DOCRPIJM 7f39a0d574 BAB V5. Bab 5

  Bab

  5

  23 ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

  3 Dokumen RPIJM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan

  dan sosial untuk meminimalisir pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.

5.1 Aspek Lingkungan

  Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

  1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup: “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL- UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”.

  2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional: “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”.

  3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014: “Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan perdesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”.

  4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis: Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.

  5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan. Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL. Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

  1. Pemerintah Pusat a. Menetapkan kebijakan nasional.

  b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

  d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

  f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

  g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

  h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup. i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat. j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

  2. Pemerintah Provinsi a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

  b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

  e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

  f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

  g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

  3. Pemerintah Kabupaten/Kota a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

  b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

  e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

5.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

  Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Hal ini sesuai dengan UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:

  1. RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

  2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena RPIJM berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip- prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup KLHS disusun oleh Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Dinas Lingkungan Hidup sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten. Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.

  Tahapan Pelaksanaan KLHS

  Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti :

  1. Perubahan iklim,

  2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati,

  3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,

  4. Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam,

  5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

  6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau

  7. Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut. Tahap ke-1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun tabel seperti berikut :

  

Tabel V-1

Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya

Penilaian Uraian Kesimpulan: No. Kriteria Penapisan Pertimbangan* (Signifikan/ Tidak Signifikan)

  1. Perubahan Iklim Kerusakan, kemerosotan, dan/atau

  2. kepunahan keanekaragaman hayati Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,

  3. kekeringan,dan/atau kebakaran hutan dan lahan, Penurunan mutu dan kelimpahan

  4. sumber daya alam Peningkatan alih fungsi kawasan

  5. hutan dan/atau lahan, Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan

  6. penghidupan sekelompok masyarakat Peningkatan risiko terhadap

  7. kesehatan dan keselamatan manusia

  Sumber: Pedoman Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, 2012

  • *) didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau program yang ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup

  Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM. Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPIJM

  • - Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam
  • - Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32
  • - Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana
  • - Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk

  b. BPLHD Masyarakat yang memiliki informasi dan/atau keahlian (perorangan/tokoh/kelompok) a. Perguruan Tinggi atau lembaga peneliti lainnya

  d. Organisasi masyarakat

  c. Tokoh masyarakat

  b. Asosiasi Pengusaha

  

a. Lembaga adat

  f. Kelompok yang memiliki data dan informasi berkaitan dengan SDA Masyarakat terkena Dampak

  e. Perorangan/tokoh

  c. Forum-forum pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup d. LSM/ Pemerhati Lingkungan hidup

  

b. Asosiasi profesi

  Dinas PU Cipta Karya Instansi a. Dinas PU Cipta Karya

  didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:

  b. DPRD Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan atau kebakaran hutan dan lahan.

  a. Bupati

  Tabel V-2 Contoh Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat Dalam Penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Contoh Lembaga Pembuat Keputusan

  menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

  dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;

  Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

  pelaksanaan KLHS;

  a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:

  1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

  e. Kelompok masyarakat tertentu (nelayan, petani, dll) Sumber: Pedoman Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, 2012

  • Potensi ekonomi cepat tumbuh
  • Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan

  • Memiliki potensi ekspor untuk kegiatan pertanian khususnya sayuran dan perkebunan kelapa sawit Kecamatan Aek Kuo 2.
  • Potensi ekonom icepat tumbuh
  • Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan
  • Memilikipotensiekspor • kawasan yang
  • Potensiekonomicepattumbuh • Sektorunggulan yang
  • Memilikipotensiekspor
  • Kawasan yang

  dapatmenggerakkanpertumbuhanekonomi

  4. Kawasan Ekonomi Khusus Kawasan strategis ekonomi

  dapatmempercepatpertumbuhankawasantertinggal di dalamwilayahkabupaten Kecamatan Kualuh Hilir

  dapatmenggerakkanpertumbuhanekonomi

  3. Kawasan Minapolitan Kawasan strategis ekonomi

  dapatmempercepatpertumbuhankawasantertinggal di dalamwilayahkabupaten Kecamatan Kualuh Leidong

  Kawasan strategis ekonomi

  ekonomi

  Pelabuhan Laut Tanjung Leidong

  ekonomi

  Kawasan Agropolitan Kawasan strategis ekonomi

  Tabel V - 3 Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Labuhanbatu Utara No. Kawasan Strategis Jenis Kawasan Strategis Tipologi Lokasi 1.

  b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan :  Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;  Pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan  Membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

  Kelurahan Tanjung Leidong Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011-2031

  • Sektorunggulan yang
  • Potensiekonomicepattumbuh

  Tabel V - 4 Contoh Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Pengelompokan Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat Lingkungan Hidup Permukiman Isu : Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal Contoh : Septiktank yang bocor

  • - Sistem pembuangan air limbah yang masih

  tradisional menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan

  • - Kesadaran masyarakat terhadap pemeliharaan

  lingkungan hidup masih sangat rendah Ekonomi Isu : Tingkat kemiskinan yang masih tinggi akibat tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah Karena rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, maka kemampuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan /mencari pekerjaan yang lebih baik menjadi rendah

  Hasil Analisa Konsultan Tabel V - 5 Rencana Kawasan Strategis Sosial Dan Budaya Di Kabupaten Labuhanbatu Utara No Kawasan Strategis Jenis Tipologi Lokasi

  1 Kawasan Sosial dan Budaya Masjid Raya Tanjung Pasir Kawasan strategis sosial dan budaya Prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya Desa Tanjung Pasir

  Kecamatan Kualuh Selatan

  2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan kebijakan, rencana, dan/atau program dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji potensial memberikan dampak negatif pada pembangunan berkelanjutan, maka dilakukan pengembangan beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana dan/atau program yang ada. Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan kebijakan, rencana dan/atau program ini dengan mempertimbangkan antara lain :

  a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

  b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau program.

  c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan, rencana, dan/atau program.

  d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.

  3. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS Untuk Kabupaten/Kota yang telah menyusun dan memiliki dokumen KLHS RTRW Kabupaten/Kota, maka hasil olahan di dalam KLHS tersebut dapat dijadikan bahan masukan bagi kajian perlindungan lingkungan dalam RPIJM. KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencanaprogram. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL dan SPPLH. Tabel berikut menjelaskan beberapa perbedaan antara KLHS dan Amdal.

  Tabel V - 6 Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Hidup a) Rujukan Peraturan Lingkungan Hidup ii. Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU wajib Perundanga ii. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum KLHS UKL UPL iii. Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL

  Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi

b) Pengertian Umum

  keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan kebijakan, rencana, dan/atau program. terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan.

  Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk kriteria sebagai wajib c)Kewajiban Pelaksanaan Pemerintah dan Pemerintah Daerah AMDAL (Pemerintah/swasta) d) Keterkaitan studi i. Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan RPIM Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan lingkungan dengan: ii. Kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan

  P a g e 5 - 10 i. Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten sebagai penyusun i. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program AMDAL terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah; ii. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh ii. perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan e) Mekanisme program; dan dibantu oleh Tim Teknis. pelaksanaan iii. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, iii. Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi berupa kelayakan atau rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip ketidaklayakan lingkungan kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota pembangunan berkelanjutan. sesuai dengan kewenangannya. iv. Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan i. Isu Strategis terkait Pembangunan Berkelanjutan i. Kerangka acuan;

ii. Kajian pengaruh rencana/program dengan isuisu strategis terkait ii. Andal; dan

  f) Muatan Studi pembangunan berkelanjutan iii. RKL-RPL.

  Lingkungan iii. Alternatif rekomendasi untuk rencana/program Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKLRPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan.

  g) Output Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai kewenangan tentang dalam suatu wilayah. kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.

  P a g e 5 - 11 i. Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan i. Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak layakan lingkungan yang melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

h) Outcome

  ii. ii. Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan ii. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung iii. iii. Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang tercantum dalam RKL dan daya tampung lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak

  RPL. diperbolehkan lagi. i. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKL-RPL) didanai oleh pemrakarsa, ii. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat Penilai i) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota

  AMDAL dibebankan pada APBN/APBD iii. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa. iv. Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsidan kabupaten/kota

  P a g e 5 - 12

  Masyarakat yang dilibatkan adalah: Masyarakat adalah salah satu komponen dalam kabupaten/kota i. Yang terkena dampak; j) Partisipasi Masyarakat yang dapat mengakses dokumen pelaksanaan KLHS ii. Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau iii. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL k) Atribut

  Akhir sklus pengambilan keputusan Lainnya : Hulu siklus pengambilan keputusan a. Posisi

  b. Pendekatan Cenderung pro aktif Cenderung bersifat reaktif Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan c. Fokus analisis

  Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan berkelanjutan d. Dampak kumulatif Peringatan dini atas adanya dampak komulatif Amat terbatas

  e. Titik berat telaahan Memelihara keseimbangan alam, pembangunan berkelanjutan Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative f. Alternatif Banyak alternatif

  Alternatif terbatas jumlahnya

  g. Kedalaman Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk mengarahkan visi dan Sempit, dalam dan rinci kerangka umum P a g e 5 - 13 h. Deskripsi proses Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, KRP merupakan Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan akhir proses iteratif dan kontinu i. Fokus pengendalian dampak Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan Menangani gejala kerusakan lingkungan j. Institusi Penilai Tidak diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian Diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan

dan persetujuan KLHS persetujuan AMDAL

  (Triarko Nurlambang dalam KLHS Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi Awal) Sumber: Pedoman Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, 2012 P a g e 5 - 14

5.1.2 Amdal, UKL-UPL, Dan SPPLH

  Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

  1. Proyek wajib AMDAL

  2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

  3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sesuai tabel berikut.

  Tabel V-7 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No Jenis Kegiatan Skala/ Besaran

Persampahan

  A.

  a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill:

  • luas kawasan TPA, atau ≥ 10 ha
  • Kapasitas Total

  ≥ 100.000 ton

  b. TPA di daerah pasang surut :

  • luas landfill, atau

  Semua

  • Kapasitas Total

  kapasitas/besaran

  c. Pembangunan transfer station:

  • Kapasitas

  ≥ 500 ton/hari

  d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu :

  • Kapasitas

  ≥ 500 ton/hari

  e. Pengolahan dengan insinerator :

  • Kapasitas
  • Kapasitas
  • Kapasitas

  • Luas, atau
  • Kapasitasnya
  • Luas, atau
  • Kapasitasnya
  • Luas layanan, atau
  • Debit air limbah
  • Luas layanan
  • panjang

  Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek- aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan

  Sumber: Pedoman Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, 2012

  ≥ 10 km

  b. Pembangunan jaringan transmisi

  ≥ 500 ha

  a. Pembangunan jaringan distribusi

  E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

  b. Kota sedang, panjang : ≥ 10 km

  a. Kota besar/metropolitan, panjang : ≥ 5 km

  Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di permukiman

  ≥ 500 ha ≥ 16.000 m3/hari D.

  c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah :

  ≥ 3 ha ≥ 2,4 ton/hari

  b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya :

  ≥ 2 ha ≥ 11 m3/hari

  a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang :

  Air Limbah Domestik

  d. keperluan settlement transmigrasi ≥ 2.000 ha C.

  c. Kota sedang dan kecil, luas ≥ 100 ha

  b. Kota besar, luas ≥ 50 ha

  a. Kota metropolitan, luas ≥ 25 ha

  Pembangunan Perumahan/Permukiman:

  ≥ 500 ton/hari B.

  g. Transportasi sampah dengan kereta api

  ≥ 500 ton/hari

  f. Composting Plant :

  Semua kapasitas

5.2 Aspek Sosial

  1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional: Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.

  masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Aspek sosial adalah sebagai berikut:

  • - Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional

    dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

  2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:

  • - Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi

  pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.

  3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

  • - Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan

  untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.

  • - Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi

    perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

  4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan

  • - Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh

  pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

  5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

  • - Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna

  terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing. Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:

  1. Pemerintah Pusat:

  a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

  b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

  c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.

  d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

  2. Pemerintah Provinsi:

  a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

  b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

  c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.

  d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

  3. Pemerintah Kabupaten/Kota: a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

  b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

  c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.

  d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

5.2.1 Aspek Sosial Pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

A. Kemiskinan

  Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindaklanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin.: