View of Accelerated Learning Berbantuan Software Maple sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMA

  Accelerated Learning Berbantuan Software Maple sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMA Wahyu Rini Ediningrum

  STKIP Al Amin Indramayu Email: wr.ediningrum@gmail.com

  ABSTRAK

  Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kemampuan komunikasi matematis. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah. Agar permasalahan tersebut dapat diatasi, diperlukan sebuah model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Oleh karena itu, dipilih model Accelerated Learning Berbantuan Software Maple. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa,. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan pretest-postest control group design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X pada salah satu SMA Negeri di Kota Purwokerto. Sampel terdiri dari dua kelas yang dipilih secara purposive sampling. Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan komunikasi matematis lembar observasi, serta pedoman wawancara. Analisis data dilakukan secara kuantitatif. Analisis data tersebut menggunakan Mann-Whitney U Test dan uji asosiasi Chi Square. Berdasarkan analisis data, ditemukan bahwa:

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 147 memperoleh Accelerated Learning Berbantuan Software Maple lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa; (2) peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh Accelerated Learning Berbantuan Software Maple lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa,

  Kata Kunci: Accelerated Learning, Software Maple, kemampuan komunikasi matematis.

  ABSTRACT This research was motivated by the importance of mathematical communication of students. Mathematical communication ability of students is still low. In order that this problems can be solved, a learning model that can enhance mathematical communication of students is required. In this research, Maple-Assisted Accelerated Learning was selected. This study aims to analyze the enhancement of mathematical communication of students. This research was a quasi-experimental with pretest-posttest control group design.

  The population was students at tenth grade in one of senior high schools in Purwokerto, Central Java. The sample consisted of two classes which was selected by purposive sampling. This research used four instruments: test of mathematical communication ability, observation sheets, and interview guide. Data analyzed was done quantitatively. The data were analyzed by using Mann-Whitney U Test and Chi Squaren test. Based on the data analyze, it is found that: (1) the achievement of mathematical communication ability of students who received the Maple-Assisted Accelerated Learning is better than the achievement of students who received conventional learning; (2) The enhancement of mathematical communication ability of students who received the Maple-Assisted Accelerated Learning is better than the enhancement of students who received conventional learning.

  Keywords: Software Maple, Accelerated Learning, mathematical communication ability.

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 148

  Pendidikan sangat penting bagi kehid upan manusia yang memiliki tujuan agar manusia mengarah ke hidup yang lebih baik. Agar tujuan dapat dicapai maka guru sebagai pendidik dituntut untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan, yaitu dengan terciptanya pembelajaran yang baik dan sesuai dengan perkembangan zaman dan orientasi pendidikan. Perubahan zaman dan orientasi pendidikan menuntut pendidik untuk lebih kreatif dalam mengelola kegiatan pembelajaran.

  Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan mengembangkan program pendidikan yang berfokus pada kemampuan siswa. Informasi dapat tersampaikan dan diterima dengan baik jika pemberi informasi dalam hal ini adalah guru mempunyai komunikasi yang baik, begitu pula dengan siswa. Kegiatan ini sejalan dengan salah satu tujuan pelajaran matematika yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

  Menurut National Council of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000), kemampuan komunikasi matematis perlu menjadi perhatian dalam pembelajaran matematika, sebab melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikir matematikanya dan siswa dapat mengeksplorasi ide – ide matematika. Selain itu berdasarkan laporan

  

Trends in International Mathematics and Study TIMSS 2003 (Fachrurazi,

2011: 78), siswa Indonesia berada pada posisi 34 dan 45 negara yang disurvei.

  Laporan ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi siswa Indonesia dalam komunikasi m atematis sangat jauh di bawah negara–negara lain. Sebagai contoh, untuk permasalahan matematika yang menyangkut kemampuan komunikasi matematis, siswa Indonesia yang berhasil benar hanya 5% dan jauh di bawah Negara seperti Singapura, Korea, dan Taiwan yang mencapai lebih dari 50%.

  Accelerated Learning adalah salah satu bentuk pembelajaran yang dapat

  mengaktifkan siswa. Accelerated Learning melibatkan siswa secara aktif agar mencapai percepatan dalam mengenal dan menguasai konsep matematika yang diajarkan. Tujuan Accelerated Learning dapat dicapai melalui usaha– usaha yang dapat dilakukan guru untuk siswa antara lain pemberian tugas dirumah untuk mempelajari materi selanjutnya, member kesempatan untuk bertanya, menjawab pertanyaan, dan menjelaskan jawaban, berdiskusi dan

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 149 komunikasi matematis.

  Pada umumnya kemampuan siswa di sekolah terbagi menjadi tiga level, yaitu siswa level tinggi (siswa dengan kemampuan di atas teman–temannya), siswa level sedang (siswa kelompok menengah, memiliki kemmapuan rata– rata), dan siswa level rendah (siswa kelompok bawah dengan kemampuan di bawah teman–teman nya). Salah satu cara untuk mengatasi perbedaan individual siswa antara lain dengan pembelajaran berbantuan komputer, sebagaimana menurut Glass (Dahlan, 2009), komputer dapat dimanfaatkan untuk mengatasi perbedaan dan menstimulir belajar siswa.

  Salah satu upaya guru yang tepat adalah dengan menggunakan software matematika. Penggunaan software dalam pembelajaran matematika sangat membantu mempercepat pengolahan dan penyajian data. Sebagai contoh untuk mengolah dan menyelesaikan soal pemfaktoran aljabar, limit, diferensial dan integral yang rumit, tanpa menggunakan software komputer, akan memerlukan waktu yang relatif lama. Penggunaan software matematika sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah – masalah matematika. Software matematika yang dapat digunakan untuk penyelesaian materi aljabar dan kalkulus salah satunya adalah software Maple.

  Software Maple memberikan kemudahan berinteraksi secara matematis

  sebagaimana software matematika yang lain seperti Matlab, Mathematica,

  

SPSS, Minitab dan lain – lain. Penulisan, perhitungan dan ekspresi

  matematis maupun penanganan grafik dan animasi dapat dilakukan dengan menggunakan perintah–perintah sintaks yang mudah serta menampilkan respon solusinya sebagaimana kita peroleh apabila dikerjakan secara manual. Oleh karena itu, software Maple sangat cocok untuk dimanfaatkan sebagai bantuan dalam pembelajaran matematika.

  Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti ingin mengadakan penelitian yang terkait dengan kemampuan komunikasi matematis dan minat belajar dengan menggunakan Accelerated Learning terhadap siswa SMA, sehingga penelitian ini mengambil judul “Accelerated Learning Berbantuan Software Maple Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMA”.

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 150

1. Komunikasi Matematis

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 151

  Istilah atau kata komunikasi berasal dari bahasa Inggris “commu-

  nication” sedangkan secara epistimologis (menurut asal katanya) berasal bahasa latin “communicates” yang bersumber pada kata “communis”.

  Kata communis memiliki arti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”, yaitu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna (Ginintasari, 2012).

  Komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang berisi pesan, dimana pesan tersebut berisi tentang matematika yang dipelajari siswa baik berupa konsep, rumus yang berisi notasi–notasi matematika atau suatu strategi penyelesaian suatu masalah.

  NCTM (2000:60) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis adalah: a. Menyusun dan mengkonsolidasi berpikir matematis siswa melalui komunikasi, b. Mengkomunikasikan pemikiran matematisnya secara koheren dan jelas dengan siswa lainnya atau dengan guru, c. Menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematis dan strategi–strategi lainnya, d. Menggunakan bahasa matematis untuk menyatakan ide–ide matematis dengan tepat. Dari berbagai definisi dan indikator kemampuan komunikasi matematis, maka indikator kemampuan komunikasi yang penulis amati adalah sebagai berikut:

  a. Menyatakan suatu situasi, gambar, atau diagram ke dalam bahasa, simbol, ide dan model matematis.

  b. Menyatakan suatu simbol, idea tau notasi matematis secara lisan maupun tertulis.

  c. Menginterpretasikan gambar menjadi ide matematika.

  d. Menyatakan peristiwa sehari – hari dalam bentuk bahasa atau simbol matematika.

  e. Membuat model atau persoalan menggunakan metode lisan, f. Membuat ide matematika dari permasalahan yang diberikan

2. Accelerated Learning

  Model pembelajaran Accelerated Learning (pembelajaran yang dipercepat) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu rangkaian pendekatan praktis dalam upaya meningkatkan hasil pembelajaran dan kondisi yang disukai oleh peserta didik. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau dalam pembelajaran tutorial. Accelerated Learning adalah dua kata yang digabung menjadi satu, yaitu Accelerated yang berasal dari bahasa inggris yang mempunyai arti dipercepat dan Learning yang mempunyai arti pembelajaran. Jadi Accelerated Learning dari segi bahasa berarti pembelajaran yang dipercepat.

  Secara terminologi model pembelajaran Accelerated Learning (pembelajaran yang dipercepat) adalah suatu pola yang digunakan dalam pembelajaran yang didesain sedemikian rupa sehingga dapat menggugah kemampuan belajar peserta didik, membuat belajar lebih menyenangkan dan lebih cepat. Cepat diartikan dapat mempercepat penguasaan dan pemahaman materi pelajaran yang dipelajari, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk belajar lebih cepat.

  Accelerated Learning menginginkan siswa mengalami kegembiraan

  dalam belajar. Salah satu teknik mengajukan pertanyaan adalah pertanyaan yang ditempelkan, maksud ditempelkan dalam hal ini adalah menggunakan kertas yang ditempelkan di papan tulis. Prosedur dari teknik pertanyaan yang ditempelkan pada Accelerated Learning menurut Meier adalah:

  a. Membagikan beberapa kertas tempel ke setiap kelompok atau siswa.

  b. Setiap siswa atau kelompok diinstruksikan menulis pada kertas, menuliskan pertanyaan mengenai materi yang tidak dipahami.

  c. Siswa atau kelompok menempelkan pertanyaan yang telah dibuat ke papan temple di depan kelas.

  d. Kelompok atau siswa yang mampu menjawab pertanyaan kelompok lain boleh menjawab atau memberikan solusinya

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 152

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 153 e. Guru sebagai fasilitator boleh menambahkan pertanyaan.

  f. Pertanyaan yang tidak mampu dijawab siswa atau kelompok boleh ditindak lanjuti oleh guru. Tahap – tahap dalam Accelerated Learning menurut Meier (2002) yaitu: a. Persiapan (preparation)

  b. Presentasi (presentation) atau Penyampaian

  c. Latihan (practice)

  d. Penampilan (performance)

3. Software Maple

  Pembelajaran berbasis media berbantuan Maple ini adalah termasuk Pembelajaran Berbasis IT. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah software matematika.

  Contoh penggunaan software Maple untuk limit dengan menggunakan ekspresi, perintah sintaks dan tools calculus. Jika menggunakan ekspresi dan perintah sintaks makan Maple hanya akan memberikan hasil akhir, sedangkan jika menggunakan tools dengan pilihan calculus, Maple akan memberikan hasil step by step dimana setiap step nya mempunyai petunjuk (hint). Terdapat dua langkah yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal limit. Langkah – langkah tersebut adalah sebagai berikut: a. Tools – Load Package – Student Pre Calculus

  b. Tools – Load Package – Student Calculus 1 Dan output pada gambar tadi akan keluar di worksheet dengan tampilan sebagai berikut:

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 154

  Kelebihan pembelajaran berbasis media berbantuan software Maple adalah: a. Sistem pemebalajaran lebih inovatif dan interaktif.

  b. Pembelajaran yang relatif mudah dan

  flexible

  c. Menampilkan objek yang terlalu besar ke dalam kelas

  d. Menampilkan objek yang tidak dapat dilihat secara langsung Kelemahan pembelajaran berbasis media berbantuan software

  Maple adalah sebagai berikut:

  a. Biaya relatif mahal untuk tahap awal, yaitu penyediaan fasilitas komputer dan penginstalan program Maple.

  b. Kemampuan SDM dalam hal ini guru dalam penggunaan software Maple masih perlu ditingkatkan.

  c. Belum memadainya perhatian dari pemerintah untuk sekolah– sekolah yang masih belum lengkap fasilitas komputernya.

  d. Belum memadai nya fasilitas komputer di setiap sekolah.

C. METODE PENELITIAN

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, sebab dalam penelitian ini diberikan suatu perl akuan untuk mengetahui hubunngan antara perlakuan tersebut dengan aspek tertentu yang diukur. Penelitian eksperimen atau percobaan adalah penelitian yang benar – benar untuk melihat hubungan sebab akibat (Ruseffendi, 2005:35). Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen atau eksperimen semu. Pada kuasi eksperimen kelompok – kelompok yang sudah terbentuk alamiah.

  Dalam penelitian ini perlakuan yang diberikan adalah pembelajaran matematika berbantuan software Maple, sedangkan aspek yang diukurnya adalah kemampuan komunikasi matematis dan minat belajar siswa. oleh karena itu, yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika berbantuan software Maple dan variabel terikatnya adalah kemampuan komunikasi matematika siswa.

1. Rancangan Penelitian

  Rancangan yang akan yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok pretest-postest (prestest-postest control group design). Dasar pertimbangan dalam memilih desain ini adalah karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis dengan Accelerated Learning berbantuan software Maple dan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Adapun desain penelitiannya adalah sebagai berikut:

  O     X     O

‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ 

  

O             O 

  Keterangan: O : Pretest dan posttest tes kemampuan komunikasi matematis). X : Perlakuan berupa Accelerated Learning berbantuan software

   Maple pada kelas eksperimen Frenkel (1990)

  Dalam penelitian ini diambil dua kelas masing–masing bertindak sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang diberi perlakuan berupa

  Accelerated Learning berbantuan Software Maple, sedangkan kelompok kontrol memperolej pembelajaran biasa.

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 155 selain bertujuan untuk mengkaji peningkatan kemampuan komunikasi matematis.

  2. Populasi dan Sampel

  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di salah satu SMA Negeri di Purwokerto. Populasi terdiri dari 9 kelas yang memiliki kemampuan setara berdasarkan asumsi bahwa pada saat pemba gian kelas dilakukan secara acak bukan berdasarkan peringkat atau kemampuan siswa. Kemudian sampel dipilih dua kelas dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Dua kelas yang telah terpilih ditentukan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara pengundian agar sampel yang terpilih bisa mewakili (representative) terhadap populasi, sehingga kesimpulannya dapat digeneralisasikan untuk populasi.

  Data dalam penelitian ini akan diperoleh dengan menggunakan tiga instrumen yang terdiri dari tes kemampuan komunikasi matematis.

  3. Tahap Penelitian Data Hasil Penelitian Uji t’

  Uji Normalitas Statistik non Data

Data

  Parametrik Homogen Normal? Mann-Whitney U-test

  Uji t

Analisis Data Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 156

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 157

  secara kuantitatif untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis . Data dianalisis secara deskriptif selanjutnya dilakukan uji statistik untuk melihat apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelompok eksperimen lebih baik daripada siswa pada kelompok kontrol. Untuk menentukan uji statistik yang digunakan, terlebih dahulu diuji normalitas data dan homogenitas varians. Seluruh analisis dilakukan menggunakan bantuan SPSS 20 For Windows dan Microsoft Office Excel 2007.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menelaah, mengkaji dan mendeskripsikan perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang memperoleh Accelerated Learning berbantuan

  

software Maple (kelas ALBSM) dan siswa yang memperoleh pembelajaran

biasa (kelas Kurikulum 2013).

  Pada bab ini akan diuraikan tentang analisis dan pembahasan terhadap hasil pengolahan data. Data diperoleh dari tes kemampuan komunikasi matematis sebelum dan setelah perlakuan (treatment) oleh 46 orang siswa yang terdiri dari 23 orang siswa kelompok eksperimen dan 23 orang siswa kelompok kontrol. Kelompok eksperimen merupakan kelompok/kelas siswa yang memperoleh Accelerated Learning berbantuan software Maple, kelompok kontrol merupakan kelompok/kelas siswa yang mem peroleh pembelajaran biasa yang dilakukan oleh guru asli dari kelas tersebut (kelas K13). Data yang dianalisis adalah data hasil pretes kemampuan komunikasi matematis, hasil postes kemampuan komunikasi matematis, skor gain ternormalisasi kemampuan komunikasi matematis,. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics 20. Berikut ini diuraikan hasil dan analisis data penelitian dan pembahasannya.

1. Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis

  Hasil penelitian tentang kemampuan komunikasi matematis diperoleh dari hasil pretes yang dilakukan sebelum siswa mendapatkan perlakuan dan hasil postes yang dilakukan setelah siswa mendapatkan perlakuan (pembelajaran). Analisis data pretes dan postes dilakukan untuk melihat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa antara kelas ALBSM dan kelas K13, dan untuk melihat perbedaan

  

METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018

158

  ternormalisasi (n-gain). N-gain dihitung dengan menggunakan bantuan

  R at a‐ ra ta  K om un ik as Matematis

  25

  20

  15

  10

  5

  Gambar D.1 Rata-rata Hasil Pretes, Postes dan N-gain  

  Secara grafik perbedaan rata-rata pretes, postes dan n-gain kemampuan komunikasi matematis disajikan pada Gambar D.1 berikut.

  n-gain kemampuan komunikasi matematis siswa kelas Accelerated Learning berbantuan Software Maple dan kelas K13 memiliki perbedaan.

  Tabel D.1 menunjukkan bahwa rata-rata hasil pretes, postes dan

  Skor Ideal Pre-test dan Post-test =32 Skor Ideal N-gain = 1 = Rata-rata % = Persentase terhadap Skor Ideal s = Simpangan baku

  ALBSM 23 7,09 22,06 3,14 24,30 75,95 4,92 0,70 70,3 0,17 Biasa 23 6,91 21,59 4,17 17,04 53,39 5,59 0,42 42,6 0,19

  N-gain % S % s % S

  Tabel D.1 Deskripsi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas N Pretes Postes

  Perhitungan data pretes, postes dan n-gain kemampuan komunikasi matematis dapat dilihat pada Lampiran. Dari hasil analisis data pretes, postes dan n-gain diperoleh deskripsi kemampuan komunikasi matematis siswa seperti yang terlihat pada Tabel D.1 berikut.

  Microsoft Office Excel 2007 dengan cara membagi selisih skor postes dan skor pretes dengan selisih skor ideal dan skor pretes.

30 Pretes Postes

ALBSM K13

  Berdasarkan Tabel D.1 dan Gambar D.1 terlihat bahwa rata-rata hasil pretes kemampuan komunikasi matematis kelas ALBSM lebih tinggi daripada kelas K13. Selisih rata-rata hasil pretes pada kelas ALBSM dan kelas K13 adalah sebesar 0,12, sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan awal komunikasi matematis siswa pada kelas ALBSM dan kelas K13 tidak jauh berbeda atau hampir sama. Selain itu, persentase hasil pretes kemampuan komunikasi matematis kelas ALBSM dan kelas K13 masing-masing 22,06 % dan 21,59%. Persentase hasil pretes kelas ALBSM lebih tinggi daripada kelas K13 dengan selisih sebesar 0,47%.

  Hasil dari postes yang terlihat pada Tabel D.1 dan Gambar D.1 menunjukkan bahwa rata-rata hasil postes kemampuan komunikasi matematis kelas ALBSM lebih tinggi daripada kelas K13. Selisih rata-rata hasil postes kelas ALBSM dan kelas K13 sebesar 7,26, sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan akhir komunikasi matematis siswa pada kelas ALBSM dan kelas K13 cukup jauh berbeda. Selain itu, persentase hasil postes kemampuan komunikasi matematis kelas ALBSM dan kelas K13 masing-masing 75,59% dan 53,39 %. Persentase hasil postes kelas ALBSM lebih tinggi daripada kelas K13 dengan selisih sebesar 22,20%.

  Selanjutnya Tabel D.1 dan Gambar D.1 juga menunjukkan bahwa rata-rata n-gain kemampuan komunikasi matematis kelas ALBSM lebih tinggi daripada kelas K13. Rata-rata n-gain kelas ALBSM adalah 0,70 yang dapat diinterpretasikan dengan peningkatan yang sedang, sedangkan rata-rata n-gain pada kelas K13 adalah 0,42 yang dapat diinterpretasikan dengan peningkatan sedang. Selisih rata-rata n-gain kelas ALBSM dan kelas K13 sebesar 0,28, sehingga dapat dikatakan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas ALBSM dan kelas K13 cukup jauh berbeda. Selain itu, persentase

  

n-gain kemampuan komunikasi matematis kelas ALBSM dan kelas

  K13 masing-masing 70,3% dan 42,6%. Persentase n-gain kelas ALBSM lebih tinggi daripada kelas K13 dengan selisih sebesar 27,7%. Perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa disajikan pada Gambar D.2 berikut.

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 159

  1 Accelerated Learning  matematis

  0,5 Berbantuan Software Maple

  1  komunikasi

  2

  3

  4 in

  

5

  6 ga n‐

  Indikator

  Berdasarkan Gambar D.2, terlihat peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada kelas ALBSM pada indikator 1 yaitu menginterpretasikan gambar menjadi ide matematis sebesar 0,885 yang dapat diinterpretasikan dengan pendekatan paling tinggi di antara indikator yang lain. Pada indikator 2 yaitu menyatakan membuat model atau persoalan menggunakan metode tertulis, grafik, dan aljabar tejadi peningkatan sebesar 0,857 yang dapat diinterpretasikan dengan pendekatan tinggi. Pada indikator 3 yaitu menyatakan suatu simbol, ide, atau notasi matematis secara tertulis tejadi peningkatan sebesar 0,703 yang dapat diinterpretasikan dengan pendekatan tinggi. Pada indikator 4 yaitu mengungkapkan suatu ide, notasi, dan simbol ke dalam bentuk gambar, diagram atau grafik dengan peningkatan sebesar 0,616 yang dapat diinterpretasikan dengan pendekatan tinggi. Pada indikator 5 yaitu membuat ide matematika dari permasalahan yang diberikan dengan peningkatan 0,422 merupakan n-gain indikator yang paling rendah. Indikator terakhir yaitu menyatakan peristiwa sehari– hari dalam bentuk bahasa atau simbol matematika dengan peningkatan sebesar 0,600 yang dapat diinterpretsikan ke dalam pendekatan sedang.

  Secara umum, dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil pretes, postes dan n-gain kemampuan komunikasi matematis pada kelas ALBSM dan kelas K13. Namun, perlu dilakukan uji perbedaan rata-rata lebih lanjut untuk menunjukkan bahwa rata-rata hasil pretes, postes dan n-gain kemampuan komunikasi matematis antara kelas ALBSM dan kelas K13 berbeda atau tidak secara signifikan. Dengan

  

METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 160 akhir kelas ALBSM dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas ALBSM lebih baik atau tidak secara signifikan daripada kelas K13. Sebelum dilakukan uji perbedaan rata-rata, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai uji prasyarat untuk menentukan uji statistik yang harus digunakan.

  

3. Analisis Data Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis

Uji Perbedaan Peringkat Data Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis

  Berdasarkan hasil uji normalitas varians data pretes kemampuan komunikasi matematis kelas ALBSM dan kelas K13 diperoleh data tidak berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen. Untuk mengetahui signifikansi perbedaan rata- rata kemampuan awal komunikasi matematis siswa kelas ALBSM dan kelas K13 digunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann-Whitney U.

  Rangkuman hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 4.3 berikut.

  

Tabel D.2 Hasil Uji Perbedaan Peringkat Pretes Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa dan Kelas K13

Z Sig. Kesimpulan

  0,864 0,194 H diterima

  Berdasarkan Tabel D.2 diperoleh nilai signifikansi (sig.) Uji Perbe- daan Peringkat data pretes kemampuan komunikasi matematis antara kelas ALBSM dan kelas K13 sebesar 0,194. Nilai signifikansi (sig.) Uji Perbedaan Peringkat data pretes lebih besar dari α = 0,05, sehingga

  H diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

  peringkat hasil pretes kemampuan komunikasi matematis siswa kelas ALBSM dan peringkat hasil pretes kemampuan komunikasi matematis siswa kelas K13. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan awal komunikasi matematis siswa yang memperoleh Accelerated Learning berbantuan software Maple dan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 161

  Uji Perbedaan Peringkat Data Postes Kemampuan Komunikasi Matematis

  Berdasarkan hasil uji normalitas varians data postes kemampuan komunikasi matematis kelas ALBSM dan kelas K13 diperoleh data tidak berdistribusi normal. Untuk mengetahui signifikansi perbedaan peringkat kemampuan akhir komunikasi matematis siswa kelas ALBSM dan kelas K13 digunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann- Whitney U.

  Rangkuman hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 4.5 berikut.

  

Tabel D.3 Hasil Uji Perbedaan Peringkat Postes Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa dan Kelas K13

Z Sig. Kesimpulan

  3,967 0,000 H ditolak

  Berdasarkan Tabel D.3 diperoleh nilai signifikansi (sig.) uji perbedaan rata-rata data postes kemampuan komunikasi matematis antara kelas ALBSM dan kelas K13 sebesar 0,000. Nilai signifikansi (sig.) uji perbedaan peringkat data postes lebih kecil dari α = 0,05, sehingga

  H ditolak, artinya rata-rata hasil postes kemampuan komunikasi

  matematis siswa kelas ALBSM lebih baik secara signifikan daripada peringkat hasil postes kemampuan komunikasi matematis siswa kelas K13. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan akhir komunikasi matematis siswa yang memperoleh Accelerated Learning berbantuan

  software maaple lebih baik secara signifikan daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

  

5. Analisis Data N-gain Kemampuan Komunikasi Matematis

Uji Perbedaan Peringkat Data N-gain Kemampuan Komunikasi Matematis

  Berdasarkan hasil uji normalitas varians data n-gain kemampuan komunikasi matematis kelas ALBSM dan kelas K13 diperoleh data tidak berdistribusi normal. Untuk mengetahui signifikansi perbedaan peringkat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas ALBSM dan kelas K13 digunakan uji statistik Mann-Whitney U Test.

  Rangkuman hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 4.7 berikut.

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 162

  

Matematis Siswa Kelas ALBSM dan Kelas K13

Z Sig. Kesimpulan

  4,241 0,000 H ditolak

  Berdasarkan Tabel D.4 diperoleh nilai signifikansi (sig.) Uji Perbedaan Peringkat n-gain kemampuan komunikasi matematis antara kelas ALBSM dan kelompok sebesar 0,000. Nilai signifikansi (sig.) Uji Perbedaan Peringkat n-gain lebih kecil dari α = 0,05, sehingga H ditolak, artinya peringkat n-gain kemampuan komunikasi matematis siswa kelas ALBSM lebih baik secara signifikan daripada peringkat

  n-gain kemampuan komunikasi matematis siswa kelas K13. Jadi, dapat

  disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh Accelerated Learning berbantuan software

  Maple lebih baik secara signifikan daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

F. TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

  Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan dan kajian yang dianalisis dari beberapa faktor yang menjadi amatan peneliti selama berlangsungnya penelitian. Faktor-faktor tersebut meliputi Accelerated

  

Learning berbantuan software Maple, kemampuan komunikasi matematis

siswa, tentang matematika khususnya materi limit.

1. Accelerated Learning Berbantuan Software Maple

  Penelitian ini menggunakan dua jenis model pembelajaran yaitu

  Accelerated Learning Berbantuan Maple dan Pembelajaran biasa yang

  dilakukan sekolah tempat penelitian. Penelitian dimulai pada tanggal

  28 Maret 2015 dengan melakukan observasi ke sekolah, melakukan uji keterbacaan serat melakukan wawancara dengan guru bidang studi matematika selanjutnya peneliti melakukan uji coba pada tanggal

  30 Maret 2015. Peneliti melakukan observasi untuk mengamati pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Peneliti juga berdiskusi dengan guru mengenai pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru, kurikulum yang sedang diberlakukan oleh sekolah, pembelajaran yang akan diterapkan oleh peneliti dan bagaimana membentuk kelompok-kelompok siswa di kelas ALBSM agar kelompok yang

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 163

  2015 yang berlokasi di salah satu SMA di Kota Purwokerto Provinsi Jawa Tengah. Pada penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru yang melaksanakan Accelerated Learning Berbantuan Software Maple.

  Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diuraikan sebelumnya diperoleh hasil bahwa Accelerated Learning Berbantuan Software

  Maple dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis, hal

  ini ditunjukkan dengan n-gain baik pada kemampuan komunikasi matematis. Kategori peningkatan untuk kelas ALBSM tergolong tinggi sedangkan kategori peningkatan untuk kelas K13 tergolong rendah. Selain itu, berdasarkan hasil uji statistic diperoleh bahwa peningkatan kemampuan matematis yang mendapatkan Accelerated Learning berbantuan Software Maple lebih baik daripada siswa pada kelas K13. Hasil ini mengindikasikan bahwa Accelerated Learning berbantuan

  software Maple memberikan pengaruh yang positif terhadap kemampuan

  komunikasi matematis. Hal ini disebabkan pada Accelerated Learning berbantuan software Maple siswa dituntut melakukan persiapan belajar, bernalar, berdiskusi dan latihan, menganalisis, mempresentasikan, menyelesaikan soal dengan software Maple sehingga dapat membuat kesimpulan untuk menemukan konsep, prosedur dan prinsip matematika baik secara individual maupun kelompok.

  Dalam penelitian ini peneliti menggunakan software Maple sebagai media yang membantu siswa dalam pembelajaran baik dalam pemahaman materi, diskusi, maupun latihan. Software Maple memiliki berbagai perintah yang dapat digunakan dan dipahami oleh siswa.

2. Kemampuan Komunikasi Matematis

  Berdasarkan hasil analisis terhadap data pretes kemampuan komunikasi matematis, diperoleh bahwa kemampuan awal komunikasi matematis siswa kelas ALBSM dan kelas K13 tidak berbeda secara signifikan. Hal ini ditunjukkan dari perolehan skor rata-rata kedua kelompok tersebut hampir sama. Rata-rata pretes kemampuan komunikasi matematis siswa kelas ALBSM adalah 7,09 dan rata-rata pada kelas K13 adalah 6,91. Perbedaan rata-rata kedua kelas tersebut sebesar 0,12. Walaupun secara deskriptif berbeda, namun berdasarkan hasil Uji Perbedaan Peringkat yaitu uji Mann Whitney U Test diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 164 berarti kemampuan komunikasi matematis kedua kelompok siswa tidak berbeda sebelum diberi perlakuan (treatment).

  Setelah dilakukan Accelerated Learning berbantuan software

  

Maple pada kelas ALBSM dan pembelajaran biasa pada kelas K13,

  diberikan postes kemampuan komunikasi matematis untuk melihat kemampuan akhir komunikasi matematis siswa pada kedua kelas. Berdasarkan hasil analisis terhadap data postes kemampuan komunikasi matematis, diperoleh bahwa kemampuan akhir komunikasi matematis siswa kelas ALBSM lebih baik secara signifikan daripada kelas K13. Hal ini ditunjukkan dari perolehan skor rata-rata kedua kelompok tersebut. Rata-rata postes kemampuan komunikasi matematis siswa kelas ALBSM adalah 24,30 dan rata-rata pada kelas K13 adalah 17,04. Terdapat perbedaan rata-rata yang cukup besar yaitu 7,26. Berdasarkan hasil uji perbedaan rata-rata yaitu uji Mann Whitney U Test diperoleh bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh

  

Accelerated Learning berbantuan software Maple lebih baik daripada

siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

  Berdasarkan hasil pretes dan postes kemampuan komunikasi matematis, maka dihitung n-gain untuk melihat peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada kelas ALBSM dan kelas K13. Dari hasil analisis terhadap n-gain kemampuan komunikasi matematis diperoleh bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas ALBSM lebih baik secara signifikan daripada kelas K13. Hal ini ditunjukkan dari perolehan skor rata-rata n-gain kedua kelompok tersebut. Rata-rata n-gain kemampuan komunikasi matematis siswa kelas ALBSM adalah 0,70 dan rata-rata pada kelas K13 adalah 0,42. Terdapat perbedaan yang cukup besar yaitu 0,28. Berdasarkan hasil uji perbedaan rata-rata yaitu uji Mann Whitney U Test diperoleh bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh Accelerated Learning berbantuan software maaple lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

  Perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas ALBSM dan kelas K13 tercermin pada hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa peningkatan komunikasi matematis siswa kelas ALBSM lebih baik daripada peningkatan kemampuan komunikasi matematis.

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 165 komunikasi matematis kelas ALBSM untuk setiap indikator nya yang tergolong pada kategori tinggi.

  Terdapat beberapa dugaan mengapa peningkatan komunikasi matematis siswa kelas ALBSM lebih baik daripada kelas K13. Pertama, pada tahap persiapan dalam Accelerated Learning, siswa diberikan pertanyaan oleh guru mengenai limit, siswa belajar mengungkapkan ide–ide mereka secara lisan. Selain itu siswa diberikan tugas untuk membaca dan memahami setiap materi yang akan didiskusikan pada tahap selanjutnya. Kemampuan mengungkapkan ide matematis secara lisan dan membaca dengan pemahaman merupakan indikator dari komunikasi matematis yang dikemukakan oleh Sumarmo (2010).

  Kedua, pada tahap presentasi siswa diberikan kesempatan oleh

  guru untuk berdiskusi untuk mencari solusi dari permasalahan atau soal yang diberikan oleh guru. dalam kesempatan ini, siswa dapat mengungkapkan dan menjelaskan ide matematis secara lisan maupun tertulis dan menyatakan suatu situasi atau gambar ke dalam simbol, ide atau model matematis mereka. Dan ternyata, mereka telah belajar sebagian dari komunikasi matematis. Selain itu, guru juga menampilkan bagaimana cara menjelaskan materi limit dengan software Maple, melalui software Maple ini, guru juga telah mengkomunikasikan secara matematis melalui output yang dihasilkan.

  Ketiga, Pada tahap latihan (practice) siswa diberikan permasalahan

  yang diselesaikan secara individu. Melalui latihan ini siswa dapat mengungkapkan dan menjelaskan ide matematis mereka secara tertulis, menyatakan suatu ide atau simbol matematis ke dalam gambar atau grafik baik dalam mengerjakan secara manual maupun dengan software

  Maple.

  Keempat, pada tahap performance siswa diberikan kesempatan

  untuk tampil didepan menjelaskan permasalahan yang diberikan oleh guru untuk setiap kelompok. Setiap kelompok menjelaskan solusi dari permasalahan tersebut baik secara manual maupun dengan

  software Maple. Dalam tahap ini juga terjadi diskusi antar kelompok,

  sementara guru bertugas sebagai fasilitator. Setiap kelompok dapat mengungkapkan, menjelaskan dan menyampaikan ide matematis mereka secara tertulis dan lisan kepada kelompok lainnya di depan kelas.

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 166 dan hasil belajar matematika siswa perlu didorong untuk terlibat aktif dalam diskusi, siswa dibimbing untuk bisa bertanya serta menjawab pertanyaan, berpikir kritis, menjelaskan setiap jawaban yang diberikan, serta mengajukan alasan untuk setiap jawaban yang diajukan.

G. KESIMPULAN

  Pencapaian kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh

  

Accelerated Learning Berbantuan Software Maple lebih baik daripada

  siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh Accelerated Learning Berbantuan Software Maple lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh Accelerated Learning Berbantuan Software Maple berada pada kategori sedang.

  DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2013). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

  Aritonang, K. T. 2008. Minat dan Motivasi dalam Meningkatan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur. 10, (7), 11-21. Cai, JL, & Jakabesin, M.S. 1996. The Role of Open-Ended Tasks and Holistic

  Scoring Rubrics: Assessing Students Mathematical Reasoning and Communication. Dalam Portia C. Elliot (Eds). Communication in Mathematics K-12 and Beyond. Virginia: NCTM.

  Depdiknas. 2007. Model-model Pembelajaran Matematika dan Ilmu

  Pengetahuan FAlam. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Luar Biasa.

  Emay, A. 2011. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi

  Matematis Siswa SMP dengan Menggunakan Pe mbelajaran Kooperatif Tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC). Tesis pada

  SPs UPI:Tidak diterbitkan. Endang, 2012. Aplikasi Maple pada Matematika. [Online] Tersedia http:// sriendang90.wordpress.com/2012/12/25/aplikasi-Maple-pada- matematika/

  Fachrurozi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 167 Matematis Sekolah Dasar. Jurnal Pengajaran MIPA. Edisi Khusus, (1), 76-89. [online]. Tersedia: http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurozi. pdf. Fadli, 2010. Pembelajaran Akselerasi. Makalah Online. https://fadlibae. wordpress.com/2010/03/24/pembelajaran-akselerasi-accelerated- learning/

  Frau-Meigs, D. 2006. Media Education. [online]. Tersedia: http://unesdoc. unesco.org/images

  Ginintasari, R. 2012. Komunikasi. [online]. Tersedia: http://file.upi.edu/ Direktori/ /RahayuGinintasari/Komunikasi.pdf. Hake, R.R. (1999). Analyzing change/gain scores. Woodland Hills: Indiana University. Haryanto, 2012. Media Pembelajaran. [online] Tersedia http://belajar psikologi.com/ Hiedayat, S. W. & Sulistyowati. 2010. Pengembangan Komputer Pembelajaran

  (CAI) tentang Gerak Lurus Berubah Beraturan pada Mata Pelajaran Fisika bagi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Surabaya. Jurnal Teknologi Pendidikan Universitas Surabaya. 10, (1), 86-99.

  Hurlock, E. B. (1978). Developmental psychology. New delhi: Tata McGraw Hill. Ibrahim, N. 2009. Pengaruh Pembelajaran Berbantuan Komputer Terhadap Hasil Belajar (Meta Analisis). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.

  15, (1), 108-125. Indrajaya, U. 2011. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi

  Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Maple. Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan. Jiang, Z. 2008. Explorations and Reasoning in the Dynamic Geometry

  Environment. [online]. Tersedia: http://atcm.mathhandtech.org/ papers/ Kahveci, A., Sahin, N., & Genc, S. 2011. Komputer Perceptions of Secondary School Teachers and Impacting Demographics: A Turkish Perpective.

  The Turkish Online Journal of Educational Technology. 10, (1), 71-80.

  METODIK: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 1, Nomor 1 Januari 2018 168 Kartika, H. 2013. Pembelajaran Matematika Berbantuan Software Matlab

  Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Minat Belajar Siswa. Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan.

  Kusumah, 2011. Aplikasi Teknonogi informasi dan Komunikasi dalam

  Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Matematis Siswa. Makalah disajikan dalam Kegiatan Pelatihan

  Aplikasi dan Teknologi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematikadi UPI, 16 Desember 2011. Marfuah. 2010. Pengaruh Kegiatan Rekreasi Matematika di Mathematics

  Playground Terhadap Peningkatan Minat Belajar Matematika Siswa SMP. Jurnal Edukasi Matematika. 1, (1), 29-34. Megawati, I. 2012. Minat Terhadap Mata Pelajaran Matematika pada Siswa Sekolah Dasar. [online]. Tersedia: http://repository.gunadarma. ac.id/ /JURNAL.pdf

  Meier, D. 2000. The Accelerated Learning Handbook. New York: McGraw- Hill Montgomery, D. (2009). Design and analysis of experiments. Arizona: Wiley.

  Mullis, I. V. S., Martin, M. O., Foy, P., & Arora, A. 2012. TIMSS 2011

  International Result in Mathematics. Chestnut Hill, MA: TIMSS & PIRLS International Study Center, Boston College.

  NCTM. 2000. Principle and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM. Pausil, 2013. Jenis Karakteristik Media Pembelajaran. [Online] tersedia http://fzil.wordpress.com/2013/04/18/jenis-karakteristik-media- pembelajaran

  Pillay, H & Wilss, L. 1996. Komputer Assisted Instruction & Individual

  Cognitive Style Preferences in Learning: Does It Matter? Australian Educational Computing. 11, (2) 28-33.

  Putra, J. 2012. Penerapan Accelerated Learning dalam Meningkatkan

  Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah

Menengah Pertama. Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Upaya mengurangi kecemasan belajar matematika siswa dengan penerapan metode diskusi kelompok teknik tutor sebaya: sebuah studi penelitian tindakan di SMP Negeri 21 Tangerang

26 227 88

An Analysis of illocutionary acts in Sherlock Holmes movie

27 148 96

The Effectiveness of Computer-Assisted Language Learning in Teaching Past Tense to the Tenth Grade Students of SMAN 5 Tangerang Selatan

4 116 138

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84