213057958 Makalah Epa Ethicos Kasus Etika Studi Kasus Akul Mochtar dan Rusunawa
Tugas Kelompok Etika Profesi Akuntansi
Kasus Teori Etika
(Revisi)
Oleh
Kelompok Ethicos
Ardilla Hasni
8335116618
M. Yogi Ferdiansyah
8335118328
S1 Akuntansi Non Reguler B 2011
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmat dan berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Laporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi
Akuntansi Ethicos Jurusan Akuntansi 2011 Universitas Negeri Jakarta.
Laporan ini ditujukan kepada Ibu Marsellisa Nindhito sebagai Dosen Mata
Kuliah Etika Profesi Akuntansi. Makalah ini membahas tentang dua kasus yang
terjadi di Indonesia, dan menganalisa kasus tersebut dengan teori-teori etika
yang ada.
Pada kesempatan ini kami selaku mahasiswa menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Ibu Marsellisa Nindhito selaku Dosen Mata Kuliah Etika
Profesi Akuntansi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
menyempurnakan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan penulis di masa yang akan
datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 8 Maret 2014
Penulis
PEMBAHASAN
Kasus 1: Kasus Mafia di dalam Rusunawa DKI Jakarta
A. Overview
Rusunawa dki jakarta merupakan rumah susun bagi orang yang
berpenghasilan rendah dan masyarakat yang digusur karena tinggal dibantaran
kali atau sungai. Jika ingin menempati rumah susun ini, masyarakat yang kurang
mampu tidak perlu membayar alias gratis. Hanya perlu mendaftarkan diri ke
Dinas Perumahan DKI dengan syarat membawa sejumlah dokumen persyaratan,
seperti KTP, kartu keluarga, dan surat keterangan dari kelurahan belum memiliki
rumah. Sejumlah unit di Rusunawa, di lengkapi dengan berbagai perabotan
rumah tangga, seperti kulkas, tv kecil, kompor dan lemari.
B. Penjelasan Kasus
Rumah Susun Sewa (rusunawa) yang menjadi program Pemprov DKI
Jakarta untuk memfasilitasi masyarakat yang kurang mampu gagal. Progam yang
awalnya dijadikan penyokong rencana Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo untuk
membawa warga DKI dalam program normalisasi itu, kini banyak disalah gunakan
oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. cerita tentang praktik tak terpuji,
seperti alih sewa, penghunian ilegal, dan penguasaan mafia atas aset negara.
Praktik ilegal menyewakan hunian rumah susun tidak lagi hanya satu atau
dua hunian yang menjadi 'obyekan' oknum tak bertanggungjawab, tetapi kini
ratusan hunian dialihsewakan secara bebas. Ada 115 unit rusunawa milik
Pemprov DKI Jakarta diperjualbelikan oknum. Ia berkata bahwa 115 unit
rusunawa yang diperjualbelikan tersebar di beberapa lokasi. Di Rusunawa
Marunda ada 17 unit, di Pinus Elok 45 unit, di Cakung Barat 44 unit, dan lima unit
di Pulogebang.
Bahkan terdengar kabar, di rusunawa Marunda terdapat lebih dari 200
hunian yang disewakan. Penyewa adalah orang-orang yang secara administrasi
tak diperbolehkan mendapatkan rusun dari pemerintah, sebut saja, ratusan
mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP). Cara alih sewa rusunawa yang
terjadi melalui warga rusun yang telah tinggal lama. Ada oknum yang
menawarkan ke mahasiswa-mahasiswa tersebut. Tak hanya itu, oknum tersebut
juga meminta mahasiswa yang tinggal di rusun untuk mempromosikan rusun
kepada teman lainnya agar makin banyak yang menyewa. Bagi para mahasiswa
yang menyewa dimintai ongkos sewa bervariasi antara Rp 1,5 juta hingga Rp 2
juta.
Padahal, banjir yang menyerang DKI Jakarta januari lalu, membuat
Pemprov DKI Jakarta gencar mengajak masyarakat yang ada dibantaran kali untuk
pindah kerumah susun. Pemprov DKI memang dengan sengaja memfasilitasi
rusun dengan peralatan rumah tangga agar masyarakat mau pindah kerusun.
Namun, setelah masyarakat datang ke rusun, kenyataan pendaftaran dan
birokrasi yang rumit membuat masyarakat lelah dan putus asa. Petugas
menyatakan bahwa rusun penuh, padahal dilihat dari daftar penghuni rusun,
seharusnya masih banyak yang kosong. Karena hal ini, banyak masyarakat yang
tidur di pelataran rumah susun untuk menunggu diberikan kamar. Namun sudah
sepekan belum ada keputusan yang jelas kapan mereka akan mendapatkan kunci
kamar rumah susun.
Calo diduga merupakan warga rusun sendiri, dan keterangan warga
mengindikasikan adanya keterlibatan pengelola. Modusnya adalah dengan turut
serta si calo dalam pendaftaran rusun. Calo-calo biasanya beroperasi di dekat
kantor pengelola, ada masyarakat yang mengaku ditawari sebuah unit kamar
sewaktu ingin mendaftar secara resmi. Selain itu, ditemukan adanya kejanggalan
dengan penawaran harga sewa rusun, harag-harga yang ditawarkan ternyata
dinaikan satu unit dijual sekitar 5 juta - 12 juta, dan sewa 350 ribu sampai 500rb
per bulan.
Tidak hanya itu, peralatan rumah tangga yang ada di dalam satu unit
seperti kulkas, tv kecil, lemari, dan kompor telah raib. Diduga warga atau oknum
yang menjual barang-barang tersebut. Akibatnya pemerintah rugi miliaran rupiah
untuk mengisi kembali unit tersebut.
C. Solusi yang telah dilakukan
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah telah melakukan
sweeping terhadap rusun yang dilaporkan adanya penyalahgunaan tersebut.
Semua kamar yang termasuk ilegal atau tidak terdaftar di segel dengan kertas
merah, dan diberi waktu seminggu untuk mengosongkan rumah. Jika tidak, akan
dikosongkan secara paksa.
Kepala UPT Rusun Wilayah III (Jakarta Timur dan Selatan) Jefyodya Julyan
mengakui ada beberapa kategori unit yang terkena razia. Pertama, rusun yang
ditinggalkan kosong oleh penghuninya. Kedua, rusun yang disewakan ke pihak
ketiga. Terakhir, rusun yang surat-suratnya belum lengkap. Sampai saat ini,
pemerintah telah berhasil mengosongkan 44 unit kamar.
Terkait keterlibatan oknum pejabat pemerintah, Kepala Dinas Perumahan
dan Gedung Pemerintah DKI Jakarta Yonathan Pasodung mengatakan, saat ini dia
dan tim kecil sedang mengumpulkan bukti-bukti terkait persoalan tersebut. Hal
ini bukan hanya bisa dibawa ke perdata, tapi juga ke arah pidana.
Mafia rusun bisa dijerat Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Tindak Pidana Korupsi. Mafia rusun, terutama yang berada di dalam
kalangan birokrasi pemerintah, bisa dijerat pasal berlapis karena
menyalahgunakan aset milik negara. Maruli mengatakan, sesuai undang-undang
tersebut, para mafia rusun bisa diancam dengan hukuman minimal empat tahun
penjara atau denda Rp 1 miliar.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengancam bakal
memecat pegawai negeri sipil yang ketahuan menjadi calo penyewaan rumah
susun sederhana sewa (rusunawa). Kalau oknum-oknum itu mengaku, bisalah
dimaafkan, hanya kami turunkan pangkatnya. Akan tetapi, jika oknum itu
menyangkal dari kesalahannya, sedangkan Pemprov sudah mengantongi bukti,
Ahok tidak mau memberi ampun lagi.
Untuk warga yang menjual perabotan rumah tangga yanga ada didalam
rusun, akan dipidanakan karena menyalahgunakan aset negara. Bahkan Ahok
mengancam, satu lantai akan diusir jika ketahuan ada yang menjual aset kamar
rusun.
Jokowi telah mendepak kepala rusun marunda yang bertanggung jawab
atas kekacauan ini. Dan pengunduran diri kepala dinas perumahan nofrizal,
karena dia gagal menggusur rekan-rekannya di dinas perumahan yang bermain
dalam jual beli rumah susun.
D. Analisis Kasus
Menurut kami, kasus ini berkaitan erat dengan teori egoisme dalam etika.
Khususnya egoisme psikologis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang
menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan
berkutat diri (selfish). Menurut teori ini orang boleh saja yakin bahwa ada
tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun semua tindakan
tersebut hanyalah sebuah ilusi.
Pada pada kenyataannya setiap orang hanya peduli pada dirinya sendiri.
Jadi menurut teori ini, tidak ada tindakan yang sesungguhnya bersifat altruism
yaitu suatu tindakan yang peduli pada orang lain atau mengutamakan
kepentingan orang lain dengan mengorbankan kepentingan dirinya.
Dalam kasus ini, oknum dan calo yang menjual kamar di rusunawa hanya
memikirkan kepentingan diri sendiri. Pertama dari segi moral, mereka membuat
orang-orang yang berhak menempati kamar tersebut mengalami kesengsaraan.
Padahal dengan rumah mereka yang dipinggiran kali digusur, masyarakat sudah
cukup menderita. Ditambah lagi mendapatkan perlakukuan yang sewenangwenang seperti birokrasi yang rumit dan keharusan membanyar dalam jumlah
besar, padahal mereka dijanji kan bahwa tidak ada bayaran sama sekali.
Masyarakat harus tidur di pelataran rusunawa dengan fasilitas yang tentu saja
tidak layak. Sementara para calo, mendapatkan uang dan keuntungan dari
penjualan rumah susun tersebut.
Tidak hanya itu, para calo bukan hanya merugikan masyarakat yang tidak
mampu tersebut. Tetapi juga masyarakat mampu yang dia tipu untuk membeli
kamar rumah susun dengan biaya yang besar. Setelah dilakukan razia, orang yang
menempati rumah tersebut harus pergi dan mengososngkan kamar, padahal dia
telah membayar jutaan rupiah untuk kamar tersebut. Selain itu, para calo dan
oknum-oknum tidak bertanggung jawab, merugikan seluruh masyarakat
indonesia dalam arti yang luas. Seperti korupsi. Karena mereka menyalahgunakan
aset negara untuk kepentingan pribadi. Padahal itu untuk kepentingan umum.
Pemprov DKI melakukan normalisasi di bantaran kali dan sungai agar
sungai dijakarta punya ruang yang luas untuk menampung air hujan saat musim
hujan agar jakarta bebas dari banjir. Untuk itu pemprov DKI menyediakan
rusunawa dengan segala fasilitasnya. Tetapi jika merela tidak bisa mendapatkan
kamar di rusunawa, tentu saja mereka tidak lagi punya tempat tinggal selain
kembali ke bantaran kali dan membuat semua program pemerintah untuk jakarta
bebas banjir gagal total. Hal itu juga merugikan semua pihak.
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata
Inggris utility yang berarti bermanfaat (Bertens, 2000). Menurut teori ini, suatu
tindakan dapat dikatan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin
anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat terkenal “the greatest
happiness of the greatest numbers”. Perbedaan paham utilitarianisme dengan
paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis
melihat dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham
utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak (kepentingan
bersama, kepentingan masyarakat).
Utilitarianisme mendefinisikan kebaikan dan kejahatan dalam hal
konsekuensi non-etika dari kesenangan dan rasa sakit. Tindakan yang benar
secara etika adalah salah satu yang akan menghasilkan jumlah kesenangan
terbesar atau jumlah rasa sakit terkecil. Hal ini adalah teori yang sangat
sederhana. Tujuan hidup adalah untuk menjadi bahagia dan semua hal yang
meningkatkan kebahagiaan baik secara etika karena cenderung menghasilkan
kesenangan atau meringankan rasa sakit dan penderitaan.
Jika menggunakan utilitarianisme, pembuat keputusan harus mengambil
perspektif yang luas tentang siapa pun, dalam masyarakat, yang mungkin akan
terpengaruh oleh pengambilan keputusan itu. kegagalan dalam pengambilan
keputusan akan sangat mahal bagi pengambil keputusan.
Konsep utilitarianisme yang tercermin pada kebijakan pemerintah untuk
normalisasi bantaran kali. Masyarakat walaupun mendapat penderitaan karena
rumah mereka harus digusur, tetapi mendapat kesenangan yang lebih besar
karena mendapat rumah baru yang lebih nyaman dan aman di rusunawa.
Namun, kegagalan terjadi dalam prosesnya, yaitu adanay mafia di dalam
rusunawa, sehinggal bukan kesenangan yang lebih besar yang didapatkan, tetapi
malah penderitaan yang lebih besar.
Deontologi berasal dari kata Yunani deon yang artinya tugas atau
kewajiban. Deontologi berkaitan dengan tugas etika dan tanggung jawab
seseorang. Deontologi mengevaluasi etikalitas perilaku berdasarkan motivasi
pembuat keputusan, dan menurut prinsip deontologi, tindakan dapat dibenarkan
secara etika meskipun tidak menghasilkan keuntungan bersih atas kebaikan
terhadap kejahatan bagi para pengambil keputusan atau bagi masyarakat secara
keseluruhan.
Teori deontologi telah dilakukan oleh pemerintah, mereka melakukan
penyelidikan untuk menghukum oknum-oknum tak bertanggung jawab tersebut
dan mengusir semua orang yang tidak berhak tinggal dirusunawa. Karena kembali
pada motivasi pemerintah saat membuat program rusunawa adalah sebagai
tempat tinggal bagi masyarakat yang tidak mampu dan masyarakat yang
sebelumnya tinggal di bantaran kali.
Dalam teori imajinasi moral, dalam hal ini terkait pemerintah. Pemerintah
telah membuat program yang win-win solution. Baik dari pihak pemerintah dan
masyarakat bantaran kali. Tidak asal main gusur, tetapi pemprov membuat
kebijakan yang persuasif untuk membujuk masyarakat pindah ke rusunawa. Di
dalam rusunawa pun diberi fasilitas yang cukup lengkap. Masyarakat pun sadar
tempat dia tinggal merupakan tempat yang bahaya karena rawan banjir dan
longsor. Sehingga, mengikuti saran pemerintah untuk pindah ke rusunawa.
Kasus 2: Kasus Akil Mochtar
A. Overview
Dr. H. M. Akil Mochtar, S.H., M.H. (lahir di Putussibau, Kalimantan Barat,
18 Oktober 1960; umur 53 tahun) adalah Ketua Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia periode 2013 dan Hakim Konstitusi periode 2008-2013. Sebelumnya ia
pernah menjabat sebagai anggota DPR RI periode 1999-2004, dan kemudian
terpilih lagi untuk periode 2004-2009, juga sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI
(bidang hukum, perundang-undangan, HAM dan keamanan) periode 2004-2006.
Akil bergabung menjadi Hakim Konstitusi pada tahun 2008, dan terpilih sebagai
Ketua Mahkamah Konstitusi pada bulan April 2013 menggantikan Mahfud MD.,
Namun karena terbukti terlibat dan menjadi tersangka dalam kasus penyuapan
sengketa Pilkada Kabupaten Lebak Banten, dia diberhentikan oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada tanggal 5 Oktober 2013.
Muhammad Akil Mochtar lahir di Putussibau, Kalimantan Barat, pada
tanggal 18 Oktober 1960. Setelah menyandang gelar Sarjana Hukum, Akil
menjalani profesi sebagai seorang pengacara. Pada tahun 1998, Akil bergabung
dengan Partai Golongan Karya dan terpilih sebagai anggota DPR RI periode 19992004 mewakili daerah pemilihan Kabupaten Kapuas Hulu, dengan perolehan 85
persen suara. Ia menjadi anggota DPR RI di Komisi II, membidangi pemerintahan
dalam negeri, otonomi daerah, aparatur negara, dan agraria. Akil kemudian
terpilih lagi sebagai anggota DPR untuk periode 2004-2009, sekaligus menjabat
sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI (bidang hukum, perundang-undangan,
HAM, dan keamanan).
Pada tahun 2008, bersamaan dengan dibukanya pendaftaran calon Hakim
Konstitusi, Akil juga ikut mendaftar dan terpilih sebagai Hakim Konstitusi. Pada
bulan April 2013, Akil terpilih sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi menggantikan
Mahfud MD. Karena telah menjabat sebagai Ketua MK, sebagai Hakim Konstitusi,
masa jabatan Akil berakhir pada tanggal 16 Agustus 2013. DPR kemudian
memperpanjang masa jabatannya untuk periode kedua (2013-2018) sebagai
Hakim Konstitusi.Ia diberhentikan sebagai ketua MK pada tanggal 5 Oktober 2013
terkait dengan kasus penyuapan sengketa Pilkada.
Pendidikan:
SD Negeri I Putussibau
SD Negeri II Putussibau
SMP Negeri 2 Singkawang
SMA Muhamadiyah Pontianak
S1 Fakultas Hukum Universitas Panca Bhakti Pontianak
S2 Magister Ilmu Hukum Universitas Padjajaran Bandung
S3 Doktor Ilmu Hukum Universitas Padjajaran Bandung
Pekerjaan:
Anggota DPR RI (1999-2004)
Anggota DPR RI (2004-2009)
Wakil Ketua Komisi III DPR RI (bidang hukum, perundang-undangan, HAM
dan keamanan) (2004-2006)
Anggota Panitia Ad Hoc I dan II MPR RI
Kuasa Hukum DPR RI untuk persidangan di Mahkamah Konstitusi
Ketua Pansus RUU
Hakim Konstitusi (2008-2013)
Ketua Mahkamah Konstitusi (2013)
Karir :
Dr. H.M. Akil Mochtar, S.H., M.H., sebelum menjabat sebagai Hakim Konstitusi,
adalah anggota DPR RI dari Fraksi Golongan Karya. Berikut ini pengalaman
pekerjaan bapak Akil Mochtar sampai dengan saat ini:
1. Advokat/pengacara (1984-1999)
2. Anggota DPR/MPR RI Periode 1999-2004
3. Anggota DPR/MPR RI Periode 2004-2009
4. Wakil Ketua Komisi III DPR/MPR RI (bidang Hukum, perundang-undangan,
HAM dan Keamanan) Periode 2004-2006
5. Anggota Panitia Ad Hoc I MPR RI
6. Anggota Panitia Ad Hoc II MPR RI
7. Kuasa Hukum DPR RI untuk persidangan di Mahkamah Konstitusi
8. Anggota Tim Kerja Sosialisasi Putusan MPR RI
Pengalaman Organisasi:
1. Ketua OSIS SMA Muhamadiyah Pontianak
2. Ketua Ikatan Pelajar Muhamadiyah Pontianak
3. Pelajar Islam Indonesia
4. Ketua Alumni SMA Muhamadiyah Pontianak
5. Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Univ. Panca Bhakti Pontianak
6. Komandan Batalyon E Resimen Mahasiswa (Menwa) UPB
7. Ketua Alumni Menwa Kal-Bar
8. Ketua Alumni Universitas Panca Bhakti Pontianak
9. Wakil Ketua DPD I Partai Golkar Kalbar Tahun 1998-2003
10. Ketua Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI) Kalimantan Barat
11. Sekretaris Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN) Cab. Pontianak
12. Anggota Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) DPP Pemuda Pancasila
13. Anggota Majelis Pemuda Indonesia DPP KNPI
14. Pengurus Wilayah Muhamadiyah Kalbar
15. Ketua Pengurus Pusat Angkatan Muda Partai Golkar
16. Anggota Lembaga Hikmah Pengurus Pusat (PP) Muhammaddiyah
17. Ketua Umum Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI) Kalbar Periode
2006-2010
18. Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kalbar 2006-2009
Selama menjadi anggota DPR RI,
Karya tulis:
Memberantas Korupsi, Efektifitas Sistem Pembalikan Beban Pembuktian
dalam Gratifikasi (2006)
Pembalikan Beban Pembuktian Tindak Pidana Korupsi (2009)
B. Penjelasan Kasus
Pada Rabu, 2 Oktober 2013, Akil ditangkap KPK di rumah dinasnya di
Jakarta terkait dugaan menerima suap dalam penanganan gugatan pemilukada
Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah dan Kabupaten Lebak, Banten. Esok
harinya, ia dan 5 orang lainnya resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
Kelima orang tersebut salah satunya Chairun Nisa, anggota DPR RI Fraksi Partai
Golkar, bupati Gunung Mas Hambit Bintih, seorang pengusaha Tubagus Chaeri
Wardana yang juga adik kandung Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah sekaligus
suami dari Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany.
Pada saat melakukan penggeledahan di ruang kerja Akil di gedung
Mahkamah Konstitusi, penyidik KPK menemukan narkoba dan obat kuat. Barang
bukti itu langsung diserahkan ke pihak kepolisian dan ditangani pihak BNN.
Pada 5 Oktober, setelah menggelar pertemuan dengan beberapa
pimpinan lembaga tinggi negara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono resmi
memberhentikan sementara Akil Mochtar dari posisi Ketua Mahkamah
Konstitusi.
Kasus Akil Mochtar bermula dari tertangkap tangannya mantan hakim
mahkamah konstitusi tersebut ketika menerima suap Rp 3 miliar pada Rabu, 2
Oktober 2013. Tidak hanya terbukti melakukan tindak pidana korupsi dan
penyuapan, Akil juga melakukan pelanggaran etika terhadap profesinya, yang kala
itu masih menjabat ketua hakim mahkamah konstitusi.
Pasca ditetapkannya Akil sebagai tersangka, mahkamah konstitusi
langsung membentuk majelis kehormatan mahkamah konstitusi (MKMK).Dalam
putusannya MKMK menjatuhi sanksi berupa pemberhentian tidak hormat kepada
Akil. Pembentukan MKMK ini merupakan langkah yang tepat guna memperbaiki
citra serta integritas institusi yang dipertanyakan oleh masyarakat setelah kasus
akil ini.
Majelis Hakim Pengadilan Tipikor harus berani mengambil putusan
monumental dan mampu menghadirkan efek jera bagi pihak-pihak yang berniat
mengikuti jejak Akil. Hakim Tipikor harus betul-betul seksama dan teliti serta
kemudian mengambil putusan yang monumental serta berefek pada tujuan
utama penghukuman yakni efek jera dan penghentian petualangan Akil dan Akilakil lain serta Akil-akil baru di kemudin hari
Kasus Akil benar-benar menampar wajah bangsa dan penegakan hukum
Indonesia. Sebagai lembaga superbody yang digadang-gadang menjadi pelindung
konstitusi, kata Ridwan, MK berubah menjadi sarang mafia sengketa Pilkada.
Ditambah lagi bentangan wilayah sengketa Pilkda yang dimainkan Akil juga
mencapai belasan wilayah dari Papua, sampai di sumatera. Petualangan akil
harus diakhiri, dan Akil-akil baru harus ditumpas melalui proses rekrutment
hakim MK yang kredibel, berintegritas, transparan serta menarik sebanyakbanyaknya partisipasi masyarakat.
Akil didakwa menerima suap, gratifikasi, dan melakukan pencucian uang
terkait pengurusan penanganan sengketa Pilkada di MK. Dalam dakwaan
pertama, Akil disebut menerima suap Rp3 miliar terkait penanganan sengketa
Pilkada Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, dan Rp1 miliar untuk
penanganan atas permohonan keberatan hasil Pilkada Lebak, Banten, serta Rp10
miliar dan USD500 ribu atas penanganan sengketa Pilkada Empat Lawang. Dia
menerima Rp19,86 miliar atas permohonan keberatan hasil Pemilukada Kota
Palembang, dan untuk memuluskan sengketa Pilkada Kabupaten Lampung, Akil
didakwa menerima Rp500 miliar.
Dalam dakwaan kedua terkait penerimaan gratifikasi untuk permohonan
keberatan Kabupaten Buton, ia didakwa menerima Rp1 miliar. Lalu, untuk
penerimaan atas sengketa Pilkada Kabupaten Tapanuli, Akil didakwa menerima
Rp1,8 miliar, dan Rp2,989 miliar untuk sengketa Pilkada Morotai, serta Rp10
miliar terkait permohonan keberatan hasil Pilkada Jawa Timur.
Dakwaan ketiga, Akil telah menyalahgunakan wewenang sebagai ketua
MK dengan memaksa Wakil Gubernur Papua Alex Hesegem memberi uang Rp125
juta sebagai ongkos konsultasi mengenai perkara pemohonan keberatan hasil
Pilkada Kabupaten Merauke, Kabupaten Asmat, dan Kabupaten Boven Digoel. Di
dakwaan keempat, Akil didakwa menerima hadiah senilai Rp7,5 miliar dari Adik
Gubernur Banten Atut Chosiyah, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan terkait
penanganan sengketa Pilkada di Provinsi Banten.
Dakwaan kelima, Akil didakwa bersama Muhtar Ependy terhitung sejak 22
Oktober 2010 hingga 2 Oktober 2013 melakukan pencucian uang, dan diancam
dengan Pasal 3 Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHPidana juncto Pasal 65 ayat (1) KUHPidana. Total Rp 161,08 miliar uang yang
disamarkan Akil Mochtar.
Dakwaan keenam, Akil Mochtar pada 17 April 2002 sampai 21 Oktober
2010 didakwa sengaja menempatkan ke dalam penyedia jasa keuangan dan
membayarkan atau membelanjakan harta kekayaan yang patut diduga
merupakan hasil tindak pidana korupsi. Dia didakwa menempatkan di rekening M
Akil Mochtar, uang Rp 6,1 miliar (BNI); Rp 7,048 miliar (Bank Mandiri), RP 7,299
miliar (BCA). Dia didakwa membayarkan atau membelanjakan uang untuk
kendaraan bermotor dan properti berupa Toyota Fortuner B 988 TY Rp 405,8 juta
serta sebidang tanah dan bangunan di Jalan Pancoran Indah III No 8 sebesar Rp
1,29 miliar.
Menurut analisa kami, Akil telah melanggar kode etik mahkamah
konstitusi yang termaktub dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor
02/pkm/2003. Pertama dengan tertangkap tangannya akil menerima suap telah
menunjukan perlanggaran terhadap norma moral.
Kedua, akil telah melanggar nilai-nilai kepantasan dan kesopanan seperti
yang tercantum dalam pasal1ayat 2 yang menegaskan sebagai abdi hukum yang
terus-menerus menjadi pusat perhatian masyarakat hakim konntitusi harus
menerima pembatasan-pembatasan pribadi yang mungkin dianggap membebani
dan harus menerimanya dengan rela serta bertingkah laku dengan martabat
mahkamah.
Perilaku yang dimaksud adalah saat Akil pergi ke Singapura pada 21
September dan ke beberapa Negara lainnya tanpa pemberitahuan ke Sekretariat
Jenderal MK. Selain itu diketemukannya narkoba jenis ganja saat operasi tangkap
tangan juga telah mencederai nilai kepantasan panutan masyarakat.
Ketiga, tertangkap tangannya Akil saat menerima suap untuk perkara yang
ditanganinya mengindikasikan bahwa perkara yang diputuskannya tidak
berdasarkan fakta-fakta hukum yang jelas dan objektif, melainkan didasarkan atas
iming-iming materi. Hal ini melanggar kode etik ketiga pasal 2 ayat2 yang
menjelaskan bahwa hakim MK harus terbebas dari pengaruh manapun.
Dari kaca mata kode etik yang sebenarnya dibuat memang untuk menjaga
kehormatan dan martabat hakim konstitusi dalam menjalankan tugasnya
sebagaimana tertulis pada pembukaan “Peraturan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia”, Akil telah melanggar banyak kode etik tersebut. Lalu, timbullah
pertanyaan, mengapa ini bisa terjadi padahal telah dibuat kode etik. Ini
sebenarnya terjadi mutlak karena pribadi diri Akil sendiri. Kode etik dibuat untuk
memberikan pedoman bagi hakim untuk menjalankan tugas dengan baik. Bahkan
bukan hanya menjalankan tugas, kode etikpun memberikan pedoman hakim
untuk beretika sebagaimana tertulis pada Pasal 1 dan pasal 2 kode etik
mahkamah konstitusi.
Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi menilai Akil Mochtar
melanggar kode etik dan perilaku hakim yang tertuang dalam Peraturan MK
Nomor 9 Tahun 2006. Dalam peraturan MK itu tercantum tujuh prinsip Deklarasi
Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi.
Kepergian Akil ke Singapura yang telah dijelaskan diatas pada 21
September 2013 tanpa pemberitahuan ke Sekretariat Jenderal merupakan
perilaku yang melanggar etika prinsip keempat, yaitu kesopanan dan kepantasan.
Selain itu, perilaku Akil yang menyamarkan kepemilikan mobil sedan Mercedes
Benz S-350 juga melanggar prinsip keempat.
Kemudian perilaku Akil yang tidak mendaftarkan mobil Toyota Crown
Athlete ke Ditlantas, mengadakan pertemuan dengan anggota DPR CHN di ruang
kerja hakim, menggunakan kewenangan sebagai Ketua MK dalam menentukan
pendistribusian perkara, memerintahkan sekretaris Yuanna Sisilia dan sopir
Daryono dalam melakukan transaksi, ditemukannya narkoba di ruangan kerjanya,
serta penerimaan dana dari STA-- kuasa hukum pihak yang beperkara-- dianggap
merupakan pelanggaran prinsip ketiga: integritas hakim konstitusi.
Dalam poin pertimbangan juga disebutkan bahwa perilaku Akil Mochtar
yang saat masih menjabat Ketua MK memerintahkan secara langsung kepada
panitera untuk menunda putusan tanpa persetujuan rapat permusyawaratan
hakim dianggap melanggar prinsip kedua: ketakberpihakan.
Dengan banyaknya pelanggaran etika yang dilakukan oleh Akil, maka
keputusan MK yang memberhentikan Akil secara tidak hormat merupakan
keputusan yang sangat tepat. Tindakan MKMK yang dengan cepat menghasilkan
keputusan tersebut membuktikan bahwa MK masih merupakan lembaga yang
berintegrasi yang tidak akan menoleransi segala pelanggaran kode etik, dan juga
membuktikan bahwa MK masih memiliki keteguhan dalam menegakkan
konstitusi kedepannya
C. Analisis Kasus
Dari kasus yang dihadapi oleh akil mochtar, kami menganalisis terjadi
pelanggaran etika. Yang mana pelanggaran etika ini dilakukan akil dengan tujuan
tertentu yang menguntungkan dirinya sendiri. Ada beberapa pendekatan etika
yang dapat dirujuk untuk menganalisis kasus ini, yaitu:
a. Teleologi (analisa dampak)
Teleologi memiliki sejarah panjang di antara filsafat empiris Inggris. John
Locke (1632-1704), Jeremy Bentham (1748- 1832), James Mill (1773-1836), dan
anaknya John Stuart Mill (1806-1873) semua melihat etika dari perspektif
teleologi. Teleologi berasal dari kata Yunani telos, yang berarti akhir, konsekuensi,
hasil; sehingga, teori-teori teleologi yang mempelajari etika perilaku dalam hal
akibat atau konsekuensi dari keputusan etis. Teleologi cocok untuk banyak pelaku
bisnis yang berorientasi hasil karena berfokus pada dampak dari pengambilan
keputusan. Teleologi mengevaluasi keputusan sebagai baik atau buruk, diterima
atau tidak diterima, dalam hal konsekuensi dari keputusan tersebut.
Dalam kasus akil ini, beliau menghiraukan etika dari aspek konsekuensi dari
prilaku yang ia lakukan. Akil melakukan suatu tindakan yang memberikan
konsekuensi negative baik untuk dirinya, keluarganya, maupun untuk masyarakat
Indonesia. Sehingga dalam hal ini Akil tidak menghiraukan teori teleology yang
sebenarnya dapat menjauhkan diri kita dari perbuatan melanggar etika
khususnya dalam hal konsekuensi.
Jelas tindakan Akil melakukan kasus suap ini melanggar etika, sehingga
konsekuensi yang dipadat merupakan konsekuensi negatif. Konsekuensi negative
yang didapat Akil atas perbuatannya ini pun beragam. Dari konsekuensi kepada
dirinya sendiri hingga masyarakat yang merasa dirugikan oleh prilaku yang
dilakukan Akil.
b. Hedonisme dan Utilitarianisme
Hedonisme berfokus pada individu, dan mencari jumlah terbesar
kesenangan pribadi atau kebahagiaan pribadi. Epicurus (341-270 SM)
menyatakan bahwa tujuan hidup adalah keamanan dan kesenangan abadi,
sebuah kehidupan di mana rasa sakit diterima hanya jika rasa sakit itu
menyebabkan kesenangan yang lebih besar, dan kesenangan akan ditolak jika
kesenangan itu menyebabkan rasa sakit yang lebih besar. Utilitarianisme,
sebaliknya, mengukur kesenangan dan rasa sakit bukan pada tingkat individu
melainkan pada tingkat masyarakat.
Pada kasus Akil ini, beliau merupakan contoh yang cocok untuk hedonism
yang sangat berfokus pada individu. Seperti yang dikatakan Epicurus (341-270
SM) rasa sakit diterima jika rasa sakit itu menyebabkan kesenangan, dari kasus
Akil ini, beliau tau bahwa rasa sakit akan datang akibat prilakunya, namum dia
tetap melakukan hal itu hanya semata-mata dilandaskan oleh kesenangan.
Disisi lain dia sangat mengabaikan apa yang dijelaskan dalam pendekatan
utilitarianisme, yang mana pendekatan ini mengukur kesenangan dan rasa sakit
pada tingkat masyarakat. Jadi melakukan suatu tindakan dengan memikirkan
konsekuensi terhadap masyarakat bukan pribadi diri sendiri.
c. Egoisme
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan
egoisme yaitu egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah
suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh
kepentingan berkutat diri (selfish). menurut teori ini oreang boleh saja yakin
bahwa ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun
semua tindakan tersebut hanyalah sebuah ilusi. Pada pada kenyataannya setiap
orang hanya peduli pada dirinya sendiri. jadi menurut teori ini, tidak ada tindakan
yang sesungguhnya bersifat altruism yaitu suatu tindakan yang peduli pada orang
lain atau mengutamakan kepentingan orang lain dengan mengorbankan
kepentingan dirinya.
Sedangkan egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan
diri sendiri (self-interest). Perbedaan egoisme psikologis dengan egoisme etis
adalah pada akibatnya terhadap orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai
dengan cirri mengabaikan atau merugikan kepentingan orabg lain, sedangkan
tindakan mementingkan diri tidak selalu merugikan kepentingan orang lain.
Pada kasus yang dialami oleh Akil mochtar ini, sangat erat kaitannya dengan
tingkat egois pada diri Akil sendiri. Yang mana akil sangat “rakus” dengan pundipundi uang bahkan dengan menurunkan derajat dari jabatannya sendiri. Kasus
suap yang dilakukan Akil sangat dekat dengan pendekatan teori egoism etis.
Dimana teori egoism etis melegalkan tindakan menolong seseorang dengan
syarat tindakan menolong itu dapat memberikan keuntungan bagi diri yang
menolong.
Pada kasus ini Akil “menolong” beberapa orang untuk mendapatkan yang
mereka inginkan dengan diberikan imbalan berupa uang yang dijanjikan. Disinilah
tampak praktek dari teori egoism etis itu berlangsung. Dimana Akil memberikan
pertolongan dengan dasar pertolongan tersebut memberikan keuntungan bagi
dirinya sendiri.
d. Teori Manusia Utuh
Ilmu etika ke depan hendaknya didasarkan atas paradigma manusia utuh,
yaitu suatu pola pikir yang mengutamakan integrasi dan keseimbangan pada :
1.
2.
3.
Pertumbuhan PQ, IQ, EQ dan SQ.
Kepentingan individu, kepentingan masyarakat dan kepentingan Tuhan.
Keseimbangan tujuan lahiriah (duniawi) dengan tujuan rohaniah
(spiritual).
Hakikat utuh manusia adalah keseimbangan yang bisa diringkas sebagai berikut :
1.
2.
3.
Keseimbangan antara hak (teori hak) dan kewajiban (teori deontologi).
Keseimbangan tujuan duniawi (teori teologi) dan rohani (teori teonom).
Kesiembangan antara kepentingan individu (teori egoisme) dan
kepentingan masyarakat (teori utilitarianisme).
4.
Gabungan ketiga butir di atas akan menentukan karakter seseorang (teori
keutamaan).
5.
Hidup adalah suatu proses evolusi kesadaran.
Teori manusia utuh benar-benar mengacu pada manusia yang sempurna.
Intinya adalah keseimbangan. Jika kita lihat, awalnya individu akil telah memiliki
PQ, IQ, EQ, dan SQ. Namun, karena sistem yang rusak atau pun karena memiliki
kekuasaan yang besar mengguncang EQ akil, sehingga merusak SQ nya.
Keseimbangan antara tiga kepentingan yaitu individu, masyararakat, dan tuhan
sekarang menjadi timpang dan hanya memikirkan kepentingan individu saja. Akil
telah mengabaikan kepentingan masyarakat dan tuhan.
Akibatnya, keseimbangan antara hak dan kewajiban rusak. Sebagai ketua
MK, dia menggunakan kekuasaannya untuk mengeruk pundi-pundi uang.
Padahal, kekuasaan itu dipercayakan kepadanya untuk melaksanakan
kewajibannya menegakkan hukum tertinggi di indonesia.
Keseimbangan antara rohani dan spiritual juga rusak, jika rohani dan
spiritual seimbang, akil tidak akan melakukan hal yang melanggar apa yang
dilarang oleh agamanya yaitu, melalaikan kewajiban pemimpim. Keseimbangan
kepentingan individu dan masyarakat luas, telah di jelaskan bahwa akil benarbenar mengabaikan kepentingan masyarakat. Dari ketiga keseimbangan tadi, kita
bisa melihat karakter seseorang yang sebenarnya. Walaupun dia memiliki PQ dan
IQ, tapi jika EQ dan SQ nya rusak. Keseimbanngan tidak akan terjadi.
Yang terakhir dari inti teori manusia utuh adalah, hidup adalah proses
evolusi kesadaran. Jadi selama masih hidup, manusia pasti mengalami perubahan
dalam tiga poin pertama, perubahan tersebut menentukan apakah dia
mempunyai karakter yang pantas sesuai dengan status atau jabatannya sekarang
ini. Setiap manusia pasti selalu ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Dan
berlomba-lomba untuk melengkapi PQ, IQ, EQ, dan SQ.
Teori ini tidak hanya berlaku untuk akil, tapi juga untuk seluruh pejabat
tinggi di indonesia yang melalaikan kewajibannya dan memanfaatkan
kekuasaannya untuk mendapatkan uang untuk kepentingan individu dan
mengabaikan kepentingan masyarakat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari dua kasus di atas, dapat kita simpulkan bahwa peristiwa dan kejadian
di dunia ini erat dengan teori etika. Kita bisa menjadikan teori etika pedoman
dalam membuat keputusan atau menyelesikan suatu persoalan. Dalam
prakteknya, masih banyak manusia yang tidak berprilaku etis, dan hanya
mementingkan diri sendiri. Sehingga akibatnya, banyak orang yang dirugikan,
baik secara fisik atau non fisik.
Dari contoh kasus diatas, kita bisa mempelajari bahwa bukan hanya
kebaikan yang bisa mendatangkan kesenangan, tetapi kejahatan seperti
melakukan penggusuran juga mendatangkan kesenangan yang lebih besar.
Selanjutnya, kita bisa melihat bahwa tidak semua kebaikan atau perbuatan tolong
menolong adalah untuk kepentingan orang lain. Hal tersebut sebenarnya untuk
kepentingan pribadi.
Saran yang bisa kami berikan adalah
1) Pemerintah harus melakukan pengawasan yang ketat. Semua
penyimpangan dalam kasus terjadi selain karena moral pelaku yang
buruk, tetapi juga karena pengawasan pemerintah yang lemah. Dan
memberi pelaku kesempatan untuk mengambil uang rakyat.
2) Pemerintah harus menangkap dan menghukum semua orang yang terlibat
dalam kasus tersebut
3) Sarana dan prasarana dalam rusunawa perlu di tingkatkan. Agar
masyarakat nyaman tinggal dirusunawa, segala fasilitas seperti
transportasi, pasar, sekolah, dll harus di persiap kan dengan baik. Agar
masyarakat tidak kembali lagi tinggal ke bantaran kali.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, L.J. (2004). Business and Professional Ethics for Accountants. SouthWestern College Publishing.
Agoes Sukrisno dan Ardana, I Centik (2011), Etika Bisnis dan Profesi-Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya, Penerbit Salemba Empat Jakarta
http://www.pta-yogyakarta.go.id/pedoman-perilaku/kode-etik-pns.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Akil_Mochtar
http://uniqpost.com/profil/muhammad-akil-mochtar/
http://www.youtube.com/watch?v=SIUIDy80_cs
http://www.youtube.com/watch?v=Cutyr8FL4G8
http://www.tempo.co/read/news/2014/02/22/064556567/Ahok-Ancam-AkanPenjarakan-Penjual-Rusun
http://www.tempo.co/read/news/2014/03/03/064559073/Mafia-Rusun-BisaDijerat-Pidana-Korupsi
http://khoyunitapublish.wordpress.com/2013/12/10/teori-teori-etika/
http://www.solopos.com/2014/02/28/kasus-akil-mochtar-akil-mengaku-difitnahdan-dizalimi-492630
http://www.tempo.co/read/news/2013/11/01/063526473/3-Prinsip-Kode-EtikHakim-yang-Dilanggar-Akil
http://www.tempo.co/read/news/2013/10/03/063518928/Kronologi-LengkapPenangkapan-Akil-Mochtar
Kasus Teori Etika
(Revisi)
Oleh
Kelompok Ethicos
Ardilla Hasni
8335116618
M. Yogi Ferdiansyah
8335118328
S1 Akuntansi Non Reguler B 2011
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmat dan berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Laporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok Etika Profesi
Akuntansi Ethicos Jurusan Akuntansi 2011 Universitas Negeri Jakarta.
Laporan ini ditujukan kepada Ibu Marsellisa Nindhito sebagai Dosen Mata
Kuliah Etika Profesi Akuntansi. Makalah ini membahas tentang dua kasus yang
terjadi di Indonesia, dan menganalisa kasus tersebut dengan teori-teori etika
yang ada.
Pada kesempatan ini kami selaku mahasiswa menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Ibu Marsellisa Nindhito selaku Dosen Mata Kuliah Etika
Profesi Akuntansi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
menyempurnakan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan penulis di masa yang akan
datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 8 Maret 2014
Penulis
PEMBAHASAN
Kasus 1: Kasus Mafia di dalam Rusunawa DKI Jakarta
A. Overview
Rusunawa dki jakarta merupakan rumah susun bagi orang yang
berpenghasilan rendah dan masyarakat yang digusur karena tinggal dibantaran
kali atau sungai. Jika ingin menempati rumah susun ini, masyarakat yang kurang
mampu tidak perlu membayar alias gratis. Hanya perlu mendaftarkan diri ke
Dinas Perumahan DKI dengan syarat membawa sejumlah dokumen persyaratan,
seperti KTP, kartu keluarga, dan surat keterangan dari kelurahan belum memiliki
rumah. Sejumlah unit di Rusunawa, di lengkapi dengan berbagai perabotan
rumah tangga, seperti kulkas, tv kecil, kompor dan lemari.
B. Penjelasan Kasus
Rumah Susun Sewa (rusunawa) yang menjadi program Pemprov DKI
Jakarta untuk memfasilitasi masyarakat yang kurang mampu gagal. Progam yang
awalnya dijadikan penyokong rencana Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo untuk
membawa warga DKI dalam program normalisasi itu, kini banyak disalah gunakan
oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. cerita tentang praktik tak terpuji,
seperti alih sewa, penghunian ilegal, dan penguasaan mafia atas aset negara.
Praktik ilegal menyewakan hunian rumah susun tidak lagi hanya satu atau
dua hunian yang menjadi 'obyekan' oknum tak bertanggungjawab, tetapi kini
ratusan hunian dialihsewakan secara bebas. Ada 115 unit rusunawa milik
Pemprov DKI Jakarta diperjualbelikan oknum. Ia berkata bahwa 115 unit
rusunawa yang diperjualbelikan tersebar di beberapa lokasi. Di Rusunawa
Marunda ada 17 unit, di Pinus Elok 45 unit, di Cakung Barat 44 unit, dan lima unit
di Pulogebang.
Bahkan terdengar kabar, di rusunawa Marunda terdapat lebih dari 200
hunian yang disewakan. Penyewa adalah orang-orang yang secara administrasi
tak diperbolehkan mendapatkan rusun dari pemerintah, sebut saja, ratusan
mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP). Cara alih sewa rusunawa yang
terjadi melalui warga rusun yang telah tinggal lama. Ada oknum yang
menawarkan ke mahasiswa-mahasiswa tersebut. Tak hanya itu, oknum tersebut
juga meminta mahasiswa yang tinggal di rusun untuk mempromosikan rusun
kepada teman lainnya agar makin banyak yang menyewa. Bagi para mahasiswa
yang menyewa dimintai ongkos sewa bervariasi antara Rp 1,5 juta hingga Rp 2
juta.
Padahal, banjir yang menyerang DKI Jakarta januari lalu, membuat
Pemprov DKI Jakarta gencar mengajak masyarakat yang ada dibantaran kali untuk
pindah kerumah susun. Pemprov DKI memang dengan sengaja memfasilitasi
rusun dengan peralatan rumah tangga agar masyarakat mau pindah kerusun.
Namun, setelah masyarakat datang ke rusun, kenyataan pendaftaran dan
birokrasi yang rumit membuat masyarakat lelah dan putus asa. Petugas
menyatakan bahwa rusun penuh, padahal dilihat dari daftar penghuni rusun,
seharusnya masih banyak yang kosong. Karena hal ini, banyak masyarakat yang
tidur di pelataran rumah susun untuk menunggu diberikan kamar. Namun sudah
sepekan belum ada keputusan yang jelas kapan mereka akan mendapatkan kunci
kamar rumah susun.
Calo diduga merupakan warga rusun sendiri, dan keterangan warga
mengindikasikan adanya keterlibatan pengelola. Modusnya adalah dengan turut
serta si calo dalam pendaftaran rusun. Calo-calo biasanya beroperasi di dekat
kantor pengelola, ada masyarakat yang mengaku ditawari sebuah unit kamar
sewaktu ingin mendaftar secara resmi. Selain itu, ditemukan adanya kejanggalan
dengan penawaran harga sewa rusun, harag-harga yang ditawarkan ternyata
dinaikan satu unit dijual sekitar 5 juta - 12 juta, dan sewa 350 ribu sampai 500rb
per bulan.
Tidak hanya itu, peralatan rumah tangga yang ada di dalam satu unit
seperti kulkas, tv kecil, lemari, dan kompor telah raib. Diduga warga atau oknum
yang menjual barang-barang tersebut. Akibatnya pemerintah rugi miliaran rupiah
untuk mengisi kembali unit tersebut.
C. Solusi yang telah dilakukan
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah telah melakukan
sweeping terhadap rusun yang dilaporkan adanya penyalahgunaan tersebut.
Semua kamar yang termasuk ilegal atau tidak terdaftar di segel dengan kertas
merah, dan diberi waktu seminggu untuk mengosongkan rumah. Jika tidak, akan
dikosongkan secara paksa.
Kepala UPT Rusun Wilayah III (Jakarta Timur dan Selatan) Jefyodya Julyan
mengakui ada beberapa kategori unit yang terkena razia. Pertama, rusun yang
ditinggalkan kosong oleh penghuninya. Kedua, rusun yang disewakan ke pihak
ketiga. Terakhir, rusun yang surat-suratnya belum lengkap. Sampai saat ini,
pemerintah telah berhasil mengosongkan 44 unit kamar.
Terkait keterlibatan oknum pejabat pemerintah, Kepala Dinas Perumahan
dan Gedung Pemerintah DKI Jakarta Yonathan Pasodung mengatakan, saat ini dia
dan tim kecil sedang mengumpulkan bukti-bukti terkait persoalan tersebut. Hal
ini bukan hanya bisa dibawa ke perdata, tapi juga ke arah pidana.
Mafia rusun bisa dijerat Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Tindak Pidana Korupsi. Mafia rusun, terutama yang berada di dalam
kalangan birokrasi pemerintah, bisa dijerat pasal berlapis karena
menyalahgunakan aset milik negara. Maruli mengatakan, sesuai undang-undang
tersebut, para mafia rusun bisa diancam dengan hukuman minimal empat tahun
penjara atau denda Rp 1 miliar.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengancam bakal
memecat pegawai negeri sipil yang ketahuan menjadi calo penyewaan rumah
susun sederhana sewa (rusunawa). Kalau oknum-oknum itu mengaku, bisalah
dimaafkan, hanya kami turunkan pangkatnya. Akan tetapi, jika oknum itu
menyangkal dari kesalahannya, sedangkan Pemprov sudah mengantongi bukti,
Ahok tidak mau memberi ampun lagi.
Untuk warga yang menjual perabotan rumah tangga yanga ada didalam
rusun, akan dipidanakan karena menyalahgunakan aset negara. Bahkan Ahok
mengancam, satu lantai akan diusir jika ketahuan ada yang menjual aset kamar
rusun.
Jokowi telah mendepak kepala rusun marunda yang bertanggung jawab
atas kekacauan ini. Dan pengunduran diri kepala dinas perumahan nofrizal,
karena dia gagal menggusur rekan-rekannya di dinas perumahan yang bermain
dalam jual beli rumah susun.
D. Analisis Kasus
Menurut kami, kasus ini berkaitan erat dengan teori egoisme dalam etika.
Khususnya egoisme psikologis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang
menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan
berkutat diri (selfish). Menurut teori ini orang boleh saja yakin bahwa ada
tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun semua tindakan
tersebut hanyalah sebuah ilusi.
Pada pada kenyataannya setiap orang hanya peduli pada dirinya sendiri.
Jadi menurut teori ini, tidak ada tindakan yang sesungguhnya bersifat altruism
yaitu suatu tindakan yang peduli pada orang lain atau mengutamakan
kepentingan orang lain dengan mengorbankan kepentingan dirinya.
Dalam kasus ini, oknum dan calo yang menjual kamar di rusunawa hanya
memikirkan kepentingan diri sendiri. Pertama dari segi moral, mereka membuat
orang-orang yang berhak menempati kamar tersebut mengalami kesengsaraan.
Padahal dengan rumah mereka yang dipinggiran kali digusur, masyarakat sudah
cukup menderita. Ditambah lagi mendapatkan perlakukuan yang sewenangwenang seperti birokrasi yang rumit dan keharusan membanyar dalam jumlah
besar, padahal mereka dijanji kan bahwa tidak ada bayaran sama sekali.
Masyarakat harus tidur di pelataran rusunawa dengan fasilitas yang tentu saja
tidak layak. Sementara para calo, mendapatkan uang dan keuntungan dari
penjualan rumah susun tersebut.
Tidak hanya itu, para calo bukan hanya merugikan masyarakat yang tidak
mampu tersebut. Tetapi juga masyarakat mampu yang dia tipu untuk membeli
kamar rumah susun dengan biaya yang besar. Setelah dilakukan razia, orang yang
menempati rumah tersebut harus pergi dan mengososngkan kamar, padahal dia
telah membayar jutaan rupiah untuk kamar tersebut. Selain itu, para calo dan
oknum-oknum tidak bertanggung jawab, merugikan seluruh masyarakat
indonesia dalam arti yang luas. Seperti korupsi. Karena mereka menyalahgunakan
aset negara untuk kepentingan pribadi. Padahal itu untuk kepentingan umum.
Pemprov DKI melakukan normalisasi di bantaran kali dan sungai agar
sungai dijakarta punya ruang yang luas untuk menampung air hujan saat musim
hujan agar jakarta bebas dari banjir. Untuk itu pemprov DKI menyediakan
rusunawa dengan segala fasilitasnya. Tetapi jika merela tidak bisa mendapatkan
kamar di rusunawa, tentu saja mereka tidak lagi punya tempat tinggal selain
kembali ke bantaran kali dan membuat semua program pemerintah untuk jakarta
bebas banjir gagal total. Hal itu juga merugikan semua pihak.
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata
Inggris utility yang berarti bermanfaat (Bertens, 2000). Menurut teori ini, suatu
tindakan dapat dikatan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin
anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat terkenal “the greatest
happiness of the greatest numbers”. Perbedaan paham utilitarianisme dengan
paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis
melihat dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham
utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak (kepentingan
bersama, kepentingan masyarakat).
Utilitarianisme mendefinisikan kebaikan dan kejahatan dalam hal
konsekuensi non-etika dari kesenangan dan rasa sakit. Tindakan yang benar
secara etika adalah salah satu yang akan menghasilkan jumlah kesenangan
terbesar atau jumlah rasa sakit terkecil. Hal ini adalah teori yang sangat
sederhana. Tujuan hidup adalah untuk menjadi bahagia dan semua hal yang
meningkatkan kebahagiaan baik secara etika karena cenderung menghasilkan
kesenangan atau meringankan rasa sakit dan penderitaan.
Jika menggunakan utilitarianisme, pembuat keputusan harus mengambil
perspektif yang luas tentang siapa pun, dalam masyarakat, yang mungkin akan
terpengaruh oleh pengambilan keputusan itu. kegagalan dalam pengambilan
keputusan akan sangat mahal bagi pengambil keputusan.
Konsep utilitarianisme yang tercermin pada kebijakan pemerintah untuk
normalisasi bantaran kali. Masyarakat walaupun mendapat penderitaan karena
rumah mereka harus digusur, tetapi mendapat kesenangan yang lebih besar
karena mendapat rumah baru yang lebih nyaman dan aman di rusunawa.
Namun, kegagalan terjadi dalam prosesnya, yaitu adanay mafia di dalam
rusunawa, sehinggal bukan kesenangan yang lebih besar yang didapatkan, tetapi
malah penderitaan yang lebih besar.
Deontologi berasal dari kata Yunani deon yang artinya tugas atau
kewajiban. Deontologi berkaitan dengan tugas etika dan tanggung jawab
seseorang. Deontologi mengevaluasi etikalitas perilaku berdasarkan motivasi
pembuat keputusan, dan menurut prinsip deontologi, tindakan dapat dibenarkan
secara etika meskipun tidak menghasilkan keuntungan bersih atas kebaikan
terhadap kejahatan bagi para pengambil keputusan atau bagi masyarakat secara
keseluruhan.
Teori deontologi telah dilakukan oleh pemerintah, mereka melakukan
penyelidikan untuk menghukum oknum-oknum tak bertanggung jawab tersebut
dan mengusir semua orang yang tidak berhak tinggal dirusunawa. Karena kembali
pada motivasi pemerintah saat membuat program rusunawa adalah sebagai
tempat tinggal bagi masyarakat yang tidak mampu dan masyarakat yang
sebelumnya tinggal di bantaran kali.
Dalam teori imajinasi moral, dalam hal ini terkait pemerintah. Pemerintah
telah membuat program yang win-win solution. Baik dari pihak pemerintah dan
masyarakat bantaran kali. Tidak asal main gusur, tetapi pemprov membuat
kebijakan yang persuasif untuk membujuk masyarakat pindah ke rusunawa. Di
dalam rusunawa pun diberi fasilitas yang cukup lengkap. Masyarakat pun sadar
tempat dia tinggal merupakan tempat yang bahaya karena rawan banjir dan
longsor. Sehingga, mengikuti saran pemerintah untuk pindah ke rusunawa.
Kasus 2: Kasus Akil Mochtar
A. Overview
Dr. H. M. Akil Mochtar, S.H., M.H. (lahir di Putussibau, Kalimantan Barat,
18 Oktober 1960; umur 53 tahun) adalah Ketua Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia periode 2013 dan Hakim Konstitusi periode 2008-2013. Sebelumnya ia
pernah menjabat sebagai anggota DPR RI periode 1999-2004, dan kemudian
terpilih lagi untuk periode 2004-2009, juga sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI
(bidang hukum, perundang-undangan, HAM dan keamanan) periode 2004-2006.
Akil bergabung menjadi Hakim Konstitusi pada tahun 2008, dan terpilih sebagai
Ketua Mahkamah Konstitusi pada bulan April 2013 menggantikan Mahfud MD.,
Namun karena terbukti terlibat dan menjadi tersangka dalam kasus penyuapan
sengketa Pilkada Kabupaten Lebak Banten, dia diberhentikan oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada tanggal 5 Oktober 2013.
Muhammad Akil Mochtar lahir di Putussibau, Kalimantan Barat, pada
tanggal 18 Oktober 1960. Setelah menyandang gelar Sarjana Hukum, Akil
menjalani profesi sebagai seorang pengacara. Pada tahun 1998, Akil bergabung
dengan Partai Golongan Karya dan terpilih sebagai anggota DPR RI periode 19992004 mewakili daerah pemilihan Kabupaten Kapuas Hulu, dengan perolehan 85
persen suara. Ia menjadi anggota DPR RI di Komisi II, membidangi pemerintahan
dalam negeri, otonomi daerah, aparatur negara, dan agraria. Akil kemudian
terpilih lagi sebagai anggota DPR untuk periode 2004-2009, sekaligus menjabat
sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI (bidang hukum, perundang-undangan,
HAM, dan keamanan).
Pada tahun 2008, bersamaan dengan dibukanya pendaftaran calon Hakim
Konstitusi, Akil juga ikut mendaftar dan terpilih sebagai Hakim Konstitusi. Pada
bulan April 2013, Akil terpilih sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi menggantikan
Mahfud MD. Karena telah menjabat sebagai Ketua MK, sebagai Hakim Konstitusi,
masa jabatan Akil berakhir pada tanggal 16 Agustus 2013. DPR kemudian
memperpanjang masa jabatannya untuk periode kedua (2013-2018) sebagai
Hakim Konstitusi.Ia diberhentikan sebagai ketua MK pada tanggal 5 Oktober 2013
terkait dengan kasus penyuapan sengketa Pilkada.
Pendidikan:
SD Negeri I Putussibau
SD Negeri II Putussibau
SMP Negeri 2 Singkawang
SMA Muhamadiyah Pontianak
S1 Fakultas Hukum Universitas Panca Bhakti Pontianak
S2 Magister Ilmu Hukum Universitas Padjajaran Bandung
S3 Doktor Ilmu Hukum Universitas Padjajaran Bandung
Pekerjaan:
Anggota DPR RI (1999-2004)
Anggota DPR RI (2004-2009)
Wakil Ketua Komisi III DPR RI (bidang hukum, perundang-undangan, HAM
dan keamanan) (2004-2006)
Anggota Panitia Ad Hoc I dan II MPR RI
Kuasa Hukum DPR RI untuk persidangan di Mahkamah Konstitusi
Ketua Pansus RUU
Hakim Konstitusi (2008-2013)
Ketua Mahkamah Konstitusi (2013)
Karir :
Dr. H.M. Akil Mochtar, S.H., M.H., sebelum menjabat sebagai Hakim Konstitusi,
adalah anggota DPR RI dari Fraksi Golongan Karya. Berikut ini pengalaman
pekerjaan bapak Akil Mochtar sampai dengan saat ini:
1. Advokat/pengacara (1984-1999)
2. Anggota DPR/MPR RI Periode 1999-2004
3. Anggota DPR/MPR RI Periode 2004-2009
4. Wakil Ketua Komisi III DPR/MPR RI (bidang Hukum, perundang-undangan,
HAM dan Keamanan) Periode 2004-2006
5. Anggota Panitia Ad Hoc I MPR RI
6. Anggota Panitia Ad Hoc II MPR RI
7. Kuasa Hukum DPR RI untuk persidangan di Mahkamah Konstitusi
8. Anggota Tim Kerja Sosialisasi Putusan MPR RI
Pengalaman Organisasi:
1. Ketua OSIS SMA Muhamadiyah Pontianak
2. Ketua Ikatan Pelajar Muhamadiyah Pontianak
3. Pelajar Islam Indonesia
4. Ketua Alumni SMA Muhamadiyah Pontianak
5. Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Univ. Panca Bhakti Pontianak
6. Komandan Batalyon E Resimen Mahasiswa (Menwa) UPB
7. Ketua Alumni Menwa Kal-Bar
8. Ketua Alumni Universitas Panca Bhakti Pontianak
9. Wakil Ketua DPD I Partai Golkar Kalbar Tahun 1998-2003
10. Ketua Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI) Kalimantan Barat
11. Sekretaris Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN) Cab. Pontianak
12. Anggota Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) DPP Pemuda Pancasila
13. Anggota Majelis Pemuda Indonesia DPP KNPI
14. Pengurus Wilayah Muhamadiyah Kalbar
15. Ketua Pengurus Pusat Angkatan Muda Partai Golkar
16. Anggota Lembaga Hikmah Pengurus Pusat (PP) Muhammaddiyah
17. Ketua Umum Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (FOMI) Kalbar Periode
2006-2010
18. Ketua Umum Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kalbar 2006-2009
Selama menjadi anggota DPR RI,
Karya tulis:
Memberantas Korupsi, Efektifitas Sistem Pembalikan Beban Pembuktian
dalam Gratifikasi (2006)
Pembalikan Beban Pembuktian Tindak Pidana Korupsi (2009)
B. Penjelasan Kasus
Pada Rabu, 2 Oktober 2013, Akil ditangkap KPK di rumah dinasnya di
Jakarta terkait dugaan menerima suap dalam penanganan gugatan pemilukada
Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah dan Kabupaten Lebak, Banten. Esok
harinya, ia dan 5 orang lainnya resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
Kelima orang tersebut salah satunya Chairun Nisa, anggota DPR RI Fraksi Partai
Golkar, bupati Gunung Mas Hambit Bintih, seorang pengusaha Tubagus Chaeri
Wardana yang juga adik kandung Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah sekaligus
suami dari Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany.
Pada saat melakukan penggeledahan di ruang kerja Akil di gedung
Mahkamah Konstitusi, penyidik KPK menemukan narkoba dan obat kuat. Barang
bukti itu langsung diserahkan ke pihak kepolisian dan ditangani pihak BNN.
Pada 5 Oktober, setelah menggelar pertemuan dengan beberapa
pimpinan lembaga tinggi negara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono resmi
memberhentikan sementara Akil Mochtar dari posisi Ketua Mahkamah
Konstitusi.
Kasus Akil Mochtar bermula dari tertangkap tangannya mantan hakim
mahkamah konstitusi tersebut ketika menerima suap Rp 3 miliar pada Rabu, 2
Oktober 2013. Tidak hanya terbukti melakukan tindak pidana korupsi dan
penyuapan, Akil juga melakukan pelanggaran etika terhadap profesinya, yang kala
itu masih menjabat ketua hakim mahkamah konstitusi.
Pasca ditetapkannya Akil sebagai tersangka, mahkamah konstitusi
langsung membentuk majelis kehormatan mahkamah konstitusi (MKMK).Dalam
putusannya MKMK menjatuhi sanksi berupa pemberhentian tidak hormat kepada
Akil. Pembentukan MKMK ini merupakan langkah yang tepat guna memperbaiki
citra serta integritas institusi yang dipertanyakan oleh masyarakat setelah kasus
akil ini.
Majelis Hakim Pengadilan Tipikor harus berani mengambil putusan
monumental dan mampu menghadirkan efek jera bagi pihak-pihak yang berniat
mengikuti jejak Akil. Hakim Tipikor harus betul-betul seksama dan teliti serta
kemudian mengambil putusan yang monumental serta berefek pada tujuan
utama penghukuman yakni efek jera dan penghentian petualangan Akil dan Akilakil lain serta Akil-akil baru di kemudin hari
Kasus Akil benar-benar menampar wajah bangsa dan penegakan hukum
Indonesia. Sebagai lembaga superbody yang digadang-gadang menjadi pelindung
konstitusi, kata Ridwan, MK berubah menjadi sarang mafia sengketa Pilkada.
Ditambah lagi bentangan wilayah sengketa Pilkda yang dimainkan Akil juga
mencapai belasan wilayah dari Papua, sampai di sumatera. Petualangan akil
harus diakhiri, dan Akil-akil baru harus ditumpas melalui proses rekrutment
hakim MK yang kredibel, berintegritas, transparan serta menarik sebanyakbanyaknya partisipasi masyarakat.
Akil didakwa menerima suap, gratifikasi, dan melakukan pencucian uang
terkait pengurusan penanganan sengketa Pilkada di MK. Dalam dakwaan
pertama, Akil disebut menerima suap Rp3 miliar terkait penanganan sengketa
Pilkada Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, dan Rp1 miliar untuk
penanganan atas permohonan keberatan hasil Pilkada Lebak, Banten, serta Rp10
miliar dan USD500 ribu atas penanganan sengketa Pilkada Empat Lawang. Dia
menerima Rp19,86 miliar atas permohonan keberatan hasil Pemilukada Kota
Palembang, dan untuk memuluskan sengketa Pilkada Kabupaten Lampung, Akil
didakwa menerima Rp500 miliar.
Dalam dakwaan kedua terkait penerimaan gratifikasi untuk permohonan
keberatan Kabupaten Buton, ia didakwa menerima Rp1 miliar. Lalu, untuk
penerimaan atas sengketa Pilkada Kabupaten Tapanuli, Akil didakwa menerima
Rp1,8 miliar, dan Rp2,989 miliar untuk sengketa Pilkada Morotai, serta Rp10
miliar terkait permohonan keberatan hasil Pilkada Jawa Timur.
Dakwaan ketiga, Akil telah menyalahgunakan wewenang sebagai ketua
MK dengan memaksa Wakil Gubernur Papua Alex Hesegem memberi uang Rp125
juta sebagai ongkos konsultasi mengenai perkara pemohonan keberatan hasil
Pilkada Kabupaten Merauke, Kabupaten Asmat, dan Kabupaten Boven Digoel. Di
dakwaan keempat, Akil didakwa menerima hadiah senilai Rp7,5 miliar dari Adik
Gubernur Banten Atut Chosiyah, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan terkait
penanganan sengketa Pilkada di Provinsi Banten.
Dakwaan kelima, Akil didakwa bersama Muhtar Ependy terhitung sejak 22
Oktober 2010 hingga 2 Oktober 2013 melakukan pencucian uang, dan diancam
dengan Pasal 3 Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHPidana juncto Pasal 65 ayat (1) KUHPidana. Total Rp 161,08 miliar uang yang
disamarkan Akil Mochtar.
Dakwaan keenam, Akil Mochtar pada 17 April 2002 sampai 21 Oktober
2010 didakwa sengaja menempatkan ke dalam penyedia jasa keuangan dan
membayarkan atau membelanjakan harta kekayaan yang patut diduga
merupakan hasil tindak pidana korupsi. Dia didakwa menempatkan di rekening M
Akil Mochtar, uang Rp 6,1 miliar (BNI); Rp 7,048 miliar (Bank Mandiri), RP 7,299
miliar (BCA). Dia didakwa membayarkan atau membelanjakan uang untuk
kendaraan bermotor dan properti berupa Toyota Fortuner B 988 TY Rp 405,8 juta
serta sebidang tanah dan bangunan di Jalan Pancoran Indah III No 8 sebesar Rp
1,29 miliar.
Menurut analisa kami, Akil telah melanggar kode etik mahkamah
konstitusi yang termaktub dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor
02/pkm/2003. Pertama dengan tertangkap tangannya akil menerima suap telah
menunjukan perlanggaran terhadap norma moral.
Kedua, akil telah melanggar nilai-nilai kepantasan dan kesopanan seperti
yang tercantum dalam pasal1ayat 2 yang menegaskan sebagai abdi hukum yang
terus-menerus menjadi pusat perhatian masyarakat hakim konntitusi harus
menerima pembatasan-pembatasan pribadi yang mungkin dianggap membebani
dan harus menerimanya dengan rela serta bertingkah laku dengan martabat
mahkamah.
Perilaku yang dimaksud adalah saat Akil pergi ke Singapura pada 21
September dan ke beberapa Negara lainnya tanpa pemberitahuan ke Sekretariat
Jenderal MK. Selain itu diketemukannya narkoba jenis ganja saat operasi tangkap
tangan juga telah mencederai nilai kepantasan panutan masyarakat.
Ketiga, tertangkap tangannya Akil saat menerima suap untuk perkara yang
ditanganinya mengindikasikan bahwa perkara yang diputuskannya tidak
berdasarkan fakta-fakta hukum yang jelas dan objektif, melainkan didasarkan atas
iming-iming materi. Hal ini melanggar kode etik ketiga pasal 2 ayat2 yang
menjelaskan bahwa hakim MK harus terbebas dari pengaruh manapun.
Dari kaca mata kode etik yang sebenarnya dibuat memang untuk menjaga
kehormatan dan martabat hakim konstitusi dalam menjalankan tugasnya
sebagaimana tertulis pada pembukaan “Peraturan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia”, Akil telah melanggar banyak kode etik tersebut. Lalu, timbullah
pertanyaan, mengapa ini bisa terjadi padahal telah dibuat kode etik. Ini
sebenarnya terjadi mutlak karena pribadi diri Akil sendiri. Kode etik dibuat untuk
memberikan pedoman bagi hakim untuk menjalankan tugas dengan baik. Bahkan
bukan hanya menjalankan tugas, kode etikpun memberikan pedoman hakim
untuk beretika sebagaimana tertulis pada Pasal 1 dan pasal 2 kode etik
mahkamah konstitusi.
Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi menilai Akil Mochtar
melanggar kode etik dan perilaku hakim yang tertuang dalam Peraturan MK
Nomor 9 Tahun 2006. Dalam peraturan MK itu tercantum tujuh prinsip Deklarasi
Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi.
Kepergian Akil ke Singapura yang telah dijelaskan diatas pada 21
September 2013 tanpa pemberitahuan ke Sekretariat Jenderal merupakan
perilaku yang melanggar etika prinsip keempat, yaitu kesopanan dan kepantasan.
Selain itu, perilaku Akil yang menyamarkan kepemilikan mobil sedan Mercedes
Benz S-350 juga melanggar prinsip keempat.
Kemudian perilaku Akil yang tidak mendaftarkan mobil Toyota Crown
Athlete ke Ditlantas, mengadakan pertemuan dengan anggota DPR CHN di ruang
kerja hakim, menggunakan kewenangan sebagai Ketua MK dalam menentukan
pendistribusian perkara, memerintahkan sekretaris Yuanna Sisilia dan sopir
Daryono dalam melakukan transaksi, ditemukannya narkoba di ruangan kerjanya,
serta penerimaan dana dari STA-- kuasa hukum pihak yang beperkara-- dianggap
merupakan pelanggaran prinsip ketiga: integritas hakim konstitusi.
Dalam poin pertimbangan juga disebutkan bahwa perilaku Akil Mochtar
yang saat masih menjabat Ketua MK memerintahkan secara langsung kepada
panitera untuk menunda putusan tanpa persetujuan rapat permusyawaratan
hakim dianggap melanggar prinsip kedua: ketakberpihakan.
Dengan banyaknya pelanggaran etika yang dilakukan oleh Akil, maka
keputusan MK yang memberhentikan Akil secara tidak hormat merupakan
keputusan yang sangat tepat. Tindakan MKMK yang dengan cepat menghasilkan
keputusan tersebut membuktikan bahwa MK masih merupakan lembaga yang
berintegrasi yang tidak akan menoleransi segala pelanggaran kode etik, dan juga
membuktikan bahwa MK masih memiliki keteguhan dalam menegakkan
konstitusi kedepannya
C. Analisis Kasus
Dari kasus yang dihadapi oleh akil mochtar, kami menganalisis terjadi
pelanggaran etika. Yang mana pelanggaran etika ini dilakukan akil dengan tujuan
tertentu yang menguntungkan dirinya sendiri. Ada beberapa pendekatan etika
yang dapat dirujuk untuk menganalisis kasus ini, yaitu:
a. Teleologi (analisa dampak)
Teleologi memiliki sejarah panjang di antara filsafat empiris Inggris. John
Locke (1632-1704), Jeremy Bentham (1748- 1832), James Mill (1773-1836), dan
anaknya John Stuart Mill (1806-1873) semua melihat etika dari perspektif
teleologi. Teleologi berasal dari kata Yunani telos, yang berarti akhir, konsekuensi,
hasil; sehingga, teori-teori teleologi yang mempelajari etika perilaku dalam hal
akibat atau konsekuensi dari keputusan etis. Teleologi cocok untuk banyak pelaku
bisnis yang berorientasi hasil karena berfokus pada dampak dari pengambilan
keputusan. Teleologi mengevaluasi keputusan sebagai baik atau buruk, diterima
atau tidak diterima, dalam hal konsekuensi dari keputusan tersebut.
Dalam kasus akil ini, beliau menghiraukan etika dari aspek konsekuensi dari
prilaku yang ia lakukan. Akil melakukan suatu tindakan yang memberikan
konsekuensi negative baik untuk dirinya, keluarganya, maupun untuk masyarakat
Indonesia. Sehingga dalam hal ini Akil tidak menghiraukan teori teleology yang
sebenarnya dapat menjauhkan diri kita dari perbuatan melanggar etika
khususnya dalam hal konsekuensi.
Jelas tindakan Akil melakukan kasus suap ini melanggar etika, sehingga
konsekuensi yang dipadat merupakan konsekuensi negatif. Konsekuensi negative
yang didapat Akil atas perbuatannya ini pun beragam. Dari konsekuensi kepada
dirinya sendiri hingga masyarakat yang merasa dirugikan oleh prilaku yang
dilakukan Akil.
b. Hedonisme dan Utilitarianisme
Hedonisme berfokus pada individu, dan mencari jumlah terbesar
kesenangan pribadi atau kebahagiaan pribadi. Epicurus (341-270 SM)
menyatakan bahwa tujuan hidup adalah keamanan dan kesenangan abadi,
sebuah kehidupan di mana rasa sakit diterima hanya jika rasa sakit itu
menyebabkan kesenangan yang lebih besar, dan kesenangan akan ditolak jika
kesenangan itu menyebabkan rasa sakit yang lebih besar. Utilitarianisme,
sebaliknya, mengukur kesenangan dan rasa sakit bukan pada tingkat individu
melainkan pada tingkat masyarakat.
Pada kasus Akil ini, beliau merupakan contoh yang cocok untuk hedonism
yang sangat berfokus pada individu. Seperti yang dikatakan Epicurus (341-270
SM) rasa sakit diterima jika rasa sakit itu menyebabkan kesenangan, dari kasus
Akil ini, beliau tau bahwa rasa sakit akan datang akibat prilakunya, namum dia
tetap melakukan hal itu hanya semata-mata dilandaskan oleh kesenangan.
Disisi lain dia sangat mengabaikan apa yang dijelaskan dalam pendekatan
utilitarianisme, yang mana pendekatan ini mengukur kesenangan dan rasa sakit
pada tingkat masyarakat. Jadi melakukan suatu tindakan dengan memikirkan
konsekuensi terhadap masyarakat bukan pribadi diri sendiri.
c. Egoisme
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan
egoisme yaitu egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah
suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh
kepentingan berkutat diri (selfish). menurut teori ini oreang boleh saja yakin
bahwa ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun
semua tindakan tersebut hanyalah sebuah ilusi. Pada pada kenyataannya setiap
orang hanya peduli pada dirinya sendiri. jadi menurut teori ini, tidak ada tindakan
yang sesungguhnya bersifat altruism yaitu suatu tindakan yang peduli pada orang
lain atau mengutamakan kepentingan orang lain dengan mengorbankan
kepentingan dirinya.
Sedangkan egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan
diri sendiri (self-interest). Perbedaan egoisme psikologis dengan egoisme etis
adalah pada akibatnya terhadap orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai
dengan cirri mengabaikan atau merugikan kepentingan orabg lain, sedangkan
tindakan mementingkan diri tidak selalu merugikan kepentingan orang lain.
Pada kasus yang dialami oleh Akil mochtar ini, sangat erat kaitannya dengan
tingkat egois pada diri Akil sendiri. Yang mana akil sangat “rakus” dengan pundipundi uang bahkan dengan menurunkan derajat dari jabatannya sendiri. Kasus
suap yang dilakukan Akil sangat dekat dengan pendekatan teori egoism etis.
Dimana teori egoism etis melegalkan tindakan menolong seseorang dengan
syarat tindakan menolong itu dapat memberikan keuntungan bagi diri yang
menolong.
Pada kasus ini Akil “menolong” beberapa orang untuk mendapatkan yang
mereka inginkan dengan diberikan imbalan berupa uang yang dijanjikan. Disinilah
tampak praktek dari teori egoism etis itu berlangsung. Dimana Akil memberikan
pertolongan dengan dasar pertolongan tersebut memberikan keuntungan bagi
dirinya sendiri.
d. Teori Manusia Utuh
Ilmu etika ke depan hendaknya didasarkan atas paradigma manusia utuh,
yaitu suatu pola pikir yang mengutamakan integrasi dan keseimbangan pada :
1.
2.
3.
Pertumbuhan PQ, IQ, EQ dan SQ.
Kepentingan individu, kepentingan masyarakat dan kepentingan Tuhan.
Keseimbangan tujuan lahiriah (duniawi) dengan tujuan rohaniah
(spiritual).
Hakikat utuh manusia adalah keseimbangan yang bisa diringkas sebagai berikut :
1.
2.
3.
Keseimbangan antara hak (teori hak) dan kewajiban (teori deontologi).
Keseimbangan tujuan duniawi (teori teologi) dan rohani (teori teonom).
Kesiembangan antara kepentingan individu (teori egoisme) dan
kepentingan masyarakat (teori utilitarianisme).
4.
Gabungan ketiga butir di atas akan menentukan karakter seseorang (teori
keutamaan).
5.
Hidup adalah suatu proses evolusi kesadaran.
Teori manusia utuh benar-benar mengacu pada manusia yang sempurna.
Intinya adalah keseimbangan. Jika kita lihat, awalnya individu akil telah memiliki
PQ, IQ, EQ, dan SQ. Namun, karena sistem yang rusak atau pun karena memiliki
kekuasaan yang besar mengguncang EQ akil, sehingga merusak SQ nya.
Keseimbangan antara tiga kepentingan yaitu individu, masyararakat, dan tuhan
sekarang menjadi timpang dan hanya memikirkan kepentingan individu saja. Akil
telah mengabaikan kepentingan masyarakat dan tuhan.
Akibatnya, keseimbangan antara hak dan kewajiban rusak. Sebagai ketua
MK, dia menggunakan kekuasaannya untuk mengeruk pundi-pundi uang.
Padahal, kekuasaan itu dipercayakan kepadanya untuk melaksanakan
kewajibannya menegakkan hukum tertinggi di indonesia.
Keseimbangan antara rohani dan spiritual juga rusak, jika rohani dan
spiritual seimbang, akil tidak akan melakukan hal yang melanggar apa yang
dilarang oleh agamanya yaitu, melalaikan kewajiban pemimpim. Keseimbangan
kepentingan individu dan masyarakat luas, telah di jelaskan bahwa akil benarbenar mengabaikan kepentingan masyarakat. Dari ketiga keseimbangan tadi, kita
bisa melihat karakter seseorang yang sebenarnya. Walaupun dia memiliki PQ dan
IQ, tapi jika EQ dan SQ nya rusak. Keseimbanngan tidak akan terjadi.
Yang terakhir dari inti teori manusia utuh adalah, hidup adalah proses
evolusi kesadaran. Jadi selama masih hidup, manusia pasti mengalami perubahan
dalam tiga poin pertama, perubahan tersebut menentukan apakah dia
mempunyai karakter yang pantas sesuai dengan status atau jabatannya sekarang
ini. Setiap manusia pasti selalu ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Dan
berlomba-lomba untuk melengkapi PQ, IQ, EQ, dan SQ.
Teori ini tidak hanya berlaku untuk akil, tapi juga untuk seluruh pejabat
tinggi di indonesia yang melalaikan kewajibannya dan memanfaatkan
kekuasaannya untuk mendapatkan uang untuk kepentingan individu dan
mengabaikan kepentingan masyarakat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari dua kasus di atas, dapat kita simpulkan bahwa peristiwa dan kejadian
di dunia ini erat dengan teori etika. Kita bisa menjadikan teori etika pedoman
dalam membuat keputusan atau menyelesikan suatu persoalan. Dalam
prakteknya, masih banyak manusia yang tidak berprilaku etis, dan hanya
mementingkan diri sendiri. Sehingga akibatnya, banyak orang yang dirugikan,
baik secara fisik atau non fisik.
Dari contoh kasus diatas, kita bisa mempelajari bahwa bukan hanya
kebaikan yang bisa mendatangkan kesenangan, tetapi kejahatan seperti
melakukan penggusuran juga mendatangkan kesenangan yang lebih besar.
Selanjutnya, kita bisa melihat bahwa tidak semua kebaikan atau perbuatan tolong
menolong adalah untuk kepentingan orang lain. Hal tersebut sebenarnya untuk
kepentingan pribadi.
Saran yang bisa kami berikan adalah
1) Pemerintah harus melakukan pengawasan yang ketat. Semua
penyimpangan dalam kasus terjadi selain karena moral pelaku yang
buruk, tetapi juga karena pengawasan pemerintah yang lemah. Dan
memberi pelaku kesempatan untuk mengambil uang rakyat.
2) Pemerintah harus menangkap dan menghukum semua orang yang terlibat
dalam kasus tersebut
3) Sarana dan prasarana dalam rusunawa perlu di tingkatkan. Agar
masyarakat nyaman tinggal dirusunawa, segala fasilitas seperti
transportasi, pasar, sekolah, dll harus di persiap kan dengan baik. Agar
masyarakat tidak kembali lagi tinggal ke bantaran kali.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, L.J. (2004). Business and Professional Ethics for Accountants. SouthWestern College Publishing.
Agoes Sukrisno dan Ardana, I Centik (2011), Etika Bisnis dan Profesi-Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya, Penerbit Salemba Empat Jakarta
http://www.pta-yogyakarta.go.id/pedoman-perilaku/kode-etik-pns.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Akil_Mochtar
http://uniqpost.com/profil/muhammad-akil-mochtar/
http://www.youtube.com/watch?v=SIUIDy80_cs
http://www.youtube.com/watch?v=Cutyr8FL4G8
http://www.tempo.co/read/news/2014/02/22/064556567/Ahok-Ancam-AkanPenjarakan-Penjual-Rusun
http://www.tempo.co/read/news/2014/03/03/064559073/Mafia-Rusun-BisaDijerat-Pidana-Korupsi
http://khoyunitapublish.wordpress.com/2013/12/10/teori-teori-etika/
http://www.solopos.com/2014/02/28/kasus-akil-mochtar-akil-mengaku-difitnahdan-dizalimi-492630
http://www.tempo.co/read/news/2013/11/01/063526473/3-Prinsip-Kode-EtikHakim-yang-Dilanggar-Akil
http://www.tempo.co/read/news/2013/10/03/063518928/Kronologi-LengkapPenangkapan-Akil-Mochtar