Menjadikan Gerakan Mahasiswa Sebagai Bud

Menjadikan gerakan mahasiswa sebagai budaya populer
Dewasa ini aktivisme gerakan mahasiswa cenderung melempem, tidak seprogressif dan heroik saat
ribuan mahasiswa menjatuhkan rezim fasis Soeharto. Saat ini aktivisme mahasiswa mulai menjauh
dari apa yang biasa di sematkan kepada mahasiswa yaitu seebagai agent of change, ironstock,
pressure group dan segala tetek bengeknya.
Mahasiswa sudah terlanjur dikenal sebagai kaum intelektual, mau tidak mau mahasiswa sudah
dikenal publik seperti itu. Ia disebut intelektual karena dirasa mempunyai daya pikir dan keilmuan
yang lebih dibanding pelajar lain. Sudah barang tentu public mengharap lebih kepada mahasiswa,
agar kelak dapat menjadi solusi dari permasalahan bangsa.
Zaman terus bergerak, alhasil mahasiswa pun terkena imbasnya. Mahasiswa dulu dengan
mahasiswa sekarang sudah jauh berbeda. Kesan idealis yang dulu melekat kepada mahasiswa
berganti dengan pola pragmatis yang menggorogoti lifestyle mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa
generasi sekarang cenderung menyukai segala yang kekinian.
Mahasiswa sekarang lebih senang menonton raisa, payung teduh, yang terbaru isyana ketimbang
turun kejalan memprotes pemerintah. Mahasiswa sekarang juga lebih senang nongki ria ketimbang
berdiskusi mikirin negara. Mahasiswa sekarang juga lebih suka menghabiskan waktunya menonton
film terbaru atau berdugem ria ketimbang turun untuk mengadvokasi rakyat yang sedang berjuang
merebut tanahnya dari aparat. Sehingga tak jarang banyak yang beranggapan generasi saya
sekarang adalah generasi mahasiswa ngehek dan lembek, tidak seprogressif dulu.
Dengan adanya fenomena ini, tak pelak muncul gejala takfirisme dalam tubuh mahasiswa pun
terelakkan. Mahasiwa yang punya jiwa idealisme dalam pergerakan pun mentakfirkan mahasiswa

yang tidak terjun dalam aktivisme gerakan sebagai golongan mahasiswa ngehek, bak gorengan
tempe yang sudah dingin. Sedangkan mahasiswa kekinian pun balik menyerang mahasiswa heroik
sebagai mahasiswa sok idealis yang ujung-ujungnya akan pragmatis juga.
Apa yang terjadi pada mahasiswa sekarang yang cenderung menyukai hal yang berbau kekinian
merupakan konsekuensi logis dari fenomena modernisasi. Jika dilihat dari pendekatan culture
studies, fenomena modernisasi ini sendiri melahirkan anak kandung yang bernama budaya populer
(pop). Nah, budaya populer ini lah yang membentuk perilaku mahasiswa generasi saya menjadi suka
akan hal yang berbau kekinian.
Meminjam kata Stuart Hall (dalam Storey, 1994) budaya populer disini sangat identik dengan suatu
budaya yang lebih disukai ketimbang budaya yang luhur (semisal wayang ketoprak dll). Seseorang
bisa dianggap keren apabila mengikuti budaya popouler yang sedang ngetrend. Lebih lanjut Hall
menjelaskan bahwa budaya populer tercipta berkat sokongan peran media massa. Media massa
inilah yang terus mereproduksi budaya sehingga budaya tersebut menjadi budaya yang populer
dikalangan publik.
Yang perlu digaris bawahi disini adalah kata ‘budaya’ dalam kacamata culture studies bukan
merupakan istilah yang sering kita jumpai yaitu sebagai objek estetika yang adiluhung, juga bukan
‘budaya’ yang didefinisikan sebagai hasil perpaduan cipta, rasa dan karsa manusia, melainkan
‘budaya’ yang dipahami sebagai teks dan praktik hidup manusia sehari-hari. Lebih lanjut William
Shakesphare memaknai Budaya Pop dengan memberikan empat makna yakni:
1.

2.
3.
4.

Banyak disukai orang;
Bersifat Komersil;
Terdapat karakteristik antara budaya pop suatu daerah dengan daerah yang lain;
budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri.

Kemudian untuk mendefinisikan budaya pop kita perlu mengkombinasikan dua istilah yaitu ”budaya”
dan ”populer”. Kebudayaan pop terutama adalah kebudayaan yang diproduksi secara komersial dan
tidak ada alasan untuk berpikir bahwa tampaknya ia akan berubah di masa yang akan datang.
Fenomena melempemnya aktivisme gerakan mahasiswa sendiri boleh jadi disebabkan karena dunia
pergerakan mahasiswa bukanlah menjadi sesuatu budaya populer dikalangan mahasiswa. Oleh
karena itu kehadiran aktivisme gerakan mahasiswa kurang diminati oleh mahasiswa .
Ada baiknya kita perlu belajar pada kehidupan mahasiswa Chile yang menjadikan aktivisme gerakan
mahasiswa sebagai budaya populer. Di negara asal Arturo Vidal ini dunia dan literatur pergerakan
begitu populer. Mahasiswa disana dianggap keren apabila ikut turun kejalan memprotes kebijakan
pemerintah, disamping itu mahasiswa yang memakai kaos tokoh-tokoh revolusioner menjadi ‘incaran’
tersendiri bagi para mahasiswi.

Untuk konteks indonesia sendiri saya rasa masih butuh waktu agar gerakan mahasiswa kembali
menjadi budaya populer, yang terpenting sokongan media massa haruslah massif dalam
mereproduksi aktivisme gerakan mahasiswa. Senada dengan Shakesphare yang menyebut bahwa
budaya populer itu dinamis, saya yakin gerakan mahasiswa akan mempunyai tempat sendiri di
kalangan mahasiswa.
Kasus hijab yang dewasa ini booming dan kemudian menjadi budaya populer bagi kaum hawa di
Indonesia. Merupakan bukti bahwa suatu yang pada awalnya dianggap tabu untuk diangkat menjadi
budaya populer akhirnya pun terbukti menjadi budaya populer. Dan itu pun menjadi suatu gaya hidup
yang trendy bagi para ukhti.
Dengan berkaca pada konteks populernya hijab ini, aktivisme gerakan mahasiswa akan menjadi
budaya populer dengan syarat, diskursus tentang aktivisme gerakan rutin di reproduksi oleh media
massa, media massa harus berpihak kepada eksistensi pergerakan mahasiswa. Jika itu dianggap hal
yang mustahil, minimal aktivisme gerakan mahasiswa harus di gelorakan di lingkungan kampus, baik
oleh dosen maupun organisasi mahasiswa itu sendiri.
Satu hal yang perlu digaris bawahi dalam diskusi ini, untuk membuat aktivisme gerakan mahasiswa
sebagai budaya populer yang diminati, para aktifis harus merefleksikan dirinya sendiri. Apa yang
membuat gerakan mahasiswa tidak mendapat tempat dalam diri mahasiswa dan atau publik pada
umumnya.
Publik acapkali mengasosiasikan aktivisme gerakan mahasiswa yang turun kejalan suatu hal yang
mengganggu, fenomena bakar ban dan memblok jalan umum merupakan salah satu contoh aktifitas

aksi gerakan mahasiswa yang membuat publik tidak respek kepada mereka. Alih-alih membuat publik
simpati terhadap isu yang mereka angkat, sebaliknya publik pun merasa tidak simpatik dengan aksi
tersebut.
Sudah saatnya gerakan mahasiswa merubah arah geraknya yang mainstreem seperti turun kejalan,
orasi, sebar rilis dan bakar band atau blok jalan. Padahal aksi gerakan mahasiswa tidak se sempit itu.
Segala aktifitas yang tujuannya menyuarakan aspirasi sudah dapat dibilang sebagai aksi. Oleh
karena itu tugas aktivisme gerakan mahasiswa sudah harus dirubah paradigmanya, bukan sekedar
aksi turun kejalan. Tapi harus melihat presepsi publik. Apakah dengan aksi tersebut publik merasa
simpati atau tidak.
Bagaimanapun gerakannya, apapun bentuk gerakannya. Berapapun massanya. Itu bukan masalah.
Karena pada dasarnya tujuan dari aktivisme gerakan mahasiswa adalah aktif menyuarakan aspirasi
dan membuat publik merasa simpatik dengan gerakan tersebut.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Perilaku Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakrta Angkatan 2012 pada tahun2015

8 93 81

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Peranan Deposito Sebagai Sumber Dana Pada PT. Bank X,Tbk. Cabang Buah Batu Bandung

3 47 1

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1