan : Keyakinan individu bahwa dengan mewujudkan kinerja pada tingkat tertentu akan mencapai outcome yang di inginkan.

c. Kaitan Upaya-kinerja : Probabilitas yang diperkirakan oleh individu bahwa dengan menggunakan sejumlah upaya tertentu akan menghasilkan kinerja.

Menurut Maryoto (2000) mengutip pendapat Maslow (1970) menyatakan bahwa sebahagian besar perilaku manusia berdasarkan adanya motif (kebutuhan tertentu). Disebut pula bahwa motif memiliki tingkatan-tingkatan mulai dari yang terendah sampai tertinggi. Motif terendah adalah kebutuhan psikologis seperti makan, minum, seks dan sebagainya. Diatas kebutuhan dasar adalah kebutuhan aman, kebutuhan akan rasa disukai dan menyukai, kebutuhan akan kedudukan dan status, dan yang tertinggi adalah kebutuhan akan meningkatkan peran serta diri atau pengabdian. Rasa pengabdian sesungguhnya dimiliki oleh orang yang telah mencapai kebutuhan tinggi.

Menurut para ahli dan beberapa peneliti tentang kader antara lain Hartono (1978) dan Sumardilah (1985) di Kebayoran Baru Jakarta menemukan ciri-ciri kader yang aktif adalah berumur 25-34 tahun, ibu rumah tangga, tidak bekerja, pendidikan tamat SLTP sederajat, mempunyai rasa tanggung jawab dalam tugasnya, dapat


(29)

mengikuti kegiatan sosial bermasyarakat, inovatif, tinggal di RT/RW Posyandu berada, dan mempunyai motivasi yang positif. Selain itu Nilawati (2008) di Aceh selatan pada penelitian tentang keaktifan kader menemukan bahwa usia 21-30 tahun merupakan usia kader yang paling aktif

Ries dan Elder (2000) melaporkan adanya kasus drop out dan rendahnya motivasi kader / tenaga kesehatan didalam memberikan pelayanan kesehatan. Mereka lebih suka mencari pekerjaan yang lain di industri / pabrik sekaligus membantu keluarga dari lilitan ekonomi. Scrimshaw (1992) mengatakan selain itu faktor lain yang berkontribusi dalam perbaikan pervormance kader adalah pengetahuan dan ketrampilan kader dalam melakukan tugasnya. Hal yang dianggap paling sulit oleh kader adalah menginterprestasikan grafik KMS dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat (Sugeng, 2008).

Hasil penelitian Aniez dan Irawati (2000) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kader Posyandu di Kecamatan Mianggo Kabupaten Jepara ditemukan beberapa masalah dan hambatan bagi kader di dalam melaksanakan kegiatan Posyandu. Permasalahan yang dialamai kader posyandu tersebut adalah kurangnya koordinasi antara tokoh masyarakat, pamong pemerintah, tenaga kesehatan dan kader, serta lintas program dan lintas sektoral yang terkait diluar kesehatan, selain itu ditemukan hal-hal sebagai berikut :

a. Tokoh masyarakat (pemuka agama) belum sepenuhnya berperan aktif

b. Kader yang bersifat tenaga sukarela tidak dapat melaksanakan aktifitasnya secara rutin


(30)

d. Kurangnya pembinaan (supervisi) dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan

e. Buku petunjuk pedoman (manual) Posyandu yang belum tersebar secara merata Hasil penelitian ini hampir sama dengan apa yang dijumpai di Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa, dimana dari survei awal peneliti ditemukan bahwa dukungan dan peran serta dari tokoh masyarakat akan perkembangan Posyandu masih sangat kurang, dimana Posyandu sangat menggantungkan perkembangannya pada Puskesmas.

Melihat beberapa faktor penyebab keaktifan kader diatas, maka faktor-faktor keaktifan kader dapat dikelompokkan kepada tiga faktor yaitu :

2.1.2.1. Faktor Predisposisi 1. Umur

Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak mulai lahir sampai dengan batas akhir hidupnya. Umur sangat mempengaruhi seseorang didalam melaksanakan suatu kegiatan ataupun aktifitas. Menurut Nilawati (2008) menyatakan bahwa kader yang muda lebih banyak memberikan kotribusi semangat, motivasi, dan inovasi didalam melaksanakan waktu luang dalam melaksanakan tugasnya sebagai kader membantu masyarakat.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh dan dimiliki oleh seorang kader dan mendapatkan bukti kelulusan yang diakui oleh negara. Selain itu pendidikan adalah suatu proses yang unsur-unsurnya terdiri dari


(31)

masukan (input), dan keluaran (output) didalam mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri yaitu merubahan perilaku (Notoatmojo, 2005).

Jalur pendidikan formal akan membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan, teori dan logika, pengetahuan umum, kemampuan analisa serta pengembangan kepribadian. H.L.Blum menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu proses dengan tujuan utama menghasilkan perubahan perilaku manusia yang secara operasional tujuannya dibedakan kedalam tiga aspek yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan aspek ketrampilan (psikomotor).

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah tugas utama atau kegatan rutinitas yang dimiliki oleh seorang kader untuk membantu, dan membiayai kehidupan keluarga serta menunjang kebutuhan rumah tangganya. Pekerjaan juga dapat mempengaruhi seseorang didalam menjaga kesehatan, baik individu maupun kesehatan keluarga. Karakteristik yang berhubungan dengan pekerjaan karena kesibukan membuat seseorang terabaikan akan kesehatannya, termasuk kader Posyandu. Kesibukan akan pekerjaan terkadang membuat ibu lupa terhadap tugas dan tanggungjawab yang dibebankan kepadanya. Sebaiknya seorang kader Posyandu itu tidak memiliki pekerjaan yang tetap, dan mempunyai pengalaman yang lama menjadi kader dan tidak adanya pergantian kader dalam satu tahun (Suegianto, 2005).

Disamping itu terlihat bahwa terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dan keaktifan sebagai kader, misalnya saja seorang ibu yang dengan kesibukan tertentu akan mempengaruhi keaktifan kader tersebut didalam pelaksanaan Posyandu sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan setiap bulannya.


(32)

4. Status perkawinan

Status perkawinan adalah suatu bentuk perkawinan antara laki-laki dan perempuan secara syah dipandang dari segi agama dan tata negara yang dibuktikan dengan surat nikah yang dikeluarkan oleh instansi yang ditunjuk pemerintah. Status perkawinan sangat mempengaruhi kegiatan seorang kader dalam melaksanakan kegiatan Posyandu, dimana dukungan dari keluarga pada umumnya menunjang keaktifan kader didalam menjalankan tugasnya.

2.1.2.2. Faktor Enabling (Pendukung) 1. Pelatihan

Menurut Frank Sherwood dan Wallace dalam Moekijat (1988) pelatihan adalah “Training is the proces of aiding employees to gain effectivaness in their preset of

future work throught the development of appropriate habits of thought and action,

sill, knowladge and attitudes ( Pelatihan adalah proses membantu pegawai untuk

memperoleh efektifitas dalam pekerjaan mereka yang sekarag atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan-kebiasaan pikiran, tindakan dan ketrampilan. Adapun tujuan umum dari pelatihan sebenarnya menurut Moekijat adalah :

a. Untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.

b. Untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat deselesaikan secara rasional.

c. Untuk mengembangkan sikap sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan teman-teman pekerja dan dengan pimpinan.


(33)

Pelatihan kader merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam rangka mempersiapkan kader agar mau dan mampu berperan serta dalam melaksanakan kegiatan UPGK/Posyandu di desanya. Kader yang mempunyai ketrampilan serta pengabdian yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya adalah merupakan kunci keberhasilan kegiaatan UPGK/Posyandu. Oleh karena itu pengetahuan dan keterampilan kader yang diperlukan harus disesuaikan dengan tugas mereka dalam melaksanakan dan menembangkan kegiatan UPGK/Posyandu tersebut (Depkes RI, 1992).

2. Pembinaan

Pembinaan merupakan suatu kegiatan berkala dengan tujuan agar kader dapat melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan tugasnya dan tercapainya tujuan dari tugas kader tersebut. Pembinaan yang dilakukan meliputi peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader serta pembinaan administrasi yang mencakup penyelenggaraan kegiatan dan keuangan.

Pembinaan ini dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, antara lain rapat koordinasi berkala dengan Pokja Posyandu (Camat, petugas puskesmas, kepala desa, TP.PKK, dan BKKBN) yang bertujuan untuk membahas kemajuan dan kendala yang dihadapi kader, kunjungan bimbingan dan fasilitas yang bertujuan untuk melihat operasional kegiatan kader, ataupun dengan melakukan studi banding ke Posyandu lain (Depkes RI, 2006).


(34)

3. Kelengkapan infrastruktur

Kelengkapan infrastuktur merupakan salah satu hal yang terpenting didalam menunjang keaktifan kader melakukan tugasnya. Kelengkapan infrastuktur ini meliputi sarana (bangunan) dan prasarana pendukung (timbangan berat badan, alat ukur tinggi/panjang badan, buku registrasi, buku KIA, KMS, dll) didalam melakukan kegiatan (Din.Prov. NAD, 2006).

2.1.2.3. Faktor Reinforcing (penguat) 1. Penghargaan

Sebagai salah satu aspek di dalam mendorong seseorang didalam melakukan suatu pekerjaan ataupun kegiatan adalah adanya pengakuan ataupun penghargaan yang diberikan baik dari pimpinan maupun kelompok. Penghargaan tersebut dapat berupa pengakuan ataupun dalam bentuk materi

Salah satu pengaruh yang paling kuat atas prestasi seseorang didalam melakukan suatu kegiatan adalah adanya imbalan. Selain itu imbalan ataupun penghargaan dapat pula dijadikan sebagai daya tarik didalam merekrut anggota sebuah organisasi. Karena dengan adanya perhatian tersebut menangarah kepada rasa tanggung jawab, memiliki, otonomi dan keberanian didalam mempertahankan prestasi yang telah dicapai (Gibson, 1996).

2. Dukungan

Dukungan sosial adalah suatu kesenangan, perhatian, penghargaan dan bantuan yang diberikan dan dirasakan oleh orang lain atau kelompok. Menurut Yusuf (2007) mengutip pendapat Daravino (1990), dukungan merupakan suatu upaya yang


(35)

diberikan kepada kader Posyandu, baik secara moril maupun materil untuk mendorong kader di dalam melakukan tugasnya. Berkaitan dengan hal tersebut, mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh kader, maka keberhasilan akan sangat tergantung dari sejauh mana upaya petugas ataupun pihak-pihak terkait didalam melakukan pendampingan maupun pembinaan kepada kader tersebut.

Mengingat UPGK dan posyandu merupakan suatu kegiatan lintas sektoral dan lintas program, maka dukungan yang diberikan hendaknya meliputi setiap departemen atau badan yang terlibat. Akan tetapi karena sulitnya tercapai kesepahaman didalam melakukan kegiatan ini maka sangat diperlukan dukungan dari muspida dan muspika didalam menjembatani departemen dan badan yang telibat dalam kegiatan UPGK dan posyandu sehingga tercapai masyarakat yang sehat dan mandiri.

2.1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga

2.2.1. Pengertian Usaha Perbaikan Gizi Keluarga

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) adalah gerakan sadar gizi yang bertujuan mengacu upaya masyarakat terutama di desa agar mencukupi kebutuhan gizinya melalui pemanfaatan keanekaragaman pangan sesuai kebutuhan gizinya melalui pemanfaatan penganekaragaman pangan sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga dan keadaan lingkungan setempat. Dengan kata lain Usaha Perbaikan Gizi Keluarga ialah kegiatan masyarakat untuk melembagakan upaya peningkatan gizi dalam setiap keluarga di Indonesia. Jadi secara rinci Usaha Perbaikan Gizi Keluarga ialah (Tim Pengelola UPGK, 1999) :


(36)

a. Merupakan usaha keluarga atau masyarakat untuk memperbaiki gizi pada semua anggota keluarga/masyarakat.

b. Dilaksanakan oleh keluarga atau masyarakat dengan kader sebagai penggerak masyarakat dan petugas beberapa sektor sebagai pembimbing dan pembina. c. Merupakan bagian dari kehidupan keluarga sehari hari dan bagian integral dari

pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

d. Secara operasional ialah rangkaian kegiatan yang saling mendukung untuk melaksanakan alih teknologi sederhana pada keluarga atau masyarakat.

2.2.2. Sejarah Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)

Program Usaha Perbaikan Gizi dirintis sejak tahun 1950-an. Dimulai dengan terbentuknya Panitia Negara MMR (Menu Makanan Rakyat) dan LMR (Lembaga Makanan Rakyat). Usaha Perbaikan Gizi Keluarga telah ada sejak tahun 1963 di Jawa Tengah yang disebut ANP (Applied Nutrion Program) dan baru diubah menjadi Usaha Perbaikan Gizi Keluarga sejak tahun 1969. Untuk meningkatkan kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga, maka pemerintah memperluas program ini secara nasional bersifat 2 (dua) bidang, yaitu: lintas sektoral yang melibatkan peran serta masyarakat dan lintas program (Depkes.RI, 1994).

Kegiatan UPGK merupakan kerjasama dari beberapa badan dan instansi pemerintah. Adapu departemen atau badan yang memegang peran utama di dalam pengembangan program UPGK antara lain adalah :

a. Departemen Kesehatan b. Departemen Agama


(37)

c. Departemen Pertanian

d. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Di dalam pelaksanaannya, UPGK dapat di kategorikan kedalam tiga jenis kegiatan yang meliputi :

a. UPGK Dasar

Merupakan kegiatan yang bersifat promotif dan preventif, seperti penyuluhan gizi, penimbangan bulanan balita, pemberian PMT, dsb.

b. UPGK Lengkap

Merupakan kegiatan promotof, preventif dan rehabilitatif, meliputi PMT, imunisasi, kesehatan lingkungan, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan, dsb.

c. UPGK Intensif

Merupakan kegiatan promotif, kuratif, rehabilitatif, inovatif, income generating, atau lebih sering di sebut Nutrition Inovation Pilot Project.

2.2.3. Tujuan UPGK

Secara garis besar tujuan Usaha Perbaikan Gizi adalah meningkatkan dan membina keadaan gizi seluruh anggota masyarakat melalui partisipasi dan pemerataan kegiatan, perobahan tingkah laku yang mendukung tercapainya perbaikan gizi balita. Selain dari tujuan kegiatan UPGK secara umum seperti disebut diatas, tiap-tiap instansi yang teterlibat mempunyai tujuan khusus sesuai fungsi dan peranan masing-masing sektor. Sasaran upaya perbaikan gizi adalah seluruh rakyat dengan prioritas kepada (Suharjo, 1989) :


(38)

a. Golongan anak 0 – 5 tahun, wanita hamil dan wanita menyusui. b. Golongan pekerja, terutama yang berpenghasila rendah.

c. Golongan penduduk didaerah rawan pangan. 2.2.4. Pelaksanaan UPGK

Upaya Perbaikan Gizi Keluraga merupakan usaha keluarga di dalam memperbaiki gizi seluruh anggota keluarga. Didalam pelaksanaan kegiatannya UPGK di bentuk kader untuk membantu berjalannya program ini. Kader UPGK merupakan anggota masyarakat yang bersedia:

a. Bekerja secara sukarela

b. Sanggup melaksanakan kegiatan UPGK

c. Sanggup menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan UPGK

Pada dasarnya kegiatan kader UPGK sama dengan kader Posyandu, dan umumnya keder Posyandu di desa adalah kader UPGK pula. Hal ini dikerenakan kegiatan UPGK merupakan satu kesatuan dengan kegiatan yang dilakukan oleh Posyandu. Adapun tugas kader UPGK adalah (Depkes,2006) :

a. Melaksanakan kegiatan bulanan Posyandu

1. Memberitahukan satu hari sebelumnya semua ibu hamil, ibu menyusui, ibu balita, dan anggota keluarga lainnya akan kegiatan Posyandu

2. Mempersiapkan peralatan pelaksanaan Posyandu

3. Melakukan kegiatan Posyandu pada hari yang telah ditentukan sesuai dengan tugas yang telah disepakati.


(39)

b. Melaksanakan kegiatan di luar Posyandu

1. Melaksanakan kunjungan rumah pada anak-anak, ibu hamil, yang dua bulan berturut-turut tidak datang ke posyandu, balita BGM, balita yang dua bulan berturut-turut tidak naik berat badannya, balita kegemukan, ibu hamil dan menyusui yang belum mendapatkan kapsul yodium, dan rumah tidak layak huni.

2. Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan UPGK

3. Memanfaatkan pekarangan untuk meningkatkan gizi keluarga

4. Kader membantu petugas di dalam pendataan, penyuluha dan peragaan keterampilan (untuk meningkatkan peran serta masyarakat).


(40)

2.3. Posyandu

2.3.1. Pengertian Posyandu

Pos Pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang di kelola dan di selenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

2.3.2. Sejarah Posyandu

Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat yang merupakan amanat dari UUD 1945, Departemen Kesehatan (DEPKES) pada tahun 1975 menetapkan kebijakan Pembangunan Masyarakat Desa (PKMD) yang merupakan setrategi pembangunan kesehatan dengan cara melibatkan langsung masyarakat dengan prinsip Gotongroyong dan swadaya masyarakat. Penyelesaian masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat di harapkan dapat terselesaikan dengan adanya kerjasama lintas sektoral dan lintas program. Perkenalan PKMD ini di awali dengan kesepakatan Internaional yang di kenal dengan nama Primary Health Care (PHC) seperti yang tercantum di dalam Deklarasi Alma Atta pada tahun 1978.

Mengingat kompleksnya masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat, maka pada tahun 1984 dikeluarkanlah Instruksi Bersama antara Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN dan Menteri Dalam Negeri,yang mengintegrasikan berbagai kegiatan yang ada di masyarakat ke dalam satu wadah yang di sebut dengan nama Pos


(41)

Pelayanan Terpadu. Kegiatan yang di lakukan, di arahkan untuk lebih mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi yang sesuai dengan konsep GOBI-3F (Growth Monitoring, Oral Rehydration, Breast Feeding, Imunization, Female Education, Familly Planing, and Food Suplementtation), yang mana di terjemahkan ke dalam 5 kegiatan Posyandu, yaitu (Depkes RI.2006):

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2. Keluarga Berencana (KB) 3. Imunisasi

4. Gizi dan

5. Penaggulangan Diare.

Perencanaan Posyandu ini pertama kali dilakukan secara masal di kota Jokjakarta pada tahun 1986 oleh Kepala Negara Repoblik Indonesia bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional. Sejak itulah Posyandu berkembang dengan pesat, di mana masa keemasan Posyandu terjadi pada era 1980-an. Saat itu jumlah Posyandu di Indonesia mencapai sekitar 250.000. Penelitian Megawangi (1991) menunjukkan bahwa keberadaan Posyandu telah berhasil memperbaiki status gizi anak balita. Kunci sukses keberhasilan Posyandu tidak terlepas dari peran penting kader Posyandu itu sendiri. Mereka harus medapatkan training yang cukup sehingga memiliki keterampilan untuk menjalankan program Posyandu (Sugeng, 2008).

Pada tahun 1990-an terjadi penurunan yang drastis pada jumlah Posyandu mendekati 178.157 Posyandu, di mana dalam jumlah tersebut sekitar 50% tidak memberikan pelayanan yang memadai (Depkes,2000). Untuk mengatasi hal tersebut,


(42)

maka di keluarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor. 9 Tahun 1990 tentang peningkatan Pembinaan Posyandu, di mana setiap Kepala Daerah ditugaskan untuk peningkatan pengelolaan mutu Posyandu dan pada tahun 2001 Menteri Dalam Negeri kembali mengeluarkan Surat Edaran Nomor.441.3/1116/SJ tahun 2001 tentang Revitalisasi Posyandu (Depkes RI, 2006).

2.3.3. Kegiatan-Kegiatan Posyandu

Posyandu merupakan pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat sekaligus mendapatkan pelayanan kesehatan. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan / pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut :

2.3.3.1. Kegiatan Utama A. Kesehatan Ibu dan Anak

1. Ibu Hamil

Pelayanan yang di selenggarakan untuk ibu hamil mencakup :

a) Penimbangan berat badan dan pemberian tabelt besi yang di lakukan oleh kader kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran pembuluh darah dan pemberian imunisasi tetanus toksoit. Bila tersedia ruang pemeriksaan, ditambah dengan pemeriksaan tinggi fundus / usia kehamilan. b) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan

kelompok ibu hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai kesepakatan. Kegiatan kelompok ibu hamil antara lain sebagai berikut:


(43)

a. Penyuluhan tanda bahaya ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan menyusui, KB dan Gizi.

b. Perawatan Payudara dan pemberian ASI c. Peragaan pola makan ibu hamil

d. Peragaan perawatan bayi baru lahir e. Senam ibu hamil.

2. Ibu Nifas dan Menyusui

Pelayanan yang di selenggarakan pada ibu nifas dan menyusui meliputi : a. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan Gizi, ibu nifas,perawatan kesehatan

jalan lahir (vagina)

b. Pemberian Vitamin A dan tabelt besi c. Perawatan payudara

d. Senam ibu nifas

e. Jika ada tenaga Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan pemeriksaan umum , pemeriksaan payudara,

f. Pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila di temikan kelainan, segera di rujuk ke Puskesmas.

3. Bayi dan Anak Balita

Pelayan Posyandu untuk Balita harus di laksanakan dengan mengacu kepada kreatifitas tumbuh kembang anak. Jika memiliki ruangan pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan anak Balita hendaknya tidak digendong melainkan dilepaskan bermain sesama Balita dengan pengawasan orang tua dengan pengawasan kader.


(44)

Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur Balita. Adapun jenis pelayanan yang di selenggarakan di Posyandu untuk Balita meliputi :

a. Penimbangan berat badan b. Penentuan status pertumbuhan c. Penyuluhan

d. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi, dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

B. Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah pemberian kondom dan pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas di lakukan suntikan KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang dilakukan pemasangan IUD.

C. Imunisasi

Pelayanan imunisasi Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas Puskesmas. Jenis Imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program, baik terhadap bayi dan balita, maupun terhadap ibu hamil.

D. Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh Kader. Sasarannya adalah bayi, balita, ibu hamil, dan WUS. Jenis pelayanan yang di berikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi,


(45)

pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup Fe. Khusus pada ibu hamil dan ibu nifas ditambah dengan pemberian tabelt besi dan kapsul yodium untuk yang bertempat tinggal di daerah yang endemik

E. Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu di lakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) . Penaggulangan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat atau pemberian oralit yang disediakan. 2.3.3.2. Kegiatan Pengembangan / Tambahan

Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambahkan kegiatan Posyandu dalam kegiatan baru, di samping 5 kegiatan utama yang telah ditetapkan. Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila 5 kegiatan utama telah di lakukan dengan baik, dalam arti cakupannya di atas 50% serta didukung oleh sumberdaya yang mendukung. Penetapan kegiatan baru Posyandu ini harus mendapat dukungan dari Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).

Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang telah diselenggarakan antara lain :

a. Bina Keluarga Balita

b. Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)

c. Pertemuan dini dan pengamatan penyakit potensial kejadian luar biasa. d. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD)


(46)

f. Desa Siaga g. Dll.

2.3.4. Penyelenggaraan Posyandu

Penyelenggaraan Posyandu hakekatnya dilaksanakan 1 (satu) kali dalan satu bulan, dimana tempat pelaksanaan Posyandu hendaknya tidaklah terlalu jauh dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelenggaraan tersebut dapat disalah satu rumah warga, balai desa / kelurahan, balai RT/RW/dusun atau tempat khusus yang di bangun secara swadaya oleh masyarakat.

Pengelolaan Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari seorang ketua, sekertaris dan bendahara. Keriteria pengelola Posyandu antara lain sebagai berikut:

a. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat setempat.

b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotifasi masyarakat.

c. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.

Kegiatan rutin Posyandu di selenggarakan dan dimotori oleh kader Posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Jumlah minimal kader setiap Posyandu adalah 5 (lima). Jumlah ini sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilakukan oleh Posyandu, yakni mengacu pada sistim 5 meja. Adapun yang dimaksut dengan sistim 5 meja tersebut menunjukkan 5 pelayanan yang diberikan oleh Posyandu. Secara umum pelayanan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas


(47)

Langsa Baro telah memiliki kelengkapan dalam jumlah kader, walaupun dalam pelayanannya sistim 5 meja tersebut belum dapat dilakukan dengan maksimal (Depkes RI, 2006)

Pelayanan yang dilaksanakan pada setiap langkah dan para penanggung jawab pelaksanaannya secara sederhana dapat diuraikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1. Langkah-langkah dan pelaksana kegiatan Posyandu

LANGKAH PELAYANAN PELAKSANA

Pertama Pendaftaran Kader

Kedua Penimbangan Kader

Ketiga Pengisian KMS Kader

Keempat Penyuluhan Kader

Kelima Pelayanan Kesehatan

Petugas Kesehatan, Sektor Terkait, Bersama Kader Sumber : Depkes RI, 2006

2.3.5. Tingkat Perkembangan Posyandu

Perkembangan masing-masing Posyandu tidaklah sama, dengan demikian pembinaan yang dilakukan masing-masing Posyandu juga berbeda. Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, telah di kembangkan metode dan alat telaahan perkembangan Posyandu yang dikenal dengan nama Telaah Kemandirian Posyandu. Tujuan Telaahan Posyandu adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu yang secara umum dibedakan atas 4(empat) tingkatan. Secara sederhana indikator untuk tiap tingkatan Posyandu dapat diuraikan sebagai berikut (Dinprov-SUMUT, 2007) :


(48)

Tabel 2.2. Tingkat Perkembangan Posyandu

No INDIKATOR PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI

1 Frekuensi Penimbangan <8 >8 >8 >8

2 Rerata Kader bertugas <5 >5 >5 >5

3 Rerata cakupan D/S <50% <50% ≥50% ≥50%

4 Cakupa Komulatif KIA <50% <50% ≥50% ≥50%

5 Cakupa Komulatif KB <50% <50% ≥50% ≥50%

6 Cakupa Komulatif Imunisasi <50% <50% ≥50% ≥50%

7 Program tambahan - - + +

8 Cakupan dana sehat <50% <50% ≤50% ≥50%

Sumber : Depkes RI, 2006

2.4. Hubungan Antara Kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga dan kegiatan Posyandu

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga sebagai upaya memperbaiki keadaan gizi masyarakat merupakan serangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk menanggulangi masalah gizi pada masyarakat, yang dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat dengan dukungan berbagai sektor, baik dari departamen maupun badan pemerintahan.

Posyandu adalah suatu wadah komunikas dalam pelayanan kesehatan masyarakat yang di lakukan oleh dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana.

Untuk itu di dalam mewujudkan tujuan program diperlukan kerjasama antar sektor yang baik. Untuk menciptakan peran aktif masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga maka perlu dilaksanakan strategi KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang tepat yaitu:


(49)

a. Penyederhanaan pengertian gizi pada masyarakat dengan semboyan “Anak Sehat adalah Bertambah Umur Bertambah Berat”.

b. Pengalihan teknologi sederhana pada masyarakat untuk memonitoring dinamika pertumbuhan Berat Badan (BB) anak balita yaitu penimbangan bulanan dengan dacin dan pencatatan pada KMS.

c. Penimbangan bulanan adalah kegiatan utama dan ciri khas dari Usaha Perbaikan Gizi Keluarga, tanpa adanya kegiatan penimbangan bukan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga.

d. Ada tindak lanjut setelah ditimbang, minimal penyuluhan gizi dan pesan yang spesifik.

e. Intervensi langsung yang sederhana, misalnya Larutan Gula Garam (LGG), vitamin A dosis tinggi dan tabelt besi.

Agar masyarakat dapat lebih termotivasi dan dapat lebih merasakan manfaat Usaha Perbaikan Gizi Keluarga, maka dapat dikembangkan bentuk pelayanan lainnya, misainya PMT, penyuluhan, rujukan, pelayanan kontrasepsi, imunisasi dan lain-lain. Kegiatan tersebut sekarang lebih dikenal dengan Posyandu. Oleh karena itu kegiatan posyandu, kelompok kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga merupakan pintu masuk atau “entry point”dari pada kegiatan Posyandu.

Dengan demikian kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga yang disatukan dalam posyandu adalah kegiatan penimbangan bulanan balita. Sedangkan kegiatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga yang lainnya dilaksanakan diluar kegiatan Posyandu sebagai aktivitas rutin misalnya tanaman pekarangan, kebun percontohan, motivasi melalui jalur agama (kelompok pengajian, ceramah di mesjid), peningkatan konsumsi


(50)

makanan yang dilakukan oleh keluarga di desa, pengaturan pemberian ASI dan makanan pengganti ASI yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dan lain-lain.

Di dalam menjalankan program ini di lapangan di gunakan tenaga bantu yang di sebut dengan kader. Perilaku kader di dalam melakukan kegiatan di Posyandu sangat mempengaruhi masalah kesehatan dan gizi yang terjadi di masyarakat. Perilaku kader di dukung oleh faktor determinan seperti faktor predisposisi, faktor enebling dan faktorreinforcing, seperti yang tertera di gambar berikut :

Gambar 2.1. Konsep Teoritis dan Faktor Determinan Perilaku Kader. Sumber : Modifkasi (Soekidjo,2003; Subur, 2005; Wiku, 2007)

Faktor enablling yang berkaitan dengan pelaksanaan Posyandu : - Dacin - KMS - PMT - Gedung - Panduan

- Sarana Kegiatan

Pelayanan Kesehatan Faktor Predisposisi yang berkaitan dengan karekteristik kader : - Umur

- Pedidikan - Pekerjaan

- Status perkawinan - Sikap

- Motivasi

- Pengetahuan/pelatih an

Faktor Reinforcing : - Dukungan pemda - Dukungan LSM - Dukungan

TP-PKK - Dukungan

masyarakat

- Struktur Posyandu

Perilaku Kader

Keaktifan Kader

Status Kesehatan


(51)

2.5. Kerangka Konsep

Dari beberapa kajian yang telah dilakukan diatas, banyak faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader. Pada penelitian ini peneliti membatasi variabel penelitian yang dianggap sesuai dengan situasi dan kondisi Posyandu di Puskesmas Langsa Barat Kecamatan Langsa Baro yaitu faktor predisposisi, pendukung dan penguat yang digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Keaktifan Kader dalam program UPGK Faktor Predisposisi :

- Usia - Pendidikan

- Status perkawinan - Pekerjaan

- Pengetahuan

Faktor Pendukung :

- Pelatihan dan Pembinaan - Kelengkaan infrastruktur

Faktor Penguat :

- Dukungan Instansi Terkait - Penghargaan dan insentif


(52)

2.6. Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh faktor predisposisi (usia, pendidiakan, status perkawinan, pekerjaan an pengetahuan), faktor pendukung (pelatihan dan pembinaan, kelengkapan infrastruktur) dan faktor penguat (dukungan, penghargaan dan insentif) terhadap keaktifan kader dalam program UPGK.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat diskriptif, dimana jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan cross sectional study.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Langsa Baro Kecamatan Langsa Baro, Kota Langsa – NAD yang memiliki 33 (tigapuluh tiga) buah Posyandu yang di lakukan pada bulan Oktober 2009 – Mei 2010.

Adapun alasan dipilihnya Puskesmas Langsa Baro Kecamatan Langsa Baro karena pada kecamatan ini masih banyak dijumpai anak dengan gizi buruk, dan jumlah kader yang terdaftar tidak sesuai dengan jumlah Posyandu, sedangkan Puskesmas ini merupakan Puskesmas dengan predikat terbaik didalam pelayanan prima tingkat nasional.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah seluruh kader Posyandu dalam wilayah kerja Puskesmas Langsa Baro Kecamatan Langsa Baro, yaitu sebanyak 160 orang kader.

Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 61 orang yang ditentukan dengan rumus penentuan sampel dengan menggunakan formula sebagai berikut :

N n = Besar sampel

n = N = Besar Populasi


(54)

3.4. Metoda Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. 3.4.1. Data Primer

Data primer didalam penelitian ini adalah data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kader (predisposisi, pendukung dan penguat) yang diperoleh dengan wawancara dengan bantuan kuisioner.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data tentang gambaran umum lokasi penelitian yang diperoleh dari Dinas Kesehatan, Puskesmas dan juga petugas program gizi Puskesmas yang meliputi laporan bulanan dan tahunan.

3.5. Difenisi Operasional Variabel

VARIABEL SUB

VARIABEL DEFINISI HASIL UKUR

F akt or P re di sp os isi

Umur Usia responden pada

saat penelitian dihitung dari tanggal lahir hinga ulang tahun terakhir dalam tahun

1. <30 Th

2. 30-40 Th

3. >40 Th

Pendidikan Pendidikan terakhir

yang dimiliki responden dengan bukti izajah 1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. Akademi/PT

Status perkawinan Status responden

yang dibuktikan dengan surat nikah yang sah.

1. Kawin

2. Tidak kawin


(55)

VARIABEL SUB

VARIABEL DEFINISI HASIL UKUR

F

akt

or

P

endukung

Pekerjaan Kegiatan sehari-hari

yang dilakukan responden diluar kegiatan rumah tangga yang menghasilkan uang

1. Bekerja

2. Tidak bekerja

Pengetahuan Segala pengetahuan

yang dimiliki kader tentang Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) a. Baik b. Kurang c. Buruk Pelatihan dan pembinaan

Ada tidaknya pelatihan dan pembinaan yang didapatkan oleh kader baik dari TPG, BKKBN, bidan desa maupun PKK selama

bertugas serta tanggapan kader tentang kesesuaian materi dengan tugas kader dilapangan.

a. Baik

b. Tidak baik

Kelengkapan infrastruktur

Segala peralatan pendukung ( KMS, Dacin, alat ukur panjang dan tinggi badan, Buku registrasi, dan buku KIA) dan penunjang

(gedung/ruang periksa, meja) yang dimiliki oleh posyandu.

1. Lengkap


(56)

VARIABEL

SUB VARIABEL

DEFINISI HASIL UKUR

F a kt or P e ng ua t

Dukungan Suatu perhatian, bantuan, maupun

dorongan yang diberikan oleh TPG, Ketua PKK, BKKBN, masyarakat maupun tokoh masyarakat setempat.

3. Baik

4. Tidak baik

Penghargaan dan insentif

Ada tidaknya penghargaan yang pernah diterima dalam rangka keaktifan sebagai kader baik dalam bentuk uang ataupun jenis penghargaan lainnya

1. Baik

2. Tidak baik

1.5.2. Variabel Dependen

VARIABEL

SUB VARIABEL

DEFINISI HASIL UKUR

K e a k tif a n K a de r Keaktifan Kader

Keterlibatan kader didalam melakukan kegiatan sesuai dengan tugasya baik pada hari sebelum Posyandu, saat Posyandu maupun kegiatan setelah melaksanakan Posyandu.

1. Aktif

2. Kurang aktif


(57)

3.6. Aspek Pengukuran

Untuk mengukur variabel dependen dan idependen di atas dengan menggunakan kuisioner dengan pertanyaan tertutup, dilakukan pengkategorian sebagai berikut :

1. Pengetahuan

Pengetahuan diukur dengan memberikan skor pada setiap pertanyaan yang diajukan. Jumlah pertanyaan sebanyak 12 pertanyaan dengan skor tertinggi 24, dan dapat dikategorikan dalam (Arikunto, 2007) :

− Jawaban a diberi skor 2

− Jawaban b diberi skor 1

− Jawaban c diberi skor 0

Berdasarkan nilai diklasifikasi dalam tiga kategori :

− Baik jika nilai >75%

− Kurang jika nilai 50% - 75%

− Buruk jika nilai <50

2. Pelatihan dan pembinaan :

Pertanyaan tentang pelatihan diukur dengan memberikan 6 (enam) pertanyaan kepada responden. Dalam menentukan pengkategorian pelatihan dan pembinaan digunakan skala Guttman, dimana setiap pertanyaan diberikan nilai 1 untuk poin a dan nilai 0 untuk poin b dengan total nilai 6. Berdasarkan nilai tersebut maka kelengkapan dapat diklasifikasi dalam dua kategori (Riduwan,2005) :

− Baik jika nilai ≥50%


(58)

3. Kelengkapan infrastruktur

Kelengkapan infrastruktur diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang diberikan nilai pada setiap pertanyaan, dimana poin a diberi skor 1 dan poin b diberi skor 0 dengan nilai tertinggi 10 dan nilai terendah 0.

Berdasarkan nilai tersebut maka kelengkapan dapat diklasifikasi dalam dua kategori :

− Lengkap jika nilai ≥50%

− Tidak lengkap jika nilai < 50

4. Dukungan

Dukungan dapat diukur dengan memberikan pertanyaan kepada responden, dimana poin a diberi skor 1 dan poin b diberi skor 0 dengan nilai tertinggi 5 dan dapat dikategorikan dalam :

− Baik jika nilai ≥50%

− Tidak baik jika nilai < 50

5. Penghargaan

Penghargaan diukur dengan memberikan skor pada tiap pertanyaan yang diajukan kepada responden, dimana dari 5 pertanyaan yang diajukan poin a diberi skor 1 dan poin b diberi skor 0 dan dapat dikategorikan kedalam:

− Baik jika nilai ≥50%


(59)

6. Keaktifan Kader

Keaktifan kader diukur dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang telah diberikan skor. Skor tertinggi dari pertanyaan adalah 28 dari 14 pertanyaan yang diakan kepada responden, dan dapat diklasifikasikan dalam :

− awaban 1 diberi skor 2

− Jawaban 2 diberi skor 1

− Jawaban 3 diberi skor 0

Berdasarkan nilai diklasifikasi dalam tiga kategori :

− Aktif jika nilai >75%

− Kurang aktif 50 - 75

− Tidak aktif jika nilai <50%

3.7. Teknik pengolahan dan Analisa Data 3.7.1. Pengolahan Data

Data yang telah di kumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut:

3.7.1.1. Editing

Data yang telah terkumpul segera diteliti kelengkapannya dilokasi penelitian guna menghindari kekurangan atau kelengkapan dan kesalahan yang tidak diinginkan.

3.7.1.3. Tabulating

Adalah data yang diperoleh dan dikelompokkan sesuai dengan karakteristik serta ditampilkan dalam bentuk tabel.


(60)

3.7.2. Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier ganda pada α = 0,05 yang bertujuan untuk mengetahui faktor karakteristik kader (umur, pendidikan, status perkawinan, lama bekerja), faktor kepuasan kerja serta faktor pengetahuan dan keterampilan (pelatihan, pembinaan, dukungan, penghargaan dan pengetahuan) terhadap keaktifan kader dalam pelaksanaan program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Analisa data dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Keadaan Geografis dan Demografi

Puskesmas Langsa Baro merupakan salah satu Puskesmas yang berada didalam wilayah kerja Kota Langsa Propinsi Nanggro Aceh Darusalam yang berada di Kecamatan Langsa Baro. Puskesmas Langsa Baro memiliki wilayah kerja dengan luas ± 152,16 km² dan berbatasan dengan :

− Sebelah Utara : dengan kecamatan Langsa Timur

− Sebelah Timur : dengan kecamatan Langsa Lama

− Sebelah Barat : dengan kecamatan Birem Bayeun

− Sebelah Selatan : dengan kecamatan Langsa Barat

Tabel 4.1. Destribusi desa di Kecamatan Langsa Baro berdasarkan wilayah / jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga (KK) tahun 2010

No Nama Desa Jumlah

Penduduk

Jumlah KK

Luas Wilayah

1 Gampong Jawa 16312 3439 2,6

2 Geudubang Aceh 3977 929 56,5 3 Geudubang Jawa 4192 1006 6,9

4 Karang Anyer 3369 871 60,5

5 Paya Bujuk Seulemak 11030 2286 7,91 6 Paya Bujuk Tunong 5923 1369 2,0 7 Pondok Kelapa 2197 489 15,75


(62)

Secara administrasi Puskesmas Langsa Baro memiliki 7 (tujuh) desa dengan jumlah penduduk 47.000 jiwa dan 10.389 KK. Penyebaran penduduk di Kecamatan Langsa Baro tidak merata seperti dapat dilihat pada tabel 4.1. Daerah terpadat penduduknya adalah desa Gampong Jawa dengan jumlah penduduk 6273,84 jiwa/km2, sedangkan desa Karang Anyer merupakan desa dengan penyebaran penduduk yang ranggang yaitu 66,69 jiwa/km2.

4.2 Karakteristik Responden

Dari penelitian yang dilakukan terhadap variabel karakteristik kader posyandu diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Kader di Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa Tahun 2010

No Karakteristik Responden N %

1 Usia

< 30 31 50,8

30 – 40 14 23,0

>40 16 26,2

Jumlah 61 100,0

2 Pendidikan

SD 2 3,3

SLTP 14 23,0

SLTA 41 67,2

Akademi/PT 4 6,6

Jumlah 61 100,0

3 Status Perkawinan

Kawin 41 67,2

Tidak Kawin 11 18,0

Janda/Duda 9 14,8

Jumlah 61 100,0

4 Pekerjaan

Kerja 20 32,8

Tidak bekerja 41 67,2


(63)

No Karakteristik Responden N %

5 Pengetahuan

Baik 37 60,7

Kurang 23 37,7

Buruk 1 1,6

Jumlah 61 100,0

Tabel 4.2 di atas menunjukan bahwa hasil penelitian berdasarkan kelompok usia responden sebagian besar (50,8%) terdapat pada kelompok usia <30 tahun. Sebahagian besar responden (67,2) berpendidikan SLTA. Dari tabel diatas dapat diketahui pula sebanyak 67,2% kader dengan status kawin dan sebahagian kecil (14,6%) dengan status janda/duda. Sedangkan status pekerjaan kader diketahui sebanyak 32,8% kader bekerja. Selain itu diketahui bahwa tingkat pengetahuan kader sebahagian besar (60,7%) baik dan sebahagian kecil (1,6%) diketahui dengan tingkat pengetahuan buruk.


(64)

4.3 Faktor Pendukung

Didalam melakukan suatu kegiatan/aktifitas, faktor pendukung merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan dan merangsang pekerja untuk lebih aktif didalam melakukan tugasnya. Faktor pendukung dapat dibagi kedalam :

4.3.1 Pelatihan dan Pembinaan

Dari penelitian yang dilakukan terhadap persepsi responden akan pelatihan dan pembinaan yang diperoleh responden selama bertugas dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini :

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelatihan dan Pembinaan di Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa Tahun 2010

No Pelatihan dan Pembinaan N %

1 Baik 51 83,6

2 Tidak Baik 10 16,4

Total 61 100,0

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebahagian besar responden (83,6%) menyatakan pelatihan dan pembinaan yang diperoleh baik dan 16,4% responden menyatakan tidak baik. Untuk mengetahui distribusi frekuensi jawaban responden tentang dukungan instansi terkait dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berukut :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Pelatihan dan Pembinaan kader di Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa Tahun 2010

No Pelatihan dan Pemmbinaan N %

1 Pernah mengikuti pelatihan

Ya 47 77,0

Tidak 14 23,0

Total 61 100,0

2 Kesesuaian materi

Sesuai 47 100,0

Tidak sesuai 0 0,0


(65)

No Pelatihan dan Pembinaan N % 3 Pembinaan Puskesmas

Ya 61 100,0

Tidak 0 0,0

Total 61 100,0

4 Pembinaan PKK

Ya 9 14,8

Tidak 52 85,2

Total 61 100,0

5 Pembinaan BKKBN

Ya 0 0,0

Tidak 61 100,0

Total 61 100,0

6 Pembinaan Bidan Desa

Ya 52 85,2

Tidak 9 14,8

Total 61 100,0

Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 77% kader telah mendapatkan pelatihan dan 23% kader belum mendapatkan pelatihan. Dari 77% kader yang telah mendapatkan pelatihan seluruhnya menyatakan materi yang didapat pada saat pelatihan sesuai dengan apa yang dibutuhkan dilapangan. Selain itu diketahui bahwa petugas puskesmas selalu memberikan pembinaan pada saat kegiatan posyandu. Petugas PKK yang melasanakan pembinaan sebanyak 14,8% dan yang tidak melakukan pembinaan sebayak 85,2%. Dari tabel diatas dapat pula diketahui bahwa pihak BKKBN tidak pernah melakukan pembinaan kepada kader posyandu. Sedangkan bidan desa yang melakukan pembinaan kepada kader sebanyak 85,2% dan yang tidak melakukan pembinaan sebanyak 14,8%.


(66)

4.3.2 Kelengkapan Infrastruktur

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui terhadap persepsi responden terhadap kelengkapan infrastruktur posyandu dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Berdasarkan Kelengkapan Infrastruktur di Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa Tahun 2010

No Kelengkapan Infrastruktur N %

1 Lengkap 40 65,6

2 Tidak Lengkap 21 34,4

Total 61 100,0

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebahagian besar (65,6%) responden menyatakan bahwa infrastuktur pendukung di posyandu telah lengkap dan 34,4% responden menyatakan tidak lengkap.

Kelengkapan infrastruktur terdiri dari 10 pertanyaan yang marupakan unsur terpenting didalam terlaksananya suatu kegiatan Posyandu. Untuk lebih jelas persentase masing-masing kelengkapan infrastruktur posyandu dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini :

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden terhadap kelengkapan infrastruktur di Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa Tahun 2010

N0 Kelengkapan Infrastruktur N %

1 Kondisi Timbangan

Baik 51 83,6

Kurang Baik 10 16,4

Total 61 100,0

2 Ketersediaan Alat panjang badan

Ya 14 23,0

Tidak 47 77,0


(1)

5. Bagaimana menurut saudara dukungan dari tokoh masyarakat / aparat desa terhadap kader?

a. Baik b. Tidak baik

F. PENGHARGAAN

1. Apakah saudara pernah mendapatkan penghargaan selama bekerja sebagai kader?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah didalam bertugas kader ada mendapatkan insentuf? a. ya b. Tidak

3. Bagaimana menurut saudara penghargaan dari PKK desa / kecamatan? a. Baik b. Tidak baik

4. Bagaimana menurut saudara penghargaan dari aparatur desa dan masyarakat? a. Baik b. Tidak baik

5. Bagaimana menurut saudara penghargaan dari aparatur pemerintah lainnya (BKKBN) ?


(2)

G. KEAKTIFAN KADER

Apaakah kader melaksanakan beberapa kegiatan :

Sebelum Hari H

1.Menyiapkan tempat pelaksanaan, peralatan, sarana dan prasarana, PMT sebelum Posyandu di mulai?

a. Ya b. Tidak

2.Memberitahukan warga adanya kegiatan diPosyandu? a. Ya b. Tidak

3.Mendata jumlah sasaran yang ada diwilayah kerja :

( Jika responden melakukan 3 item maka jawabannya YA ) a. Ya b. Tdak

Ya Tidak

- Bumil ... ...

- WUS ... ...

- Ibu menyusui ... ...

- Bayi ... ...

- Balita ... ...

Apakah kader :

Pada saat hari H

4. Melaksanakan Pendaftaran pengunjung Posyandu balita dan Bumil. a. Ya b. Tidak

5. Melakukan penimbangan balita dan bumil yang berkunjung ke Posyandu. a. Ya b. Tidak

6. Melakukan pencatatan balita dan bumil yang berkunjung ke Posyandu a. Ya b. Tidak


(3)

7. Melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan dan gizi serta pemberian PMT bila menemukan balita BGM dan KEP?

a. Ya b. Tidak

8. Membantu memberikan pelayanan kesehatan: KB, Imunisasi, Fe, dan obat-obatan lainnya bersama petugas kesehatan di Posyandu kepada pengunjung Posyandu?

a. Ya b. Tidak

9. Mencatat di secarik kertas yang diselipkan kedalam KMS / buku KIA setelah menimbang balita dan Ibu hamil kemudian baru mencatat hasilnya di KMS/Buku KIA dan mengisi di buku register?

a. Ya b. Tidak

10. Melakukan konsultasi kepada petugas kesehatan bila menemukan balita sudah 3 (tiga) kali berturut-turut BB nya tidak naik?

a. Ya b. Tidak

Apakah kader :

Setelah hari H

11.Merapikan tempat Posyandu, melengkapi pencatatan dan evaluasi kegiatan? a. Ya b. Tidak

12.Membuat grafik SKDN dari hasil Posyandu? a. Ya b. Tidak

13.Melakukan tindak lanjut dan kunjungan rumah kepada sasaran yang tidak datang ke Posyandu?

a. Ya b. Tidak

14.Melakukan tatap muka ketokoh masyarakat setempat dan menghadiri pertemuan rutin organisasi keagamaan dalam masyarakat seperti pengajian


(4)

(5)

Lampiran IV

AnalisaBivariat

Correlations

1 -,326* ,132 -,077 ,393** ,310* ,188 ,263* ,202 ,198 . ,010 ,311 ,558 ,002 ,015 ,147 ,041 ,118 ,127

61 61 61 61 61 61 61 61 61 61

-,326* 1 -,013 ,138 -,372** ,021 -,123 ,172 ,181 -,523** ,010 . ,924 ,290 ,003 ,870 ,345 ,185 ,162 ,000

61 61 61 61 61 61 61 61 61 61

,132 -,013 1 ,024 ,090 -,045 ,048 ,053 ,112 ,267* ,311 ,924 . ,854 ,492 ,729 ,716 ,686 ,392 ,037

61 61 61 61 61 61 61 61 61 61

-,077 ,138 ,024 1 -,187 ,026 -,008 -,064 ,046 ,003 ,558 ,290 ,854 . ,149 ,841 ,949 ,622 ,725 ,979

61 61 61 61 61 61 61 61 61 61

,393** -,372** ,090 -,187 1 ,330** ,158 ,304* ,234 ,191 ,002 ,003 ,492 ,149 . ,009 ,225 ,017 ,070 ,140

61 61 61 61 61 61 61 61 61 61

,310* ,021 -,045 ,026 ,330** 1 ,145 ,172 ,132 -,028 ,015 ,870 ,729 ,841 ,009 . ,264 ,185 ,309 ,828

61 61 61 61 61 61 61 61 61 61

,188 -,123 ,048 -,008 ,158 ,145 1 ,282* ,217 ,211 ,147 ,345 ,716 ,949 ,225 ,264 . ,028 ,094 ,102

61 61 61 61 61 61 61 61 61 61

,263* ,172 ,053 -,064 ,304* ,172 ,282* 1 ,769** -,171 ,041 ,185 ,686 ,622 ,017 ,185 ,028 . ,000 ,188

61 61 61 61 61 61 61 61 61 61

,202 ,181 ,112 ,046 ,234 ,132 ,217 ,769** 1 ,055 ,118 ,162 ,392 ,725 ,070 ,309 ,094 ,000 . ,676

61 61 61 61 61 61 61 61 61 61

,198 -,523** ,267* ,003 ,191 -,028 ,211 -,171 ,055 1 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation keaktifan kader Kom

Pendidikan Status perkawinan Pekerjaan Pengetahuan K PP Kom Kelengkapan Kom Dukung Kom Penghargaan Kom Usia keaktifan

kader Kom Pendidikan

Status

perkawinan Pekerjaan

Pengetahuan

K PP Kom

Kelengkapan

Kom Dukung Kom

Penghargaan


(6)

Uji Statistik Multifariant

Variables Entered/Removedb

Dukung Kom, PP Kom, Pengetahu an Ka

. Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: keaktifan kader Kom b.

Model Summary

,458a ,210 ,168 ,468

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), Dukung Kom, PP Kom,

Pengetahuan K a.

ANOVAb

3,305 3 1,102 5,038 ,004a

12,465 57 ,219

15,770 60 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Dukung Kom, PP Kom, Pengetahuan K a.

Dependent Variable: keaktifan kader Kom b.

Coefficientsa

1,244 ,363 3,427 ,001

,278 ,126 ,287 2,219 ,031

,262 ,172 ,191 1,523 ,133

,215 ,187 ,143 1,154 ,253

(Constant) Pengetahuan K PP Kom Dukung Kom Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: keaktifan kader Kom a.


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani untuk Beraktivitas di Luar Kegiatan Bertani (Studi Kasus di Kecamatan Langsa Timur Kota Langsa)

2 55 102

Persepsi Remaja Tehadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD

2 61 117

Pengaruh Pemberlakuan Hukum Syariat Islam Terhadap Gaya Hidup Remaja (Di Gampong Geudubang Jawa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa)

2 43 151

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Langsa Lama Kota Langsa Tahun 2015

4 28 74

LPSE Kota Langsa Kec.Langsa Baro

0 0 1

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Langsa Kota Langsa Tahun 2015

0 0 16

Remaja Terhadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas Di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD”. maka saya yang

0 0 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi - Persepsi Remaja Tehadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Persepsi Remaja Tehadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD

0 1 15

Persepsi Remaja Tehadap Peranan Wilayatul Hisbah Dalam Mengurangi Seks Bebas di Desa Pondok Kelapa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten Kota Langsa NAD

0 1 14