PENGARUH STORE ENVIRONMENT TERHADAP SHOPPING EMOTION DAN IMPULSE BUYING (Studi Pada Konsumen Vargo Kitchen Malang) | Rianto | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB

PENGARUH STORE ENVIRONMENT TERHADAP SHOPPING EMOTION DAN
IMPULSE BUYING

(Studi Pada Konsumen Vargo Kitchen Malang)
Raditya Kirana Rianto
Suharyono
Aniesa Samira Bafadhal
Fakultas Ilmu Administrasi
Univеrsitas Brawijaya
Malang
kiranaradityaa@gmail.com
ABSTRACT

This research aims to determine: 1.) Store environment’s impact on Shopping emotion, 2.) impact of Shopping
emotion on Impulse buying, and 3.) impact of Store environment on Impulse buying. This of research uses
Explanatory Research which aims to test and explain the relationship of each variable through hypothesis
testing with quantitative approach. The population in this study were Vargo Kitchen Malang visitors who
made the purchase and were at least 18 years old. The sampling technique used in this resea rch used
purposive sampling technique using machin and campbell formula and get sample as many as 116
respondents. Data analysis method used in this research is spread the research questionnaire. Data analysis
used is descriptive analysis and path analysis. The results showed that 1.) Store Environment (X) variables

have a direct impact on Shopping Emotion (Y1). because it has a probability value (0,000)< 0.05 which means
there is a significant impact, 2.) Store Environment (X) variable has a positive effect on Buying Implication
(Y2) because it has a probability value (0,000) < 0.05 which means there is significant impact, 3.) Shopping
Emotion (Y1) has positive effect on Buying Implution (Y2) because it has probality value (0,000) < 0,05 which
means there is significant impact
Kеywords: Store Environmet, Shopping Emotion, Impulse Buying

АBSTRАK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan : 1.) pengaruh Store environment terhadap
Shopping emotion, 2.) pengaruh Shopping emotion terhadap Impulse buying,dan 3.) pengaruh Store
environment terhadap Impulse buying. Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research yang bertujuan untuk
menguji dan menjelaskan hubungan dari masing–masing variabel melalui pengujian hipotesis dengan
pendekatan kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah pengunjung Vargo Kitchen Malang yang
melakukan pembelian dan berusia minimal 18 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan menggunakan rumus machin and cmapbell
dan mendapatkan sampel sebanyak 116 responden. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menyebar kuisioner penelitian. Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis jalur
(path analysis). Hasil penelitian menunjukan bahwa 1.) variabel Store Environment (X) memiliki pengaruh
secara langsung terhadap Shopping Emotion (Y1). karena memiliki nilai probalitas (0,000) < 0,05 yang berarti
ada pengaruh yang signifikan, 2.) variabel Store Environment (X) berpengaruh positif terhadap Impluse

Buying (Y2) karena memiliki nilai probalitas (0,000) < 0,05 yang berarti ada pengaruh yang signifikan, 3.)
variabel Shopping Emotion (Y1) berpengaruh positif terhadap Impluse Buying (Y2) karena memiliki nilai
probalitas (0,000) < 0,05 yang berarti ada pengaruh yang signifikan.
Kаtа Kunci: Store Environmet, Shopping Emotion, Impulse Buying

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 59 No.1 Juni 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

8

PЕNDAHULUAN
Ada beragam jenis kafe, namun sebagian besar
menyuguhkan konsep menu yang hampir sama
dengan harga yang juga relatif sama. Untuk itu,
para pelaku bisnis kafe harus berupaya menarik
minat konsumen dengan memahami keinginan,
kebutuhan, dan permintaan konsumen yang
menjadi sasaran. Hal ini dikarenakan konsumen
merupakan asset paling berharga yang harus
dipertahanankan oleh pelaku bisnis.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
dapat memenangkan persaingan adalah dengan
melakukan inovasi. Inovasi ini dapat meliputi store
environment atau lingkungan kafe. Store
environment dapat menjadi alternatif sebagai
pembeda antara suatu kafe dengan kafe yang lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Farasa dan Kusuma
(2015) menunjukkan hasil bahwa penyebab utama
customer betah berada di kafe adalah karena
kondisi lingkungan café yang nyaman yang
meliputi kebersihan, pencahayaan yang cukup, dan
suhu ruangan yang sejuk serta adanya daya tarik
terhadap desain kafe. Perbedaan diperlukan karena
dari setiap bisnis pasti didapati produk yang serupa
dengan harga yang berbeda tipis bahkan sama.
Store environment bisa menjadi alasan lebih bagi
konsumen untuk tertarik dan memilih dimana ia
akan berkunjung dan membeli. Store environment
penting bagi pelanggan dan penyedia layanan
dikarenakan lingkungan yang baik akan memicu

emosi positif serta dapat meningkatkan perasaan
pelanggan terhadap penyedia pelayanan (Han &
Ryu, 2009).
Store layout, ambience, dan sales personnel
juga dapat mempengaruhi pembelian tak terduga
(Sherman et al., 1997; Geetha, 2010).
Store environment, juga dapat mempengaruhi
persepsi konsumen ataupun calon konsumen
terhadap bagaimana gambaran suatu kafe, apakah
kafe tersebut cukup menarik minatnya atau tidak.
Mohan, Sivakumaran, dan Sharma (2012)
mengemukakan bahwa store environment
mempengaruhi kuantitas pembelian, minat
terhadap store, dan intesitas kunjungan konsumen.
Pada penelitian-penelitian yang lain ditemukan
bahwa
aspek
dari
store
environment

mempengaruhi perilaku konsumen. Sebagai
contoh, menurut Miliman (1982) musik yang
disajikan pada café mempengaruhi penggunaan
waktu
dan uang
yang secara positif
menguntungkan café. Pencahayaan yang baik turut
mempengaruhi kenyamanan dan pembawaan

konsumen dalam menikmati produk yang disajikan
serta daya beli yang positif (Areni dan Kim, 1994).
Penelitian yang dilakukan oleh Geetha et al.
(2010) menunjukkan bahwa store environment
mempengaruhi perilaku impulse buying (pembelia
tidak terencana) konsumen. Berdasarkan Yalch dan
Spangenberg (1990), konsumen merespon secara
psikologis terhadap musik yang disajikan.
Pencahayaan dan musik secara bersamaan dapat
membangkitkan perasaan positif (Yoo et al., 1998).
Musik merupakan variabel yang penting yang

dapat mempengaruhi mood konsumen (Bruner,
1990). Musik merupakan komunikasi non-verbal
yang mempengaruhi suasana cafe. Musik yang
tepat akan menambah jumlah penjualan (Turley
dan Milliman, 2002). Penambahan pembelian ini
dapat pula berupa impulse buying (Geetha et al.,
2010) dan juga pembelian produk yang sama atau
peningkatan
jumlah
pembelian.
Sistem
pencahayaan yang didesain dengan baik dapat
mempercantik tampilan interior kafe sehingga
dapat menciptakan daya tarik tersendiri dan
menciptakan efek positif bagi konsumen (Smith,
1989).
Sementara itu faktor layout membuat
konsumen nyaman dalam melakukan pembelian
dan menciptakan perasaan yang positif, faktor
desain juga mengurangi stress yang dirasakan saat

melakukan pembelian (Baker et al ,2002). Layout
yang baik juga akan membuat konsumen belanja
dengan lebih nyaman dan menurunkan stress saat
belanja Baker et al. (2002). Pelayanan yang
diberikan juga memiliki pengaruh terhadap respon
konsumen (Bitner, 1990). Hal ini juga didukung
oleh Baker et al. (1992) yang mengemukakan
bahwa tenaga penjualan atau salespeople yang
tanggap dalam membantu pelanggan dapat
mempengaruhi kemauan pelanggan dalam
membeli produk.
Geetha, Sheevarkuma, dan Sharma (2009)
menjelaskan
bahwa
pembelian
impulsif
dipengaruhi oleh image yang terbentuk dari toko
tempat para konsumen melakukan pembelian.
Dalam lingkungan toko (store environment), musik
yang disajikan dapat membuat konsumen bertahan

lebih lama dalam toko dan menghabiskan uang
lebih banyak dari pada biasanya (Milliman, 1982),
hal ini berarti bahwa pengeluaran uang dan waktu
yang lebih lama tersebut mungkin tidak terencana
dan merupakan bagian dari impulse buying. Pada
kenyataannya, musik dan pencahayaan adalah
suatu hal penting yang membuat upaya pembelian
impulsif (Eroglu dan Machleit, 1993).
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 59 No.1 Juni 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

9

Store environment yang dirancang dengan
baik dan sesuai diharapkan dapat memenuhi rasa
nyaman yang dibutuhkan konsumen sehingga
shopping emotion (emosi pembelian) yang tercipta
dari store environment yang baik tersebut akan
merangsang
konsumen

untuk
melakukan
pembelian. Menurut Hawkins et al. (2007), Emosi
dapat diidentifikasikan sebagai perasaan suka atau
tidak suka terhadap sesuatu yang lebih spesifik.
Emosi adalah perasaan terhadap situasi tertentu,
produk, iklan dan sebagainya. Berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa emosi
adalah perasaan suka atau tidak suka terhadap suatu
produk atau jasa yang ditawarkan atau terhadap
suasana yang diciptakan oleh sebuah kafe untuk
mendorong emosi konsumen agar merasa nyaman
sehingga konsumen memutuskan untuk melakukan
pembelian.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Soenjaya dan Gaby (2015) mengenai pengaruh
store atmosphere dan shopping emotion terhadap
impulse buying di salah satu outlet food court di
Surabaya, menunjukkan hasil bahwa shopping
emotion memiliki pengaruh positif terhadap

impulse buying, hal ini berartu bahwa semakin
positif shopping emotion pada seseorang maka
akan semakin tinggi perilaku impulse buying salah
satu outlet food court di Surabaya. Penelitian lain
yang dilakukan oleh Lee dan Yi (2008) tentang
pengaruh shopping emotion terhadap impulse
buying menunjukkan hasil bahwa arousal adalah
stimulan terbesar dalam menimbulkan perilaku
pembelian impulsif. Namun demikian, shopping
emotion, baik pleasure maupun arousal memiliki
keterkaitan kuat yang secara signifikan dapat
menimbulkan niat untuk melakukan pembelian
impulsih (Lee dan Yi, 2008)
Kafe yang memiliki store environment yang
dirancang dengan baik akan merangsang emosi
dari konsumen untuk melakukan impulse
buying(pembelian tidak terencana). Impulse buying
didefinisikan sebagai pembelian yang dibuat di
dalam toko yang berbeda dari perencanaan
konsumen untuk membuat prioritas saat memasuki

toko Hawkins et al. (2001). Konsumen yang
melakukan impulse buying tidak berfikir untuk
membeli produk tertentu. Konsumen cenderung
melakukan pembelian karena ketertarikan pada
produk pada saat itu juga. Impulse buying sebagai
kecenderungan untuk membeli secara spontan,
reflek, tiba – tiba dan otomatis. Dengan demikian
impulse buying merupakan sesuatu yang alamiah
dan merupakan reaksi yang cepat. Dengan

demikian, terciptanya
pembelian impulsif
diharapkan dapat meningkatkan penjualan bagi
kafe.
Membuat konsumen tertarik adalah salah satu
tujuan awal dan selanjutnya pasti bertujuan untuk
mendorong hasrat konsumen untuk membeli. Store
environment yang ditawarkan produsen, jika
ditanggapi dengan positif oleh konsumen akan
memperoleh peluang besar bagi tempat tersebut
untuk dikunjungi. Dampak dari store environment
dapat menciptakan kesan yang membuat pembeli
akan meningkatkan pembeliannya atau hanya
membeli secukupnya dan kemungkinan tidak
berniat kembali lagi untuk membeli di tempat
tersebut.
Kesan yang diperoleh berdampak pada
perilaku konsumen. Produsen, dalam hal ini adalah
pelaku bisnis cafe dan resto, harus jeli dalam
melihat peluang pasar serta keinginan dan
kebutuhan konsumen agar mampu memberikan
kepuasan pada konsumen sehingga tidak beralih
pada kompetitor. Bagaimana pun alat pendukung
dari konsep pemasaran adalah identifikasi dan
kepuasan dari kebutuhan konsumen.
Salah satu café yang hadir di kota Malang
adalah Vargo Kitchen. Vargo Kitchen memiliki
segmen pasar utama kalangan menengah ke atas
karena menu yang ditawarkan sebagian besar khas
gaya Eropa dan Amerika. Dekorasi Vargo Kitchen
didominasi warna cokelat dan abu-abu serta
ornamen khas New York tahun 1970-an. yang
tampak di setiap sudut bangunan baik tampak luar
maupun dalam. Arsitektur bangunan Vargo
Kitchen yang bergaya Amerika didukung juga
dengan perabotan dan latar musik yang sesuai
sehingga memberikan kesan
industrial dan
modern serta nyaman. Selain itu cafe ini juga
dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti
smooking area , lahan parkir yang luas, free wifi,
live music, dan DJ performance. Vargo Kitchen
yang terletak di jalan Borobudur ini buka mulai
dari pukul 14.00 hingga 24.00, sehingga
pengunjung yang datang cukup ramai.
Vargo Kitchen yang baru didirikan pada tahun
2015 saat ini diposisikan sebagai pendatang baru di
dunia bisnis kafe, sehingga diperlukan strategi
untuk menarik minat pasar dan meningkatkan
penjualan, salah satu inovasi untuk mencapai hal
tersebut adalah dengan menciptakan store
environment yang baik. Store environment yang
baik akan mampu menciptakan kenyamanan dan
emosi pembelian yang positif pada konsumen
sehingga dapat menimbulkan perilaku impulse
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 59 No.1 Juni 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

10

buying. Perilaku impulse buying yang tercipta akan
mampu mendorong peningkatan penjualan bagi
cafe and resto.

KAJIAN PUSTAKA
Store Environment

Menurut Firda dan Wusko (2013)
lingkungan
(environment)
adalah
semua
karakteristik fisik dan sosial dari dunia eksternal
konsumen, termasuk di dalamnya objek fisik
(produk dan toko), hubungan ke ruangan (lokasi
toko dan produk di toko), dan perilaku sosial orang
lain (siapa yang berada di sekitar dan apa yang
mereka lakukan). Sedangkan Dunne dan Lusch
(2008) mendefinisikan store environment sebagai
bangunan fisik toko yang tersusun dari beberapa
elemen seperti musik, pencahayaan, bentuk toko,
petunjuk yang mengarahkan pengunjung serta
elemen sumber daya manusia.
Baker et al (2002) menyebutkan bahwa store
environment terdiri atas tiga elemen yakni:
a. Sosial
b. Desain
c. Ambience

Atau bisa juga dikatakan suatu desakan hati yang
tiba-tiba dengan penuh kekuatan, bertahan dan
tidak direncanakan untuk membeli sesuatu secara
langsung, tanpa banyak memperhatikan akibatnya
(Mowen dan Minor, 2002).
Impulse buying terjadi ketika konsumen
kehilangan kendali karena emosi yang telah
dipengaruhi oleh beberapa faktor lalu melakukan
pembelian secara tidak terencana sebelumnya.
Sikap terjadi setelah pengalaman sebuah keinginan
untuk membeli dan cenderung secara spontanitas
dan tanpa banyak pertimbangan. Definisi ini
memastikan bahwa pembeli tidak bermaksud untuk
membeli barang sebelum memasuki area
perbelanjaan dengan keinginan yang direncanakan.
Menurut Stern (1962) dalam Utami (2010)
terdapat 4 tipe pembelian impulsif yaitu:
a. Impulsif murni (pure impulse)
b. Impulsif pengingat (reminder impulse)
c. Impulsif saran (suggestion impuls)
d. Impulsif terencana (planned impulse)
Hipotеsis

Shopping Emotion

Menurut Hawkins et al. (2001), emosi
merupakan suatu perasaan yang tidak bisa
dikontrol namun mampu mempengaruhi tingkah
laku, kebiasaan dan perilaku seseorang. Sedangkan
menurut Solomon (2007), suasana hati atau emosi
seseorang atau kondisi psikologi seseorang saat
pembelian dapat memiliki dampak besar pada apa
yang dia beli atau bagaimana dia menilai
pembeliannya. Berdasarkan definisi di atas,
shopping emotion merupakan emosi atau perasaan
yang tidak bisa dikontrol namun memiliki
pengaruh besar pada pembelian.
Menurut Hawkins et al. (2001) terdapat 3
dimensi dari shopping emotion , yaitu:
1. Pleasure (Kesenangan)
2. Arousal (Bergairah)
3. Dominance (Menguasai)
Impulse Buying
Impulse
buying

didefinisikan sebagai
pembelian yang dibuat di dalam toko yang
berbeda dari perencanaan konsumen untuk
membuat prioritas saat memasuki toko (Hawkins
et al. 2001). Impulse buying merupakan tindakan
membeli yang sebelumnya tidak diakui secara
sadar sebagai hasil dari pertimbangan, atau niat
membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko.

Shopping
Emotion (Y1)

H2

H1
Store
Environment
(X)

H3

Impulse
Buying
(Y2)

Gambar 1. Modеl Hipotеsis

H1: Store Environment berpengaruh secara
signifikan terhadap Shopping Emotion
H2: Store Environment berpengaruh secara
signifikan terhadap Impulse Buying
H3: Shopping Emotion berpengaruh secara
signifikan terhadap Impulse Buying
MЕTODE PЕNЕLITIAN
Pеnеlitian ini mеrupakan pеnеlitian
pеnjеlasan (еxplanatory r еsеarch) dеngan
pеndеkatan kuantitatif. Pеnеlitian dilakukan pada
konsumen yang melakukan pembelian di Vargo
Kitchen Malang. Alasan pemilihan Vargo Kitchen
Malang karena Vargo KitchenMalang merupakan
salah satu cafe/restaurant yang sedang berkembang
dan ramai dikunjungi oleh konsumen dari berbagai
kalangan mulai dari pelajar, mahasiswa, pegawai,
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 59 No.1 Juni 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

11

hingga keluarga. Didapat sample sebanyak 116
responden dan dianalisis menggunakan analisis
jalur.
HASIL DAN PЕMBAHASAN
Tabel 1 Hasil Uji Koefisien Jalur Store Environment
terhadap Shopping Emotion
Variabel
Koefisien
t
p-value Ket
bebas
Jalur (Beta) hitung
X
0.702
10.537 0.000 Sig
Variabel terikat Y1
R square (R2)
: 0,493
Sumber: data diolah, 2018
Tabel 2 Hasil Uji Koefisien Jalur Impluse Buying
Variabel
Koefisien
t
p-value Ket
bebas
Jalur (Beta) hitung
X
0.414
4.556
0.000 Sig
Y1
0.372
4.086
0.000 Sig
Variabel terikat Y2
R square (R2)
: 0,526
Sumber: data diolah, 2018

Direct Effect (pengaruh langsung) Store
Environment terhadap Impluse Buying sebesar
0,414
Indirect Effect (IE) = PY1X × PY1Y2
= 0,702 × 0,372
= 0,261
Total Efeect (TE)
=PY2X + (PY1X × PY1Y2)
= 0,414 + 0,261
= 0,675

R2model

= 1 – (1 – R21) (1 – R22)
= 1 – (1 – 0,493) (1 – 0,526)
= 1 – (0,507) (0,474)
= 1 – 0,2403
= 0,7597 atau 75,97%

Hasil perhitungan ketetapan model sebesar
75,97% menerangkan bahwa kontribusi model
untuk menjelaskan hubungan struktural dari ketiga
variabel yang diteliti adalah sebesar 75,97%.
Sedangkan sisanya sebesar 24,03% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak terdapat dalam model
penelitian ini

Pengaruh

Store
Shopping Emotion

Environment

terhadap

Dari keseluruhan perhitungan yang telah
dilakukan, penelitian ini menghasilkan koefisien
jalur antar variabel. Koefisien variabel Store
Environment terhadap Shopping Emotion sebesar
0,702 dengan arah koefisien positif yang berarti
bahwa semakin tinggi nilai store environment
maka semakin tinggi pula nilai pada shopping
emotion. Hal ini berarti bahwa Store environment
dapat mempengaruhi Shopping Emotion seseorang,
seperti ketika seseorang semakin merasa nyaman
dengan keadaan sebuah café maka akan muncul
perasaan senang saat berada dalam café tersebut.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Liao dan
Liaw (2007) yang menyebutkan bahwa Store
environment secara positif memiliki hubungan
dengan Shopping emotion. Hasil tersebut
menjelaskan bahwa Store environment yang
meliputi design dan pelayanan mampu
mempengaruhi shopping emotion pada konsumen.
Sesuai dengan hal tersebut, pada penelitian ini
diperoleh hasil bahwa pelayanan, dekorasi, dan
musik mampu mempengaruhi Shopping emotion
konsumen. Shopping emotion merupakan perasaan
yang timbul akibat adanya rangsangan ketika
berada dalam sebuah café. Dalam penelitian ini,
perasaan yang dimaksudkan adalah perasaan
senang dan teratrik terhadap suatu café, dan
rangsangannya adalah store environment dimana
diharapkan store environment dapat menarik minat
pelanggan. Untuk indikator sosial, diperoleh data
62,93% menyatakan setuju bahwa Vargo Kitchen
memiliki pegawai yang ramah, 46,55% responden
menyatakan setuju bahwa Vargo Kitchen memiliki
pegawai yang tanggap dan sebanyak 44,3%
responden menyatakan setuju bahwa Vargo
Kitchen memiliki pegawai yang berpengetahuan
luas. Design suatu café merupakan hal pertama
yang akan disadari oleh pengujung (Liao dan Liaw,
2007). Dalam penelitian ini, sebagian besar
responden menyatan setuju bahwa Vargo Kitchen
memiliki design yang sesuai (40,52% responden
menyatakan setuju Vargo Kitchen memiliki layout
yang menarik, 48,28% responden menyatakan
setuju Vargo Kitchen memiliki skema warna yang
menyenangkan,
dan
40,52%
responden
menyatakan setuju bahwa Vargo Kitchen memiliki
dekorasi yang menyenangkan). Indikator suasana
(ambience) diperoleh data sebanyak 40,52%
menyatakan ragu-ragu bahwa Vargo Kitchen
memiliki musik yang menyenangkan, dan 41,38%
menyatakan ragu-ragu bahwa Vargo Kitchen
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 59 No.1 Juni 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

12

memiliki pencahayaan yang dapat m,embuat
nyaman, namun sebanyak 46,55% menyatakan
setuju bahwa Vargo Kitchen memiliki musik yang
sesuai.
Pada variabel shopping emotion diperoleh
hasil sebanyak 44,83% responden menyatakan
setuju bahwa mereka merasakan kegembiraan
ketika berada dalam Vargo Kitchen, sebanyak
44,83% responden menyatakan ragu-ragu
merasakan gairah ketika dalam Vargo Kitchen, dan
sebanyak 37,93% responden menyatakan setuju
bahawa lingkungan Vargo Kitchen mampu
mendominasi emosi. Berdasarkan penajabaran di
atas dapat dijelaskan bahwa responden pada
umumnya setuju bahwa Vargo Kitchen memiliki
store environment yang cukup baik sehingga
timbul shopping emotion yang cukup positif pada
responden ketika berada dalam Vargo Kitchen. Hal
ini sesuai dengan penelitian Han & Ryu (2009)
yang menyatakan bahwa store environment
penting bagi pelanggan dan penyedia layanan,
dikarenakan lingkungan yang baik akan memicu
emosi positif serta dapat meningkatkan perasaan
pelanggan terhadap penyedia layanan. Yoo et al.
(1998) juga menyatakan bahwa pencahayaan dan
musik secara bersamaan dapat membangkitkan
perasaan positif. Sementara itu faktor layout dapat
membuat konsumen nyaman dalam melakukan
pembelian dan menciptakan perasaan yang positif,
faktor design juga dapat mengurangi stress yang
dirasakan saat melakukan pembelian. (Baker et al.,
2002)
Berdasarkan hal tersebut diatas dapat
diketahui bahwa store environment memiliki
pengaruh terhadap shopping emotion. Dalam
penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu
ditemukan hal yang serupa dan mendukung hasil
penelitian-penelitian yang sebelumnya.
Pengaruh Shopping Emotion terhadap Impulse
Buying

Koefisien variabel Shopping Emotion terhadap
Impluse Buying sebesar 0,372 dengan angka
koefisien yang positif yang berarti semakin tinggi
nilai Shopping emotion maka akan semakin tinggi
pula nilai Impulse buying ataupun sebaliknya. Hal
ini berarti bahwa shopping emotion mampu
mempengaruhi perilaku impulse buying seseorang.
Sebagai contoh ketika individu merasakan
perasaan nyaman atau senang saat berada pada
lingkungan sebuah café maka perilaku impulse
buying akan meingkat. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Yi (2008)

yang menunjukkan hasil bahwa shopping emotion
yang meliputi arousal dan pleasure mampu
mempengaruhi perilaku impulse buying konsumen
secara signifikan. Menurutnya, bahwa perasaan
senang dan bergairah ketika berada dalam café
mampu membuat konsumen untuk melakukan
impulse buying. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Soenjaya dan Gaby (2015)
mengenai pengaruh store atmosphere dan
shopping emotion terhadap impulse buying di salah
satu outlet food court di Surabaya, menunjukkan
hasil bahwa shopping emotion memiliki pengaruh
positif terhadap impulse buying. Pada penelitian ini
diperoleh bahwa timbul shopping emotion yang
cukup positif pada responden, sedangkan impulse
buying pada penelitian ini diperoleh hasil 55,17%
responden
menyatakan
setuju
melakukan
pembelian di Vargo Kitchen karena tertarik akan
suatu produk, 40,52% menyatakan ragu-ragu untuk
melakukan pembelian karena kenyamanan pada
Vargo Kitchen, 37,03% responden menyatakan
ragu-ragu melakukan pembelian karena melihat
produk yang sering dibeli, 49,14% menyatakan
setuju melakukan pembelian di Vargo Kitchen
karena terpengaruh oleh iklan, sebanyak 35,34%
menyatakan tidak setuju untuk melakukan
pembelian di Vargo Kitchen karena terpengaruh
teman, 51,27% menyatakan setuju melakukan
pembelian di Vargo Kitchen karena dipengaruhi
oleh pramusaji, 44,83% menyatakan setuju
melakukan pembelian di Vargo Kitchen karena
terpengaruh oleh promo, dan sebanyak 44,43%
menyatakan setuju melakukan pembelian di Vargo
Kitchen karena mendapat potongan harga. Dari
penjabaran tersebut dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden melakukan impulse
buying. Impulse buying yang terjadi pada
konsumen di Vargo Kitchen
disebabkak oleh
terciptanya shopping emotion yang positif.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa
shopping emotion yang cukup positif mampu
mempengaruhi konsumen untuk melakukan
impulse buying
Pengaruh Store Environment terhadap Impulse
Buying

Koefisien variabel Store Environment
terhadap Impluse Buying sebesar 0,414 dan
memiliki arah koefisien positif yang berarti
semakin tinggi angka store environment maka akan
semakin tinggi pula angka impulse buying dan juga
sebaliknya. Seperti contoh semakin nyaman
suasana lingkungan sebuah café maka perilaku
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 59 No.1 Juni 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

13

impulse nuying konsumen juga akan semkain
tinggi. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Mohan, Sivakumaran, dan
Sharma (2013) yang menunjukkan bahwa store
environment menimbulkan perilaku impulse
buying. Penelitian yang dilakukan oleh Baker et al.
(2002) juga menunjukkan hak yang sama bahwa
store environment berpengaruh secara signifikan
terhadap impulse buying. Penelitian yang
dilakukan oleh Geetha et al., (2010) juga
menunjukan
bahwa
store
environment
mempengaruhi perilaku perilaku impulse buying
konsumen. Selain itu, Milliman (1992)
menyatakan bahwa dalam store environment,
musik yang disajikan dapat membuat konsumen
bertahan lebih lama dalam kafe dan menghabiskan
uang lebih banyak dari biasanya, hal ini berarti
bahwa pengeluaran uang dan waktu yang lebih
lama tersebut mungkin tidak terencana dan
merupakan bentuk dari impulse buying. Geetha,
Sheevarkuma, dan Sharma (2009) menjelaskan
bahwa impulse buying dipengaruhi oleh image
yang terbentuk dari kafe tempat para konsumen
melakukan pembelian. Berdasarkan hal tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa impulse buying
yang dilakukan konsumen di Vargo Kitchen
disebabkan karena Vargo Kitchen memiliki store
environment yang cukup mampu menstimulus
konsumenuntuk melakukan pembelian impulsif

KЕSIMPULAN DAN SARAN
Kеsimpulan
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel
Store Environment (X) memiliki arah
hubungan yang positif dan berpengaruh secara
langsung terhadap Shopping Emotion (Y1).
Setiap indikator dari Store Environment, yaitu
design, ambiance, social mampu mendorong
terbentuknya Shopping Emotio. Sehingga
dapat dikatakan bahwa Shopping Emotion
akan meningkat jika Store Environment juga
meningkat. Indikator design menjadi indikator
yang paling penting dalam membentuk
Shopping Emotion.
2. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel
Store Environment (X) memiliki arah positif
dan berpengaruh signifikan terhadap Impluse
Buying (Y2) Setiap indikator dari Store
Environment, yaitu design, ambiance, social
mampu mendorong terbentuknya Impluse
Buying. Sehingga dapat dikatakan bahwa
Impluse Buying akan meningkat jika Store
Environment
juga
meningkat.
Store

environment juga mampu mendorong
terbentuknya impulse buying secara langsung.
3. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel
Shopping Emotion (Y1) memiliki arah
hubungan yang positif dan berpengaruh
signifikan terhadap Impluse Buying (Y2)
Semua indikator Shopping Emotion, yaitu
pleasure, arousal dan dominance mampu
mendorong terbentuknya impulse buying.
Variabel Shopping Emotion juga mempunyai
pengaruh yang penting dalam memediasi
pengaruh antara Store environment terhadap
impulse buying.
Saran
1. Pihak manajemen Vargo Kitchen diharapkan
mampu mempertahankan dan meningkatkan
indikator-indikator Store Environment yang
sudah dinilai baik oleh konsumen seperti
design, layout, dan musik demi meningkatkan
kenyamanan konsumen ketika berkunjung.
2. Pihak manajemen Vargo Kitchen diharapkan
mampu meningkatkan pelayanan yang
diberikan oleh konsumen agar konsumen
merasa nyaman dalam berbelanja dan
Shopping Emotion yang dirasakan konsumen
semakin baik.
3.
Mengingat variabel bebas dalam penelitian ini
merupakan hal yang sangat penting dalam
mempengaruhi Impluse Buying diharapkan
hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan
bagi
peneliti
selanjutnya
untuk
mengembangkan penelitian ini dengan
mempertimbangkan variabel-variabel lain
yang merupakan variabel lain diluar variabel
yang sudah masuk dalam penelitian ini seperti
Store Environment terhadap Variety Seeking
Behavior (Geetha et al., 2012)
Store
Environment terhadap Customer Responses
(Kumar & Kim.,2014)
4.
Penelitian ini masih memiliki beberapa
kekurangan dan keterbatasan, diharapkan
untuk peneliti selanjutnya agar lebih objektif
terkait dengan pengelompokkan calon
responden berdasarkan usia dan juga status
atau pekerjaan agar mendapatkan hasil yang
lebih optimal dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Areni, C.S., Kim, D., 1994. The Influence of Instore Lighting on Consumers' Examination
of Merchandise in a Wine Store. Int. J. Res.
Market. 11, 117–125.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 59 No.1 Juni 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

14

Baker, Julie, A. Parasuraman, Dhruv Grewal, and
Glenn B. Voss. 2002. ”The Influence of
Multiple Environment Cues on Perceived
Merchandise Value and Patronage
Intentions”. Journal of Marketing, Vol. 66
(April 2002) pp 120-141
Baker, J., Grewal, D., Parasuraman, A., 1994. The
Influence of Store Environment on Quality
Inferences and Store Image. J. Acad.
Market. Sci. 22, 328–339.

Shoppers. Journal
(Summer), 86–91.

of

Marketing.

46

Milliman, R.E., 1986. The Influence of
Background Music on The Behavior of
Restaurant Patron. Journal of Consumer
Research 13 (September), 286–289.
Mohan, G., Sivakumaran, B., & Sharma, P. (2013).
Impact of Store Environment on Impulse
Buying Behaviour. European Journal of
Marketing, 47(10), 1711 – 1732.

Bitner, M. J., 1990. Evaluating Service Encounters:
The Effects of Physical Surroundings and
Employee
Responses.
Journal
of
Marketing. 54 (April), 69-82.

Mowen, John C. dan Michael Minor. 2002.
Perilaku Konsumen. Alih Bahasa: Dwi
Kartini Yahya. Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Bruner II, G.C., 1990.
Music, Mood, and
Marketing. Journal of Marketing. October,
94-104.

Sherman, E., Mathur, A. and Smith, R. B. (1997).
Store Environment and Consumer Purchase
Behavior: Mediating Role of Consumer
Emotions.

Eroglu, S. A. and Machleit, K. A., "Atmospheric
Factors in the Retail Environment: Sights,
Sounds and Smells," Advances in
Consumer Research, 20. 34. 1993. 

Geetha, M., Sivakumaran .B., Sharma, P.,
2010.Role of Store Image in Consumer
Impulse Buying Behavior. In: Advances in
Consumer
Research.
Provo,
UT:
Association for Consumer Research 11,
194
Hawkins, D.I. ,Mothersbaugh, D.L, & Best R.J,
2007. Consumer Behavior Bulding
Marketing Strategy. New York: McGrawHill
Lee, G. Y., Yi, Y. 2008. The Effect of Shopping
Emotions and Perceived Risk on Impulsive
Buying: The Moderating Role of Buying
Impulsiveness Trait. Journal of Business.
Vol. 14, No. 2
Liao, Yen-Yi., Liaw, Gou-Fong . (2007). How
Cues in the Multiple Store Environment
Influence Shopping Mood and Patronage
Satisfaction?
Liaw, Gou-Fong. 2007. ”The Influence of Multiple
Store
Environment
Cues
On
Shopping
Mood
and
Patronage
Satisfaction. 7th Global Conference on
Business and Economic
Milliman, R.E., 1982. Using Background Music to
Affect the Behavior of Supermarket

Psychology and Marketing, 14(4): 361378.


Smith, W., 1989. Trends in Retail Lighting: An
Intelligent Design Approach. International
Journal of Retail and Distribution
Management. 17 (5), 30-32
Soenjaya, M., Gaby, K. (2015) Pengaruh Store
Atmosphere dan Shopping Emotion
Terhadap Impulse Buying Dalam Memilih
Restaurant Tenant di Spazio Surabaya
Stern, H. (1962). The Significance of Impulse
Buying Today. Journal of Marketing,
April, 59-62.
Turley, L.W., Milliman , R. E., 2000. Atmospheric
Effects on Shopping Behavior. A Review of
The Experimental Evidence. Journal of
Business Research. 49, 193-211.
Utami, Christina Widya. 2010.Manajemen Ritel:
Strategi dan Implementasi Operasional
Bisnis Ritel Modern di Indonesia. Edisi 2.
Jakarta: Salemba Empat
Yalch, R., Spangenberg E., 1990. Effects of Store
Music on Shopping Behavior. The Journal
of Services Marketing. 4 (1), 31-39.
Yoo, C., Park, J., MacInnis, D. J., 1998. Effects of
Store
Characteristics
and
In-store
Emotional Experiences on Store Attitude.
Journal of Business Research. 42 (3), 253263.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 59 No.1 Juni 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

15

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25