BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pariwisata - Eksistensi Kuliner Dalam Mendukung Kepariwisataan Di Medan

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Pariwisata

  Kata “pariwisata” berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali dan berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau berpergian. Jadi pariwisata berarti perjalanan atau berpergian yang dilakukan secara berkali-kali atau berkeliling. Secara etimologi, pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu kata “pari” yang berarti halus maksudnya mempuyai tata krama tinggi dan “wisata” yang berarti kunjungan atau perjalanan untuk melihat, mendengar, menikmati dan mempelajari sesuatu. Jadi pariwisata berarti menyuguhkan suatu kunjungan secara bertatakrama dan berbudi. Sehingga pengertian pariwisata adalah kegiatan wisata (tour) yaitu suatu aktifitas perjalanan dari daerah asal ke daerah destinasi dengan alasan bersenang-senang, tidak menghasilkan upah atau biaya, waktunya tidak lama, dan selama di daerah destinasi mendapatkan jasa pelayanan dan kembali lagi ke daerah asal.

  Menurut Norval (dalam Muljadi, 2009:8) pariwisata atau tourism adalah

  

“...the sum total of operations, mainly of an economic nature, which directly relate to

theentry, stay and movement of foreigners inside and outside a certain country, city

or region...” .

  Menurut McIntosh (dalam Muljadi 2009:8) pariwisata adalah “... a composite

  

of activities, services and industries that delivers a travel experience: transportation,

accomodation, eating and drinking establishment, shops, entertainment, activity, and

other hospitality service available for individuals or group that are away from

home...” .

  Hornby mendefinisikan pariwisata sebagai “...a journey in which short stays

  

are made at a number of places and the traveller finally returns to his or her own

place...”.

  Fennel (Dalam Pitana dan Surya Diarta, 2009:45) mendefinisikan pariwisata adalah “...tourism is defined as the interrelated system that includes tourist and the

  

associated services that are provided and utilised (facilities, attractions,

transportation, and the accommodation) to aid in their movement...” .

  Hunziker dan Kraft (dalam Kesrul 2003:3) mendefinisikan pariwisata sebagai

  

“...The totality of relationship and phenomena arising from travel and stay of

strangers, provided the stay does not empty the establishment permanent residence

and is not correct with a remunerated activity...”. Menurut Kesrul (2003:4) bahwa

  pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, yang bersifat sementara, untuk menikmati objek dan atraksi di tempat tujuan. Artinya, wisata adalah kegiatan di luar kegiatan rutin sehari-hari, seperti bekerja atau sejenisnya.

  yang khas, seperti hasil budaya, peninggalan sejarah, pemandangan alam yang indah dan iklim yang nyaman”. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990,”Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengelola atau penyelenggara serta pengusahaan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang ini sehingga orang/wisatawan datang untuk mengunjunginya”. Sedangkan pengertian pariwisata menurut Undang-Undang No.10 Tahun 2009 adalah,”Berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah”. Di lain sisi, WTO (dalam Muljadi 2009:9) mendefinisikan pariwisata sebagai “...the

  

activities of persons travelling to and staying in places outside their usual

environment for not more than one concecutive years for leisure, business, and other

purposes...” .

  Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat yang lain dalam jangka waktu tertentu, untuk menikmati perjalanan dan di luar kegiatan rutin sehari-hari dengan berbagai fasilitas yang disediakan.

2.2 Pengertian Wisatawan

   Karena pariwisata merupakan suatu fenomena yang relatif masih baru maka

  banyak masalah yang belum terselesaikan dengan tuntas. Salah satu masalah tersebut ditetapkannya definisi mengenai wisatawan. Dalam perkembangannya masing- masing negara menggunakan definisi yang berbeda-beda tentang wisatawan.

  Definisi yang digunakan oleh negara-negara yang tergabung dalam organisasi OECD (Organization for

  Economic Cooperation and Development ) menggunakan

  definisi yang dikeluarkan oleh The Comittee of Statistical

  Experts of The League of Nations (dalam Erawan,1994:25)

  yang menyatakan bahwa : 1. Wisatawan adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara lain selain negara di mana dia biasa tinggal, dan dengan periode setidak-tidaknya selama 24 jam.

  2. Yang berikut ini adalah yang biasa dianggap sebagai wisatawan : a.

  Orang-orang yang bepergian untuk tujuan bersenng- senang, alasan keluarga, untuk tujuan kesehatan dan lain sebagainya.

  b.

  Orang-orang yang bepergian untuk mengadakan pertemuan atau mewakili kedudukan sebagai diplomat, misi keagamaan, orang-orang yang bepergian dengan alasan dagang.

  c.

  Orang-orang yang singgah dalam pelayaran lautnya, sekalipun bila mereka tinggal kurang dari 24 jam.

3. Yang berikut ini tidak bisa dianggap sebagai wisatawan : a.

  Orang-orang yang dating baik dengan dasar kontrak maupun tidak, untuk mencari kerja atau yang bekerja pada suatu aktivitas usaha di negara tersebut.

  b.

  Orang-orang lain yang dating untuk menetap menjadi penduduk di negara tersebut. Pada tahun 1967 suatu kelompok ahli mengenai perjalanan internasional yang dikumpulkan oleh “Komisi Satistik Perserikatan Bangsa-Bangsa”menyarankan untuk menggunakan definisi mengenai pengunjung (visitor) yang pertama-tama dipertimbangkan dalam Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai perjalanan internasional dan pariwisata di Roma tahun 1963. Dalam definisi ini istilah orang yang mengunjungi suatu negara selain negara tempat tinggalnya yang biasa, untuk berbagai tujuan selain mencari dan melakukan suatu pekerjaan yang menguntungkan di negara yang dikunjungi”.

  Definisi yang dinyatakan di dalam Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai pengunjung (visitor) mencakup (dalam Erawan,1994:26) : 1. Pelancong (excursionist) adalah seorang visitor yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang dikunjungi.

  2. Wisatawan (tourist) adalah visitor yang tinggal paling sedikit selama 24 jam di negara yang dikunjungi dan tujuan perjalanannya itu dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Menggunakan waktu luang yakni rekreasi, liburan, kesehatan, studi, olah raga dan keagamaan.

  b.

  Dagang, keluarga, misi dan pertemuan. Instruksi Presiden Republik Indonesia No.9 Tahun 1969 (dalam Soekadijo

  1997:17) tertulis dalam Bab I pasal 1, bahwa “wisatawan (tourist) adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu. Defenisi ini sifatnya konseptual, tidak operasional. Ada kejanggalan bahwa juga disebutkan “dengan menikmati kunjungan dan perjalanan itu”.

  Definisi pengunjung (visitor) (dalam Muljadi 2009:10) menurut The

  

Internasional Union of Office Travel Organization (IUOTO) dan World Tourism

Organization (WTO) adalah:...any person who travels to a country other than that in

which she/he has his/her usual residence but outside his/her usual environment for a

period not exceeding 12 months and whose main purpose of visit is other than the the

  Norval (dalam Soekadijo 1997:13), mendefinisikan wisatawan sebagai berikut, ”adalah setiap orang yang datang dari suatu negara asing, yang alasannya bukan untuk menetap atau untuk bekerja di situ secara teratur, dan yang di negara di mana ia tinggal untuk sementara itu membelanjakan uang yang didapatkannya di lain tempat”.

  Pada perkembangan selanjutnya, dua lembaga internasional, yaitu Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Komisi Fasilitas Internasional Civil Aviation

  

Organization (ICAO) , tidak dapat menerima batasan pengertian dari Liga Bangsa-

  Bangsa tersebut dan menyiapkan batasan arti sendiri. Batasan pengertian tourist yang diambil dalam konvensi PBB tahun 1954 dan diratifikasi oleh lebih dari 70 negara (dalam Muljadi 2009:10) ialah “...setiap orang yang datang ke suatu negara karena alasan lain untuk bermigrasi dan yang tinggal paling sedikit 24 jam, serta paling lama 6 bulan dalam tahun yang sama...”.

  Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (dalam Muljadi 2009:12), pengertian wisatawan masih sama dengan pengertian pada undang- undang sebelumnya, sedangkan pengertian wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

  Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata”.

  Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa wistawan adalah orang yang melakukan perjalanan wisata dalam jangka waktu tertentu dan bersifat sementara.

2.3 Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata

  Objek dan daya wisata adalah suatu bentukan dan aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata-mata hanya merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu. Misalnya penyediaan aksesibilitas atas fasilitas. Oleh karena itu suatu daya tarik dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata.

  Objek daya tarik wisata sangat erat hubungannya dengan travel motivation dan travel fashion, karena wisatawan ingin mengunjungi serta mendapatkan suatu pengalaman tertentu dalam kunjungannya.

  Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik di suatu daerah tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan.

  Pariwisata biasanya akan dapat lebih berkembang atau dikembangkan, jika di suatu

  Terdapat banyak jenis daya tarik wisata dan dibagi dalam berbagai macam system klasisfikasi daya tarik. Secara garis besar daya tarik wisata diklasifikasikan ke dalam tiga klasifikasi (dalam Happy, 2002:78) : 1.

  Daya tarik alam 2. Daya tarik budaya 3. Daya tarik buatan manusia

  Walaupun demikian ada yang membagi jenis objek dan daya tarik wisata ini ke dalam dua kategori saja, yaitu :

1. Objek dan daya tarik wisata alam 2.

  Objek dan daya tarik wisata sosial budaya. Dari uraian di atas maka ditarik kesimpulan bahawa objek dan daya tarik wisata adalah suatu unsur penting dalam pengembangan kepariwisataan karena mampu menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke daerah tersebut.

2.4 Pengertian Produk Wisata

  Menurut Muljadi (2009:46) mendefinisikan produk wisata adalah suatu bentukan yang nyata dan tidak nyata, dalam suatu kesatuan rangkaian perjalanan yang hanya dapat dinikmati apabila seluruh rangkaian perjalanan tersebut dapat memberikan pengalaman yang baik bagi yang melakukan perjalanan tersebut.

  Suwantoro (1997:49), berpendapat: “...produk wisata merupakan keseluruhan meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah dimana ia berangkat semula...”.

  Ciri-ciri suatu produk wisata (Suwantoro,1997:48) adalah : 1. Hasil atau produk wisata tidak dapat dipindahkan. Karena itu dalam penjualannya tidak mungkin produk itu dibawa kepada konsumen, sebaliknya konsumen (wisatawan) yang harus dibawa ketempat dimana produk itu dihasilkan.

  2. Produksi dan konsumsi terjadi pada tempat dan saat yang sama.

  Tanpa adanya konsumen yang membeli produk/jasa maka tidak akan terjadi produksi.

  3. Produk wisata tidak menggunakan standar ukuran fisik tetapi menggunakan standar pelayanan yang didasarkan atas suatu kriteria tertentu.

  4. Konsumen tidak dapat mencicipi atau mencoba contoh produk itu sebelumnya, bahkan tidak dapat mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya.

  5. Hasil atau produk wisata itu banyak tergantung pada tenaga manusia dan hanya sedikit yang mempergunakan mesin.

  6. Produk wisata merupakan usaha yang mengandung risiko besar.

  Jadi produk wisata merupakan rangkaian dari beberapa jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial / psikologis) dan jasa alam.

  Hal-hal yang harus diperhatikan dalam produk pariwisata (dalam Happy, 2002:113) : a. Kualitas, dalam arti memenuhi persyaratan yang dikehendaki dan merupakan pengharapan konsumen atas produk.

  b.

  Value atau nilai produk, sejauh mana kegunaan produk tersebut bagi konsumen. Nilai produk ini juga dapat tercermin dalam harga secara langsung atau tidak langsung.

  c.

  Variasi produk, jangan sampai hal ini menjadi konflik yang sering kali terjadi antara fungsi marketing (terutama untuk perluasan pasar dengan mempertinggi produksi) dengan pihak pelaksana, dimana pihak ini ingin memaksimalkan efisiensi proses produksi untuk memenuhi permintaan konsumen dengan tepat.

  Dari beberapa pengertian di atas maka ditarik kesimpulan bahwa produk wisata adalah keseluruhan pelayanan yang di dapat wisatawan selama melakukan perjalanan wisata.

2.5 Pengertian Industri Pariwisata

  Dalam buku Pengantar Pariwisata Indonesia yang diterjemahkan oleh Direktur Jenderal Pariwisata (1976:40-41) disebutkan antara lain bahwa : kata “industri” mengandung pengertian suatu rangkaian perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang atau produk tertentu. Produk wisata sebenarnya bukan merupakan suatu produk nyata, melainkan rangkaian jasa-barang yang tidak hanya mempunyai segi-segi yang bersifat ekonomis, tetapi juga segi-segi yang bersifat social dan psikologi serta alam. Jasa-jasa yang diusahakan oleh berbagai perusahaan itu terkait menjadi suatu produk wisata. Sebagai industri, maka rangkaian perusahaan yang biasa merupakan unsur industri pariwisata ialah : perusahaan-perusahaan penginapan, angkutan wisata, biro perjalanan, restoran dan perusahaan liburan (dalam Erawan, 1994:28).

  Industri pariwisata atau sektor pariwisata bukan merupakan suatu sektor ekonomi tertentu atau bukan merupakan cabang produksi tertentu. Adapun barang- barang dan jasa-jasa yang diperhitungkan dalam pariwisata berasal dari beberapa sektor, dan ini memenuhi permintaan wisatawan asing maupun dalam negeri. Selama kelompok industri dan aktivitas komersial yang memprodusir barang-barang dan jasa-jasa yang sebagian atas seluruhnya dikonsumsi oleh wisatawan asing maupun dalam negeri (United Nations Conference On Trade and Development, 1971:4).

  Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa industri pariwisata adalah perusahaan yang menghasilkan produk barang dan jasa dalam hal melayani kebutuhan wisatawan.

2.6 Pengertian Sarana dan Prasarana Parwisata

2.6.1 Sarana Pariwisata

  Sarana pariwisata adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan. Sarana kepariwisataan terdiri dari 3 jenis yaitu, a.

  Sarana Pokok Kepariwisataan, adalah perusahaan-perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung pada lalu lintas wisatawan dan travellers lainnya.

  Adapun perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah : 1) Perusahaan-perusahaan yang usaha kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan perjalanan wisatawan. Di dalam literatur kepariwisataan “Receptive

  

Tourist Plant” . Yang dimaksudkan dengan “Receptive Tourist Plant” ialah

  perusahaan-perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan

  2) Perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan di daerah tujuan kemana wisatawan pergi.

  Dalam isitilah kepariwisataan perusahaan ini biasa disebut dengan

  “Residential Tourist Plant” . Yang dimaksudkan dengan “Residential Tourist Plant” adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan untuk

  menginap, menyediakan makanan dan minuman di daerah tujuan misalnya: Hotel, Motel, Youth Hostel, Cottages, Camping Areas, Caravaning Taverns, dan sebagainya dan Catering Establishment, seperti: Bar dan Restaurant, Coffee

  Shop, Cafetaria, Grill-Room, Self Service , dan sebagainya. Dapat pula

  ditambahkan di sini kantor-kantor pemerintah seperti: Tourist Information Center,

  

Government Tourist Office dan Tourist Association dapat pula dimasukkan ke

  dalam kelompok ini karena mereka juga memberikan pelayanan kepada wisatawan yang datang walaupun tidak langsung.

  b.

  Sarana Pelengkap Kepariwisataan, adalah fasilitas-fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok sedemikian rupa, sehingga fungsinya dapat membuat wisatawan lebih lama tinggal di tempat atau daerah yang dikunjunginya. Dalam literatur kepariwisataan dikenal dengan istilah “recreative and sportive plant” seperti ski, golf, course, tennis court, swimming pool, boating facilities, hunting safari dengan segala perlengkapannya. c.

  Sarana Penunjang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan sarana pendukung kepariwisataan (dalam Yoeti 1996:10) adalah sarana penunjang kepariwisataan adalah fasilitas yang diperlukan wisatawan (khususnya business tourist), yang berfungsi tidak hanya melengkapi sarana pokok dan sarana pelengkap, tetapi fungsinya lebih penting adalah agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya tersebut. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah nigh club, steambath, casino, souvenir shop, bioskop, opera.

2.6.2 Prasarana Pariwisata

  Prasarana (dalam Yoeti, 1996:10) adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

  Dalam pengertian di atas yang termasuk dalam prasarana adalah: a. Prasarana Umum (General Infrastructure), yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi kelancaran perekonomian. Adapun yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya adalah: sistem penyediaan air, pembangkit tenaga lisitrik, jaringan jalan raya dan jembatan, airport, pelabuhan laut, terminal, telekomunikasi dan stasiun, kapal tambang (Ferry), kereta api, dan lain-lain.

  b.

  Kebutuhan Masyarakat Banyak (Basic Needs of Civilized Life), yaitu prasarana offices (pemerintahan umum, polisi, pengadilan, badan-badan legislatif, dan lain sebagainya).

  Dalam pengembangan sebuah objek wisata sarana dan prasarana tersebut harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu objek wisata dapat membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana maka akan menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar objek wisata tersebut maupun pemerintah daerah.

  Muljadi (2009:13) menerangkan tentang pengertian prasarana dan sarana kepariwisataan sebagai berikut:

1. Sarana Kepariwisataan

  Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung dan kelangsungan hidupnya, tergantung dari wisatawan yang datang. Jenis-jenis sarana pokok pariwisata antara lain adalah: a.

  Perusahaan perjalanan (Travel Agent atau Biro Perjalanan Wisata) b. Perusahaan angkutan wisata c. Perusahaan akomodasi d. Perusahaan makanan dan minuman

  2. Prasarana Kepariwisataan, adalah semua fasilitas yang mendukung agar sarana pariwisata dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan guna memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam, antara lain: a.

  Prasarana perhubungan, seperti jaringan jalan raya dan jaringan rel kereta api, bandara (airport), pelabuhan laut (sea-port), terminal angkutan darat dan stasiun kereta api.

  b.

  Instalasi tenaga listrik dan instalasi penjernihan air bersih.

  c.

  Sistem pengairan untuk keperluan pertanian, peternakan, dan perkebunan.

  d.

  Sistem perbankan dan moneter.

  e.

  Sistem telekomunikasi, seperti telepon, internet, pos, televisi, dan radio.

  f.

  Pelayanan kesehatan dan keamanan.

  Bagi wisatawan, sebenarnya dengan tersedianya sarana pariwisata di atas belum sepenuhnya dianggap mencukupi kebutuhannya, sehingga perlu adanya industri lain sebagai industri pendukung antara lain bank/ATM, money changer, kantor pos, rumah sakit, warung telepon, supermarket, fasilitas umum, dan lain-lain.

2.7 Wisata Kuliner Berikut adalah uraian dari pengertian dari wisata dan kuliner.

  Pengertian Wisata : 1. Menurut Undang-Undang Kepariwisataan No. 9, Tahun 1990 Bab I Jadi pengertian wisata tersebut mengandung empat unsur, yaitu : (1) Kegiatan perjalanan; (2) Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat sementara; (4) Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata”.

2. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua (1994:1130)

  Wisata adalah bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, besenang-senang, dan sebagainya).

  Pengertian Kuliner : Menurut Kamus Inggris-Indonesia (1990:159) Kuliner merupakan hal yang berhubungan dengan dapur atau masakan.

  Wisata kuliner merupakan jenis wisata yang relatif baru di dunia industri pariwisata. Hal ini terlihat dari perkembangan jenis wisata ini yang baru dimulai pada tahun 2001. Erik Wolf adalah seorang Presiden Ikatan Wisata Kuliner Internasionalyang mengesahkan lahirnya ikatan tersebut yang bernama International

  

Culinary Tourism Association . Sepanjang tahun 2001, perakademian pariwisata di

  seluruh dunia mengadakan penelitian yang lebih serius akan wisata kuliner. Seorang peneliti Lucy Long, dari Universitas Bowling Green di Ohio (USA) yang pertama kali mencetuskan kata-kata wisata kuliner di tahun 1998.

  Wisata kuliner dapat diartikan sebagai suatu pencarian akan pengalaman kuliner yang unik dan selalu terkenang dengan beragam jenis, yang sering dinikmati dalam setiap perjalanan , akan tetapi bisa juga kita menjadi wisatawan kuliner di rumah sendiri. (Culinary Tourism is defined as the pursuit of unique and memorable

  

culinary experience of all kinds, often while travelling, but one can also be a culinary

tourist at home) (Lucy Long,1998).

  Dalam arti luas, wisata kuliner didefinisikan sebagai mengejar pengalaman kuliner unik dan mudah diingat dari segala jenis makanan, sering dilakukan ketika bepergian, tapi juga bisa menjadi wisata kuliner di rumah.

Dokumen yang terkait

Eksistensi Kuliner Dalam Mendukung Kepariwisataan Di Medan

0 28 68

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Definisi Pariwisata - Pengembangan Mata Air Aek Manik Sebagai Kawasan Objek Wisata Di Kabupaten Simalungun

1 1 13

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN - Peranan Agrowisata Dalam Mendukung Pendapatan Asli Kabupaten Karo

0 0 19

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata - Kampung Ladang Outbound Camp Sebagai Wadah Alternatif Wisata Outdoor Di Kota Medan

0 1 11

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata - Upaya Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Medan Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Di Kota Medan

0 1 10

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Paket Wisata - Peranan Paket Wisata dalam Pemasaran Kepariwisataan Sumatera Utara

0 5 12

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pariwisata dan Wisatawan 2.1.1 Pengertian Pariwisata - Wisata Memancing Ikan Sebagai Daya Tarik Wisata Pulau Pandang Kabupaten Batubara

1 7 21

BAB II URAIAN TEORITIS PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN 2.1 Uraian Teoritis Pengembangan Kepariwisataan - Pekan Raya Sumatera Utara Sebagai Salah Satu Upaya Promosi Pengembangan Pariwisata di Sumatera Utara

0 2 15

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Sumber Daya Manusia - Peranan Departemen Sumberdaya Manusia Dalam Upaya Mendukung Pelatihan dan Pengembangan di Hotel J.W. Marriot Medan

0 1 21

BAB II URAIAN TEORITIS PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN 2.1 Uraian Teoritis Pengembangan Kepariwisataan - Potensi Objek Wisata Penangkaran Taman Buaya Asam Kumbang Sebagai Salah Satu Upaya Pengembangan Pariwisata di Kota Medan

0 0 20