KONVERSI MATA ANGGARAN DHA AUSAID
PETUNJUK TEKNIS KONVERSI KODE MATA ANGGARAN
KE DALAM 9 DIMENSI DISTRICT HEALTH ACCOUNT (DHA)
Revisi ke-4
District Health Account (DHA) saat ini telah banyak dilaksanakan di beberapa kabupaten/kota di beberapa Provinsi antara lain Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Lampung, Jambi, Aceh, Sumatera Barat, NTT, Bali, DI Yogyakarta, Sulawesi Tengah dan beberapa provinsi lainnya. Sementara Provinsi Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur telah melaksanakan pelatihan DHA tetapi kabupaten/kotanya belum melaksanakan penyusunan DHA tersebut.
Dalam pelaksanaan DHA, beberapa kabupaten/kota telah melaksanakan penyusunan DHA secara mandiri, baik dari segi sumber daya manusia maupun anggaran, tanpa tergantung dengan pendampingan dari Tim DHA Pusat/Provinsi atau tergantung dari anggaran dana dekonsentrasi Kementerian Kesehatan.
Pelaksanaan DHA di beberapa kabupaten/kota telah banyak mendapat dukungan baik dari Kepala Dinas Kesehatan maupun dari Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah merasakan manfaat dan kegunaan dari penyusunan DHA sebagai potret anggaran kesehatan mereka. Potret anggaran tersebut bermanfaat sebagai bahan informasi dan advokasi anggaran kesehatan kepada para pengambil kebutusan (Bupati, DPRD, Bappeda, DPPKAD, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit dll) dan dapat dipergunakan untuk proses perencanaan anggaran kesehatan kabupaten/kota kedepan sehingga penganggaran kesehatan ke depan bisa mendapatkan alokasi yang lebih baik dan sesuai dengan prioritas program kesehatan.
Saat ini, modul DHA telah direvisi untuk disesuaikan dengan modul PHA (Provincial Health Account ) dan NHA (National Health Account). Terdapat dimensi yang ditambahkan untuk revisi yang keempat ini yaitu Dimensi Fungsi. Dimensi ini merupakan salah satu dimensi yang akan dikonversikan ke dalam data NHA, sehingga untuk revisi empat ini terdapat 9 Dimensi DHA.
Salah satu kendala yang dirasakan dalam penyusunan DHA adalah melakukan konversi kode mata anggaran ke dalam 9 dimensi DHA yaitu: sumber biaya, pengelola anggaran, jenis kegiatan, fungsi, penyedia pelayanan/program, mata anggaran, jenis program, jenjang kegiatan dan penerima manfaat, sehingga sering terjadi kesalahan di dalam melakukan konversi kode mata anggaran ke dalam 9 dimensi DHA.
Oleh karena itu perlu disusun petunjuk teknis konversi kode mata anggaran ke dalam 9 dimensi DHA agar kesalahan dalam konversi dapat diminimalisir. Saat ini konversi mata Oleh karena itu perlu disusun petunjuk teknis konversi kode mata anggaran ke dalam 9 dimensi DHA agar kesalahan dalam konversi dapat diminimalisir. Saat ini konversi mata
Tidak terdapat perbedaan yang significant antara konversi anggaran DHA revisi 3 dengan konversi DHA revisi 4, hanya terdapat penambahan dimensi fungsi dan perbedaan di kode mata anggaran serta detil dimensi DHA.
KODE MATA ANGGARAN
Kode mata anggaran adalah sederet angka/nomor yang menunjukkan ciri suatu biaya atau pengeluaran. Kode mata anggaran adalah suatu nomor identitas pada belanja tertentu. Dalam DHA, ada 9 (sembilan) dimensi yang menggambarkan ciri suatu belanja kesehatan tersebut. Setiap data belanja/biaya kesehatan yang ditemukan harus ditelaah dan diberikan identitas menurut 9 dimensi tersebut.
PENGISIAN KODE MATA ANGGARAN DHA
Dalam Software DHA (Tabel DHA) ada 15 kolom yang harus dilakukan pengisian/entri, yang terdiri dari 6 kolom pengisian terbuka (dapat diisi sendiri) yaitu Instansi Sumber Data, Bidang/Unit Sumber Data, Program/Kegiatan, Detil Kegiatan, Rincian Belanja, dan Rincian Anggaran dan 9 kolom pengisian tertutup (diisi sesuai dengan daftar/list yang sudah tersedia) yaitu 9 dimensi DHA: sumber biaya, pengelola anggaran, jenis kegiatan, fungsi, penyedia pelayanan/program, mata anggaran, jenis program, jenjang kegiatan dan penerima manfaat. Di atas tabel terdapat 3 (tiga) isian data dasar yang juga harus diisi yaitu Tahun Anggaran, Jumlah Penduduk pada tahun anggaran tersebut, dan Jumlah Total APBD tahun anggaran tersebut.
TABEL PENGISIAN TERBUKA
1. INSTANSI SUMBER DATA
INSTANSI SUMBER DATA diisi secara manual dengan mengisikan Instansi asal sumber data tersebut didapatkan. Biasanya Instansi adalah satuan kerja perangkat yang INSTANSI SUMBER DATA diisi secara manual dengan mengisikan Instansi asal sumber data tersebut didapatkan. Biasanya Instansi adalah satuan kerja perangkat yang
1. Dinas Kesehatan
2. Dinas Sosial
3. Dinas Pendidikan
4. Kantor KB
5. Bagian Kesra
6. dll
2. BIDANG/UNIT SUMBER DATA
BIDANG/UNIT SUMBER DATA diisi secara manual dengan mengisikan bidang atau unit dari sumber data DHA tersebut. Pengisian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi Bidang atau Unit yang bertanggungjawab atas kegiatan tersebut sehingga saat akan dilakukan konversi, lebih mudah dalam melakukan konfirmasi atas kegiatan-kegiatan tersebut. Apabila tidak bisa diidentifikasi bidang/unitnya, misalkan institusi diluar dinas kesehatan, institusi setingkat eselon III/IV atau institusi swasta lainnya, dapat diisi dengan nama instansi sama dengan kolom sebelumnya. Contoh:
1. Bagian Tata Usaha
2. Bidang Pelayanan Kesehatan
3. Bidang Pemberantasan Penyakit
4. Bidang Sumber Daya Manusia
5. dll
3. PROGRAM/KEGIATAN
PROGRAM/KEGIATAN diisi secara manual dengan mengisikan Program yang ada di dalam dokumen realisasi anggaran. Pengisian PROGRAM/KEGIATAN adalah program yang mengacu dalam Permendagri 13 tahun 2006 atau SPM dan diharapkan dapat menggambarkan secara jelas apakah program ini adalah program UKM atau UKP.
Kegiatan yang terdapat dalam dokumen DPA RKA atau dokumen realisasi anggaran. Contoh:
1. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
3. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat
4. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Program Pengembangan Lingkungan Sehat
6. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
7. Program dst Pengisian PROGRAM tersebut terkait erat dengan dimensi DHA ke 5 yaitu Jenis Program/PR. Apabila PROGRAM telah diisi maka dapat langsung dikonversi dalam dimensi ke 5 (PR).
4. DETIL KEGIATAN
DETIL KEGIATAN diisi secara manual dengan mengisikan Sub Kegiatan atau Detil Kegiatan yang tercantum dalam dokumen realisasi anggaran, yang mengacu kepada Permendagri 13 tahun 2006 atau SPM. DETIL KEGIATAN ini menggambarkan satu kegiatan detil yang dilaksanakan. Di dalam dokumen DPA/RKA atau dokumen realisasi anggaran, yang diisikan dalam DETIL KEGIATAN dalam software ini adalah Sub Kegiatan atau Detil Kegiatan, bukan Kegiatan, karena Kegiatan di DPA RKA/Realisasi Anggaran diinputkan dalam PROGRAM. Contoh:
1. Kegiatan yang diisi adalah kegiatan yang detil, misalnya Pelatihan kader Posyandu, Pelatihan petugas MTBS, Penyuluhan Gizi petugas Puskesmas, pengadaan obat dan lain-lain
2. Kegiatan yang tidak detil misalnya peningkatan pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita, anak usia sekolah, remaja dan usila harus didetilkan sesuai dengan kegiatannya.
3. Contoh nomor 2 di atas nama kegiatan harus ditulis pelayanan kesehatan ibu saja atau pelayanan kesehatan bayi saja dan seterusnya.
melakukan konversi kegiatan tersebut ke dalam 9 dimensi DHA. Contoh nomor 1 di atas lebih mudah dikonversi ke dalam 9 dimensi daripada contoh nomor 2 di atas. Nama Kegiatan ini terkait langsung dengan dimensi ke 6 yaitu Jenis Kegiatan/HA (Tidak Langsung dan Langsung). Apabila Nama Kegiatan telah diisi, maka dapat langsung dikonversi dalam dimensi ke 6 (HA)
5. RINCIAN BELANJA
RINCIAN BELANJA diisi secara manual yaitu mengisi detil belanja. Sehingga Rincian Belanja merupakan Detil belanja dari Nama Kegiatan pada kolom sebelumnya. Rincian belanja biasanya mengacu kepada Mata Anggaran Kegiatan. Contoh:
1. Kegiatan Pelatihan Kader Posyandu terdiri dari detil belanja:
a. Belanja Bahan
b. Belanja ATK
c. Transport Perjalanan
d. Biaya Narasumber
e. Biaya Makan minum
f. dll (sesuai dalam realisasi belanja)
2. Maka yang diisi adalah detil belanja seperti dalam point a-f di atas. Rincian Belanja ini terkait langsung dengan dimensi ke 7 yaitu Mata Anggaran/HI (Investasi, Operasional, Pemeliharaan). Apabila Rincian Belanja telah diisi, maka dapat langsung dikonversi dalam dimensi ke 7 (HI)
6. RINCIAN ANGGARAN
Rincian Anggaran diisi secara manual berdasarkan realisasi anggaran yang ada. Rincian anggaran mengikuti Rincian Kegiatan yang ada di kolom sebelumnya. Diisi nominal rupiah.
TABEL PENGISIAN TERTUTUP (9 DIMENSI DHA)
1. SUMBER PEMBIAYAAN (FS)
Adalah unit/institusi yang menyediakan biaya kesehatan. sumber biaya bisa berasal dari Pemerintah/Pemerintah Daerah, institusi swasta, belanja kesehatan rumah tangga, atau suatu kesatuan organisasi lainnya.
1. Dana yang bersumber dari Kementerian Kesehatan dimasukkan dalam APBN murni, contoh: Dana Tugas Pembantuan, Dana Dekonsentrasi, BOK dll
2. Dana donor seperti GF ATM dimasukkan dalam donor pemerintah pusat (Kecuali donor tersebut melalui Provinsi atau langsung kabupaten/kota)
3. Dana yang bersumber dari Provinsi dimasukkan dalam APBD Provinsi murni, contoh Kegiatan-kegiatan provinsi dengan anggaran provinsi yang dilaksanakan di kabupaten/kota.
4. Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah masuk ke dalam APBD kabupaten/kota. Dana Cukai Rokok yang masuk di APBD Kab/Kota juga dimasukkan di APBD Kab/Kota. Dana yang terdapat dalam realisasi anggaran sebagian besar adalah APBD murni kabupaten/kota. Pendapatan dari JKN/Jamkesda dimasukkan sebagai APBD kabupaten/kota.
5. Bagi Rumah Sakit Pusat atau Rumah Sakit Provinsi yang ada di wilayah Kabupaten/Kota dan datanya dimasukkan dalam data DHA, maka pendapatan jamkesmas/jamkesda/JKN RS Pusat dimasukkan APBN murni, dan RS Provinsi masuk ke APBD Provinsi.
6. Dalam penyusunan DHA, Rumah Sakit Pusat dan Rumah Sakit Provinsi, tidak dimasukkan dalam DHA melainkan di PHA.
7. Belanja rumah tangga diperoleh dari data susenas.
8. Belanja kesehatan perusahaan swasta adalah belanja yang tidak melalui PT Askes/BPJS (bukan peserta PT Askes/BPJS).
9. Belanja TNI/POLRI dimasukkan ke dalam belanja TNI/POLRI.
10. Untuk belanja dari PT Askes/BPJS, maka 50% dari total dana berasal dari Rumah Tangga dan 50% berasal dari Pemerintah. Untuk DHA tahun 2014, komposisinya 10. Untuk belanja dari PT Askes/BPJS, maka 50% dari total dana berasal dari Rumah Tangga dan 50% berasal dari Pemerintah. Untuk DHA tahun 2014, komposisinya
11. Dana PKH dan PNPM serta program pemerintah pusat lainnya yang bukan merupakan pendapatan daerah masuk ke APBN Murni
12. Belanja-belanja diluar 10 item di atas, disesuaikan dari mana sumber biayanya sesuai dengan sumber biaya dana tersebut.
2. PENGELOLA PEMBIAYAAN (FA)
Pengelola pembiayaan adalah institusi atau unit yang menerima dan mengelola dana untuk membayar atau membeli barang dan jasa kesehatan. Pengelola pembiayaan tersebut dibagi lima yaitu sektor Pemerintah, Perusahaan Asuransi, Perusahaan Swasta, Yayasan/Lembaga Sosial dan rumah tangga.
1. Dilakukan identifikasi siapa yang menerima dan mengelola dana tersebut.
2. Lebih mudahnya adalah mengetahui dalam dokumen mana dana tersebut terdapat.
3. Dana Tugas Pembantuan, karena DIPAnya ada di Kabupaten/Kota maka FA adalah pemda kabupaten/kota, jika DIPAnya Dinkes, maka FA-nya di Dinkes, apabila di RS maka FA-nya di RS
4. Dana BOK FA-nya ada di Dinkes
5. Bagi Puskesmas yang belum mempunyai DPA sendiri, maka FA-nya di Dinkes, sedangkan puskesmas yang sudah mempunyai DPA maka FA-nya ada di Puskesmas.
6. Perlu diperhatikan pengelola pembiayaan pada kegiatan jaminan kesehatan (jamkesda) yang pengelolaannya diberikan kepada pihak ketiga.
7. Contoh: Jamkesda yang dikelola oleh BPJS, maka pengelola anggarannya adalah BPJS.
8. Pekerjaan penyediaan barang dan jasa pemerintah yang diserahkan ke pihak ketiga, FA-nya tetap yang mempunyai DPA pekerjaan tersebut.
Penyedia pelayanan adalah institusi yang menyelenggarakan, menerima dana dan menggunakannya. Yaitu intitusi yang menyelenggarakan kegiatan atau memberikan pelayanan kesehatan.
1. Penyedia pelayanan (HP) belum tentu sebagai pengelola pembiayaan (FA)
2. Contoh: dana BOK FA-nya adalah Dinkes, tetapi HP-nya adalah Puskesmas.
3. Pekerjaan penyediaan barang dan jasa pemerintah yang diserahkan ke pihak ketiga, HP-nya tetap yang mempunyai DPA pekerjaan tersebut.
4. Contoh: Pembangunan Gedung Puskesmas, maka HP-nya ada di Dinkes
5. Untuk Penyedia Pelayanan yang tidak jelas, maka dimasukkan dalam poin tidak masuk dalam kelompok di atas. Harap diperhatikan bahwa poin ini diisi seminimal mungkin (sedapat mungkin bisa diidentifikasikan).
4. FUNGSI (HC)
Dimensi Fungsi (HC) mengadopsi dimensi Fungsi dalam SHA 2011 yang merupakan semua aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan, memperbaiki dan mempertahankan status kesehatan. Fungsi ini memilahkan antara pelayanan kuratif, pelayanan rehabilitatif, pelayanan rawat jangka panjang, layanan penunjang, alat-alat/bahan medis, pelayanan pencegahan dan kesehatan masyarakat, serta tata kelola dan administrasi sistem kesehatan dan pembiayaan kesehatan.
5. JENIS PROGRAM (PR)
Jenis Program (PR) dibagi dalam Program Kesehatan Masyarakat, Program Kesehatan Individu dan Program Penguatan Sistem Kesehatan. Jenis Program (PR) ini terkait dengan Program pada kolom 3 dan dapat dikonversi langsung setelah Program pada kolom 3 terisi. Dalam program upaya kesehatan individu, apabila data yang didapatkan tidak dirinci antara rawat jalan dan rawat inap, maka dapat dibagi sebagai berikut. Rawat jalan 20% dari total dana sedangkan rawat inap 80% dari total dana.
Jenis kegiatan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh penyelenggara kesehatan yang secara umum dapat dibagi dua yaitu kegiatan tidak langsung atau kegiatan penunjang dan kegiatan langsung.
1. Kegiatan Tidak Langsung Kegiatan tidak langsung adalah kegiatan yang menghasilkan output program dan tidak menjadi bagian dari pelayanan serta tidak digunakan secara langsung dalam kegiatan pelayanan kesehatan, contohnya:
a. Manajerial (termasuk Gaji manajemen, gaji pegawai dinas kesehatan)
b. Diklat
c. Perencanaan
d. Pengadaan (termasuk honor pengadaan) dll
2. Kegiatan Langsung Kegiatan langsung ini dibagi dua yaitu:
a. Kegiatan Program Kesehatan Masyarakat (termasuk gaji pegawai Puskesmas)
b. Kegiatan Program Kesehatan Perorangan/Individu (termasuk gaji pegawai rumah sakit) Gaji pembagiannya mengikuti keterangan diatas. Honorarium diidentifikasi apakah masuk dalam kegiatan langsung atau tidak langsung. Contoh: honor panitia pengadaan masuk ke dalam tidak langsung, sedangkan honor narasumber pada pelatihan penatalaksanaan TBC masuk dalam kegiatan langsung kesehatan masyarakat (dipilih detil jenis kegiatannya). Honor atau jasa medis masuk ke dalam belanja langsung kesehatan individu (dipilih detil jenis kegiatannya). Jenis kegiatan (HA) terkait langsung dengan nama kegiatan di kolom ke 4, sehingga setelah melakukan entri nama kegiatan, bisa langsung melakukan konversi HA. Contoh: dalam satu paket nama kegiatan/sub kegiatan/detil kegiatan (misal Kegiatan Penyuluhan Kader Posyandu), walaupun terdapat banyak rincian kegiatan/detil belanja (belanja bahan, belanja ATK, honor narasumber, akomodasi, konsumsi, honor panitia) maka dalam konversi HA-nya semua rincian kegiatan/detil belanja dalam satu nama kegiatan masuk ke dalam satu Jenis Kegiatan (HA) yaitu kegiatan langsung kesehatan b. Kegiatan Program Kesehatan Perorangan/Individu (termasuk gaji pegawai rumah sakit) Gaji pembagiannya mengikuti keterangan diatas. Honorarium diidentifikasi apakah masuk dalam kegiatan langsung atau tidak langsung. Contoh: honor panitia pengadaan masuk ke dalam tidak langsung, sedangkan honor narasumber pada pelatihan penatalaksanaan TBC masuk dalam kegiatan langsung kesehatan masyarakat (dipilih detil jenis kegiatannya). Honor atau jasa medis masuk ke dalam belanja langsung kesehatan individu (dipilih detil jenis kegiatannya). Jenis kegiatan (HA) terkait langsung dengan nama kegiatan di kolom ke 4, sehingga setelah melakukan entri nama kegiatan, bisa langsung melakukan konversi HA. Contoh: dalam satu paket nama kegiatan/sub kegiatan/detil kegiatan (misal Kegiatan Penyuluhan Kader Posyandu), walaupun terdapat banyak rincian kegiatan/detil belanja (belanja bahan, belanja ATK, honor narasumber, akomodasi, konsumsi, honor panitia) maka dalam konversi HA-nya semua rincian kegiatan/detil belanja dalam satu nama kegiatan masuk ke dalam satu Jenis Kegiatan (HA) yaitu kegiatan langsung kesehatan
7. MATA ANGGARAN (HI)
Mata anggaran adalah masukan atau input yang digunakan oleh penyelenggara pelayanan/program untuk melaksanakan kegiatan. Dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Belanja Investasi
2. Belanja Operasional
3. Belanja Pemeliharaan Pendidikan yang sifatnya formal seperti pendidikan personil, masuk ke dalam belanja investasi karena manfaatnya lebih dari satu tahun, sedangkan pendidikan yang sifatnya pelatihan jangka pendek, masuk ke dalam belanja pemeliharaan. Harap diperhatikan, apabila nama kegiatannya adalah pelatihan jangka pendek atau sejenisnya, dan didalamnya terdapat banyak rincian kegiatan/detil kegiatan, misal ada rincian akomodasi, transportasi, honorarium, maka semua rincian kegiatan/detil kegiatan tersebut masuk ke pemeliharaan. Kegiatan yang sifatnya pengadaan barang/jasa investasi, dan kegiatan lain yang menambah nilai asetnya dimasukkan dalam Belanja Investasi. Mata Anggaran (HI) terkait dengan Rincian Kegiatan/detil kegiatan di kolom 5, sehingga setelah melakukan entri Rincian Kegiatan, dapat langsung melakukan konversi HI walaupun tetap memperhatikan Nama Kegiatan, agar beberapa pengecualian seperti diterangkan di atas dapat dilakukan.
8. JENJANG KEGIATAN (HL)
Adalah jenjang administratif dimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Contoh:
1. Program penyemprotan nyamuk, jenjangnya dilaksanakan di masyarakat.
2. Kegiatan pengobatan puskesmas, jenjangnya di puskesmas
3. Kegiatan pengobatan rumah sakit, jenjangnya di Kabupaten
5. Konsultasi ke Dinkes Provinsi, jenjangnya di provinsi dll.
9. PENERIMA MANFAAT (HB)
Penerima manfaat adalah sekelompok orang/masyarakat yang menerima secara langsung maupun tidak langsung manfaat dari suatu kegiatan/program kesehatan. Penerima manfaat ini cukup membingungkan sehingga akan diberikan contoh yang jelas beserta alasannya mengapa masuk ke dalam kelompok tertentu.
1. Gaji
a. Gaji pegawai dinas kesehatan masuk ke dalam semua umur pasti. Hal ini disebabkan karena semua lapisan masyarakat menerima pelayanan yang diberikan oleh pegawai dinas kesehatan.
b. Gaji pegawai Puskesmas masuk ke dalam semua umur pasti. Hal ini disebabkan karena semua lapisan masyarakat menerima pelayanan yang diberikan oleh pegawai puskesmas.
c. Gaji pegawai Rumah Sakit apabila bisa dipisahkan mana yang manajerial dan mana yang pelayanan, maka dimasukkan gaji manajerial ke semua umur pasti dan gaji pelayanan ke semua umur tidak pasti dengan alasan seperti tersebut di atas.
d. Mengapa gaji pelayanan masuk ke dalam umur tidak pasti? Hal ini disebabkan karena pelayanan kesehatan dapat didistribusikan melalui indeks bobot pendistribusian yang dihitung oleh BPS sehingga penerima manfaatnya lebih jelas per kelompok umur.
2. Honorarium
a. Prinsipnya hampir sama dengan gaji (pelayanan atau manajerial)
b. Honor dilihat pada Nama Kegiatan, apabila nama kegiatannya mengarah pada kelompok umur tertentu misal honor pelatihan MTBS, maka honor tersebut HB-nya adalah balita.
3. Kegiatan Manajerial Kantor HB-nya masuk ke dalam semua umur pasti karena semua lapisan masyarakat merasakan manfaatnya.
Diidentifikasi barang apa yang dihasilkan. Apabila merupakan barang yang umum seperti gedung (kecuali RS), mobil, alat kantor/meja, kursi, lemari, (termasuk di RS), maka masuk ke semua umur pasti karena semua umur dapat merasakan. Apabila pengadaan alat-alat timbangan bayi HB-nya adalah bayi, dan sebagainya.
5. Pengadaan Barang Jasa Alat Kesehatan, Obat-obatan dan barang yang terkait dengan pelayanan kesehatan (termasuk gedung RS, mobil ambulance), maka masuk ke semua umur tidak pasti karena terkait dengan pelayanan kesehatan dan dapat didistribusikan.
6. Pelatihan atau Rapat-rapat Pelatihan atau rapat-rapat diidentifikasi sesuai dengan Nama Kegiatan, apabila mengarah pada kelompok tertentu, maka otomatis HB-nya juga ikut pada kelompok tersebut. contoh pelatihan MTBS HB-nya adalah balita
7. Pembelian bahan, ATK, akomodasi, konsumsi dll Rincian kegiatan di atas diidentifikasi sesuai dengan Nama Kegiatan, apabila mengarah pada kelompok tertentu, maka otomatis HB-nya juga ikut pada kelompok tersebut. Contoh: pembelian ATK pada pelatihan MTBS HB-nya Balita, pembelian ATK untuk penyuluhan malaria HB-nya semua umur pasti.
8. Hal-hal yang sifatnya pelayanan kesehatan langsung, rawat jalan atau rawat inap
baik puskesmas atau rumah sakit, HB-nya adalah umur tidak pasti.
9. Hal-hal yang sifatnya kesehatan masyarakat dan semua masyarakat merasakan manfaatnya, HB-nya adalah umur pasti, contoh Fogging.
10. Kegiatan kesehatan yang sudah jelas sasarannya HB-nya mengikuti kelompok umur sasaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Identifikasi jenis anggaran pemerintah mengikuti kebijakan desentralisasi fiskal (DAU, DAK, Dekon, TP).
2. Identifikasi dana bantuan luar negeri (GF, ICDC, PHP, DHS, AIPHSS dll)
3. Identifikasi anggaran non pemerintah (Swasta, rumah tangga) 3. Identifikasi anggaran non pemerintah (Swasta, rumah tangga)
5. Data PKH sedapat mungkin dipisahkan antara dana kesehatan dan pendidikan, apabila tidak ada datanya maka harus diproporsikan sesuai jumlah sasaran PKH yang terkait dengan kesehatan (Bumil dan bayi/balita)
Contoh-contoh konversi ada di dalam pedoman dan modul pelatihan DHA.
1. SUMBER BIAYA (FS)
Adalah unit/institusi yang menyediakan biaya kesehatan. Sumber biaya tersebut bisa instansi pemerintah, swasta dan Rumah Tangga atau suatu kesatuan organisasi lainnya (misalnya biaya dari sumber external). Berikut di bawah daftar sumber sumber yang membiayai pembangunan kesehatan :
DIMENSI 1: SUMBER PEMBIAYAAN (FS)
FS.1 Dana Publik (Pemerintah)
FS.1.1 Dana Pemerintah menurut Kewilayahan FS.1.1.1 Dana Pemerintah Pusat (APBN) FS.1.1.1.1 APBN Kementerian kesehatan FS.1.1.1.1.1 APBN Kementerian Kesehatan: Dekonsentrasi (DK) FS.1.1.1.1.2 APBN Kementerian Kesehatan: Tugas Pembantuan (TP) diluar BOK FS.1.1.1.1.3 APBN Kementerian Kesehatan: BOK FS.1.1.1.1.4 APBN Kementerian Kesehatan: lainnya diluar DK, TP, BOK FS.1.1.1.1.5 Bantuan Keuangan Lainnya
FS.1.1.1.2 APBN Kementerian/Lembaga lain FS.1.1.1.2.1 APBN: Kementerian Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah FS.1.1.1.2.2 APBN: Kementerian Dalam Negeri FS.1.1.1.2.3 APBN: Kementerian Sosial FS.1.1.1.2.4 APBN: Kementerian Hukum dan HAM: Pelayanan Kesehatan LAPAS FS.1.1.1.2.5 APBN: BKKBN FS.1.1.1.2.6 APBN: Kepolisian: Pelayanan Kesehatan Polisi FS.1.1.1.2.7 APBN: Kementerian Hankam: Pelayanan Kesehatan TNI FS.1.1.1.2.8 APBN: Badan Narkotika Nasional FS.1.1.1.2.9 APBN: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak FS.1.1.1.2.10 APBN: Badan POM FS.1.1.1.2.11 APBN: Badan Nasional Penanggulangan Bencana FS.1.1.1.2.12 APBN: Kementerian/Lembaga Lainnya
FS.1.1.1.3 APBN: Donor Pinjaman FS.1.1.1.4 APBN: Donor Hibah
FS.1.1.2 Dana Pemerintah Daerah (APBD) FS.1.1.2.1. APBD Provinsi FS.1.1.2.2. APBD Kab/Kota
FS.1.1.2.2.1 APBD Kab/Kota (DBH, DAU, DAK, PAD) FS.1.1.2.2.2 APBD Kab/Kota (BLUD) FS.1.1.2.2.3 APBD Kab/Kota (Kapitasi JKN) FS.1.1.2.2.4 APBD Kab/Kota (Pinjaman dan Hibah Luar Negeri)
FS.1.2.1 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) oleh Badan Publik FS.1.2.2 Dana Publik lain -lainnya
FS.1.2.2.1 Dana BUMN (Kesehatan Karyawan dan CSR Kesehatan) FS.1.2.2.2 Dana BUMD (Kesehatan Karyawan dan CSR Kesehatan) FS.1.2.2.3 Sumber Publik Lainnya
FS.1.3 BPJS Kesehatan FS.1.4 BPJS Ketenagakerjaan
FS.2 Dana Non Publik (Non-Pemerintah)
FS.2.1 Biaya Pelayanan Kesehatan Perusahaan Swasta (Kesehatan Karyawan dan CSR Kesehatan) FS.2.2 Belanja Kesehatan Rumah Tangga
FS.2.2.1 Pengeluaran Tambahan (Cost-sharing) Rumah Tangga FS.2.2.2 Out of Pocket (OOP) Rumah Tangga
FS.2.3 Lembaga Sosial Masyarakat/ Yayasan FS.2.4 Dana Swasta/Non Publik Lainnya
FS.2.4.1 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) oleh Badan Swasta FS.2.4.2 Dana Swasta Lainnya
FS.2.4.2.1 Donor: Hibah kepada Swasta FS.2.4.2.2 Lainnya diluar donor (Swasta)
FS.3 Rest of the world KODE
DEFINISI OPERASIONAL DIMENSI-1: SUMBER PEMBIAYAAN (FS) AKUN
FS Sumber Pembiayaan
Dimensi Sumber Biaya merupakan pengalokasian anggaran yang dibelanjakan/dikeluarkan oleh pemerintah pusat, pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota termasuk di dalamnya perusahaan swasta, rumah tangga, dan lembaga sosial untuk membiayai suatu program/kegiatan dan atau pemeliharaan kesehatan rumah tangga. Sumber biaya terdiri dari: dana publik, non publik dan dana publik lainnya
FS.1 Dana Publik
Biaya kesehatan yang dikelola oleh pemerintah pusat meliputi dana yang dikeluarkan oleh kementerian kesehatan yaitu dana Dekon, TP, JKN (PBI) dan BOK, serta APBN kementerian lainnya, dan dana dari donor baik pinjaman maupun hibah
FS.1.1 Dana Pemerintah menurut Kewilayahan
belanja kesehatan yang dialokasikan dibedakan berdasarkan pembagian wilayah yaitu pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten)
FS.1.1.1 Dana Bersumber Pemerintah Pusat (APBN)
Biaya kesehatan yang bersumber dari pemerintah pusat baik dari kementerian kesehatan berupa dana dekon, TP, JKN dan BOK maupun dana dari Kementerian/Badan/Lembaga lainnyaserta bersumber dari donor baik pinjaman maupun hibah
FS.1.1.2.1 Pemerintah Propinsi
Biaya kesehatan Provinsi baik yang bersumber APBD maupun bersumber dari pinjaman yang masuk mekanisme APBD provinsi
Biaya kesehatan Kabupaten/kota baik yang bersumber APBD maupun bersumber dari pinjaman yang masuk mekanisme APBD Kabupaten/kota
FS.1.2 Dana Publik Lain
belanja kesehatan yang dikeluarkan oleh BUMN/BUMD untuk dana Kesehatan Karyawan dan CSR Kesehatan
FS.1.2.1 Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) oleh Badan Publik
Pendapatan yang dapat langsung dipakai untuk operasional atau kebutuhan lainnya dan tidak terhitung sebagai penerimaan kena pajak
Contoh:
Pada RSU BLU berupa dana kapitasi
FS.2 Dana Non Publik (Non-Pemerintah)
belanja kesehatan yang dikeluarkan oleh perusahaan swasta, rumah tangga, dan lembaga
Contoh:
Belanja kesehatan oleh perusahaan swasta untuk karyawan dan CSR Kesehatan
FS.2.2 Belanja Kesehatan Rumah Tangga
Pengeluaran biaya kesehatan dari rumah tangga untuk pemeliharaan kesehatan keluarga yang terdiri dari pengeluaran tambahan dan Out of Pocket
FS.2.3 Lembaga Sosial Masyarakat/ Yayasan
belanja kesehatan yang dikeluarkan oleh lembaga sosial untuk pemeliharaan kesehatan karyawannya dan program-program kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan
FS.2.4 Dana Non-publik Lainnya
pengeluaran kesehatan oleh badan swasta lainnya berupa dana pengembalian aset serta yang bersumber donor yang diberikan ke perusahaan swasta
FS.2.4.1 Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) oleh Badan Swasta
Pendapatan yang dapat langsung dipakai untuk operasional atau kebutuhan lainnya dan tidak terhitung sebagai penerimaan kena pajak
Contoh:
Pada RS Swasta berupa surplus
2. PENGELOLA PEMBIAYAAN (FA)
Adalah institusi atau unit yang menerima dan mengelola dana untuk membayar atau membeli barang dan jasa kesehatan. Pengelola anggaran tersebut bisa instansi pemerintah, swasta, BUMN, LSM, perusahaan dan rumah tangga. Di bawah ini adalah daftar institusi yang mengelola anggaran untuk kesehatan :
DIMENSI 2: PENGELOLA PEMBIAYAAN (FA)
FA.1 Pemerintah
FA.1.1 Pemerintah Pusat FA.1.1.1 Kementerian Kesehatan
FA.1.1.1.2 Rumah Sakit Umum Pusat FA.1.1.1.3 Rumah Sakit Khusus Pusat FA.1.1.1.4 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) FA.1.1.1.5 Balai-Balai Kesehatan Pusat (BTKL, Bapelkes, Balai Kesehatan) FA.1.1.1.6 UPT Kementerian Kesehatan Lainnya
FA.1.1.2 Kementerian/Lembaga/Badan lainnya FA.1.1.2.1 Kementerian Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah FA.1.1.2.2 Kementerian Dalam Negeri FA.1.1.2.3 Kementerian Sosial FA.1.1.2.4 Kementerian Hukum dan HAM: Pelayanan Kesehatan LAPAS FA.1.1.2.5 BKKBN FA.1.1.2.6 Kepolisian: Pelayanan Kesehatan Polisi FA.1.1.2.7 Kementerian Hankam: Pelayanan Kesehatan TNI FA.1.1.2.8 Badan Narkotika Nasional FA.1.1.2.9 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak FA.1.1.2.10 Badan POM FA.1.1.2.11 Kementerian Desa: Perdesaan Sehat FA.1.1.2.12 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) FA.1.1.2.13 Kementerian/Lembaga Lainnya
FA.1.1.3 BPJS Kesehatan FA.1.1.4 BPJS Ketenagakerjaan
FA.1.2 Pemerintah Daerah FA.1.2.1 Pemerintah Provinsi FA.1.2.1.1 Dinas Kesehatan Provinsi FA.1.2.1.2 Rumah Sakit/Balai Kesehatan Provinsi FA.1.2.1.3 Pemerintah Provinsi lainnya
FA.1.2.2 Pemerintah Kabupaten Kota FA.1.2.2.1 Dinas Kesehatan FA.1.2.2.2 Puskesmas FA.1.2.2.3 RSUD FA.1.2.2.4 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil FA.1.2.2.5 Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa FA.1.2.2.6 Dinas Sosial FA.1.2.2.7 Dinas Perindustrian dan Perdagangan FA.1.2.2.8 Bagian Kesra FA.1.2.2.9 Dinas Pemberdayaan Perempuan dan KB FA.1.2.2.10 Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah FA.1.2.2.11 Dinas Tenaga Kerja FA.1.2.2.12 Dinas Pendidikan FA.1.2.2.13 Dinas/Badan/Kantor/UPT ………………………………….. FA.1.2.2.14 SKPD Kabupaten/Kota lainnya
FA.2.1 Perusahaan Asuransi Komersial FA.2.2 Perusahaan Asuransi Non Profit (Nirlaba)
FA.3 Perusahaan (diluar Perusahaan Asuransi) FA.4 Yayasan/Lembaga Sosial (Nirlaba) FA.5 Rumah Tangga FA.6 Rest of the world
KODE AKUN DEFINISI OPERASIONAL DIMENSI-2: PENGELOLA ANGGARAN (FA) FA Pengelola Anggaran
Pengelola pembiayaan (FA) adalah instansi kesehatan atau non kesehatan milik pemerintah dan non pemerintah termasuk rumah tangga yang mengelola sejumlah dana untuk kemudian dialirkan ke penerima (provider) yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan.
FA.1.1 Pemerintah Pusat
kementerian/lembaga/badan yang berkedudukan di pusat atau di daerah dengan status kepemilikan pusat yang mengelola anggaran kesehatan
Contoh Instansi:
Rumah Sakit Umum dan khusus vertikal milik kementerian kesehatan Balai-balai UPT Kemenkes
FA.1.1.2.13 Diluar Kementerian Kesehatan Lainnya
Kementerian yang mengelola pembiayan kesehatan untuk program/kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan dan berkedudukan di pusat maupun di daerah yang kepemilikannya milik kementerian
Contoh Instansi:
UPT Kemensos Lembaga Pemasyarakatan
FA.1.1.3 BPJS Kesehatan
Seluruh dana JKN yang dikelola oleh Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
FA.1.2.1 Pemerintah Propinsi
Dinas /Badan/lembaga yang berkedudukan baik di provinsi maupun di kabupaten dengan status kepemilikan milik pemerintah provinsi
Contoh Instansi:
Dinas Kesehatan Provinsi dan UPT-nya (Balai Kesehatan Paru, Bapelkes)
FA.1.2.2 Pemerintah Kabupaten/Kota
Dinas/Badan/lembaga yang berkedudukan di Kabupaten/Kota dengan status kepemilikan milik pemerintah kabupaten/kota
Contoh Instansi:
Dinas kesehatan Kabupaten/Kota beserta UPT Puskesmas
FA.1.2.1.2 Puskesmas
Puskesmas mengelola anggaran apabila puskesmas tersebut mempunyai DPA/RKA- SKPD sendiri, biasanya merupakan Puskesmas BLUD, Puskemas sebagai satuan kerja, atau puskesmas UPT yang mempunyai DPA/RKA-SKPD. Apabila puskesmas tersebut tidak mempunyai DPA/RKA-SKPD, maka pengelola anggarannya masuk ke Dinas Kesehatan.
FA.1.2.1.13 Dinas/Badan/Kantor/UPT …………….
Dapat diisi sendiri apabila ada Dinas/Badan/UPT yang mempunyai anggaran kesehatan yang cukup besar tetapi tidak termasuk dalam daftar di atas
FA.2 Perusahaan Asuransi
Baik perusahaan asuransi komersil maupun nirlaba sebagai pengelola yang menerima dan mengelola dana asuransi dari peserta
FA.3 Perusahaan (diluar Perusahaan Asuransi)
Perusahaan umum yang ikut mengelola dana asuransi kesehatan sebagai salah satu produknya
FA.4 Yayasan/ Lembaga Sosial (Non Profit)
Yayasan/Lembaga sosial atau nirlaba yang ikut mengelola anggaran yang bertujuan untuk kesehatan
Contoh Instansi:
NGO kesehatan yang mendapat dana untuk kesehatan dari sponsor
FA.5 Rumah Tangga
Sebagai pengelola, masyarakat atau rumah tangga yang mengelola anggaran secara pribadi untuk tujuan kesehatan
3. PENYEDIA PELAYANAN (HP)
Penyedia pelayanan adalah institusi atau unit yang menerima dana dan menggunakannya untuk memproduksi barang dan jasa pelayanan kesehatan, termasuk misalnya RS milik pemerintah, RS swasta, klinik, puskesmas, praktek dokter (swasta), dll.
DIMENSI 3: PENYEDIA PELAYANAN (HP)
HP.1 Rumah Sakit
HP.1.1 Rumah Sakit Umum HP.1.1.1 Rumah Sakit Umum Pusat HP.1.1.2 Rumah Sakit Umum Provinsi HP.1.1.3 Rumah Sakit Umum Kabupaten/Kota HP.1.1.4 Rumah Sakit Polri HP.1.1.5 Rumah Sakit TNI HP.1.1.6 Rumah Sakit Umum Pemerintah Lainnya HP.1.1.7 Rumah Sakit Umum Swasta/BUMN
HP.1.2 Rumah Sakit Jiwa HP.1.2.1 Rumah Sakit Jiwa Pusat HP.1.2.2 Rumah Sakit Jiwa Provinsi HP.1.2.3 Rumah Sakit Jiwa Kabupaten/Kota HP.1.2.3 Rumah Sakit Jiwa Swasta/BUMN
HP.1.3 Rumah Sakit Khusus Pemerintah lainnya selain RS Jiwa HP.1.3.1 Rumah Sakit Ketergantungan Obat HP.1.3.2 Rumah Sakit Mata HP.1.3.3 Rumah Sakit Ibu dan Anak HP.1.3.4 Rumah Sakit Paru HP.1.3.5 Rumah Sakit Khusus lainnya
HP.1.4 Rumah Sakit Khusus Swasta/BUMN lainnya selain RS Jiwa
HP.2 Fasilitas Perawatan Jangka Panjang (Panti Perawatan Jangka Panjang) Pemerintah/Swasta
HP.2.1 Panti Perawatan Jangka Panjang HP.2.2 Panti Kejiwaan dan Rehabilitasi Ketergantungan Obat HP.2.2 Panti Jangka Panjang lainnya
HP.3 Pemberi Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan diluar Puskesmas
HP.3.1 Praktek Dokter HP.3.1.1 Praktek Dokter Umum HP.3.1.2 Praktek Dokter Spesialis
HP.3.2 Praktek Dokter Gigi/Dokter Gigi Spesialis HP.3.3 Praktek Tenaga Kesehatan Lainnya HP.3.4 Klinik Rawat Jalan
HP.3.4.1 Klinik Pelayanan KB HP.3.4.2 Klinik Rehabilitasi Pecandu Narkoba dan Gangguan Jiwa HP.3.4.3 Klinik Pelayanan Bedah untuk Rawat Jalan HP.3.4.4 Klinik Pelayanan Ginjal/Dialisis HP.3.4.5 Klinik Pelayanan Rawat Jalan Spesialis lainnya HP.3.4.6 Klinik Pelayanan Terintegrasi lainnya
HP.3.5 PPK Home Care
HP.4 Pemberi Pelayanan Kesehatan Penunjang
HP.4.1 Layanan Jasa Transportasi Pasien dan Kedaruratan HP.4.2 Laboratorium Diagnosa dan Medis HP.4.3 Penyedia Pelayanan Darah HP.4.4 PPK Penunjang lainnya
HP.5 Penyedia Alat Kesehatan dan Bahan Medis
HP.5.1 Penyedia/Toko Obat HP.5.2 Penyedia/Toko Bahan Medis Habis Pakai HP.5.3 Penyedia alkes dan bahan medis lainnya
HP.6.1 PPK Dasar (PPK Primer) HP.6.1.1 Puskesmas HP.6.1.2 Puskesmas Pembantu HP.6.1.3 PPK Dasar lainnya
HP.6.2 Pemberi Pelayanan Kesehatan oleh Masyarakat HP.6.2.1 Desa Siaga HP.6.2.2 Posyandu HP.6.2.3 Posbindu HP.6.2.4 Poskestren HP.6.2.5 Pos Obat Desa HP.6.2.6 Pelayanan Kesehatan oleh masyarakat lainnya
HP.7 Penyedia Administrasi Kesehatan dan Pembiayaan
HP.7.1 Penyedia Administrasi Kesehatan Pemerintah HP.7.1.1 Kementerian Kesehatan HP.7.1.2 Kementerian/Lembaga lainnya HP.7.1.3 Dinas Kesehatan Provinsi HP.7.1.4 Biro/Dinas/Kantor Provinsi Lainnya HP.7.1.5 Pemerintah Kabupaten/Kota
HP.7.1.5.1 Dinas Kesehatan HP.7.1.5.2 Puskesmas HP.7.1.5.3 RSUD HP.7.1.5.4 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil HP.7.1.5.5 Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa HP.7.1.5.6 Dinas Sosial HP.7.1.5.7 Dinas Perindustrian dan Perdagangan HP.7.1.5.8 Badan Kesra/Binsos HP.7.1.5.9 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB HP.7.1.5.10 Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah HP.7.1.5.11 Dinas Tenaga Kerja HP.7.1.5.12 Dinas Pendidikan HP.7.1.5.13 Dinas/Badan/UPT ………………………………….. HP.7.1.5.14 SKPD Kabupaten/Kota lainnya
HP.7.2 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial HP.7.2.1 BPJS Kesehatan HP.7.2.2 BPJS Ketenagakerjaan
HP.7.3 Penyelenggara Asuransi swasta HP.7.4 Penyelenggara Administrasi lainnya
HP.8 Industri Penyedia Layanan Kesehatan: Rumah Tangga dan Industri HP.9 Rest of the World
DEFINISI OPERASIONAL DIMENSI-3: PENYEDIA LAYANAN (HP) AKUN
HP Penyedia Pelayanan
Penyedia Pelayanan adalah instansi baik pemerintah maupun non pemerintah yang bertindak sebagai provider yang menyelenggarakan pelayanan/kegiatan kesehatan baik jasa pelayanan maupun administrasi.
HP.1 Rumah Sakit
Sebagai penyedia layanan baik RS BLU maupun non BLU yang memberikan layanan UKP
HP.2 Fasilitas Perawatan Jangka Panjang
Fasilitas kesehatan milik pemerintah atau swasta yang memberikan layanan kesehatan dalam jangka waktu panjang
HP.3 PPK Rawat Jalan
Fasilitas pelayanan kesehatan baik milik pemerintah atau swasta yang melayanani pasien rawat jalan
Contoh: Puskesmas, rajal Poliklinik di RS
HP.4 PPK Penunjang
Untuk fasilitas-fasilitas RS yang tidak terdapat di RS tersebut sehingga perlu dirujuk kepada PPK penunjang Contoh:
RS tipe 3 yang tidak memiliki rehabilitasi medis, sehingga perlu ke RS tipe 1 dan 2 untuk dirujuk
HP.5 Penyedia Alat Kesehatan dan Bahan Medis (Retail)
Sebagai unit keseahatan yang memberikan layanan berupa barang
HP.6 Unit Pelayanan Kesehatan Pencegahan/Kesehatan Masyarakat
Sebagai unit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan primer
HP.7 Penyedia Administrasi Kesehatan dan Pembiayaan
Penyedia layanan berupa layanan adminstrasi baik di Dinas Kesehatan, Rumah Sakit
HP.8 Industri Penyedia Layanan Kesehatan: Rumah Tangga dan Industri
Rumah Tangga dan Industri kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
HP.9 Rest of the World
Lain-lain yang tidak masuk dalam kategori di atas
4. FUNGSI (HC)
Dimensi Fungsi (HC) mengadopsi dimensi Fungsi dalam SHA 2011 yang merupakan semua aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan, memperbaiki dan mempertahankan status kesehatan. Fungsi ini memilahkan antara pelayanan kuratif, pelayanan rehabilitatif, pelayanan rawat jangka panjang, layanan penunjang, alat-alat/bahan medis, pelayanan pencegahan dan kesehatan masyarakat, serta tata kelola dan administrasi sistem kesehatan dan pembiayaan kesehatan.
DIMENSI 4: JENIS FUNGSI (HC)
HC.1 Pelayanan Kuratif
HC.1.1 Pelayanan Kuratif Rawat Inap HC.1.3 Pelayanan Kuratif Rawat Jalan HC.1.4 Pelayanan Kuratif Rawat Rumah
HC.2 Pelayanan Rehabilitatif HC.3 Pelayanan Rawat Jangka Lama HC.4 Pelayanan Penunjang
HC.4.1 Laboratorium Klinis HC.4.2 Radiologi Diagnostik (Sinar X, MRI, Nuklir) HC.4.3 Transportasi Pasien dan Kedaruratan HC.4.4 Pelayanan Pendukung Lainnya
HC.5 Alat-alat/Bahan Medis
HC.5.1 Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai HC.5.1.1 Obat yang diresepkan HC.5.1.2 Pembelian Obat di luar yang disediakan penyedia pelayanan kesehatan HC.5.1.3 Obat Tidak Tahan Lama lainnya
HC.5.2 Perlengkapan Terapis dan Alat Medis Lainnya HC.5.2.1 Kacamata dan produk optik lainnya HC.5.2.2 Alat ortopedi dan produk prostetik lainnya HC.5.2.3 Alat bantu dengar dan produk THT lainnya HC.5.2.4 Alat bantu gerak terkait medis termasuk kursi roda dan tongkat HC.5.2.5 Alat medis tahan lama lainnya
HC.6 Pelayanan Pencegahan dan Kesehatan Masyarakat
HC.6.1 Program Konseling Informasi dan Edukasi (KIE) HC.6.2 Program Imunisasi HC.6.3 Program Deteksi Dini Penyakit HC.6.4 Program Pemantauan Status Kesehatan HC.6.5 Surveilans Epidemiologi dan Pengendalian Penyakit Menular HC.6.6 Program Kesiapan Penanganan KLB HC.6.7 Program Pelayanan Pencegahan dan Kesehatan Masyarakat lainnya
HC.7 Tata Kelola Sistem Kesehatan dan Administrasi Pembiayaan Kesehatan
HC.7.1 Tata Kelola dan Administrasi Sistem Kesehatan HC.7.2 Administrasi Pembiayaan Kesehatan
HC.9 Pelayanan Kesehatan Diluar Klasifikasi di Atas
HC.9.1 Program Pemberdayaan Masyarakat HC.9.2 Layanan Kesehatan Lain selain Pemberdayaan Masyarakat
Dimensi fungsi dalam PHA mengadopsi dimensi fungsi dalam SHA 2011 yang merupakan jenis fungsi kesehatan spesifik yang dikonsumsi oleh penduduk/ HC masyarakat. Dimensi fungsi merupakan semua aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan, memperbaiki dan mempertahankan status kesehatan dan memperkecil resiko akibat sakit.
HC.1 Pelayanan Kuratif
pelayanan kuratif merupakan fungsi pelayanan untuk mendapatkan pengobatan atas kondisi sakit yang diderita individu.
HC.1.1 Pelayanan Kuratif Rawat Inap
fungsi pelayanan kuratif rawat inap merupakan pelayanan kuratif yang terdaftar di fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan rawat inap.
Contoh:
Pelayanan kesehatan rawat inap RS Pelayanan kesehatan rawat inap Puskesmas
HC.1.3 Pelayanan Kuratif Rawat Jalan
fungsi pelayanan kuratif rawat jalan merupakan pelayanan kuratif yang terdaftar di fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan.
Contoh:
Pelayanan kesehatan rawat jalan RS Pelayanan kesehatan rawat jalan Puskesmas
HC.1.4 Pelayanan Kuratif Rawat Rumah
fungsi pelayanan kuratif rawat rumah merupakan pelayanan kesehatan, pelayanan penunjang dan perawatan kesehatan di rumah pasien (kunjungan rumah).
Contoh:
Program upaya kesehatan: pengawasan kepatuhan minum obat hipertensi
HC.2 Pelayanan Rehabilitatif
fungsi pelayanan rehabilitatif merupakan pelayanan kesehatan yang bertujuan memulihkan kondisi kesehatan pasien melalui terapi tertentu.
HC.3 Pelayanan Rawat Jangka Lama
fungsi pelayanan rawat jangka lama merupakan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mempertahankan/ menjaga kondisi kesehatan penderita sakit tertentu.
HC.4 Layanan Penunjang
fungsi layanan penunjang merupakan pelayanan kesehatan yang menunjang pelayanan kuratif dan rehabilitatif. Layanan penunjang dalam akun ini diisi jika pelayanan kuratif yang dibutuhkan memerlukan pelayanan penunjang yang dibeli dari unit layanan lain (dibeli dari phak ke-3).
HC.4.1 Laboratorium Klinis HC.4.2 Radiologi Diagostik (Sinar X, MRI, nuclear)
HC.4.3 Transportasi Pasien dan Kedaruratan
Contoh:
Program upaya pelayanan: bantuan keuangan keluarga pasien
HC.4.9 Pelayanan Pendukung Lainnya
fungsi pelayanan penunjang lain diluar laboratorium klinik, laboratorium diagnostik dan transportasi pasien.
HC.5 Alat-alat/Bahan Medis
fungsi alat-alat/bahan medis merupakan fungsi pengadaan barang dan bahan medis.
HC.5.1 Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
fungsi pengadaan alat medis berupa obat-obatan dan bahan medis habis pakai.
Contoh:
Program sarana prasarana: Pengadaan obat-obatan Pengadaan BMHP
HC.5.2 Perlengkapan Terapis dan Alat Medis Lainnya
fungsi pengadaan perlengkapan medis/alat bantu terapi seperti alat bantu dengar, kacamata dll.
HC.6 Pelayanan Pencegahan dan Kesehatan Masyarakat
fungsi pelayanan pencegahan dan kesehatan masyarakat merupakan semua aktivitas pelayanan yang bertujuan mencegah terjadinya penyakit melalui upaya- upaya kesmas.
HC.6.1 Program Konseling Informasi dan Edukasi (KIE)
merupakan program kesmas yang bertujuan untuk memberikan informasi, konseling dan edukasi kesehatan.
Contoh:
Program upaya kesehatan: Gema mapan melalui UKS
HC.6.2 Program Imunisasi
merupakan program kesmas yang bertujuan untuk meningkatkan cakupan program imunisasi dan eliminasi penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi.
Contoh:
Sweeping imunisasi dan vitamin A
HC.6.3 Program Deteksi Dini Penyakit
merupakan program kesmas yang bertujuan untuk mengidentifikasi potensi penyakit dalam individu atau kelompok masyarakat tertentu yang beresiko.
Contoh:
Screening HIV/ AIDS pada kelompok beresiko
HC.6.4 Program Pemantauan Status Kesehatan
merupakan program kesehatan yang bertujuan untuk melakukan monitoring status kesehatan penduduk.
Contoh:
Program Upaya Kesehatan: Pencegahan kurang gizi
Program Pengendalian penyakit tidak menular
HC.6.5 Surveilans Epidemiologi dan Pengendalian Penyakit Menular
merupakan program kesehatan yang bertujuan mengamati kejadian dan menganalisis kecenderungan masalah kesehatan masyarakat.
Contoh:
P2PL TB: fasilitasi pengendalian TB P2PL Kusta: peningkatan tata laksana kusta di kabupaten/kota
HC.6.6 Program Kesiapan Penanganan KLB
merupakan program kesehatan yang bertujuan untuk mengenali potensi bencana dan upaya penanggulangan KLB dan bencana.
Contoh:
Program P2PL: Peningkatan kewaspadaan dini terhadap bencana
HC.7 Tata Kelola dan Administrasi Sistem Kesehatan dan Pembiayaan Kesehatan
fungsi tata kelola dan administrasi sistem kesehatan dan pembiayaan merupakan fungsi pengaturan sistem kesehatan (termasuk pembiayaan)
HC.7.1 Tata Kelola dan Administrasi Sistem Kesehatan
fungsi ini merupakan fungsi yang diperlukan untuk pengelolaan, manajemen, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan upaya kesehatan.
Contoh:
Program upaya kesehatan: Pengawasan obat dan makanan Program upaya kesehatan: pengawasan obat rasional Program manajemen pelayanan kesehatan
HC.7.2 Administrasi Pembiayaan Kesehatan
fungsi ini merupakan fungsi yang diperlukan untuk pengelolaan pembiayaan kesehatan.
Contoh:
Program upaya kesehatan: peningkatan pembiayaan kesehatan Pertemuan koordinasi JKN
HC.9 Pelayanan Kesehatan Diluar Klasifikasi Di Atas
Fungsi pelayanan kesehatan yang tidak dapat diakomodasi dalam HC.1 sd HC.8 tetapi fungsi tersebut terdapat dalam dokumen anggaran institusi.
Jenis program adalah kelompok program kesehatan yang dibiayai dengan belanja dari pengelola anggaran, sebagai berikut :
DIMENSI 5: PROGRAM (PR)
PR.1 Program Kesehatan Masyarakat
PR.1.1 Program KIA, Gizi dan KB PR.1.1.1 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) PR.1.1.2 Gizi PR.1.1.3 Imunisasi PR.1.1.4 KB dan Konseling PR.1.1.5 Gabungan KIA, Gizi dan KB PR.1.1.6 Program KIA, Gizi dan KB lainnya
PR.1.2 Program Pelayanan Promosi Kesehatan dan Pencegahan PR.1.2.1 UKS PR.1.2.2 Pelayanan Kesehatan Kerja PR.1.2.3 Kesehatan Lingkungan PR.1.2.4 Kesehatan Remaja PR.1.2.5 Pengawasan Makanan, Minuman and Hygine PR.1.2.6 Penanggulangan Bencana PR.1.2.7 Pelayanan Promosi Kesehatan PR.1.2.8 Surveilans PR.1.2.9 Pelayanan Kesehatan Haji PR.1.2.10 Pelayanan Kesehatan Usila PR.1.2.11 Gabungan Pelayanan Promosi Kesehatan dan Pencegahan lainnya PR.1.2.12 Program Pelayanan Promosi Kesehatan dan Pencegahan lainnya
PR.1.3 Program Pencegahan Penyakit Menular PR.1.3.1 TBC PR.1.3.2 Malaria PR.1.3.3 HIV/AIDS PR.1.3.4 Diare PR.1.3.5 DHF/Demam Berdarah PR.1.3.6 ISPA PR.1.3.7 Gabungan Program Pencegahan Penyakit Menular PR.1.3.8 Program Pencegahan Penyakit Menular Lainnya
PR.1.4 Program Pencegahan Penyakit Tidak Menular PR.1.4.1 DM PR.1.4.2 Hipertensi PR.1.4.3 Jiwa PR.1.4.4 Jantung PR.1.4.5 Gabungan Pencegahan Penyakit Tidak Menular Lainnya PR.1.4.6 Program Pencegahan Penyakit Tidak Menular Lainnya
PR.1.6 Kesiapan serta Penanggulangan Wabah, KLB, dan Bencana PR.1.7 Program Kesehatan Masyarakat lainnya
PR.2 Program Kesehatan Individu
PR.2.1 Pelayanan Rawat Jalan PR.2.2 Pelayanan Rawat Inap PR.2.3 Pelayanan Rujukan PR.2.4 Pelayanan Rehabilitatif PR.2.5 Pelayanan Kuratif/ Individu Lainnya
PR.3 Program Penguatan Sistem Kesehatan
PR.3.1 Tata Kelola Sistem Kesehatan PR.3.1.1 Penguatan Regulasi PR.3.1.2 Penyusunan Rencana Jangka Panjang dan Strategis PR.3.1.3 Penguatan Manajemen (termasuk gaji) PR.3.1.4 Penguatan Sistem Informasi PR.3.1.5 Penguatan Tata Kelola Sistem Kesehatan Lainnya
PR.3.2 Sumber Daya Manusia Kesehatan PR.3.2.1 Perencanaan dan Pengadaan SDM Kesehatan PR.3.2.2 Pendayagunaan/Penempatan SDM Kesehatan PR.3.2.3 Pembinaan/Peningkatan Kapasitas SDM Kesehatan PR.3.2.4 Penguatan SDM Kesehatan Lainnya
PR.3.3 Farmasi, Alat Kesehatan dan Pengawasan Obat dan Makanan PR.3.3.1 Perencanaan dan Pengadaan PR.3.3.2 Logistik dan Distribusi PR.3.3.3 Pengawasan Mutu dan Penggunaan Obat Rasional PR.3.3.4 Penguatan Farmasi, alat kesehatan dan pengawasan obat dan makanan lainnya
PR.3.4 Penelitian dan Pengembangan PR.3.5 Pemberdayaan Masyarakat
PR.3.5.1 Pelatihan dan Pembinaan Kader, Toma, Toga PR.3.5.2 Kerjasama lintas sektor, swasta dan modal sosial PR.3.5.3 Pemberdayaan Masyarakat lainnya
PR.3.6 Penguatan Sistem Pembiayaan Kesehatan PR.3.6.1 Penguatan Tata Kelola Keuangan untuk UKM PR.3.6.2 Penguatan Tata Kelola Keuangan untuk UKP PR.3.6.3 Jaminan Kesehatan PR.3.6.4 Penguatan Tata Kelola Pembiayaan Kesehatan lainnya
PR.3.7 Upaya Kesehatan: Penguatan Infrastruktur PR.3.7.1 Pengadaan dan Pemeliharaan Infrastruktur UKP PR.3.7.2 Pengadaan dan Pemeliharaan Infrastruktur UKM PR.3.7.3 Pengadaan dan Pemeliharaan Infrastruktur di Penunjang PR.3.7.4 Penguatan Upaya Kesehatan: Infrastruktur lainnya PR.3.7 Upaya Kesehatan: Penguatan Infrastruktur PR.3.7.1 Pengadaan dan Pemeliharaan Infrastruktur UKP PR.3.7.2 Pengadaan dan Pemeliharaan Infrastruktur UKM PR.3.7.3 Pengadaan dan Pemeliharaan Infrastruktur di Penunjang PR.3.7.4 Penguatan Upaya Kesehatan: Infrastruktur lainnya
anggaran. Untuk mengisi akun dimensi program, biasanya langsung melihat program pada dokumen anggaran.
PR.1 Program Kesehatan Masyarakat
merupakan program kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan penduduk/ masyarakat.
PR.1.1 Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Gizi dan Keluarga Berencana (KB)
ruang lingkup program KIA, Gizi dan KB yang bertujuan untuk meningkatkan cakupan dan pelayanan kesehatan KIA, Gizi dan KB.
PR.1.1.1 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
ruang lingkup program KIA yang bertujuan untuk meningkatkan cakupan dan pelayanan kesehatan bagi Ibu, Bayi dan Balita
Contoh:
Pertemuan kemitraan bidan dan dukun supervisi fasilitatif pelayananan persalinan, nifas di pelayanan kesehatan Lokakarya gerakan sayang ibu pada Desa Siaga Pertemuan audit maternal perinatal Pelatihan asuhan persalinan normal
PR.1.1.2 Gizi
ruang lingkup program gizi meliputi semua kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan ststus gizi masyarakat.
Contoh:
Pertemuan MP-ASI dan PMT Ibu hamil Surveilans gizi buruk Penanggulangan KEP, anemia besi, dan kekurangan vitamin A Pertemuan evaluasi program gizi Pelatihan gizi bagi kader Posyandu Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi Pemberian makanan tambahan dan dan vitamin Pelaksanaan kegiatan gizi di bulan vitamin A tingkat Posyandu Penanggulangan Gizi buruk
PR.1.1.3 Imunisasi
ruang lingkup program imunisasi meliputi semua kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan cakupan imunisasi
Contoh:
Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah Peningkatan imunisasi Monitoring pelaksanaan catch up campak Konsultasi program imunisasi Pendataan BIAS
Imunisasi TT WUS Monitoring kasus KIPI Sweeping imunisasi
PR.1.1.4 KB
ruang lingkup program KB meliputi semua kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan cakupan pelayanan KB serta kesehatan reproduksi bagi masyarakat.