VOL 8, No.2 (Edisi Khusus Hari Guru) (2017): Periode November
21 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
3 (o
UNIVERSITAS KHAIRUN
n lin
TERNATE-INDONESIA
e)
JURNAL PENELITIAN HUMANO LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS KHAIRUN
JURNAL PENELITIAN HUMANO LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS KHAIRUN PEMBINA
Rektor Universitas Khairun Ternate Prof. Dr. Husen Alting, SH.,MH
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Nurhasanah, S.Si., M.Si
PIMPINAN REDAKSI
Dr. Drs. Hasan Hamid, M.Si
DEWAN REDAKSI
Dr. Drs. Idrus Alhaddad, M.Pd , Dr. Safruddin Amin, S.Sos., MA Dr. Dra. Farida Maricar, M.Hum
Sunaidin Ode Mulae, SS., M.Hum
MITRA BESTARI
Dr. Hieronymus Purwanta, M.A Dr. Eka Susanti, M.Pd Dr. Pujiati, M.Pd
KEUANGAN
Jalil Alim, S.Pd.
EDITOR/PENYUNTING
Yanhar Ammari, S.Pi., M.S i
LAYOUT/DESAIN GRAFIS
Ikram Hamid, S.Pd., M.Si
SIRKULASI
Ahmad Djafar, SH., MH
Artikel memuat tulisan/artikel ilmiah bidang ilmu noneksakta atau Humaniora meliputi aspek-aspek sosial dan politik, ekonomi, hukum maupun pendidikan dan kebudayaan
DAFTAR ISI
UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MENGAMBIL KEPUTUSAN DENGAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS 1-12 VII-B SMP MUHAMMADIYAH 1 TERNATE
Lily Lailawati Sardju …………………………………………………………………..
EXPRESSION MELALUI MODEL PEMBELAJARAN RUNNING DICTATION MENGGUNAKAN MEDIA TEGAR PADA SISWA 13-21
KELAS IX-6 MTs NEGERI 1 TERNATE TAHUN AJARAN 2016/2017
Ida Hendryani Sardju ………………………………………………………………………… PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR TERHADAP KERAGAMAN
SUKU BANGSA
TERINTEGRASI BERBANTUAN LKS NON EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 15 KOTA TERNATE TAHUN 2017 22-30
Farida Assagaf ……………………………………………………………………………………. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN FAKTORISASI ALJABAR MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN TEAMS GAME TOURNAMEN (TGT) SISWA SMP MUHAMMADIYAH 1 TERNATE TAHUN PELAJARAN 2015/2016 31-48
Rabiah Albaar……………………………………………… …………………………………. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS VIIIC SMP MUHAMMADIYAH 1 TERNATE TAHUN AJARAN 49-61 2015/2016
Herniati …………………………………………………..…………………………………………..
I MPLEMENTASI TEKNIK KONSELING EKLEKTIK PERILAKU ATTENDING UNTUK MERUBAH KEBIASAAN MEROKOK SISWA
IX-D SMP MUHAMMADIYAH 1 TERNATE TAHUN AJARAN 2016/2017 62-71
Darmawati …………………………………………………………………………………..
UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN MENGAMBIL KEPUTUSAN DENGAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS VII-B SMP MUHAMMADIYAH 1 TERNATE
Lily Lailawati Sardju
SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate Jalan. Melati Bastiong, Bastiong Karance 97716 Ternate
e- mail: smpmuh_85@gmail.com
ABSTRAK. Keunggulan pembelajaran dengan menggunakan CTL adalah pembelajaran yang lebih bermakna yaitu memberikan kesempatan pada siswa untuk mencari pengetahuan yang dapat diterapkan mereka pada kehidupan yang nyata, siswa mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik, menumbuhkan jiwa sosial dan tidak dan tidak bersikap individual, materi ditemukan sendiri oleh anak dan bukan dari pemberian guru. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, Bagaimanakah penerapan Model CTL (Contextual Teaching And Learning) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa SMP Muhammadiyah 1 Ternate kelas VII-B pada pada Materi Pencemaran air? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa SMP Muhammadiyah 1 Ternate kelas VII-B melalui penerapan Model CTL pada konsep pencemaran air. Peningkatan nilai hasil belajar IPA yang diperoleh pada saat posttest dibandingkan dengan hasil pretes, yaitu Nilai rata-rata posttest pada siklus I yaitu 71,4 dengan persentase siswa yang dinyatakan tuntas sebesar 63,9% dan peningkatan jumlah siswa yang dianggap telah tuntas yaitu sebanyak 23 orang. Sedangkan nilai rata- rata posttest pada siklus II yaitu 78,28, dengan persentase siswa yang dinyatakan tuntas sebesar 97,2 %, dan peningkatan jumlah siswa yang dianggap telah tuntas yaitu sebanyak 35 orang. Dengan demikian, nilai rata-rata N-Gain pada siklus I dan II mengalami peningkatan dari 0,6 menjadi 0,6, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata N Gain siklus I dan siklus II. Secara umum terjadi penongkatan hasil belajar dan kemapuan siswa dalam mengambil keputusan dengan sangat baik.
Kata Kunci: Contextual Teaching and Learning; Pengambilan keputusan; Pencemaran air
ABSTRACT. The advantage of learning by using CTL is a more meaningful learning that provides opportunities for students to seek knowledge that can be applied to real life, students are able to communicate and work together well, foster social spirit and not and do not behave individually, the material is found by children and not from giving teachers. The formulation of the problem in this research is, how the application of CTL Model (Contextual Teaching And Learning) can improve science learning outcomes of students of SMP Muhammadiyah 1 Ternate class VII -B on Water Pollution Material? The purpose of this study is to improve the learning outcomes of science students of SMP Muhammadiyah 1 Ternate class VII- B through the implementation of CTL Model on the concept of water pollution. Increasing the value of science learning outcomes obtained at posttest compared with the pretest results, the average value of posttest in the first cycle is 71.4 with the percentage of students who expressed complete of 63.9% and an increase in the number of students who are considered to have been completed as many as 23 person. While the average value of posttest in cycle II is 78.28, with the percentage of students who expressed complete of 97.2%, and the increase in the number of students who are considered to have been completed as many as 35 people. Thus, the average value of N-Gain in cycles I and II has increased from 0.6 to 0.6, it can be concluded that there is an increase in average N Gain cycle I and cycle II. In general, the increase of learning achievement and students' ability to make decisions very well.
Keywords: Contextual Teaching and Learning; Decision Making; Water Pollution
PENDAHULUAN
lingkungan yang diajarkan oleh guru dengan realitas, sehingga siswa lebih
peduli terhadap lingkungan di sekitarnya. tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003
adalah usaha sadar dan terencana untuk
harus mampu mewujudkan suasana belajar yang
Seorang
guru
menciptakan proses belajar mengajar yang menyenangkan, kreatif, inovatif serta
dialogis, sehingga mampu memberi berkarakter.
peluang terselenggaranya proses belajar Pelaksanaan
kegiatan
belajar
mengajar yang aktif, kreatif dan mengajar mata pelajaran IPA sangat
menyenangkan bagi peserta didik. Melalui bergantung kepada kemampuan seorang
cara ini, peserta didik akan mampu guru dalam menyampaikan materi dan
memahami secara lebih mendalam, tidak pengetahuan, serta relevansinya dengan
hanya kemampuan menyebutkan atau kondisi kekinian yang berhubungan
menghafal materi pelajaran yang diukur dengan kehidupan sosial siswa atau
melalui hasil belajar. Hasil belajar yang lingkungan siswa.
dimaksud adalah terjadinya perubahan dan Lingkungan merupakan bagian yang
perbedaan dalam cara berpikir, merasakan, tak terpisahkan dari kehidupan manusia
dan kemampuan untuk bertindak serta karena merupakan kesatuan ruang dengan
mendapat pengalaman dalam proses semua benda, daya, keadaan dan makhluk
belajar mengajar yang telah dilalui. hidup (termasuk manusia dan perilakunya)
yang mempengaruhi
Pembelajaran IPA pada jenjang SMP perikehidupan dan kesejahteraan manusia
kelangsungan
sebagai bagian dari pendidikan memiliki serta makhluk hidup lainnya
peran penting dalam peningkatan mutu Kesadaran terhadap pentingnya
khususnya dalam lingkungan
pendidikan,
peserta didik yang pembaharuan pembelajaran antara lain
berkualitas, yaitu manusia yang mampu pada strategi pembelajaran yang mengacu
berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif pada metode-metode siswa untuk belajar.
dalam menanggapi isu di masyarakat yang Strategi pembelajaran yang dilakukan
diakibatkan oleh dampak perkembangan terdapat
IPA dan teknologi. Namun pembelajaran konsep diri siswa agar lebih baik dlm
teknik-teknik
memperbaiki
IPA di SMP Muhammadiyah 1 Kota belajar dan mampu menghubungkan materi
Ternate pada umumnya masih didominasi Ternate pada umumnya masih didominasi
dapat: 1) memiliki pengaruh lebih baik dari dan pembelajaran IPA yang berpedoman
menggunakan metode pada buku paket saja. Sehingga kegiatan
pembelajaran
terhadap pembentukan pembelajaran
konvensional
2). Pembelajaran kesempatan
menggunakan metode CTL memiliki berinteraksi dengan benda-benda konkrit
pengaruh lebih baik dari pembelajaran dalam situasi yang nyata. Hal ini
metode konvensional mengakibatkan siswa tidak peduli terhadap
menggunakan
terhadap motivasi belajar. apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Keunggulan pembelajaran dengan Oleh karena itu seharusnya guru
menggunakan CTL adalah pembelajaran memberikan contoh konkrit dalam setiap
yang lebih bermakna yaitu memberikan pembelajaran agar siswa dapat tanggap dan
kesempatan pada siswa untuk mencari peduli terhadap lingkungannya.
pengetahuan yang dapat diterapkan Indikator dasar yang menunjukkan
mereka pada kehidupan yang nyata , siswa air pada lingkungan telah tercemar adalah
mampu berkomunikasi dan bekerja sama perubahan fisik, perubahan kimia dan
dengan baik, menumbuhkan jiwa sosial perubahan biologis. Perubahan fisik
dan tidak dan tidak bersikap individual, meliputi warna, bau, rasa, suhu, endapan,
materi ditemukan sendiri oleh anak dan koloid, bahan-bahan terlarut. Perubahan
bukan dari pemberian guru. kimia meliputi keasaman, kandungan
Sedangkan beberapa kelemahan oksigen, kebutuhan oksigen, kandungan
model pembelajaran kontekstual yakni: 1) zat-zat kimia berbahaya. Perubahan
Tidak efisien karena membutuhkan waktu biologis meliputi adanya mikroorganisme
yang agak lama dalam PBM;2) Dalam indikator seperti populasi bakteri Escheria
proses pembelajaran dengan model CTL coli, dan mikroorganisme patogen.
akan nampak jelas antara siswa yang Pembelajaran kontekstual menurut
memiliki kemampuan tinggi dan siswa Hasibuan (2015) menyatakan bahwa
yang memiliki kemampuan kurang, yang terdapat pengaruh metode pembelajaran
kemudian menimbulkan rasa tidak percaya Contextual Teaching Learning (CTL)
yang kurang terhadap pembentukan karakter siswa dan
kemampuannya; 3) Bagi siswa yang kemampuannya; 3) Bagi siswa yang
Learning) dapat meningkatkan hasil sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena
belajar IPA siswa SMP Muhammadiyah 1 dalam model pembelajaran ini kesuksesan
Ternate kelas VII -B pada pada Materi siswa tergantung dari keaktifan dan usaha
Pencemaran air ?
sendiri jadi siswa yang dengan baik Adapun tujuan penelitian ini adalah
mengikuti setiap pembelajaran dengan meningkatkan hasil belajar IPA siswa SMP
model ini tidak akan menunggu teman Muhammadiyah 1 Ternate kelas VII- B
yang tertinggal dan mengalami kesulitan. melalui penerapan Model CTL pada
4) Tidak setiap siswa dapat dengan mudah konsep pencemaran air.
menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan
METODE PENELITIAN
penggunaan model CTL ini;
1. Setting Penelitian Kemampuan setiap siswa berbeda-beda,
Penelitian ini merupakan penelitian dan siswa yang memiliki kemampuan
tindakan kelas yang dilaksanakan selama intelektual tinggi namun sulit untuk
dua siklus di Kelas VIIB . Laboraturium mengapresiasikannya dalam bentuk lesan
IPA yang menjadi tempat peneliti akan mengalami kesulitan sebab CTL ini
melaksanakan penelitian tindakan kelas. lebih mengembangkan ketrampilan dan
Kelas VIIB ini merupakan kelas yang kemampuan soft skill daripada kemampuan
memiliki siswa yang sangat bervariasi intelektualnya; 6) Pengetahuan yang
terutama terhadap minat belajar IPA. didapat oleh setiap siswa akan berbeda-
Laboraturium IPA memiliki ventilasi udara beda dan tidak merata serta 7) Peran guru
yang cukup baik sehingga pembelajaran tidak nampak terlalu penting lagi karena
dapat berlangsung dengan tertib dan dalam CTL ini peran guru hanya sebagai
nyaman. Para siswa juga merasa betah di pengarah dan pembimbing, karena lebih
kelas selama kegiatan penelitian ini. menuntut siswa untuk aktif dan berusaha
2. Subyek penelitian sendiri mencari informasi, mengamati
Penelitian ini dilaksanakan di SMP fakta dan menemukan pengetahuan-
Muhammadiyah 1 Ternate kelas VII B pengetahuan baru di lapangan.
dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang. Jumlah siswa perempuan sebanyak 13
Rumusan masalah dalam penelitian orang dan siswa laki-laki adalah 11 orang.
ini adalah, Bagaimanakah penerapan
Pengelompokkan siswa di dalam kelas dilakukan secara heterogen dengan
6. Cara Pengumpulan Data kategori
Data hasil belajar diambil melalui bervariasi. Ada 2 orang siswa yang
evaluasi awal dan evaluasi pembelajaran memiliki keterbelakangan mental namun
berupa tes. Data mengenai pelaksanaan mempunyai niat belajar dalam mata
pembelajaran saat dilakukan tindakan akan pelajaran tertentu tinggi. Disisi lain
dikumpulkan melalui lembar observasi beberapa siswi dan siswa yang memiliki
dan siswa dalam antusias belajar meningkat.
kegiatan guru
pembelajaran kontekstual.
3. Tempat dan waktu penelitian
7. Sumber Data
Penelitian ini dilaksanakan di kelas
VII B SMP Muhammadiyah 1 Kota Ternate Sumber data dalam penelitian ini sejak tanggal 12 September sampai 5
adalah sebagai berikut.
Desember 2015. Penelitian dilaksanakan
a. Hasil pengamatan observer sebagai upaya memperbaiki kondisi dan
b. Hasil tes tertulis siswa kelas VII-B kualitas pembelajaran sehingga kelas yang
semester II
dipilih adalah tempat peneliti mengajar.
c. Hasil praktikum pembelajaran 4. Tahapan Siklus Penelitian
pencemaran air maupun praktek lapangan tentang pencemaran air laut.
Penelitian tindakan kelas ini 8. Instrumen Pengumpulan Data
dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus merupakan suatu alur proses kegiatan yang
Dalam penelitian ini instrumen yang meliputi
dipakai adalah Soal tes berupa soal pilihan pelaksanaan
perencanaan
(Planning),
ganda, lembar observasi, foto-foto pengamatan (Observing), dan refleksi
tindakan
(Acting),
dokumentasi serta catatan lapangan. (reflecting) .
9. Teknik Pengumpulan Data 5. Jenis data
Teknik pengumpulan data dalam Data kuantitatif dan data kualitatif
penelitian ini adalah sebagai berikut. yang diperoleh dari Rencana Pelaksanaan
a. Tes tertulis
b. Observasi
pembelajaran, evaluasi siswa, dan hasil
10. Teknik Validasi data
belajar. Uji coba dilakukan setelah perangkat tes disusun, untuk mengetahui validitas, belajar. Uji coba dilakukan setelah perangkat tes disusun, untuk mengetahui validitas,
siswa, dan menyiapkan sumber belajar. Data yang terkumpul dianalisis
Kemudian dilanjutkan pada tahap secara
tindakan. Pada tahap tindakan yaitu dengan membandingkan hasil belajar sebelum
menerapkan pembelajaran dengan CTL tindakan dengan hasil belajar setelah
yang tertera pada skenario pembelajaran/ tindakan, dan kuantitatif untuk data
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). pembelajaran. Dari sekumpulan data yang
Tindakan
memberi kemungkinan untuk menarik Pada saat tindakan dilaksanakan maka kesimpulan dari pengambilan tindakan.
dilakukanlah tahapan observasi. Hasil Bentuk penyajiannya antara lain dengan
observasi (pengamatan) pada siklus cara memasukkan data ke dalam sejumlah
pertama pertemuan pertama yaitu: Pada matrik, grafik dan bagan yang diinginkan
awal pembelajaran suasana kelas belum atau bisa juga hanya dalam bentuk naratif
kondusif, suasana kelas masih terlihat saja. Setelah data direduksi, akan
belum tertib dikarenakan siswa belum dimasukan ke dalam bentuk bagan, matrik
terbiasa dalam mengikuti pembelajaran dan grafik, maka tindak lanjut peneliti
dengan CTL . Pada pertemuan 1 ini guru adalah mencari makna data yang mungkin
memberikan pre tes dan menjelaskan menjelaskan alur sebab akibat dan
pembelajaran CTL atau sebagainya. Kesimpulan harus senantiasa
scenario
pembelajaran berbasis kontekstual. Pada diuji selama penelitian berlangsung (Miles
pertemuan kedua guru membagi siswa dan Huberman, 1992: 28).
dalam kelompok belajar dan memulai
HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran
tentang pengertian
a. Siklus I
pencemaran air. Guru menanyakan kabar
Perencanaan
siswa, memberikan salam serta yel-yel SMP Muhamadiyah. Guru memulai
Pada tahap perencanaan pada siklus pembelajaran tepat pukul 7.45 WIT.
pertama guru merencanakan pembelajaran Beberapa siswa meminta ijin untuk
yang akan diterapkan dengan CTL, membantu peneliti untuk menyiapkan alat
menentukan pokok bahasan pencemaran dan bahan demonstrasi yang dibawakan
air, mengembangkan
skenario
guru. Guru menyiapkan 6 ekor ikan pada pembelajaran tentang pencemaran air,
tiga buah toples. Ada 2 selang yang menyiapkan instrumen (tes penguasaan tiga buah toples. Ada 2 selang yang menyiapkan instrumen (tes penguasaan
orang siswa yang mengalami kondisi dalam toples. Kemudian mengamati ikan
lambat belajar dan belum terlalu lancar pada toples 1. Begitu seterusnya guru
dalam membaca. Hal inilah yang meminta tiga orang siswa berikutnya untuk
menyebabkan mereka sulit membaca LKS mengamati ikan pada toples ke-2. Pada
yang telah disiapkan oleh guru. toples kedua guru menyiapkan alat
Hasil belajar pada siklus I sebelum demonstrasi untuk menjawab pertanyaan
dilakukan pembelajaran mendapatkan nilai tiga pertanyan yang telah disiapkan oleh
terendah 15 dan nilai tertinggi hanya guru: pertama, ”jika air tercemar,
mencapai 70, nilai tengah (median) adalah berbahayakah makhluk hi dup lainnya?” .
42,5, nilai yang paling banyak diperoleh Pertanyan kedua d iberi guru yaitu: ”Apa
siswa (modus) adalah 45, nilai rata-rata faktor –faktor
skor pretest 40,1 dengan simpangan baku pencemaran air?” dan pertanyaan terakhir;
yang
menyebabkan
Setelah mengalami “Kalau begitu apa itu pencemaran air?”
sebesar
pembelajaran dengan CTL, hasil belajar Suasana pembelajaran begitu bersemangat.
meningkat, dengan nilai terendah 60 dan Namun ada 3 kelompok yang tidak begitu
nilai tertinggi mencapai 85, nilai tengah antusias dalam belajar. Hal ini disebabkan
(median) adalah 75, nilai yang paling mereka tidak dilibatkan guru dalam
banyak diperoleh siswa (modus) adalah 75, kegiatan demonstrasi karena keterbatasan
nilai rata-rata skor pretest 71,4 dengan media.
simpangan baku sebesar 7,6. Namun pada Beberapa hasil pengamatan observer
hasil tes akhir (posttest) siklus I hanya 21 menyatakan bahwa pada saat tahap
siswa yang mencapai nilai KKM dengan melaksanakan investigasi atau pengamatan
persentase keberhasilan 58,3 %. kerjasama kelompok belum terjalin dengan
Simpangan Baku
baik, sebagian dari siswa masih
Modus Median
mengandalkan teman yang pintar. Pada
Mean Nilai Tertinggi
saat mempresentasikan hasil kerja
Nilai Terendah
kelompok siswa belum terlihat berani
dalam mempresentasikan hasil diskusi dan
post tes
pre tes
pengamatan siswa, karena siswa belum
Gambar 1. Diagram Peningkatan Hasil
terbiasa dalam mempresentasikan hasil
Belajar Siswa pada Siklus 1
Hasil pekerjaan siswa dan post tes pada siklus I memperoleh nilai rata-rata hanya mencapai 42,56. Setelah diberikan refleksi dan perbaikan rencana tindakan pada proses pembelajaran dengan konsep pencemaran air tanah ,pencemaran air laut dan air kemasan plastik. Pada siklus I ini pemahaman konsep siswa yang diukur
adalah mencakup pengertian pencemaran
Gambar 3. Posttest pada Siklus I
air dan faktor penyebab pencemaran air. Pada siklus I ini para peserta didik masih belum terkondisikan dengan baik.
Hasil yang diperoleh peningkatan nilai rata-rata siswa pada posttest siklus I
Sebagian besar siswa masih terbiasa sebesar 74,66.
belajar dengan menyalin catatan dari informasi yang diberikan guru.
Pada siklus I rata-rata keseluruhan hasil Guru meminta siswa untuk menuliskan
perhitungan N-gain dengan jumlah responden sebanyak 36 siswa adalah 0,5.
faktor-faktor penyebab air tercemar berdasarkan hasil pengamatan demonstrasi
Berdasarkan data pada siklus I guru tentang pencemaran air ke kertas
diperoleh kategori N-gain atau peningkatan pemahaman dengan kategori sedang
plano yang telah disiapkan namun hanya sebanyak 35 orang dan kategori tinggi 1
beberapa siswa yang mau maju mengisi jawaban tersebut. Siswa yang lain masih
orang. takut salah dan enggan memberikan jawaban.
Pada siklus II keaktifan siswa menjadi
prioritas guru. Guru merencanakan
pembelajaran pencemaran air yang difokuskan kepada pencemaran air laut. Siswa akan diajak ke lapangan dan melakukan investigasi tentang sumber- sumber pencemaran air laut. Siswa diberi
Lembar Kerja untuk mengumpulkan
Gambar 2. Siswa Mengamati dan Mencari Tahu Penyebab Pencemaran Air
informasi juga tentang cara pencegahan pencemaran
air
laut. Guru laut. Guru
pembelajaran tentang konsep), pembentukkan kelompok belajar
menyajikan
pencemaran air laut dan melaksanakn siswa, dan menyiapkan sumber belajar.
pembelajaran langsung ke lapangan. Siswa Pada tahap tindakan yaitu dengan
belajar mengidentifikasi air laut yang menerapkan pembelajaran dengan CTL
bersih dari polutan dan air laut yang sudah yang tertera pada skenario pembelajaran/
tercemar.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penerapan model Contextual Teaching and
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan kesadaran diri untuk ikut menjaga kelestarian alam terutama air. Hal ini
terlihat dengan pemberian angket kepada
Gambar 4. Post er “Selamatkan Air Bumi”.
siswa, sebanyak 85,56 % menyatakan
Guru Mendampingi Siswa Untuk Melakukan Kampanye Selamatkan Air
pembelajaran ini sangat menyenangkan.
Selain itu hasil belajar IPA pada siswa Pada siklus II ini siswa sangat antusias Kelas VII-B SMP Muhammadiyah 1
untuk belajar. Guru hanya mengarahkan KotaTernate terjadi peningkatan nilai hasil
tugas apa yang akan dikerjakan dalam belajar IPA yang diperoleh pada saat
kelompok setelah itu semua siswa telah posttest dibandingkan dengan hasil pretes,
tertib melaksanakan pembelajaran. yaitu Nilai rata-rata posttest pada siklus I
Guru membagi siswa dalam 4 sebesar 71,4 dengan persentase siswa
kelompok investigasi yakni: kelompok yang dinyatakan tuntas sebesar 63,9%.
investigasi sumber pencemaran air laut, Sedangkan nilai rata-rata posttest pada
kelompok investigasi sumber encemaran siklus II yaitu 78,28, dengan persentase
air laur dari perumahan penduduk, siswa yang dinyatakan tuntas sebesar 97,2
kelompok ketiga adalah kelompok %.
investigasi dari kapal dan motor laut yang Pada
berlabuh di pelabuhan Bastiong, serta kontekstual ini fokus utama guru adalah
pembelajaran
model
kelompok keempat adalah kelompok memberikan pengalaman belajar kepada
investigasi sumber pencemaran yang siswa ketimbang nilai tes yang diraih
berasal dari pasar pelelangan ikan. Mereka berasal dari pasar pelelangan ikan. Mereka
kegiatan pembelajaran sebelumnya, yaitu masing-masing sumber pencemaran ke
dengan dilengkapi dengan pemberian LKS laut. Mereka juga diminta memberikan
hanya materi pembelajarannya saja yang komentar tentang perannya jika ingin
berbeda, hasil perolehan nilai LKS untuk melestarikan air.
tiap kelompok.
Hasil penilaian lembar kerja siswa yang dikerjakan masing-masing
kelompok
untuk pengambilan keputusan diperoleh data bahwa nilai LKS pada pertemuan pertama dan kedua pada siklus I belum mencapai apa yang diharapkan, hanya 2 kelompok yang memperoleh nilai > 70,
dengan nilai tertinggi hanya mencapai 75,
Gambar 6. Siswa Mengidentifikasi
sedangkan nilai terendah adalah 40 dengan
Sumber Pencemaran Air Laut
rata-rata perolehan nilai sebesar 59,3.
Secara umum terjadi peningkatan hasil belajar siswa selama dua siklus. Hal ini
Kelompok
dapat dilihat pada tabel 1 peningkatan hasil belajar berikut:
Tabel 1. Peningkatan Hasil Belajar
Persentase Capain KKM
Nilai Tes
Tercapai Belum
hasil penelitian
Gambar 5. Diagram Peningkatan
disimpulkan bahwa penerapan model
Keterampilan Pengambilan Keputusan
Contextual Teaching and Learning dapat
dengan LKS
meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa Pertemuan kedua dan ketiga siklus
Kelas VII-B SMP Muhammadiyah 1
II kegiatan pembelajaran dilanjutkan sesuai KotaTernate. Hal ini dapat diketahui RPP yang telah dibuat. Pada pertemuan ini
dengan adanya peningkatan nilai hasil dengan adanya peningkatan nilai hasil
dikembangkan.
yaitu Nilai rata-rata posttest pada siklus I
DAFTAR PUSTAKA
yaitu 71,4 dengan persentase siswa yang Laila, Noor Alfu. 2009. Pengaruh
CTL (Contextual dinyatakan tuntas sebesar 63,9% dan Teaching And Learning) Terhadap
Pendekatan
peningkatan jumlah siswa yang dianggap Hasil Belajar Membaca Pemahaman Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV
telah tuntas yaitu sebanyak 23 orang.
Cakrawala Pendidikan: Sedangkan nilai rata-rata posttest pada
SD.
November 2009. Th. XXVIII, No. 3. Nuraniyah,Titik.
2008. Peningkatan siklus II yaitu 78,28, dengan persentase Prestasi Belajar Sains melalui Model
siswa yang dinyatakan tuntas sebesar 97,2 Pembelajaran Contextual dalam Pembelajaran Struktur Daun dan
%, dan peningkatan jumlah siswa yang Fungsinya Siswa kelas IV SD Negeri
dianggap telah tuntas yaitu sebanyak 35
3 Candimulyo Tahun Pelajaran 2007/2008. Volume 5. No 4.
orang. Dengan demikian, nilai rata-rata N- Nurdin, 2009. Implementasi Pendekatan
Gain pada siklus I dan II mengalami CTL (Contextual Teaching And Learning) Dalam Meningkatkan
peningkatan dari 0,6 menjadi 0,6, maka Hasil Belajar ,Vol IX, No 1.
dapat disimpulkan bahwa terdapat Oka, Anak Agung. 2011. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA di SMP
peningkatan rata-rata N Gain siklus I dan Melalui Pembelajaran Kontekstual.
siklus II. Bioedukasi Volume 2,Nomor 2. Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis
SARAN
Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Group.
1. Dalam menerapkan model pembelajaran
2010. Strategi Contextual Teaching and learning (CTL)
Sanjaya,
Wina.
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. hendaknya disediakan alokasi waktu yang Jakarta:Kencana.2010.
cukup agar diperoleh hasil yang optimal Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor
Mempengaruhi nya. sesuai dengan yang diharapkan. Jakarta:Rineka Cipta.
yang
2. Guru hendaknya dapat memperkenalkan
IPA Berbasis berbagai metode atau model pembelajaran Kompetensi. Jakarta:
Pembelajaran
kepada siswa agar tidak merasa jenuh pada Sukardi, M.2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya.
penggunaan satu metode atau satu model Yogyakarta: Bumi Aksara.
saja, dengan melibatkan siswa dalam Sukarjo, M dan Komarudin Ukim. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan
pembelajaran yang
aktif
sehingga
Aplikasiny. Jakarta: Rajawali Pers.
Syah, Muhibin. 1995. Psikologi Sains-Fisika SMP. Cakrawala Pendidikan dengan Pendekatan
Pendidikan, Februari 2006 Th Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
XXV,No. 1.
Trianto, 2010. Mendesain Model Zulfiani, dkk, 2009. Strategi Pembelajaran Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian Jakarta: Kencana Renada media
UIN Jakarta.
grup. 2010. Zurinal Z, Sayuti Wahdi.2006. Ilmu Trianto. 2010. Model Pembelajaran
Pendidikan Pengantar & Dasar- TerpaduKonsep, strategi, dan
Dasar Pelaksanaan Pendidikan. Implementasinya dalam Kurikulum
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Tingkat satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta dan UIN Jakarta Press. Jakarta: Bumi Aksara. Wais. 2006. Contextual Teaching And Learning (CTL) dalam pembelajaran
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DOUBT EXPRESSION MELALUI MODEL PEMBELAJARAN RUNNING DICTATION MENGGUNAKAN MEDIA TEGAR PADA SISWA KELAS IX-6 MTs NEGERI 1 TERNATE TAHUN AJARAN 2016/2017
Ida Hendryani Sardju
MTs Negeri 1 Ternate, Jalan Batu Angus Ternate
e- mail: mtsnmalukuutara@kemenag.go.id
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berbicara siswa dalam topik doubt expression dengan model pembelajaran Running Dictation. Berdasarkan observasi dan penilaian diri terhadap siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas IX-6 MTs Negeri 1 Ternate diketahui bahwa keterampilan berbicara doubt expression atau ekspresi keraguan terhadap sesuatu dalam bahasa Inggris ternyata masih rendah. Hal tersebut dikarenakan siswa menganggap keterampilan berbicara ekspresi hanya sebatas pemenuhan kompetensi pada pembelajaran secara formal saja. Siswa belum mampu mengembangkan tema tulisan dan membuat deskripsi atau cerita sendiri untuk kemudian diekspresikan melalui tulisan dan berbicara kepada orang lain .Siswa kesulitan dalam menentukan pilihan kata sebab kurangnya kosakata yang dimiliki. Rumusan masalahyang dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah peningkatan keterampilan berbicara doubt expresion siswa kelas IX-6 MTs. Negeri 1 Ternate setelah dilakukan pembelajaran bahasa inggris dengan model pembelajaran Running Dictation menggunakan media Tegar ? serta (2) bagaimanakah respon siswa berupa perubahan perilaku kelas IX-
6 MTs. Negeri 1 Ternate setelah dilakukan pembelajaran berbicara ekspresi dengan model pembelajaran Running Dictation menggunakan media Tegar? Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa MTs. Negeri 1 Ternate kelas IX-6 yang berjumlah 37 siswa. Data tes diperoleh dari hasil penilaian tes doubt Expression melalui kartu teks dan gambar (Tegar) sedangkan data nontes diperoleh melalui deskripsi observasi perilaku siswa, wawancara, jurnal guru dan siswa, serta dokumentasi foto. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan berbicara doubt Expression pada siswa kelas IX-6 MTs Negeri 1 Ternate melalui penerapan model pembelajaran Running Dictation menggunakan media teks dan gambar. Pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 68,76 dan termasuk dalam kategori cukup namun hasil tersebut masih belum memenuhi nilai ketuntasan minimal yang diharapkan, yakni 70. Pada siklus II nilai rata- rata kelas mengalami peningkatan 7,7% menjadi 76,46 dan termasuk dalam kategori baik serta sudah memenuhi nilai rata-rata kelas yang diharapkan. Selain itu, hasil nontes menunjukkan adanya perubahan perilaku siswa ke arah positif.
Kata Kunci: Doubt Expression; Media Tegar; Running Dictation
ABSTRACT. This research aims to develop students' speaking skills in the topic of doubt expression with the learning model Running Dictation. Based on the observation and self-assessment of students in English learning in class IX-6 MTs Negeri 1 Ternate known that the skills to speak doubt expression or expression of doubt on something in English was still low. This is because students assume the skills of speech expression is only limited to the fulfillment of competence in formal learning only. Students have not been able to develop the theme of writing and make a description or story of their own to then expressed through writing and talking to others. Students difficulty in determining the choice of words because the lack of vocabulary owned. The formulation of problem which in this research is (1) how to improve speaking skill of expresion of student of class IX-6 MTs. Negeri 1 Ternate after learning English with Running Dictation learning model using Tegar media? and (2) how is student response in the form of behavior change of class IX-6 MTs. Negeri 1 Ternate after learning to speak expression with learning model Running Dictation using text media? This research is a classroom action research. This study was conducted in two cycles and each cycle consisted of planning, action, observation, and reflection. The subjects of this study were students of MTs. Negeri 1 Ternate class IX-6 which amounted to 37 students. Test data is obtained from the results of the doubt Expression test through text and image cards (Tegar) while the nontest data obtained through the description of student behavioral observation, interviews, teacher and student journals, and photo documentation. Data analysis technique used in this research is quantitative and qualitative analysis. The results of this study indicate an increase in speech skill doubt Expression in students of class IX-6 MTs Negeri 1 Ternate through the implementation of learning model Running Dictation using textand picture media. In cycle I the average grade value reached 68.76 and included in the category enough but the results still do not meet the expected minimum threshold value of 70. In cycle II the average grade value increased 7.7% to 76.46 and included in both categories and already meet the expected grade average grade. In addition, the nontes results indicate a change in student behavior in a positive direction.
Keywords: Doubt Expression; Tegar Media; Running Dictation
PENDAHULUAN
bahasa Inggris sebagai bahasa asing (BIBA), siswa akan memiliki kesempatan
Guru bahasa Inggris sebagai tenaga mengembangkan tiga jenis interaksi
professional diharapkan
mampu
(siswa-siswa, siswa-guru, dan siswa- menggunakan metode atau teknik yang
materi pelajaran) dalam bahasa Inggris tepat agar setiap peserta didik mampu
(Dongsong, 2005).
berkomunikasi dalam bahasa Inggris Melalui tiga jenis interaksi ini, maka
dengan baik. Untuk tujuan tersebut, maka paradigma pengajaran bahasa Inggris yang
pembelajaran yang diberikan kepada siswa sebelumnya lebih bersifat kepada
harus bersifat komunikatif. Pembelajaran pendekatan pembelajaran yang berpusat
bahasa yang komunikatif sebaiknya pada guru (Teacher Centered Learning)
didasarkan pada situasi kehidupan nyata berubah menjadi pembelajaran yang
(real- life situation method). Dengan berpusat pada siswa (Student Centered
menggunakan metode ini dalam kelas Learning ). Perubahan ini sekaligus
English as a Foreign Language (EFL) atau English as a Foreign Language (EFL) atau
menjelaskan bahwa dengan bermain Pendidikan
Kementerian
akan mengenal mengembangkan sistem pembelajaran
lingkungannya,mempelajari untuk guru bermutu dan pembelajaran
kehidupannya, dan memperoleh instruksi- yang menyenangkan.
instruksi baru.
Hal ini ditegaskan juga oleh Choiri Young learners dalam penelitian ini (2000: 36) bahwa suksesnya belajar siswa
adalah mereka yang berusia di atas dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sarana
sepuluh atau empat belas tahun. Dengan pendidikan, metode belajar, dan motivasi
beberapa karakteristik yang sangat belajar.
berbeda dengan seseorang yang dewasa, Salah satu media pembelajaran
mereka juga mempunyai sifat yang keterampilan berbicara bahasa Inggris
cenderung suka bermain, suka meniru kepada siswa MTs yang dapat mendukung
sesuatu, belum bisa berkonsentrasi dalam konsep pembelajaran menyenangkan
waktu yang lama (Scott and Ytreberg adalah games (permainan). Menurut
Crookall (1990), siswa dan guru mengubah Salah satu kelemahan siswa dalam peran dan hubungan mereka melalui games
Young learners pada dan siswa didorong untuk dapat berperan
kelompok
pembelajaran bahasa inggris adalah aktif dalam proses pembelajaran. Pendapat
mereka masih kesulitan dalam berbicara ini menguatkan bahwa games merupakan
ekspresi diri baik kekaguman, keraguan media yang tepat untuk digunakan dalam
maupun penyesalan. Kemampuan siswa pembelajaran yang menyenangkan. Begitu
tersebut terutama dalam keterampilan pentingnya
berbicara atau Doubt Expression pembelajaran bahasa juga dinyatakan oleh
Doubt adalah keadaan dimana tidak Topkaya and Küçük (2010) yang
adanya rasa percaya diri atau adanya menyarankan bahwa kurikulum sekolah
keraguan tentang suatu hal dan kita sendiri dasar untuk pembelajaran bahasa Inggris
tidak yakin untuk membuat keputusan atau bagi pemula harus lebih banyak
hal tersebut memasukkan
kepastian
tentang
Keterampilan berbicara Doubt Expression pembelajarannya. Demikian juga halnya
games
dalam
salah satunya terdapat dalam standar dengan Sungurtekin, Sezer, Bağçeli-
yakni mengungkapkan Kahraman dan Sadioğlu (2009: 756) yang
kompetensi,
Keraguan dan pengalaman melalui kepada kata ‘running’ yang berarti kegiatan berbicara Doubt Expression
‘berlari’, maka dalam pembelajaran dengan Hambatan ketika berbicara doubt
model ini para siswa tidak hanya duduk expression ,dikarenakan (1) siswa belum
dan mendengar ceramah dari guru, akan mampu mengembangkan tema Expresi ,
tetapi mereka akan ikut aktif melakukan (2) siswa kesulitan dalam menentukan
serangkaian kegiatan. Running dictation pilihan kata dan kurangnya kosakata yang
merupakan kegiatan yang dapat dilakukan dimiliki, (3) siswa kesulitan merangkai
berpasangan maupun kata-kata dalam kesatuan kalimat yang
baik secara
berkelompok. Untuk kelas dengan jumlah menyatakan keraguan tentang suatu tema
siswa yang sedikit, permainan ini dapat yang harmonis, serta (4) rendahnya minat
dilakukan secara berpasangan. Sementara siswa untuk membuat deskripsi diri.
itu, untuk kelas dengan jumlah siswa yang Hambatan-
banyak, maka permainan ini dapat menyebabkan sebagian besar siswa belum
hambatan
tersebut
dimanfaatkan guru untuk menggerakkan dapat mencapai nilai KKM.
siswa agar aktif dalam kelompok besar. Melalui kegiatan berbicara Doubt
ini peneliti Expression , siswa diharapkan mampu
Dalam
penelitian
mengembangkan game tersebut menjadi mencurahkan gagasan dan perasaan secara
model pembelajaran dengan tahapan : lisan menggunakan bahasa yang sistematis
Attention, Relevance, Confidence serta serta bermakna sehingga
Satisfied atau ARCS. Model pembelajaran memberikan arti dan pesan kepada orang
mampu
ini didesain peneliti untuk mewujudkan lain. Dengan demikian, siswa mampu
suasana belajar dan proses yang aktif, menghasilkan pesan dan kemampuan
kreatif menyenangkan agar siswa mampu dalam menyajikan ekspresi yang dibuat
dirinya untuk berdasarkan pengalaman pribadinya yang
memberdayakan
menemukan, menafsirkan, menilai dan mengungkapkan perasaan mereka dari
menggunakan informasi yang diperoleh, segi kepekaan diri terhadap objek
serta mampu melahirkan gagasan kreatif lingkungan.
sikap dalam Salah satu games yang dapat
untuk
menentukan
pengambilan keputusan. digunakan
Rumusan masalah dalam penelitian ini keterampilan berbicara bahasa Inggris
dalam
pembelajaran
adalah: 1) Bagaimanakah peningkatan adalah ‘Running Dictation ’. Merujuk
keterampilan berbicara ekspresi diri tentang keterampilan berbicara ekspresi diri tentang
b. Siswa dapat menambah dan IX-6. MTs Negeri 1 Ternate dengan model
memiliki kosa kata bahasa inggris pembelajaran
diguanakn dalam menggunakan media TeGar?
percakapan bahasa inggris
c. Siswa dapat belajar secara siswa kelas IX-6 MTs.Negeri 1 Ternate
2) Bagaimanakah perubahan perilaku pada
berkelompok dan dapat saling setelah dilakukan pembelajaran berbicara
mengandalkan
Ekspresi diri dengan model pembelajaran Running Dictation menggunakan media
METODE PENELITIAN
TeGar? Metode penelitian yang digunakan Tujuan penelitian ini adalah untuk
dalam penelitian ini adalah penelitian mengetahui peningkatan keterampilan
tindakan kelas yang dilaksanakan selama berbicara ekspresi diri dan perubahan
dua siklus. Teknik pengumpulan data yang perilaku siswa tentang keraguan (doubt
digunakan dalam penelitian adalah expression ) siswa kelas IX-6. MTs Negeri 1
tes,observasi dan wawancara. Penelitian ini Ternate dengan model pembelajaran
dilakukan di MTs Negeri 1 Ternate kelas Running Dictation menggunakan media
IX-6. Penelitian ini melibatkan subyek TeGar.
penelitian sebanyak 37 siswa dengan Manfaat penelitian ini adalah untuk :
pertimbangan bahwa subyek dalam
Guru:
penelitian ini adalah siswa dengan
a. Guru memperoleh informasi tentang karakteristik yang berbeda dan memiliki model pembelajaran alternative
kemampuan dan gaya belajar yang berbeda. bahasa inggris untuk konsep doubt
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan expression Januari 2017 sampai dengan bulan Juni
b. Guru dapat memahami cara
mengelola kelas secara inovatif Penelitian ini dilakukan melalui untuk melatih siswa dalam proses
suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
Siswa:
Yang menjadi penerapan model running
a. Siswa memperoleh pengalaman dictation dengan tahapan ARCS pada belajar tentang menyatakan ekspresi
pembelajaran keterampilan berbicara diri melalui model pembelajaran
bahasa Inggris ini adalah siswa Kelas IX- Running Dictation
6 di MTs Negeri 1 Ternate .
Analisis Data
penerapan games ini dilakukan secara berkelompok. Siswa-siswa tersebut dibagi
Untuk menganalisis data, peneliti menjadi 6 kelompok dan diberi nama :
menggunakan kualitatif dan kuantitatif Motorcycle, Train, Car, Ship, Go-Jek, dan
data. Kualitatif data berhubungan dengan Plane. Kelompok ini masing-masing
masalah yang ada dalam penelitian ini, beranggotakan 5 orang siswa.
yaitu menggunakan table observasi, Dari kelima siswa tersebut, maka
catatan lapangan, dan interview. ditentukanlah salah satu dari mereka
Kuntitatif data digunakan untuk sebagai penulis, sementara 4 siswa lainnya
menganalisa hasil tes, dengan rumus. bertugas sebagai pelari. Yang dimaksudkan
a. Tes lisan: Untuk setiap jawaban yang dengan peneliti di sini adalah siswa yang
benar diberi skor 3. menulis setiap kata, frasa, atau kalimat
Tes tulisan: Untuk setiap jawaban yang disampaikan secara lisan oleh para yang benar diberi skor 2 pelari. Sedangkan yang dimaksud dengan
b. Total Score pelari di sini adalah siswa- siswa yang
Oral test
bertugas untuk mencari informasi, Written test
menghafalnya, dan mendiktekannya kepada penulis. Setelah
mereka menghafalkan kata, frasa, atau
c. Score maksimum: 10 kalimat yang mereka temukan, maka
mereka akan berlari menuju ke si penulis untuk mendiktekannya. Kelompok yang
Temuan
dapat mengumpulkan seluruh informasi Pemilihan kelas ini merujuk kepada
dengan cepat dan tepat akan menjadi pemenang. Informasi yang disebutkan di
level kemahiran berbahasa Inggris para sini adalah kata kunci pertanyaan meliputi
siswa, di mana games ini membutuhkan what,who, where, when dan why tentang
siswa-siswa yang sudah mempunyai latar sebuah tema yang diberikan. Tema yang
belakang pengalaman belajar bahasa disajikan dalam penelitian ini adalah
Inggris. Kelas ini merupakan kelas yang tentang alat-alat transportasi misalnya:
besar dalam arti kata kelas ini dihuni oleh Motorcycle, Train, Car, Ship, Go-Jek, dan
jumlah siswa yang banyak, yaitu 37 orang. Plane yang acak, dan disusun dengan tepat
Berdasarkan jumlah siswa ini, maka Berdasarkan jumlah siswa ini, maka
kalimat-kalimat tersebut menjadi suatu teks dictation ini dilakukan, maka guru bersama
yang utuh. Pada saat berdiskusi, para siswa dengan para siswa secara bersama-sama
dihimbau untuk menggunakan bahasa menyanyikan lagu tersebut. Selain itu
Inggris semampunya.
setiap pelari akan membuat tulisan sesuai kata kunci dan dibacakan pada penulis (pada masing-masing kelompok) dan diminta menyusun gambar sesuia tema. Setiap kalimat ditulis pada potongan kertas dan ditempelkan pada bagian-bagian ruangan kelas yang telah disepakati kemudian dilakukan pengecekan/ penilaian
Gambar 2. Pelari Sedang Mencari Kata Kunci dan Kalimat Yang Akan
secara berkelompok oleh guru dan siswa.
Didikte
Potongan kata kunci dapat dilihat pada Gambar 1:
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Pembelajaran Bahasa Inggris dengan
Model Running Dictation
Pembelajaran bahasa inggris pada topik Doubt Expression ini dilakukan dengan tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Untuk observasi awal peneliti melakukan pengamatan
selama pembelajaran bahasa inggris
Gambar 1. Kata Kunci pada Model Running Dictation
bersama rekan sejawat. Setelah itu melakukan penilaian diri untuk peserta
Para pelari dari setiap kelompok didik.Identifikasi masalah dilakukan untuk
harus mengumpulkan seluruh potongan memberikan pemecahan masalah yang
kalimat yang disembunyikan sesuai kata tepat melalui penelitian tindakan ini.
kunci dan si penulis juga harus menuliskan seluruh jawaban dari kata kunci tersebut.
Penilaian kemampuan siswa dalam Setelah seluruh kalimat ditemukan oleh
menulis dan berbicara doubt expression di pelari, maka dimulailah diskusi kelompok.
bagi atas lima aspek yakni: a) Kesesuain bagi atas lima aspek yakni: a) Kesesuain
selama diskusi kelompok. Grammar,
d) Memahami isi pesan dalam Pada siklus ke-2 peneliti mencoba kalimat serta e) Kemampuan menceritakan
memperbaiki media pembelajaran yakni kembali doubt expression yang ditulis
media teks dan gambar (tegar) yang kepada orang lain .
digunakan
dimanfaatkan sebanyak
b. Kemampuan siswa dalam berbicara
mungkin untuk menggali pendapat siswa
Doubt Expression
1) Hasil Analisis Kemampuan Berbicara dalam berbicara dan memberikan deskripsi Doubt Expression pada Siklus I
tentang benda (alat-alat transportasi). Hasil disajikan pada diagram berikut:
penelitian pada siklus 2 ini menunjukkan bahwa sebagian besar telah bisa
membuat/menulis tentang ekspresi mereka
tentang apa yang dialami dan apa yang
dilihat. Sehingga dalam siklus dua ini
sebagian besar siswa lebih aktif dan focus
terhadap permainan dan penjelasan guru.
Siswa juga mampu membuat kalimat doubt
Gambar 3. Diagram Peningkatan Kemampuan Berbicara Doubt Expression
exspression dengan lebih bervariasi.
pada Siklus 1
Gambar-gambar yang ditampilkan guru
lebih menarik dan dikenal siswa karena peningkatan kemampuan berbicara siswa
Pada gambar 3 ini terlihat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. dengan menggunakan model Running
kemampuan berbicara dictation pada konsep doubt expression
Peningkatan
tertinggi terdapat pada aspek 4, 5 dan 3. tertinggi pada siklus 1 terdapat pada aspek
Sedangkan untk aspek 1 dan 2 sama
4 yakni memahami isi pesan pada kalimat baiknya. Hasil tersebut dapat dilihat pada sedangkan yang masih rendah adalah
gambar 4 berikut:
menyusun kosa kata menjadi kalimat yang
sesuai grammar . Hal ini karena
kemampuan siswa dalam memahai tense
masih rendah sedangkan kosa kata bahasa
inggris siswa dalam pembelajaran ini
Gambar 4. Peningkatan Kemampuan Berbicara
Doubt Expression pada Siklus 2 Doubt Expression pada Siklus 2
KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Dari hasil pembahasan di atas, dapat Cas e, A. 2013. “How To Use Running disimpulkan bahwa penggunaan Model
Dictations in EFL Classes”. TEFL.net: Resources for Teachers
pembelajaran running dictation dengan of English . Diakses pada 13 Pebruari
tahapan ARCS (Attention, Relevance,
dari http://www.tefl.net/elt/ideas/games/
Runnin g-Dictations-in-efl/ pembelajaran keterampilan berbicara
Confidence dan
Satisfied)
dalam
Crookal, D. (Editor). 1990. Simulation, gaming, and language learning .
bahasa Inggris memberikan manfaat yang New York: Newbury House. banyak kepada siswa MTs Negeri 1
Dongsong,
2005. “Interactive Multimedia- Based E-Learning: A
Z.
Ternate, khususnya siswa kelas IX-6. Study of Effectiveness”. The Manfaat tersebut berupa peningkatan
American Journal of Distance Education . London dan New York:
motivasi belajar bahasa Inggris, belajar Lawrence Erlbaum Association, Inc. sambil bermain, pelatihan daya ingat, dan
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.